Theileria Identifikasi berdasarkan morfologi .1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi berdasarkan morfologi 4.1.1 Babesia Parasit darah Babesia ditemukan pada preparat ulas darah Gambar 6. Parasit ini terletak di intra sel darah merah dan memiliki bentuk yang menyerupai buah pear. Morfologi parasit ini sesuai dengan yang digambarkan dalam literatur yaitu berbentuk seperti buah pear atau biji buah apel, berukuran 1-5 µ m Homer et al. 2000. Parasit ini bisa ditemukan dalam bentuk sepasang buah pear maupun buah pear tunggal. Gambar 6 Gambaran mikroskopis Babesia kiri hasil penelitian, kanan referensi Kaufmann 1996 dengan perwarnaan Giemsa, perbesaran 1000X. Pemeriksaan agen ini tidak dapat menunjukkan jenis Babesia yang menyerang kerbau. Namun beberapa jenis Babesia yang dilaporkan mampu menyerang kerbau di antaranya B. bovis, B. bigemina Singla et al. 2002 dan B. orientalis He et al. 2011. B. bovis dan B. bigemina dilaporkan secara molekular dan serologis ditemukan pada kerbau air di Thailand Singla et al. 2002, Terkawi et al. 2011. Di China juga dilaporkan ditemukan agen tersebut dengan spesies B. orientalis He et al. 2011.

4.1.2 Theileria

Theileria ditemukan pada stadium merozoit di dalam sel darah merah. Bentuk Theileria di sel darah merah umumnya berbentuk batang dengan ukuran 0.7-1 µm, sirkular,oval atau piriform berukuran 0.8x1.5 µ m, maupun bentuk koma 0.5x2 µ m Kaufmann 1996. Pada penelitian kali ini Theileria yang ditemukan berbentuk koma, ditemukan tunggal di sel darah merah Gambar 7. Gambar 7 Kiri- Theileria yang ditemukan pada saat pemeriksaan, Tengah- Skema morfologi Theileria Kaufmann 1996, Kanan- Theileria berdasarkan literatur, perbesaran 1000X, pewarnaan Giemsa Kaufmann 1996 Beberapa kemungkinan jenis Theileria yang menyerang kerbau pada penelitian ini didasarkan atas spesifisitas induk semang, laporan temuan Theileria di Indonesia dan berdasarkan karakteristik gejala klinis. Kemungkinan tersebut dapat dijadikan pedoman dalam menentukan uji lanjutan terkait jenis Theileria yang menyerang ternak kerbau dari kawasan Tenjolaya. Jenis Theileria yang dimaksudkan adalah T. mutans, dan T. buffeliorientalissergenti group yang merupakan Theileria jinak. Kerbau yang diperiksa tidak menunjukkan perubahan gejala klinis, selain itu parameter nilai pemeriksaan darah juga menunjukkan nilai yang normal. T.mutan merupakan Theileria pertama yang ditemukan di Indonesia pada kerbau oleh De Blieck Kaligis tahun 1912. Hewan yang terinfeksi Theileria ini dilaporkan tidak menunjukkan gejala klinis yang jelas . T.orientalis merupakan Theileria dengan karakteristik patogenitas yang rendah Gubbels et al. 2000. Theileria ini pernah ditemukan di Indonesia sejak tahun 1987 Astyawati 1987. Keduanya memiliki potensi yang rendah dalam menimbulkan gejala klinis. Namun, pada kondisi imunitas rendah, stress tinggi, penyakit yang bersifat laten tersebut bisa menjadi aktif dan memunculkan beberapa gejala klinis Silitonga 2009, Kamau et al. 2011. Gejala klinis yang muncul di antaranya pembengkakan limfonodus superfisialis, kelemahan setelah beberapa hari, anoreksia, lakrimasi, konstipasi, diare, anemia, ikterus, bahkan menyebabkan komplikasi akhir berupa gejala gangguan pernafasan yang ditandai dispnoe dan berakibat fatal Mahmmod et al. 2011. Siswansyah 1999 menyebutkan jenis Theileria jinak bisa berlangsung menahun dan berpotensi menurunkan produktifitas ternak seperti menurunya daya kerja, produksi susu dan daging dalam jangka waktu lama. Dugaan T. orientalis yang menyerang bisa dikuatkan dengan adanya temuan theileriosis pada sapi sapi import pedaging dari Australia di IHKS Instalasi Hewan Karantina Sementara di Teluk Naga, Legok, Lebak, Cieulengsi Silitonga 2009. Temuan tersebut bisa menjadi pintu masuknya infeksi di Indonesia. Lebak merupakan sentra pembibitan dan pengembangan kerbau. Kerbau dari daerah Lebak bisa dikirim ke berbagai daerah sekitar Tangerang-Banten, Bogor dan daerah lainnya. Jika terdapat hewan karier maka penyebaran infeksi ini menjadi lebih efektif. Hal tersebut bisa menjadi ancaman bagi peternakan kerbau itu sendiri maupun perternakan sapi lainnya.

4.1.3 Anaplasma