Konteks Permasalahan Peta wacana studi bahasa Arab di UIN Jakarta (analisis substansi dan metodologi skripsi mahasiswa jurusan PBA-FITK)

2 especially in Madrasa 79,39, than library research 29. So, the methodology which is more used

A. Konteks Permasalahan

Penelitian bahasa Arab di dunia Islam merupakan penelitian rintisan yang mencikal-bakali berbagai studi ilmu-ilmu keislaman. Penelitian ini disemangati oleh ajaran Islam --yang sangat menghargai pengembangan ilmu dan memposisikan ilmuwan `ulama pada kedudukan terhormat QS. Fâthir, 35:28 dan al-Mujâdilah, 58:11-- dan juga disemangati oleh al-Quran yang diturunkan dengan bahasa Arab. Adalah `Alî ibn Abî Thâlib w. 40 H sahabat yang pertama kali menginstruksikan Abu al-Aswad al- Duali 16 s.H.-69 H untuk melakukan penelitian dan penyusunan tata bahasa Arab karena ia melihat banyak orang `ajam non-Arab yang melakukan kesalahan lahn dalam melafalkan al- Qur’an Akkawi, 1993:9, sehingga kesalahan ini dikhawatirkan dapat membahayakan otentisitas al-Quran. Penelitian bahasa Arab mulai mentradisi pada awal abad kedua Hijriyah. al-Khalîl ibn Ahmad 100-170 H merupakan perintis penelitian bahasa Arab. Karya monumentalnya, Kitâb al-`Ain, merupakan kamus pertama di dunia Islam yang disusun berdasarkan hasil penelitiannya mengenai bunyi-bunyi bahasa Arab. Sistematika kamus ini berdasarkan urutan makhârij al-hurûf tempat artikulasi huruf dari al-halaq tenggorokan hingga kedua buah bibir Hijazi, 1993:10. P enelitian bahasa Arab pada mulanya dilakukan untuk kepentingan ―melayani‖ kebutuhan pemahaman terhadap ajaran Islam. Setelah banyak orang `ajam memeluk Islam, baik di kawasan Afrika seperti Sudan, al-Jazair, Libya, Marokko dan Tunisia, maupun Asia seperti Iran, Irak, Azarbeijan dan sebagainya, bahasa Arab menjadi semakin vital penting untuk dikaji sebagai instrumen untuk memahami sumber- sumber ajaran Islam, khususnya al-Quran. Studi bahasa Arab memang tidak dapat dipisahkan dari semangat memahami ajaran Islam. Karena itu, motivasi religius merupakan elan vital yang menggerakkan umat Islam atau lembaga pendidikan untuk mengkaji dan mendalami bahasa Arab, meskipun motivasi tersebut masih perlu diperkuat dengan motivasi akademik-ilmiah. Tujuan utama pendidikan bahasa Arab di berbagai lembaga pendidikan Islam, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, tampaknya lebih diorientasikan kepada upaya memahami sumber-sumber ajaran Islam yang berbahasa Arab, daripada untuk kepentingan yang lain, seperti: komunikasi lisan aktif, kepentingan diplomasi, ekonomi, perdagangan, kebudayaan dan sebagainya. Pada masa kodifikasi ilmu-ilmu bahasa Arab masa klasik ditemukan bahwa penelitian dan pemetaan wacana studi kebahasaaraban membuktikan bahwa pada masa itu telah terbentuk sekurang-kurangnya delapan wacana dan tema sentral penelitian dan studi kebahasaaraban. Kedelapan tema sentral itu adalah: 1 Nahwu Sharaf, 2 Ushûl al-Nahwi, 3 Fiqh al-Lughah, 4 Ma`âjim al-Lughah al-`Arabiyyah, 5 `ilm al- Arûdh, 6 Thabaqât al-Lughawiyyîn wa al-Nahwiyyîn, 7 al-Naqd wa al-Balâghah, dan 8 al-Dirâsat al-Adabiyyah. Pemetaan ini memang baru didasarkan atas 3 kecenderungan umum wacana yang berkembang saat itu. Namun demikian, menarik dicatat bahwa masing-masing tema tersebut terdapat berbagai sumber literatur dan para tokoh pengembangnya Abu Sulaiman, 1980. Dengan kata lain, peta studi bahasa Arab sangat terkait dengan wacana dan karya kebahasaaraban yang dikembangkan. Studi bahasa Arab di UIN Jakarta secara akademik termasuk paling tua. Karena, sejak IAIN Jakarta didirikan tahun 1957, jurusan yang mula-mula dibuka adalah: 1 Jurusan Syari`at, 2 Jurusan Bahasa Arab dan 3 Jurusan Khusus Imam Tentara. Penanam ―benih‖ dan pengembang awal studi bahasa dan sastra Arab‖ di UIN Jakarta adalah alm. Prof. Dr. Bustami A. Gani Muhbib, 2002:113. Jadi, usia fakultas Adab dan Tarbiyah yang di dalamnya terdapat jurusan bahasa Arab sudah lebih 40 tahun. Setiap calon sarjana PBA diwajibkan menulis skripsi berbahasa Arab. Jika alumni PBA kini diasumsikan lebih dari 1.000 seribu orang, berarti PBA telah memiliki koleksi 1.000 judul skripsi. Yang menjadi persoalan adalah: Apakah skripsi bahasa Arab yang telah ditulis oleh alumni itu sudah dipetakan sedemikian rupa berdasarkan orientasi dan kategorisasi pencabangan ilmu dalam PBA? Sejauh ini, hasil penelitian mengenai hal itu belum ada, padahal untuk pengembangan akademik, sebagaimana tergambar dalam karya skripsi yang dihasilkan alumninya, menjadi sangat krusial, setidak-tidaknya untuk menggagas dan menciptakan model pengembangan pembe- lajaran bahasa Arab yang lebih relevan dan efektif. Metode penulisan skripsi pada jurusan PBA sejauh ini juga tampak masih kurang relevan dengan tema yang diteliti. Pemahaman mahasiswa terhadap metode penelitian juga relatif rendah, sehingga nyaris setiap skripsi menggunakan dua metode yang ―itu- itu saja‖, yaitu metode kepustakaan dan metode lapangan, tanpa elaborasi yang jelas, padahal keduanya hanyalah sebagian kecil dari sebuah proses atau prosedur penelitian ilmiah. Hal ini, boleh jadi disebabkan oleh pemahaman dosen pembimbing yang keliru mengenai hakekat metode penelitian, sehingga mahasiswa cenderung ―meniru‖ begitu rupa apa yang diperoleh dari dosennya, atau meniru –tanpa proses pemahaman yang kreatif —skripsi-skripsi masa lalu, tanpa dikritisi. Pemetaan wacana dan orientasi studi bahasa Arab, sebagaimana tercermin dalam karya skripsi, juga menjadi sangat penting; karena selain untuk kepentingan pengembangan akademik jurusan, juga sebagai bahan evaluasi dan reformasi tradisi akademik di kalangan mahasiswa maupun dosen jurusan di masa-masa mendatang. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dan dimotivasi oleh keinginan kuat untuk memajukan jurusan PBA ke arah yang lebih prospektif dan profesional, dipandang penting dilakukannya penelitian mengenai : ―Peta Wacana Studi Bahasa Arab di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Analisis Substansi dan Metodologi Skripsi Alumni Jurusan PBA-FITK ‖.

B. Permasalahan