Konsep Pengetahuan Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Wanita Tentang Faktor Risiko Kanker Payudara di Rw.02 Kompleks Taman rempoa Indah. Tahun 2010

terhadap suatu obyek tertentu dan kemudian diproyeksikan oleh orang tersebut menjadi suatu gambaran, presepsi, pengamatan, konsep dan fakta.

b. Konsep Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo 2002 : 122 pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu : 1. Tahu Know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu yang diberikan materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk dalam penggunaan tingkat ini adalah mengingat kembali recall terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. 2. Memahami Comprehention Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari. 3. Aplikasi Aplication Aplikasi diartikan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real sebenarnya. Aplikasi ini dapat sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus-rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks situasi yang lain. 4. Analisa Analysis Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam sesuatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama yang lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan. 5. Sintesis Shyntetis Sintetis menunjukan suatu kemampuan atau melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagain kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintetis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi Evaluation

2.1.1 Faktor

– Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Lukman 2006, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu : a Umur Singgih 1998, mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu Abu Ahmadi 2001, juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. Menurut Notoatmodjo 2003 mengatakan bahwa umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penelitian-penelitian epidemiologi yang merupakan salah satu hal yang mempengaruhi pengetahuan. Umur adalah lamanya waktu hidup seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan sampai berulang tahun yang terakhir. Masa menopause merupakan masa peralihan dari masa haid sampai masa berhentinya haid, berlangsung antara usia 30-46 tahun Depkes, 2007 . b Pendidikan Tingkat pendidikan juga mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan teknologi baru SDKI, 1997. Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Karena dapat membuat seseorang untuk lebih mudah mengambil keputusan dan bertindak. Menurut Notoadmojo 1997 pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Menurut Wied Hary 1996, menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula pengetahuanya. c Pekerjaan Pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari artinya makin cocok jenis pekerjaan yang diemban, makin tinggi pula tingkat kepuasan yang diperoleh Hurlock, 1998. d Intelegensi Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan Khayan, 1997 : 34. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan. e Lingkungan Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada pada cara berfikir seseorang. Nasution, 1999 f Sosial budaya Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubunganya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan. g Media Informasi Menurut Wied Hary 1996 informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. h Pengalaman Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.Notoatmodjo, 1997 2. 2 Anatomi dan Fisiologi Payudara 2.2.1 Definisi Payudara Payudara atau mammae adalah struktur kulit yang dimodifikasi, bergranular pada bagina anterior toraks, pada perempuan mengandung unsur yang mensekresi susu untuk makanan bayi. Mammae atau glandula mammaria pada wanita merupakan kelenjar tubuloalveolar kompleks yang terdiri dari 15 sampai 25 lobus yang berjalan radikal ke arah puting susu dan dipisahkan oleh jaringan ikat dan lemak, setiap lobus mempunyai duktus ekskretorius lactiferous yang bermuara pada putting susu. Tiap lobus dibagi lagi menjadi lobules, dengan duktus alveolaris dan alveoli menjadi bagian sekresi dari kelenjar. Hartanto, 2005 Gambar 2.1 Anatomi payudara normal Hall, 2007

2.2.2 Anatomi dan Fisiologi Payudara

Struktur histologi kelenjar payudara bervariasi sesuai dengan jenis kelamin, usia, dan status fisiologisnya. Setiap kelenjar payudara terdiri atas 15-25 lobus dari jenis tubuloalveolar kompleks, yang berfungsi mensekresi air susu bagi neonatus. Setiap lobus, yang dipisahkan satu sama lain oleh jaringan ikat padat dan banyak jaringan lemak, sesungguhnya merupakan suatu kelenjar tersendiri dengan duktus ekskretorius laktiferusnya sendiri. Duktus ini, dengan panjang 2-4,5 cm, bermuara pada papilla mammae, yang memiliki 15-25 muara, masing- masing berdiameter 0,5 mm. Carneiro, 2007. Gambar 2.2 Anatomi Payudara Carneiro, 2007 Sebelum pubertas, kelenjar mammae terdiri atas sinus laktiferus dan beberapa cabang sinus ini, yakni duktus laktiferus. Pada gadis selama pubertas, payudara membesar dan membentuk putting susu yang mencolok. Pada anak laki-laki, kelenjar mammae tetap datar. Pembesaran payudara selama pubertas terjadi akibat penimbunan jaringan lemak dan jaringan ikat, dengan meningkatnya pertumbuhan dan percabangan duktus laktiferus akibat bertambahnya jumlah estrogen ovarium. Struktur khas kelenjar -lobus-pada wanita dewasa berkembang pada duktus ujung terkecil. Sebuah lobus terdiri atas sejumlah duktus yang bermuara ke dalam satu duktus terminal. Setiap lobus terdapat dalam jaringan ikat longgar. Suatu jaringan ikat yang kurang padat dan kurang banyak mengandung sel, memisahkan lobus-lobus. Dekat dengan muara papilla mammae, Duktus laktiferus menjadi lebar dan menjadi sinus laktiferus. Sinus laktiferus dilapisi epitel selapis gepeng pada muara luarnya. Epitel ini berubah menjadi epitel berlapis silindris atau berlapis kuboid. Lapisan duktus laktiferus dan duktus terminal merupakan epitel selapis kuboid dan dibungkus sel mioepitel yang berhimpitan. Jaringan ikat yang mengelilingi alveoli mengandung banyak sel limfosit dan sel plasma. Populasi sel plasma bertambah nyata menjelang akhir kehamilan, sel ini berfungsi menyekresi immunoglobulin IgA sekretorik yang memberikan kekebalan pasif pada neonatus. Carneiro, 2007 Struktur histology kelenjar ini mengalami sedikit perubahan selama siklus menstrulasi, misalnya proliferasi sel duktus di sekitar masa ovulasi. Perubahan ini bertepatan saat ketika kadar estrogen yang beredar mencapai puncaknya. Bertambahnya cairan jaringan ikat pada fase pra- menstrulasi menambah besar payudara. Carneiro, 2007. Papilla mammae puting susu berbentuk kerucut dan warnanya mungkin merah muda, coklat muda, atau coklat tua. Bagian luar papilla ini, ditutupi epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk yang berhubungan langsung dengan kulit didekatnya. Kulit disekitar puting susu membentuk areola mammae. Warna areola menjadi gelap selama kehamilan, akibat akumulasi melanin setempat. Setelah melahirkan, areola menjadi putih kembali namun jarang mencapai warna aslinya. Epitel puting susu berada di atas selapis jaringan ikat yang banyak mengandung serabut otot polos. Serabut-serabut ini tersusun melingkari duktus laktiferus yang lebih dalam dan tersusun sejajar terhadap duktus ini di tempat masuknya duktus pada puting susu. Puting susu ini banyak di persarafi oleh ujung saraf sensorik. Carneiro, 2007 2. 3 Kanker Payudara 2.3.1 Definisi Kanker Payudara Kanker payudara disebut juga dengan carcinoma mammae adalah sebuah tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara. Tumor ganas ini dapat berasal dari kelenjar, saluran kelenjar, jaringan lemak maupun jaringan ikat payudara. Kanker ini memang tidak tumbuh dengan cepat namun berbahaya. Kanker ini juga termasuk dalam catatan WHO di masukkan kedalam International Classification of Diseases ICD dengan kode nomor 17. Suryaningsih, 2009

2.3.2 Epidemiologi Kanker Payudara

Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang terdapat pada wanita dan masih merupakan masalah kesehatan pada wanita, karena selain merupakan salah satu penyakit keganasan kedua terbanyak juga sering menyebabkan kematian. Kanker payudara berasal dari parenkim atau dari stroma mamma. Penyakit ini oleh WHO dimasukkan dalam international classification of disease ICD dengan nomor kode 174 Tjahyadi, dkk. 1986. Insidens kanker payudara bervariasi pada setiap negara. Di Indonesia, insidens kanker payudar ada 22,2100.000 setiap tahunnya. Di amerika insidensnya paling tinggi yaitu 71,7100.000, di Autralia 55,6100.000, dan di jepang insidensnya rendah yaitu 12,1100.000 Tjindarbumi dkk, 1995. Umur merupakan faktor penting yang ikut menentukan insidens atau frekuensi kanker payudara. Di indonesia frekuensi kanker payudara yang tertinggi ditemukan pada umur wanita yang produktif yaitu 40-49 tahun dan tersering adalah pada usia 40 tahun ke atas Ramli, 1995. Di Amerika frekuensi kanker payudara tertinggi ditemukan pada umur 40-50 tahun. Umur rata-rata penderita kanker payudara yang ditemukan di jakarta ialah 46 tahun, di Surabaya 47 tahun dan di Bombay India 53 tahun. Umur termuda penderita kanker payudara di surabaya ialah 14 tahun yang tertua 91 tahun Sukardja, 1998. Beberapa faktor resiko pada kanker payudara yang sudah diterima secara luas oleh kalangan oncologist di dunia adalah. a. Umur lebih tua dari 39 tahun cancer age b. Anak pertama lahir setelah usia 35 tahun risikonya 2 kali lebih besar c. Tidak menikah mullipara mempunyai risiko 2-4 kali lebih tinggi daripada wanita yang menikah dan punya anak. d. Menarche haid pertama kurang dari 12 tahun mempunyai risiko 1,7 – 3,4 kali lebih tinggi daripada wanita dengan menarche datang pada usia normal yaitu lebih dari 12 tahun. e. Menopause datang terlambat lebih dari 55 tahun risikonya 2,5 – 5 kali lebih tinggi. f. Pernah operasi tumor jinak payudara risikonya 2,5 kali lebih tinggi.

2.3.3. Gejala Klinis

Gejala klinis kanker payudara dapat berupa benjolan pada payudara, erosi atau eksema puting susu, atau berupa perdarahan pada puting susu. Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, makin lama makin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada putting susu. Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam retraksi, berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi edema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk peau d’orange, menjadi mengkerut atau timbul borok ulkus pada payudara. Borok itu makin lama makin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk dan mudah berdarah. Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul kalau tumor sudah besar, sudah timbul borok, atau kalau sudah ada metastase ke tulang-tulang. Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak edema pada lengan dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh. Handoyo, 1990

2.3.4 Perjalanan Penyakit

2.3.4.1 Tahap-tahap perkembangan sel normal menjadi sel kanker

Sejarah perkembangan tumor ganas dibagi dalam empat fase: perubahan yang besar pada sel target transformasi, pertumbuhan sel yang bertransformasi tadi, invasi local dan metastasis ke seluruh tubuh. Inilah karakteristik perbedaan antara tumor jinak dan tumor ganas.

2.3.4.2 Diferensiasi dan anaplasia

Diferensiasi adalah sel neoplastik yang bila dibandngkan dengan sel normal berbeda secara fungsional dan morfologi, disebut anaplasia bila sel tersebut sudah sangat berbeda dengan sel normalnya. Anaplasia ditandai dengan beberapa perubahan morfologi: 1. Pleomorfisme. Sel ditemukan beberapa kali lebih besar dari sel tetangganya dan kadang beberapa sel juga kadang-kadang lebih kecil 2. Morfologi inti sel yang abnormal. Nucleus membesar dan hiperkromatik sehingga rasio terhadap sitoplasma menjadi 1:1.Terdapat anak inti yang besar di dalam inti. 3. Mitosis. Menggambarkan aktivitas sel dalam membelah diri, biarpun adanya mitosis tidak dapat menggambarkan bahwa sel tersebut telah ganas apa tidak tetapi ada perubahan yang morfologi yang menggambarkan sel ganas apa tidak seperti atipik, mitosis aneh yang meproduksi tripolar atau quadripolar spindle. 4. Perubahan lain. Terbentuknya sel-sel tumor raksasa yang mempunyai inti yang sangat besar atau mempunyai beberapa inti sel. Di bagian tengah sel tumor tersebut biasanya mengalami nekrosis karena tidak mendapat suplai darah yang adekuat.

2.3.4.3 Kecepatan pertumbuhan sel

Kecepatan pertumbuhan sel biasanya ditandai dengan 3 factor utama: pertumbuhan sel dua kali lebih cepat dari normal, fraksi sel tumor yang berada di kolam replikasi, dan kecepatan dimana sel tumor bertumpuk. Umumnya, kecepatan pertumbuhan sel tumor sangat berkorelasi dengan tingkat diferensiasi mereka dan tumor ganas biasanya tumbuh lebih cepat dari tumor jinak. Biasanya sel tumor terhenti di fase G0 atau G1.

2.3.4.4 Invasi lokal

Semua tumor jinak tumbuh lambat dan biasanya local karena dia tidak mempunyai kemapuan untuk infiltrasi, invasi atau metastasis. Mereka membentuk kapsula fibrosa yang memisahkannya dari jaringan host. Biarpun dilindungi oleh jaringan kapsul tetapi dapat terjadi hemangioma neoplasma yang terbentuk dari pembuluh darah yang terbentuk di sekitar tumor biasanya manifestasinya terlihat di kulit. Pertumbuhan kanker bersamaan dengan infiltrasi yang progresif, invasi, dan penghancuran jaringan sekitar. Umumnya tumor ganas sangat tidak bisa membatasi geraknya dalam menyerang sel yang sehat. Pelan- pelan tumor yang ganas tersebut tumbuh mendekati jaringan kapsul dan mendorong menuju jaringan yang sehat. Pemerikaan histology massa kapsul menunjukkan barisan sel yang penetrasi dan infiltrasi ke sel yang terdekat membentuk struktur yang tidak teratur seperti kepiting yang menggambarkan sel kanker.

2.3.4.5 Metastasis

Adalah penyebaran tumor ganas menuju ke rongga-rongga tubuh, pembuluh darah dan saluran limfatik akibat sifat invasive dari tumor ganas tersebut. 1. Penyebaran ke rongga-rongga dan permukaan tubuh Terjadi ketika tumor ganas menyerang tempat-tempat rongga tubuh yang natural. Biasanya menyerang ke kavitas peritoneal, tetapi kavitas yang lain seperti pleural, pericardial, subarachnoid, dan persendian dapat juga terkena penyebaran dari tumor ganas. 2. Penyebaran limfatik Penyebaran melalui limfatik adalah jalan yang paling sering ditempuh oleh tumor ganas. Pada kanker payudara melakukan pemeriksaan kelenjar limfatik aksilla sangat penting untuk mengetahui progresifitas tumor dan perencanaan tata laksana 3. Penyebaran hematogen Arteri dengan dinding yang lebih tebal dari vena lebih kuat dari penetrasi yang dilakukan oleh tumor ganas, tumor ganas yang melewati kapiler pulmoner atau arteri pulmoner dapat meningkatkan risiko terjadinya emboli. Paru-paru dan liver merupakan yang apling lsering terkena metastasis akibat persebaran hematogen. Seperti kanker lainnya, penyebab kanker payudara masih belum diketahui. Namun, hasil penelitian mengidentifikasi bahwa terdapat diantaranya 3 faktor yang tampaknya penting dalam peningkatan risiko kanker payudara yaitu; 1 perubahan genetic, 2 pengaruh hormon, 3 factor lingkungan. 1 Perubahan Genetik Perubahan genetic juga berperan dalam timbulnya kanker payudara sporadic. Seperti pada sebagian besar kanker lainnya, mutasi yang mempengaruhi protoonkogen dan gen penekan tumor di epitel payudara ikut serta dalam proses transformasi onkogenik. Di antara berbagai mutasi tersebut, yang paling banyak dipelajari adalah ekspresi berlebihan protoonkogen ERBB2 HER2NEU, yang diketahui mengalami amplifikasi hampir 30 kanker payudara. Gen ini adalah anggota dari family reseptorfaktor pertumbuhan epidermis, dan ekspresi berlebihannya berkaitan dengan prognosis yang buruk. Kumar, 2007 Underwood 2006 mengatakan bahwa hasil penelitian lain juga menemukan bahwa kerusakan dua gen yaitu BRCA1 dan BRCA2 dapat meningkatkan risiko wanita terkena kanker sampai 85. Hal yang menarik, faktor genetik hanya berdampak 5-10 dari terjadinya kanker payudara dan ini menunjukkan bahwa faktor risiko lainnya memainkan peranan penting. 2 Pengaruh Hormon Kelebihan estrogen endogen, atau yang lebih tepat ketdakseimbangan hormone, jelas berperan penting. Banyak factor risiko yang telah disebutkan ; usia subur yang lama, nuliparitas, dan usia lanjut saat memiliki anak pertama mengisyaratkan peningkatan pajanan ke kadar estrogen yang tinggi saat daur haid . Estrogen merangsang pembentukan factor pertumbuhan oleh sel epitel payudara normal dan oleh sel kanker. Dihipotesiskan bahwa reseptor estrogen dan progesterone yang secara normalterdapat di epitel payudara, mungkin berinteraksi dengan promoter pertumbuhan, seperti Transforming growth factor α berkaitan dengan factor pertumbuhan epitel, platelet derived growth factor, dan factor pertumbuhan fibroblast yang dikeluarkan oleh sel kanker payudara, untuk menciptakan suatu mekanisme autokrin perkembangan tumor. Kumar, 2007 3 Faktor Lingkungan Pengaruh lingkungan diisyaratkan oleh insidensi kanker payudara yang berbeda-beda dalam kelompok yang secara genetis homogen dan perbedaan geografik dalam prevalensi. faktor lingkungan lain yang penting adalah iradiasi dan estrogen eksogen. Kumar, 2007

2.3.4.6 P e

n y eba ra n K ank e r Pa y uda r a . Akh irn ya, t erja d i pe n ye b aran me l al u i sal u ran l imf da n dara h . Me t as t asis ke kele n ja r geta h b e n i n g ditemukan pada seki t ar 40 ka nk er yang be r ma n ifes t asi sebagai massa ya n g dapa t dipalpasi, te t api pada ku r ang dari 15 k as u s y ang ditemukan dengan mamogra fi. Lesi y ang terletak di tengah atau kua d ra n luar b iasan y a mula - mula men y ebar ke kelenjar aksila . Tumor y ang terle t ak di kuadran dalam sering mengenai ke l enjar getah bening d i sepanjang ar t eria mama r ia interna . Kelenjar suprakla v ik u la kadang - kadang menjadi temp a t utama pen y ebaran, tetapi kelenjar ini baru terkena han y a se t e l a h k e l e nj ar a k si l aris d a n ma m ar i a in t er n a t erkena. Akhi r n ya, t e r ja di penye b a r a n ke te mp a t ya n g l e bih dis t a l , de n ga n ke l a in an metas t atik di hamp i r sem u a orga n a t au j a rin ga n d i tub u h . L o k as i y a n g dis u ka i a d a l a h pam, t ula ng , h a ti , d a n k e l e nj a r s er t a ya n g le bih jara n g o t a k , l i mpa, d a n h ip o f isi s . Na mu n, tidak a d a tempat y a ng d apa t lolos . M e t a s ta s i s mun g kin tim b ul b e rt a hun-tahun se t e l ah l es i primer tampaknya t e lah t e rkontrol o l e h t e rap i , k a dan g- kadan g 15 tahun k e mudian . Penentuan Stadiu m Kanker P ay uda r a . Faktor prog n os tik t er p e nt i n g u ntu k kan k e r pa y ud a r a adalah uk ur a n tumo r p ri m e r , me t astasis ke kelenjar g e t a h b e n i n g , d an adanya l es i d i tempa t jauh. Fak t o r prog no s ti k loka l ya n g b ur u k adalah invasi ke d i n di n g dada, u l se r asi kulit , da n gamba r a n k li n i s karsino m a pe r a d a n gan. Gam b ara n ini di g u na k an untuk m engk l as ifi kas i k a n p ere m puan k e da l a m ke l om p ok prognos t ik d e mi k epentinga n pengobatan , konse l i n g , d a n uji klini s. S i s tem p e n en t uan s t adi u m y ang t erser i n g d igu n aka n t e l ah dir a n cang o l e h A m er i ca n Joint Com mitte e o n C an ce r S t ag in g d a n I nt er n a t io n a l U n ion A ga ins t Ca n ce r , se p er ti t e rlih a t b e ri ku t ini . Harap a n h idu p 5 ta hu n unt uk pere m p u an b e rkisar dari 92 untu k p e n yak i t s t ad i um a hin gga 1 3 untuk p en y akit s t a diu m IV . A me rican Joint Co mmi tt ee o n Can c e r S t agi n g o f Breast C a rc i no m a Stadium 0 : D C I S t er m asu k pen y akit Pag e t pa d a p utin g p ay ud ara d an LC I S Stad i um I : Ka r si n oma in v asif dengan ukur a n 2 c m a t a u kura n g ser t a ke l e nj ar ge t a h b e nin g n egatif Stadium I I A : Ka r sino m a in v asif de n gan uku ran 2 cm a t a u k u rang d iserta i m e t astasis ke k elenjar getah ben i n g a t au ka r sin om a in vasif l e b i h da r i 2 cm , t e t a p i k ur a n g d a ri 5 c m d e n gan k e l en j ar ge t a h b e n i n g n ega t if Stadium IIIA : Ka r s i n om a i n vas i f ber u ku r an garis t e n gah l e bi h d a r i 2 c m , t e t a p i k u rang da ri 5 c m d e n ga n k ele n jar ge t ah b e ni ng p o si tif ata u ka r sino m a i n vas i f b er u k ur an le b ih d ari 5 cm t a np a ke t er li ba t a n ke l en j ar ge t a h b e n i n g Stadium IlIA : Ka r s in oma in vasif u kuran b erapa pun d e n ga n kele n ja r ge t a h b e nin g t erfi k sasi ya i t u i n vas i e k s tr a n od u s ya n g me lu as di a ntar a k e l e n jar get ah b e nin g ata u men g in vas i k e da lam s t ru k tur lai n a t au k a r si n oma b e r uk ur a n ga r is t e n ga h l eb i h d a ri 5 c m d e n gan m e t asta si s ke l e nj a r ge t a h be n i n g n o n fiksasi Stad i um IIIB : K a r s in o m a in fla m asi, kars i no m a yang me n g in v a si din d in g d a d a , ka r si nom a ya n g m e n g in vas i k ul i t , k a r si n oma d enga n no d us k ulit sa t e l i t , a t a u se ti ap k a r si n o m a d e n ga n m e ta s t as i s ke kelen ja r geta h be n ing m a mar i a i ntem a ips il ate r al Stadium IIIC : Karsinoma invasive ukuran berapapun dengan kelenjar getah bening terfiksasi dan supraklavikuler homolateral, tanpa metastasis ke tempat jauh. Stadium I V : Metas t a sis ke tempa t jauh.

2.3.5 Faktor Risiko Kanker Payudara

Penyebab kanker payudara belum dapat ditentukan namun terdapat beberapa factor resiko yang telah ditetapkan, keduanya adalah lingkungan dan genetic Tabel 2.2. factor-faktor yang berkaitan dengan peningkatan resiko kanker payudara adalah tempat tinggal di Negara berkembang bagian barat, keadaan sosioekonomi yang rendah, ras, riwayat penyakit payudara proliferative, awitan dini menarke, terlambatnya kelahiran anak pertama, menopause yang terlambat, keadaan nulipara, terapi hormone eksogen, terpajan radiasi, dan faktor-faktor makanan obesitas dan asupan alcohol yang tinggi. Price, SA. 2006 vol2 Tabel 2.2 Faktor Risiko dan Insidens untuk Kanker Payudara Faktor Risiko Insidens Tinggi Insidens Rendah Usia Usia 30-50 tahun Menurun saat menopause Lokasi geografis Eropa barat dan amerika utara: lebih dari 6-10 kali keturunan amerika, perempuan afrika- ameria sebelum usia 40 tahun Jepang, sebagian besar Asia, Afrika Perempuan kaukasian sebelum usia 40 tahun. Status sosioekonomi Kelompok sosioekonomi menengah ke atas Kelompok sosioekonomi rendah Status perkawinan Perempuan tidak menikah 50 lebih sering terkena kanker payudara Perempuan yang menikah Paritas Nullipara Kelahiran pertama setelah usia 30 tahun Multipara menurun dengan setiap kelahiran Paritas tinggi 4 atau lebih kelahiran Riwayat menstruasi Abortus spontan sebelum kelahiran pertama Menarke usia dini Menopause lambat setelah usia 50 tahun Kelahiran pertama sebelum usia 20 tahun, penurunan risiko setiap tahun kelambatan Awitan awal menopause sebelum usia 45 tahun Riwayat keluarga Keluarga perempuan tingkat pertama keluarga maternal atau paternal dengan kanker payudara: 2-3 kali lebih besar terkena kanker payudara. Ibu dan saudara perempuan, atau 2 saudara perempuan terkena kanker payudara: 6 kali lebih besar terkena kanker payudara Bentuk tubuh Obesitas setiap penambahan 10 kg: 80 lebih besar terkena kanker payudara Penyakit payudara lain Hyperplasia duktus dan lobulus dengan atipia: 8 kali lebih besar terkena kanker payudara Terpajan radiasi Peningkatan risiko untuk setiap radiasi pada perempuan muda dan anak-anak, bermanifestasi setelah usia 30 tahun; periode laten minimum: 10-15 tahun Kanker primer kedua Dengan kanker ovarium primer; risiko kanker payudara 3-4 kali lebih besar.

2.3.6 Resiko Dini Kanker Payudara

Tjindarbumi D 2003 menyatakan bahwa epidemiologi dari kanker payudara telah diselidiki lebih mendalam pada binatang dan manusia daripada penyakit kanker lainnya. Penelitian genetik dari penyakit ini telah berulanag kali menunjukkan suatu kenaikan 2 atau 3 kali lipat dalam resiko mendapatkan kanker payudara yang “site spesific” yang berhubungan dengan keluarga kanker payudara tingkat 1. Resiko ini menunjukkan jelas suatu kenaikkan, bila permulaan dari penyakit kanker payudara terjadi pada masa menopause atau bila terjadi bilateral. Selanjutnya Tjindarbumi D. 2003 menyatakan bahwa kanker payudara dapat juga ditemukan pada keluarga yang mempunyai hubungan dengan penyakit kanker lainnya, termasuk kanker dari: a. Kanker saluran pencernaan Gastrointestinal cancer b. Kanker indung telur dan rahim ovarium and endometrium cancer c. Tumor-tumor otak Brain cncer d. Kanker darah leukimia e. Sarkoma Berdasarkan hasil penelitian dari Simanjuntak T.M 1977 yang telah melakukan penelitiannya di bagian bedah FKUIRSCM periode 1971- 1973, menemukan beberapa faktor resiko pada kanker payudara yang sudah diterima secara luas oleh kalangan pakar kanker oncologist di dunia adalah sebagai berikut: 11. Wanita yang berumur lebih dari 30 tahun mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mendapatkan kanker payudara dan resiko ini akan bertambah samapi umur 50 tahun. 12. Wanita yang tidak menikah resikonya 2-4 kali ebih tinggi daripada wanita yang menikah dan mempunyai anak. 13. Wanita yang melahirkan anak pertama setelah berumur 35 tahun resikonya 2 kali lebih besar. 14. Wanita yang mengalami menstruasi pertama menarche yang usianya kurang dari 12 tahun resikonya 1,7 – 3,4 kali lebih tinggi daripada wanita dengan menarche yang datang pada usia normal atau lebih dari 12 tahun. 15. Wanita yang mengalami masa menopousenya terlambat lebih dari 55 tahun, resikonya 2,5 hingga 5 kali lebih tinggi. 16. Wanita yang pernah mengalami infeksi, trauma atau tumor jinak payudara, resikonya 3-9 kali lebih besar. 17. Wanita dengan kanker pada payudara kontralateral, resikonya 3-9 kali lebih besar. 18. Wanita yang pernah mengalami operasi tumor ovarium resikonya 3-4 kali lebih besar. 19. Wanita yang mengalami penyinaran radiasi di dinding dada, resikonya 2-3 kali lebih tinggi. 20. Wanitapuan, dengan riwayat keluarga ada yang menderita kaner payudara pada ibu, saudara perempuan, adikkakak, resikonya 2-3 kali lebih tinggi. 21. Wanita yang memakai kontrasepsi oral pada penderita tumor payudara jinak akan meningkatkan resiko untuk mendapatkan kanker payudara 11 kali lebih tinggi.

2.4 Konsep Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Pengetahuan Individu

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan tentang SADARI dan Kanker Payudara dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada Siswi Madrasah Aliyah Swasta Persatuan Amal Bakti 2 Helvetia Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

9 99 98

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Faktor Risiko Serta Penanganan Awal Diare Akut Pada Anak di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

1 41 79

Pengetahuan tentang Pengobatan Kemoterapi pada Pasien Kanker Payudara di Hope Clinic Medan

10 124 67

Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat (Wanita) Tentang Kanker Payudara di Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2010

0 46 65

Hubungan Usia Dan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Wanita Usia 20-50 Tahun Tentang Periksa Payudara Sendiri (Sadari) di Rt 05 Dan Rt 07 Rw 02 Kelurahan Rempoa Tahun 2010

0 6 107

Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Masyarakat Usia 20-45 Tahun Terhadap Penanganan Kanker Payudara Di Kompleks Taman Rempoa Indah RT 07/RW 02

0 23 56

hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan wanita usia 15-55 Tahun tentang tanda dan gejala kanker payudara di kompleks Rempoa Indah RW 02 pada bulan September 2010

0 14 64

Hubungan usia dengan tingkat pengetahuan tentang kanker payudara dan faktor risikonya di kompleks Taman Rempoa Indah rw 02 pada bulan September Tahun 2010

0 6 52

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER PAYUDARA DENGAN SIKAP TERHADAP PERIKSA Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Payudara Dengan Sikap Terhadap Periksa Payudara Sendiri (SADARI) Pada Wanita Usia Produktif Di Desa Kalibening.

0 0 17

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TINGKAT RISIKO TERKENA KANKER PAYUDARA DENGAN PERILAKU SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) Pada WANITA DEWASA DINI

0 0 123