hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan wanita usia 15-55 Tahun tentang tanda dan gejala kanker payudara di kompleks Rempoa Indah RW 02 pada bulan September 2010

(1)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN

PENGETAHUAN WANITA USIA 15

55 TAHUN TENTANG

TANDA DAN GEJALA KANKER PAYUDARA DI KOMPLEKS

REMPOA INDAH RW 02 PADA TAHUN 2010

Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

OLEH :

MUHAMAD NURUL YAKIN NIM : 107103001758

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 20 September 2010


(3)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI

Nama : Muhamad Nurul Yakin

Tempat, Tgl Lahir : Tasikmalaya, 21 juni 1989 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jln. Tenjonagara Kec. Cigalontang Kab. Tasikmalaya 46417 Jawa Barat

Email : yakintasik@gmail.com

Contact person : 085781158060 Riwayat Pendidikan :

1. SDN Tenjonagara II (1996-2002)

2. MTs Mathlabussa’adah Tenjonagara (2002-2005)

3. MAN Cipasung Tasikmalaya (2005-2007)


(4)

Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN WANITA USIA 15-55 TAHUN TENTANG TANDA DAN GEJALA KANKER PAYUDARA DI KOMPLEKS REMPOA INDAH RW 02 PADA BULAN SEPTEMBER 2010 yang diajukan oleh Muhamad Nurul Yakin (NIM: 107103001758), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 6 October 2010. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.

Jakarta, 3 October 2010

DEWAN PENGUJI

Pembimbing Penguji

dr. Fika Ekayanti, M.Med.Ed. dr.Afrimal Safaruddin SpB(k)Onk

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN


(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji Syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunia dan nikmat yang diberikan sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu penulisan makalah ini, seperti:

1. Prof. Dr.MK. Tadjudin, SpAnd. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

2. DR. Syarief Hasan Lutfie, Sp. RM selaku Kepala Program Studi Kedokteran

3. dr. Fika Ekayanti M. Med. Ed. selaku pembimbing riset 4. Para dosen yang telah memberikan bimbingannya 5. Keluarga yang telah memberikan dukungannya 6. Teman-teman sejawat yang telah memberikan saran

Akhir kata, kami berharap laporan penelitian ini dapat berguna bagi para pembaca umumnya, khususnya bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Ciputat, 20 September 2010


(6)

ABSTRAK

JUDUL : HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN WANITA USIA 15-55 TAHUN TENTANG

TANDA DAN GEJALA KANKER PAYUDARA DI

KOMPLEKS REMPOA INDAH RW 02 PADA BULAN SEPTEMBER 2010.

Gejala permulaan kanker payudara sering tidak disadari atau dirasakan dengan jelas oleh penderita sehingga banyak penderita yang berobat dalam keadaan lanjut. untuk mencegah hal itu, perlu diketahui bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat tentang tanda dan gejala kanker payudara dihubungkan dengan pendidikan yang diperkirakan akan berkorelasi positif sesuai tingginya tingkat pendidikan responden. Namun, dari penelitian hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan terhadap tanda dan gejala kanker payudara yang dilakukan di Kelurahan Rempoa pada bulan September tahun 2010 dengan 100 orang sampel dan menggunakan metode penelitian analytical observasional dengan desain cross sectional, memberikan hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan terakhir pada sampel dengan pengetahuan terhadap tanda dan gejala kanker payudara. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal dari responden serta faktor teknis dan non-teknis peneliti yang menjadi kendala pada penelitian ini.

Kata kunci : Tingkat pendidikan, Tingkat pengetahuan, Tanda dan Gejala Kanker payudara.


(7)

DAFTAR ISI

Hal.

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar belakang Penelitian ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Hipotesis ... 3

1.4. Tujuan Penelitian ... 3

1.4.1. Tujuan Umum ... 3

1.4.2. Tujuan Khusus ... 3

1.5. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Landasan Teori ... 5

2.1. Pengetahuan ... 5

2.1.1. Pengertian Pengetahuan ... 5

2.1.2. Tingkatan Pengetahuan ... 5

2.1.3. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan ... 6

2.1.4. Kategori pengetahuan ... 9

2.1.5. Pengukuran Pengetahuan ... 9

2.2. Payudara ... 9

2.2.1. Definisi Payudara ... 9

2.2.2. Kanker Payudara ... 10

2.2.3. Epidemiologi Kanker Payudara di Indonesia ... 10

2.2.4. Etiologi dan Faktor Risiko Kanker Payudara ... 10

2.2.5. Patogenesis ... 14

2.2.6. Klasifikasi Kanker Payudara ... 15

2.2.7. Tingkat penyebaran ... 16

2.2.8. Tanda dan Gejala Kanker Payudara ... 17

2.2.9. Penyebaran Kanker Payudara ... 21

2.2.10. Prognosis dan Perjalanan Penyakit ... 22

B. Kerangka Konsep ... 26

C. Definisi Operasional ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 28

3.1. Desain Penelitian ... 28

3.2. Tempat dan Waktu ... 28

3.3. Populasi ... 28

3.4. Sampel ... 28


(8)

3.5.1. Kriteria Inklusi ... 30

3.6. Teknik Pengolahan Data ... 30

3.7. Teknik Analisa Data ... 31

BAB IV HASIL DAN PEM.BAHASAN... 33

4.1. Hasil Penelitian ... 33

4.1.1. Data Umum ... 33

4.1.1. Data Khusus ... 33

4.2. Pembahasan Penelitian ... 36

4.2.1. Pendidikan wanita Kelurahan Rempoa ... 37

4.2.2. Pengetahuan Responden ... 37

4.2.3. Hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan ... 38

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 41

5.1. Simpulan ... 41

5.2. Saran ... 41

5.2.1. Bagi Peneliti ... 41

5.2.2. Bagi Tenaga Kesehatan ... 42

5.2.3. Bagi Masyarakat ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

LAMPIRAN KUISIONER ... 44


(9)

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 2.1.Definisi Operasional ... 26

Tabel 3.1.Pembagian Jumlah Sampel ... 30

Tabel 4.1.Distribusi Tingkat Pendidikan ... 33

Tabel 4.2.Distribusi Skor Pengetahuan ... 34

Tabel 4.3.Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan ... 34


(10)

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN

Hal.

Gambar 2.1. Anatomi payudara ... 10

Gambar 2.2. Hubungan usia dengan angka kejadian kanker payudara ... 11

Gambar 2.3. Tanda dan gejala pada karsinoma mammae ... 18


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang Penelitian

Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Masih menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700,000 meninggal karenanya. Belum ada data statistik yang akurat di Indonesia, namun data yang terkumpul dari rumah sakit menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki ranking atas diantara kanker lainnya pada wanita di Indonesia. (Tjindarbumi, 1982)

Kanker payudara merupakan salah satu tumor ganas paling sering ditemukan pada wanita, kanker payudara pada pria hanya sekitar 1% dari sekian banyak kasus kanker payudara. Di Eropa Barat, Amerika Utara dan negara maju lain, insiden kanker payudara menempati posisi pertama dari kanker yang sering menjangkiti kaum wanita. RRC walaupun tergolong negara berinsiden rendah, tapi insidennya menunjukkan tren meningkat jelas, di Beijing, Shanghai, Tianjin, dan kota besar lain insiden kanker payudara telah melonjak menempati posisi pertama dari berbagai kanker wanita. Menurut statistik, setiap tahun di RRC terdapat 40.000 lebih wanita meninggal karenanya, maka kanker payudara telah menjadi salah satu penyakit serius yang mengancam negara kita. (Desen, Wan. 2008)

Gejala permulaan kanker payudara sering tidak disadari atau dirasakan dengan jelas oleh penderita sehingga banyak penderita yang berobat dalam keadaan lanjut. Hal inilah yang menyebabkan tingginya angka kematian kanker tersebut. Padahal, pada stadium dini kematian akibat kanker masih dapat dicegah. Tjindarbumi (1982) mengatakan, bila penyakit kanker payudara ditemukan dalam stadium dini, angka harapan hidupnya (life expectancy) tinggi, berkisar antara 85-95%. Namun, dikatakannya pula bahwa 70-90% penderita datang ke rumah sakit setelah penyakit parah, yaitu setelah masuk dalam stadium lanjut. (Tjindarbumi, 1982)


(12)

Berdasarkan data studi epidemiologi di atas telah diketahui bersama bahwa kanker payudara merupakan salah satu kanker yang sering ditemukan di Indonesia bahkan menduduki peringkat ke-2 jenis kanker tersering pada wanita setelah kanker serviks (kanker leher rahim). Kanker payudara umumnya mulai ditemui pada usia setengah baya dan lansia. Jarang terjadi pada usia kurang dari 30 tahun, sedangkan yang kurang dari 20 tahun sangat jarang. Dihitung dengan selang usia 5 tahunan pasien terbanyak berusia 45-49 tahun (25,2%), 40-44 tahun (15,8%), dan 54-59 tahun (15,6%). (Desen, Wan. 2008)

Untuk menurunkan angka kejadian ini dapat dilakukan deteksi dini gejala dan tanda yang mengarah kepada terjadinya kanker payudara sehingga dapat segera mengambil tindakan sedini mungkin bila ternyata ditemukan tanda dan gejala yang menyerupai kanker payudara.

Melihat dari bahaya yang sangat serius dari kanker payudara, masyarakat kita hendaklah mengetahui beberapa faktor risiko, tanda dan gejala yang dapat menyebabkan tingginya prevalensi kanker tersebut, disertai dengan tindakan pencegahan maupun deteksi dini untuk meningkatkan derajat kesembuhan dan meminimalisir komplikasi apabila terdeteksi kanker payudara.

Ditengah masyarakat kita yang belum sepenuhnya mengerti tentang bahaya kanker payudara, oleh karena itu peneliti ingin mengetahui tentang peran pendidikan yang dihubungkan dengan pengetahuan wanita tentang kanker payudara, tanda dan gejalanya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, juga bagaimana mereka menyikapi kejadian kanker payudara yang telah menduduki urutan ke-2 jenis kanker tersering pada wanita setelah kanker serviks.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan wanita usia 15-55 tahun tentang tanda dan gejala kanker payudara di kompleks Rempoa Taman Indah RW 02 pada bulan september tahun 2010 ?


(13)

1.3. Hipotesis

Terdapat hubungan yang berkorelasi positif antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan wanita usia 15-55 tahun tentang tanda dan gejala kanker payudara di kompleks Rempoa Taman Indah RW 02 pada bulan september tahun 2010.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

 Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan wanita tentang tanda dan gejala kanker payudara di kompleks rempoa indah RW 02 pada bulan agustus 2010

1.4.2. Tujuan Khusus

 Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

 Mengetahui gambaran tingkat pendidikan wanita di Kelurahan Rempoa RW 02.

 Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan wanita Kelurahan Rempoa RW 02 terhadap tanda kanker payudara.

 Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan wanita Kelurahan Rempoa RW 02 terhadap gejala kanker payudara.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat berguna untuk:

 Sebagai salah satu prasyarat kelulusan dalam menyelesaikan program sarjana kedokteran

 Menambah pengetahuan tentang tanda dan gejala kanker payudara yang merupakan kanker nomor dua terbesar kejadiannya pada wanita di Indonesia


(14)

 Menjadi dasar pelaksanaan program-program peningkatan pengetahuan masyarakat tentang tanda dan gejala kanker payudara dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya.

 Menjadi dasar penelitian tentang kanker payudara yang akan dilakukan pada waktu mendatang

 Menjadi evaluasi bagi pelayanan kesehatan dalam upaya mengedukasi masyarakat di berbagai tingkat usia tentang kanker payudara, faktor-faktor yang mempengaruhinya, tanda dan gejalanya serta cara pemeriksaan dini yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kanker payudara.


(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

2.1. Pengetahuan

2.1.1.Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 1997). Menurut Taufik (2007), pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya).

2.1.2.Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,


(16)

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.(Notoatmodjo, 2003).

2.1.3.Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan


(17)

a. Umur

Singgih (1998), mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu Abu Ahmadi (2001), juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

Menurut Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penelitian-penelitian epidemiologi yang merupakan salah satu hal yang mempengaruhi pengetahuan. Umur adalah lamanya waktu hidup seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan sampai berulang tahun yang terakhir. Masa menopause merupakan masa peralihan dari masa haid sampai masa berhentinya haid, berlangsung antara usia 30-46 tahun (Depkes, 2007).

b. Pendidikan

Tingkat pendidikan juga mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan teknologi baru (SDKI, 1997). Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Karena dapat membuat seseorang untuk lebih mudah mengambil keputusan dan bertindak.

Menurut Notoadmojo (1997) pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Menurut Wied Hary A.(1996), menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula pengetahuanya.


(18)

c. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari artinya makin cocok jenis pekerjaan yang diemban, makin tinggi pula tingkat kepuasan yang diperoleh (Hurlock, 1998).

d. Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan (Khayan, 1997 : 34). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.

e. Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada pada cara berfikir seseorang. (Nasution : 1999)

f. Sosial budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubunganya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.

g. Media Informasi

Menurut Wied Hary A (1996) informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.


(19)

h. Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.(Notoadmojo 1997 : 13)

2.1.4.Kategori pengetahuan

Menurut (Arikunto, 1998) mengemukakan bahwa untuk mengetahui secara kualitas tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat dibagi menjadi empat tingkat yaitu:

 Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100 %

 Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75 %

 Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai 40-55 %

 Tingkat pengetahuan buruk bila skor atau nilai < 40 %

2.1.5. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas. (Notoatmodjo, 2003).

2.2. Payudara

2.2.1.Definisi Payudara

Payudara atau mammae adalah struktur kulit yang dimodifikasi, bergranular pada bagina anterior toraks, pada perempuan mengandung unsur yang mensekresi susu untuk makanan bayi. Mammae atau glandula mammaria pada wanita merupakan kelenjar tubuloalveolar kompleks yang terdiri dari 15 sampai 25 lobus yang berjalan radikal ke


(20)

arah puting susu dan dipisahkan oleh jaringan ikat dan lemak, setiap lobus mempunyai duktus ekskretorius (lactiferous) yang bermuara pada putting susu. Tiap lobus dibagi lagi menjadi lobules, dengan duktus alveolaris dan alveoli menjadi bagian sekresi dari kelenjar. (Hartanto,Huriawati dkk. 2005)

Struktur histologi kelenjar ini mengalami sedikit perubahan selama siklus menstrulasi, misalnya proliferasi sel duktus di sekitar masa ovulasi. Perubahan ini bertepatan saat ketika kadar estrogen yang beredar mencapai puncaknya. Bertambahnya cairan jaringan ikat pada fase pra-menstruasi.

2.2.2. Kanker Payudara

Kanker payudara disebut juga dengan carcinoma mammae adalah sebuah tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara. Tumor ganas ini dapat berasal dari kelenjar, saluran kelenjar, jaringan lemak maupun jaringan ikat payudara. Kanker ini memang tidak tumbuh dengan cepat namun berbahaya. (Suryaningsih Koni, Endang. Sukaca Eka, Bertiani. 2009)

2.2.3.Epidemiologi Kanker Payudara di Indonesia

Kanker payudara menduduki tempat nomor dua dari insidens semua tipe kanker di Indonesia, baik menurut penyelidikan Bagian Patologi Universitas Indonesia (Prof. Soetomo Tjokronegoro), maupun registrasi yang terbaru dari “Proyek Penelitian Registrasi Kanker di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Juli 1975 – Maret 1978”. Selama tiga tahun proyek ini mengadakan registrasi di R.S. Cipto Mangunkusumo, dan ditemukan 2606 kasus kanker. Kanker serviks uteri (633 kasus) yang terbanyak, kanker payudara (385 kasus) yang nomor dua terbanyak, dan kanker nasofaring nomor 3 (282 kasus).

2.2.4.Etiologi dan Faktor Risiko Kanker Payudara

Kanker payudara merupakan salah satu kanker yang terbanyak ditemukan di Indonesia. Biasanya kanker ini ditemukan pada umur 40 - 49 tahun dan letak terbanyak Gambar 2.1. Anatomi payudara (Hartanto, 2005)


(21)

di kuadran lateral atas.

Keluarga

Dari epidemiologi tarnpak bahwa kemungkinan untuk menderita kanker payudara dua sampai tiga kali lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara. Kemungkinan ini lebih besar bila ibu atau saudara kandung itu menderita kanker bilateral atau prarnenopause.

Wanita, yang pernah ditangani karsinoma payudaranya, memang mempunyai risi-ko tinggi mendapat karsinoma di payudara lain.

Usia

Seperti pada banyak jenis kanker, insidens menurut usia naik sejalan dengan bertarnbahnya usia. Hal ini berhubungan dengan terbatasnya mekanisme perbaikan sel dan semakin banyaknya exposure yang diterima oleh sel.

Pada gambar 2.2 dapat dilihat insidensi kanker payudara meningkat sesuai dengan peningkatan usia.

Gambar 2.2.:Hubungan usia dengan angka kejadian kanker payudara. (R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 1997)

Hormon

Pertumbuhan kanker payudara sering dipengaruhi oleh perubahan keseimbangan hormon. Hal ini terbukti pada hewan coba dan pada penderita karsinoma mamma. Perubahan pertumbuhan tampak setelah penambahan atau pengurangan hormon yang


(22)

merangsang atau menghambat pertumbuhan karsinoma mamma. Misalnya pada wanita yang diangkat ovariumnya pada usia muda lebih jarang ditemukan kanker payudara. tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa hormon seperti estrogen dapat menyebabkan karsinoma mamma pada manusia. namun menarke yang cepat dan menopause yang lambat ternyata disertai dengan peniggian risiko. Risiko terhadap karsinoma lebih rendah pada wanita yang melahirkan anak pertama pada usia lebih muda. Laktasi tidak mempengaruhi risiko, kemungkinan risiko meninggi terhadap adanya kanker payudara pada wanita yang rnenelan pil KB dapat disangkal berdasarkan penelitian yang dilakukan selama puluhan tahun.

Diet

Sampai sekarang tidak terbukti bahwa diet lemak berlebihan dapat rnemperbesar atau rnemperkecil risiko kanker payudara. Namun ditemukan data bahwa terjadi peningkatan kejadian kanker pada negara maju yang berhubungan dengan konsumsi makanan cepat saji.

Virus

Pada air susu ibu ditemukan (partikel) virus yang sarna dengan yang terdapat pada air susu tikus yang rnenderita karsinorna mama. Tetapi perannya sebagai faktor penyebab pada manusia tidak dapat dipastikan.

Menurut Moningkey dan Kodim penyebab spesifik kanker payudara belum di ketahui. Namun banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terrhadap terjadinya kanker payudara diantaranya :

Faktor-faktor Reproduksi

Hal-hal yang berhubungan dengan resiko terjadinya kanker payudara diantaranya:

 Nuliparitas

 Menarche pada umur muda

 Menopause pada umur lebih tua

 Kehamilan pertama pada umur tua

 Bertambahnya umur

Periode antara terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan pertama merupakan Window Of Initiation perkembangan payudara. Secara anatomi, payudara


(23)

akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Sekitar dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menepous, sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh berlangsung sebelum terjadi perubahan klinis. (Suryaningsih Koni, Endang. Sukaca Eka, Bertiani. 2009)

Pemakaian Hormon

Penggunaan hormon estrogen berhubungan dengan terjadi kanker. Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker payudara yang bermakna pada para pengguna terapi estrogen replacement.

Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat resiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai resiko tinggi untuk mengalami kanker ini sebelum menepuos. Oleh sebab itu jika kita bisa menghindari adanya penggunaan hormone ini secara berlebihan maka akan lebih aman.( Suryaningsih Koni, Endang. Sukaca Eka, Bertiani. 2009)

Genetik dan Riwayat Keluarga

Sekitar 5-10% kanker payudar berkaitan dengan mutasi herediter spesifik. Perempuan lebih besar kemungkinannya membawa gen kerentanan kanker payudara jika mereka mengidap kanker payudara sebelum menepous, mengidap kanker payudara bilateral, mengidap kanker terkait lain (misalnya kanker ovarium), memiliki riwayat keluarga yang signifikan (yaitu banyak anggota keluarga yang terjangkit sebelum menepouse), atau berasal dari kelompok etnik tertentu. Sekitar separuh perempuan dengan kanker payudara herediter memperlihatkan mutasi di gen BRCA1 (pada kromosom 17q21.3) dan sepertiga lainnya mengalami mutasi di gen BRCA2 (di kromosom 13q12-13). Gen ini berukuran besar dan kompleks serta tidak memperlihatkan homologi yang erat diantara keduanya, juga dengan gen lain yang diketahui. Meskipun peran pasti karsinogenesis dan spesifisitas reltifnya terhadap kanker payudar masih diteliti, kedua gen ini diperkirakan berperan penting dalam perbaikan DNA. Keduanya bekerja sebagai gen penekan tumor, karena kaker muncul jika kedua alel inaktif atau cacat – pertama disebabkan oleh mutasi gen germinativum dan kedua oleh mutasi somatic berikutnya. Probabilitas untuk terjadinya kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun.( Vinay, Kumar. Ramzi S, Cotran. 2007)


(24)

Konsumsi Alkohol

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa semakin banyak alkohol yang dikonsumsi perempuan, risiko kanker payudara lebih besar. Hal ini disebabkan karena alkohol bisa meningkatkan jumlah hormon. Analisis dari penelitian agar membatasi asupan alkohol perhari. Hal ini dapat mengurangi risiko kanker payudara sebanyak 21%. Namun jika bisa perempuan tidak mengkonsumsi alcohol karena menimbulkan dampak lain yang tidak baik.( Suryaningsih Koni, Endang. Sukaca Eka, Bertiani. 2009)

Usia

Kanker sering menyerang wanita yang berusia di atas 50 tahun. Jarang terjadi pada perempuan sebelum mengalami masa menepous. Menurut American Cancer Society (ACS) hampir 80% pada diagnosis awal kasus penyebaran sel kanker payudara terjadi pada perempuan di atas usia 50 tahun atau lebih.( Suryaningsih Koni, Endang. Sukaca Eka, Bertiani. 2009)

2.2.5. Patogenesis

Seperti kanker lainnya, penyebab kanker payudara masih belum diketahui. Namun, tiga faktor tampaknya penting: (1) perubahan genetik, (2) pengaruh hormon, dan (3) faktor lingkungan.

Perubahan Genetik. Selain yang menyebabkan sindrom familial di atas, perubahan genetik juga diduga berperan dalam tirnbulnya kanker payudara sporadik. Seperti pada sebagian besar kanker lainnya, mutasi yang memengaruhi protoonkogen dan gen penekan tumor di epitel payudara ikut serta dalam proses transformasi onkogenik. Di antara berbagai mutasi tersebut, yang paling banyak dipelajari adalah ekspresi berlebihan protoonkogen ERBB2 (HER2/ NEU), yang diketahui mengalami amplifikasi pada hampir 30% kanker payudara. Gen ini adalah anggota dari famili reseptor faktor pertumbuhan epidermis, dan ekspresi berlebihannya berkaitan dengan prognosis yang buruk. Secara analog, amplifikasi gen RAS dan MYC juga dilaporkan terjadi pada sebagian kanker payudara manusia. Mutasi gen penekan tumor RBl dan TP53 juga ditemukan. Dalam transformasi be-rangkai sel epitel normal menjadi sel kanker, kemungkinan besar terjadi banyak mutasi didapat.

Pengaruh Harmon. Kelebihan estrogen endogen, atau yang lebih tepat, ketidakseimbangan hormon, jelas berperan penting. Banyak faktor risiko yang


(25)

telah disebutkan: usia subur yang lama, nuliparitas, dan usia lanjut saat memiliki anak pertama mengisyaratkan peningkatan pajanan ke kadar estrogen yang tinggi saat dam haid. Tumor ovarium fungsional yang mengeluarkan estrogen dilaporkan berkaitan dengan kanker payudara pada perempuan pascamenopause. Estrogen merangsang pembentukan faktor pertumbuhan oleh sel epitel payudara normal dan oleh sel kanker. Dihipotesiskan bahwa reseptor estrogen dan progesteron yang secara normal terdapat di epitel payudara, mungkin berinteraksi dengan promotor pertumbuhan, seperti transforming growth factor a (berkaitan dengan faktor pertumbuhan epitel), platelet-derived growth-factor, dan faktor pertumbuhan fibroblas yang dikeluarkan oleh sel kanker payudara, untuk menciptakan suatu mekanisme autokrin perkembangan tumor.

Faktar Lingkungan. Pengaruh lingkungan diisyaratkan oleh insidensi kanker payudara yang berbeda-beda dalam kelompok yang secara genetis homogen dan perbedaan geografik dalam prevalensi, seperti telah dibicarakan. Faktor lingkungan lain yang penting adalah iradiasi dan estrogen eksogen.

2.2.6.Klasifikasi Kanker Payudara

Kanker payudara di bagi menjadi kanker yang belum menembus membran basal (noninvasif) dan kanker yang sudah menembus membrane basal (invasif). Bentuk utama karsinoma payudara dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Noninvasif

A.Karsinoma duktus in situ (DCIS : karsinoma intraduktus) B.Karsinoma lobules in situ (LCIS)

Invasif

A.Karsinoma duktus invasive (“not otherwise specified” ; NOS) B.Karsinoma lobules invasive

C.Karsinoma medularis

D.Karsinoma koloid (karsinoma musinosa) E. Karsinoma tubulus

Dari tumor-tumor ini, karsinoma duktus invasive merupakan jenis tersering. Karena biasanya memiliki banyak stroma, karsinoma ini juga disebut sebagai scirrhous carcinoma. (Vinay, Kumar. Ramzi S, Cotran. 2007)


(26)

Staging of Breast Carcinoma :

Stadium 0 DCIS (termasuk penyakit Paget pada puting payudara) dan LCIS

Stadium I Karsinoma invasif dengan ukuran 2 em atau kurang serta kelenjar getah bening negatif

Stadium IIA Karsinoma invasif dengan ukuran 2 em atau kurang disertai metastasis ke kelenjar getah bening atau karsinoma invasif lebih dari 2 cm, tetapi kurang dari 5 cm dengan kelenjar getah bening negatif

Stadium IIB Karsinoma invasif berukuran garis tengah lebih dari 2 em, tetapi kurang dari 5 em dengan kelenjar (-kelenjar) getah bening positif atau karsinoma invasif berukuran lebih dari 5 em tanpa keterlibatan kelenjar getah bening

Stadium IIIA Karsinoma invasif ukuran berapa pun dengan kelenjar getah bening terfiksasi (yaitu invasi ekstranodus yang meluas di antara kelenjar getah bening atau menginvasi ke dalam struktur lain) atau karsinoma berukuran garis tengah lebih dari 5 cm dengan metastasis kelenjar getah bening nonfiksasi

Stadium IIIB Karsinoma inflamasi, karsinoma yang menginvasi dinding dada, karsinoma yang menginvasi kulit, karsinoma dengan nodus kulit satelit, atau setiap karsinoma dengan metastasis ke kelenjar getah bening mamaria intema ipsilateral

Stadium IIIC

Stadium IV Metastasis ke tempat jauh

2.2.7. Tingkat penyebaran

Kanker payudara sebagian besar mulai berkembang di duktus, setelah itu baru menembus ke parenkim. Lima belas sampai empat puluh persen karsinoma payudara bersifat multisentris. Prognosis pasien ditentukan oleh tingkat penyebaran dan potensi metastasis.

Bila tidak diobati, ketahanan hidup lima tahun adalah 16-22%, sedangkan ketahanan hidup sepuluh tahun adalah 1-5%. Ketahanan hidup bergantung pada tingkat penyakit, saat mulainya pengobatan, gambaran histopatologik, dan uji reseptor estrogen


(27)

yang bila positif lebih baik.

Persentase ketahanan hidup lima tahun ditentukan pada penderita yang diobati lengkap. Pada tingkat I ternyata 15% meninggal dunia karena penentuan TNM dila-kukan secara klinik yang berarti metastasis kecil dan metastasis mikro tidak dapat ditemukan. Pada 85% orang yang hidup setelah lima tahun tentu termasuk penderita yang tidak sembuh dan menerima penanganan karena kambuhnya penyakit atau karena metastasis. .Demikian juga pada mereka yang tingkat II-IV.

2.2.8.Tanda dan Gejala Kanker Payudara

Benjolan di payudara biasanya mendorong penderita untuk ke dokter. Benjolan ganas yang kecil sukar dibedakan dengan benjolan tumor jinak, tetapi kadang dapat diraba benjolan ganas yang melekat pada jaringan sekitarnya. Bila tumor telah besar, perlekatan lebih jelas. Konsistensi kelainan ganas biasanya keras. Pengeluaran cairan dari puting biasanya mengarah ke papiloma atau karsinoma intraduktal, sedangkan adanya nyeri lebih mengarah ke kelainan fibriokistik.

Pasien biasanya datang dengan keluhan benjolan/massa di payudara, rasa sakit, keluar cairan dari puting susu, timbulnya kelainan kulit (dimpling, kemerahan, ulserasi, peau d'orange), pembesaran kelenjar getah bening, atau tanda metastasis jauh. Setiap kelainan pada payudara harus dipikirkan ganas sebelum dibuktikan tidak.

Dalam anamnesis juga ditanyakan adanya faktor- faktor risiko pada pasien, dan pengaruh siklus haid terhadap keluhan atau perubahan ukuran tumor.

Untuk meminimalkan pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sebaiknya pemeriksaan dilakukan kurang lebih 1 minggu dihitung dari hari pertama haid.

Pada gambar 2.3. dapat dilihat tanda-tanda yang dapat ditemukan pada kanker payudara.Tanda lanjut dan khas pada kanker payudara dapat berupa retraksi puting, keluarnya cairan di payudara, perubahan warna menjadi seperti kulit jeruk dan terdapatnya benjolan serta ketidaknyamanan pada penderita tersebut. Juga terdapat gejala umum kanker lainnya seperti menurunnya berat badan dan tampak sakit sedang. (R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 1997)


(28)

Gambar 2.3. Tanda dan gejala pada karsinoma mammae (R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 1997)

Stadium awal pada kanker payudara biasanya tidak menunjukkan gejala, keadaan tersebut terutama didapatkan selama program skrining payudara. Jika pasien tidak melihat atau menyadari adanya benjolan, maka beberapa gejala di bawah ini bisa terlihat dan mengindikasikan adanya kemungkinan kanker payudara (gambar 2.3.) yaitu:

• Perubahan pada ukuran dan bentuk payudara

• Retraksi kulit (Skin dimpling)

• Inversi puting atau perubahan kulit baru-baru ini (Recent nipple inversion or skin change)

• Keluarnya cairan dari payudara pada satu duktus, terutama jika disertai darah (Single-duct discharge, particularly if bloodstained)

• Terdapat benjolan di sekitar ketiak (Axillary lump)

Merasa sakit atau tidak nyaman pada payudara tidak selalu harus ada pada gejala kanker payudara. Klinisi harus mewapadai adanya gejala-gejala metastasis, diantaranya:


(29)

• Merasa sulit untuk bernapas

• Nyeri tulang

• Gejala-gejala hiperkasemia

• Distensi abdomen

Jaundice

• Gejala neurologis fokal (terlokalisasi)

• Perubahan fungsi kognitif

Dalam evaluasi klinik, klinisi harus mempertimbangkan dan menanyakan beberapa faktor risiko kanker payudara yang spesifik, yaitu:

• Usia

– Kanker payudara sangat jarang terjadi pada usia di bawah 25 tahun.

– Risiko meningkat seiring dengan peningkatan usia dan sering terjadi pada usia 50-55 tahun.

– Usia adalah faktor risiko yang paling penting.

• Genetik

– Riwayat keluarga merupakan suatu faktor risiko. Risiko meningkat sampai lebih dari 4 kali jika ibu dan saudara perempuan terkena. Beberapa karakteristik riwayat keluarga yang mendukung peningkatan faktor risiko kanker payudara, diantaranya:

 Terdapat dua anggota keluarga atau lebih yang terkena kanker payudara atau kanker ovarium

 Terdapat kanker payudara yang terjadi pada usia kurang dari 50 tahun

 Keluarga yang terkena kanker payudara maupun kanker ovarium

 Terdapat seorang ataupun beberapa orang anggota keluarga dengan 2 jenis kanker. (payudara dan ovarium maupun dua kanker payudara yang terpisah)

 Terdapat anggota keluarga laki-laki yang terkena kanker payudara

– Seseorang dari keturunan Yahudi Ashkenazi memiliki faktor risiko dua kali lipat lebih besar.

– Wanita-wanita Jepang dan Taiwan memiliki risiko seperlima lebih tinggi jika dibandingkan dengan wanita Amerika.


(30)

– Penderita Ataxia telangiectasia heterozygote memiliki 4 kali peningkatan faktor risiko.

• Korelasi dengan penyakit lain

– Risiko meningkat jika didapatkan adanya kanker payudara sebelumnya, kanker ovarium, kanker endometrium, ductal carcinoma in situ, hiperplasia (kecuali kalau ringan), fibroadenoma kompleks, radial scar, papillomatosis, adenosis sklerosis, dan adenosis mikroglandular.

– Risiko menurun jika terdapat kanker serviks.

• Usia menstruasi

– Beberapa faktor yang meningkatkan lamanya siklus menstruasi akan meningkatkan risiko, kemungkinan karena adanya peningkatan efek hormon estrogen endogen

– Beberapa faktor termasuk (1) nulliparity, (2) hamil pertama saat usia lebih dari 30 tahun, (3) awal menstruasi saat usia kurang dari 13 tahun (risiko 2 kali lipat), (4) menopause saat usia lebih dari 50 tahun, dan (5) tidak menyusui.

• Obesitas: peningkatan risiko tampaknya terjadi karena konversi jaringan adiposa dari hormon androgen menjadi estrogen.

• Kelas sosial ekonomi: Insidensi meningkat pada individu dengan kelas sosial ekonomi yang lebih tinggi.

• Faktor-faktor eksogen

– Terapi hormon meningkatkan risiko (1.35 kali untuk 5 tahun atau lebih masa penggunaan, biasanya 5 tahun setelah penghentian pemakaian).

– Penggunaan kontrasepsi oral meningkatkan risiko (1.24 kali untuk 10 tahun masa penggunaan, biasanya 10 tahun setelah berhenti). Penggunaan pil progesteron tunggal tidak menunjukkan adanya hubungan dengan peningkatan risiko.

– Penggunaan diethylstilbestrol akan meningkatkan risiko.

– Konsumsi alkohol dihubungkan dengan peningkatan risiko, utamanya karena dapat meningkatkan kadar estrogen.

– Irradiasi, terutama pada waktu dekade pertama, dihubungkan dengan peningkatan risiko kanker payudara.

– Paparan dichlorodiphenyldichloroethylene, suatu metabolit insektisida dichlorodiphenyltrichloroethane (DDT), meningkatkan risiko.


(31)

– Paparan terhadap agen-agen virus (contohnya: mouse mammary tumor virus) dihubungkan dengan peningkatan risiko.

Emedicine, Breast cancer. Cited december 2010 available from;

http://emedicine.medscape.com/article/263733-overview. Taken : 18 august 2010.

2.2.9. Penyebaran Kanker Payudara

Penyebaran terjadi melalui saluran limf dan darah. Metastasis ke kelenjar getah bening di temukan pada sekitar 40% kanker yang bermanifestasi sebagai massa yang dapat di palpasi, tetapi pada kurang dari 15% kasus yang ditemukan dengan mamografi. Lesi yang terletak di tengah atau kuadran luar biasanya mula-mula menyebar ke kelenjar aksila. Tumor yang terletak di kuadran dalam sering mengenai kelenjar getah bening di sepanjang arteri mamaria interna. Kelenjar supraklavikula kadang-kadang menjadi tempat utama penyebarannya, tetapi kelenjar ini baru terkena hanya setelah kelenjar aksilaris dan mamaria interna terkena. Dan kemudian terjadi penyebaran ketempat yang lebih distal, dengan kelainan metastatic di hampir semua organ atau jaringan tubuh. Lokasi yang disukai adalah paru, tulang, hati, dan kelenjar serta (yang lebih jarang) otak, limpa, hipofisis. Namun, tidak ada tempat yang tidak lolos. Metastasis mungkin timbul bertahun-tahun setelah lesi primer tampaknya telah terkontrol oleh terapi, kadang-kadang 15 tahun kemudian. (Vinay, Kumar. Ramzi S, Cotran. 2007)

Terjadi penyebaran pada kanker payudara, melalui saluran limfe dan darah. Metastasis ke kelenjar getah bening ditemukan pada sekitar 40% kanker yang bermanifestasi sebagai massa yang dapat dipalpasi, tetapi pada kurang dari 15% kasus yang ditemukan dengan mamografi. Lesi yang terletak di tengah atau kuadran luar biasanya mula-mula menyebar ke kelenjar aksila. Tumor yang terletak di kuadran dalam sering mengenai kelenjar getah bening di sepanjang arteria mamaria interna. Kelenjar supraklavikula kadang-kadang menjadi tempat utama penyebaran, tetapi kelenjar ini baru terkena hanya setelah kelenjar aksilaris dan mamaria interna terkena. Akhirnya, terjadi penyebaran ke tempat yang lebih distal, dengan kelainan metastatik di hampir semua organ atau jaringan di tubuh. Lokasi yang disukai adalah pam, tulang, hati, dan kelenjar serta (yang lebih jarang) otak, limpa, dan hipofisis. Namun, tidak ada tempat yang dapat lolos. Metastasis mungkin timbul bertahun-tahun setelah lesi primer tampaknya telah terkontrol oleh terapi, kadang-kadang 15 tahun kemudian.


(32)

Penentuan Stadium Kanker Payudara. Faktor prognostik terpenting untuk kanker payudara adalah ukuran tumor primer, metastasis ke kelenjar getah bening, dan adanya lesi di tempat jauh. Faktor prognostik lokal yang buruk adalah invasi ke dinding dada, ulserasi kulit, dan gambaran klinis karsinoma peradangan. Gambaran ini digunakan untuk mengklasifikasikan perempuan ke dalam kelompok prognostik demi kepentingan pengobatan, konseling, dan uji klinis. Sistem penentuan stadium yang tersering digunakan telah dirancang oleh American Joint Committee on Cancer Staging dan International Union Against Cancer, seperti terlihat berikut ini. Harapan hidup 5 tahun untuk perempuan berkisar dari 92% untuk penyakit stadium a hingga 13% untuk penyakit stadium IV.

2.2.10. Prognosis dan Perjalanan Penyakit

Kanker payudara sering ditemukan oleh pasien atau doktemya sebagai massa yang tunggal, diskret, tidak nyeri, dan dapat digerakkan. Pada tahap ini, karsinoma biasanya berukuran 2 hingga 3 cm, dan terkenanya kelenjar getah bening regional (umumnya ketiak) sudah terdapatpada sekitar separuh pasien. Dengan perrieriksaan penapisan mamografik, karsinoma sering terdeteksi sebelum dapat diraba. Ukuran rerata karsinoma invasif yang ditemukan pada pemeriksaan penapisan adalah sekitar 1 cm, dan hanya 15% yang telah bermetastasis ke kelenjar getah bening. Selain itu, pada banyak perempuan DCIS terdeteksi sebelum berkembang menjadi karsinoma invasif. Seiring dengan pertambahan usia, jaringan fibrosa payudara diganti oleh lemak, dan pemeriksaan penapisan menjadi lebih sensitif karena meningkatnya derajat radiolusen payudara dan meningkatnya insidensi keganasan. Silang pendapat yang terjadi saat ini mengenai kapan saat yang paling tepat untuk memulai pemeriksaan penapisan mamografi harus mempertimbangkan perbandingan antara manfaat bagi sebagian perempuan terhadap morbiditas pada sebagian besar perempuan yang akan dibuktikan mengidap kelainan jinak.

Prognosis dipengaruhi oleh variabel berikut:

1.Ukuran karsinoma primer. Pasien dengan karsinoma invasif yang lebih keeil daripada 1 cm memiliki harapan hidup yang sangat baik jika tidak terdapat keterlibatan kelenjar getah bening dan mungkin tidak memerlukan terapi sistemik.

2.Keterlibatan kelenjar getnh bening dan jumlah kelenjar getah bening yang terkena metastasis. Jika tidak ada kelenjar ketiak yang terkena, angka harapan hidup 5 tahun


(33)

mendekati 90%. Angka harapan hidup menurun bersama setiap kelenjar getah bening yang terkena dan menjadi kurang dari 50% jika kelenjar yang terkena berjumlah 16 atau lebih. Biopsi kelenjar sentinel diperkenalkan sebagai prosedur altematif yang tidak terlalu menyakitkan untuk menggantikan diseksi aksila total. Satu atau dua kelenjar getah bening pertama diidentifikasi dengan menggunakan suatu zat wama, penjejak radioaktif, atau keduanya. Kelenjar getah bening sentinel yang negatif merupakan isyarat kuat tidak adanya metastasis karsinoma ke kelenjar getah bening sisanya. Kelenjar getah bening sentinel dapat diperiksa dengan prosedur yang lebih ekstensif, rnisalnya pemotongan serial atau pemeriksaan imu-nohistokirnia untuk sel positif-sitokeratin. Namun, makna klinis ditemukannya mikrometastasis (didefinisikan sebagai deposit metastatik yang ukurannya kurang dari 0,2 cm) tidak diketahui.

3.Derajat karsinoma. Sistem penentuan derajat yang paling umum untuk kanker payudara mempertimbangkan pembentukan tubulus, derajat nukleus, dan angka mitotik untuk memilah karsinoma menjadi tiga kelompok. Karsinoma berdiferensiasi baik merniliki prognosis yang secara berrnakna lebih baik dibandingkan dengan karsinoma yang berdiferensiasi buruk. Karsinoma berdiferensiasi sedang pada awalnya merniliki prognosis baik, tetapi harapan hidup pada 20 tahun mendekati angka untuk karsinoma yang berdiferensiasi buruk.

4.Tipe histologik karsinoma. Semua tipe khusus karsinoma payudara (tubulus, medular, lobulus, papilar, dan musinosa) memiliki prognosis yang sedikit banyak lebih baik daripada karsinoma tanpa tipe khusus ("karsinoma duktus")

5. Invasi limfovaskular. Adanya tumor di dalam rongga vaskular di sekitar tumor primer merupakan faktor prognostik yang buruk, terutama jika tidak terdapat metastasis ke kelenjar getah bening. Invasi limfovaskular dermis berkaitan dengan gambaran klinis berupa karsinoma inflamasi dan memiliki prognosis sangat buruk.

6.Ada tidaknya reseptor estrogen atau progesteron.

Adanya reseptor hormon menyebabkan prognosis sedikit membaik. Narnun, alasan untuk menentukan keberadaan reseptor tersebut adalah untuk memperkirakan respons terhadap terapi. Angka tertinggi respons (sekitar 80%) terhadap terapi antiestrogen (ooforektorni atau tamoksifen) ditemukan pada


(34)

pasien yang tumomya merniliki reseptor estrogen dan progesteron. Angka respons yang lebih rendah (25% hingga 45%) ditemukan jika hanya terdapat salah satu reseptor. Jika kedua reseptor tidak ada, sangat sedikit (kurang dari 10%) pasien yang diperkirakan berespons.

7. Laju proliferasi kanker. Proliferasi dapat diukur dari hitung mitotik, flow cytometry, atau dengan penanda imunohistokimia untuk protein siklus sel. Hitung mitotik merupakan bagian dari sistem penentuan derajat. Metode optimal untuk mengevaluasi proliferasi belum diketahui pasti. Laju proliferasi yang tinggi berkaitan dengan prognosis yang lebih buruk.

8. Aneuploidi. Karsinoma dengan kandungan DNA abnormal (aneuploidi) memiliki prognosis sedikit lebih buruk dibandingkan dengan karsinoma dengan kandungan DNA serupa dengan sel normal.

9. Ekspresi berlebihan ERBB2. Ekspresi berlebihan protein terbungkus membran ini hampir selalu disebabkan oleh amplifikasi gen. Oleh karena itu, ekspresi berlebihan dapat ditentukan dengan irnunohistokimia (yang mendeteksi protein di potongan jaringan) atau dengan fluorescence in situ hybridization (yang mendeteksi jurnlah salinan gen). Ekspresi berlebihan berkaitan dengan prognosis yang buruk. namun, makna evaluasi ERBB2 adalah untuk memperkirakan respons terhadap antibodi monoklonal terhadap gen ini ("Herceptin"). Ini adalah salah satu contoh awal pengembangan terapi antibodi antitumor yang didasarkan pada kelainan gen spesifik yang terdapat di tumor. (Vinay, Kumar. Ramzi S, Cotran. 2007)

Hasil akhir pada kasus individual sulit diperkirakan walaupun semua indikator prognostik tersebut telah dipertimbangkan. Yang menyedihkan, hanya waktu yang akan menentukan. Angka harapan hidup 5 tahun keseluruhan untuk kanker stadium adalah 87%; untuk stadium II, 75%; untuk stadium III, 46%; dan untuk stadium IV, 13%. Perlu dicatat bahwa kekambuhan mungkin timbul belakangan, bahkan setelah 10 tahun, dan untuk setiap tahun yang berlalu tanpa penyakit menyebabkan prognosis semakin baik.

Mengapa beberapa kanker berespons terhadap terapi sementara yang lain gagal masih merupakan misteri. Yang jelas, tumor yang tampak serupa mungkin memiliki sedikit perbedaan genetik yang saat ini belum dapat dideteksi. Namun, hal ini tampaknya akan berubah, karena teknologi chip DNA (microarray analysis) memungkinkan kita membandingkan ekspresi ribuan gen di setiap tumor.


(35)

Microarray analysis DNA semacam ini telah berhasil mengungkapkan adanya perbedaan pada tumor payudara. Hal ini memungkinkan dikembangkannya terapi yang secara spesifik ditujukan pada kelainan genetik di suatu tumor. (Vinay, Kumar. Ramzi S, Cotran. 2007)

Pada semua bentuk kanker payudara yang dibahas diatas, perkembangan penyakit menyebabkan terbentuknya gambaran morfologik local tertentu. Gambaran ini membentuk kecendrungan untuk melekat ke otot pektoralis atau fasia dalam di dinding dada sehingga terjadi fiksasi lesi, serta melekat ke dinding atasnya, yang menyebabkan retraksi dan cekungan kulit atau puting payudara. Yang terakhir adalah tanda penting, karena mungkin indikasi awal adanya lesi, yang dilihat sendiri oleh pasien saat melakukan pemeriksaan tubuh sendiri. Keterlibatan jalur limfatik dapat menyebabkan limfedema local. Pada kasus ini, kulit mengalami penebalan di sekitar folikel rambut, suatu keadaan yang dikenal sebagai peau d’orange (“kulit jeruk”).

Faktor prognosis terpenting untuk kanker payudara adalah ukuran tumor primer, metastasis ke kelenjar getah bening, dan adanya lesi ditempat jauh. Faktor prognostik lokal yang buruk adalah invasi ke dinding dada, ulserasi kulit, dan gambaran klinis karsinoma peradangan. Gambaran ini digunakan untuk mengklasifikasikan perempuan ke dalam kelompok prognostik demi kepentingan pengobatan, konseling, dan uji klinis. System penentuan stadium yang tersering digunakan telah dirancangoleh American Joint Comitte on Cancer Staging dan International Union Against Cancer, seperti yang akan di jelaskan di bawah. Harapan hidup 5 tahununtuk perempuan berkisar dari 92% untuk penyakit stadium 0 hingga 13% untuk penyakit stadium IV. (Vinay, Kumar. Ramzi S, Cotran. 2007)


(36)

B. Kerangka Konsep

Bagan 2.1. kerangka konsep penelitian

Keterangan : Cetak tebal  variabel yang diteliti

C. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variable dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian. (Setiadi, 2007)

Di bawah ini merupakan tabel definisi operasional. Tabel 2.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil ukur

1. Wanita usia

15-55 tahun

Wanita usia produktif menurut penelitian Fadil 2008

Menjawab pertanyaan

Kuesioner Ordinal 15-55 tahun merupakan kriteria inklusi Wanita selainnya merupakan kriteria eksklusi


(37)

2. Pengetahuan tentang tanda dan gejala kanker payudara Jumlah jawaban responden yang benar terhadap 8 pertanyaan

mengenai tanda dan gejala kanker payudara

Menjawab pertanyaan

Kuesioner Ordinal Baik : 76-100% Cukup: 55-75% Kurang: < 55% (Nursalam, 2003)

3. Tingkat

pendidikan Jenjang pendidikan formal yang terakhir responden selesaikan Menjawab pertanyaan

Kuisioner Ordinal Dasar ; SD dan SMP

Menengah ; SMA Tinggi ; PT

4. Tanda kanker

payudara

Keadaan fisik pada payudara yang dapat dilihat oleh orang lain dan dirasakan oleh penderita

- - - -

5. Gejala kanker

payudara

Segala kondisi yang hanya bisa

dirasakan oleh penderita tanpa terlihat dengan jelas oleh orang lain


(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Metode penelitian pada karya ilmiah ini merupakan penelitian Analyitic observational dengan menggunakan desain cross secsional melalui kuisioner yang diberikan, untuk meneliti tingkat pengetahuan wanita usia produktif -15-55 tahun- di kelurahan Rempoa tentang tanda dan gejala kanker payudara yang dihubungkan dengan tingkat pendidikan terakhir.

3.2. Tempat dan Waktu

Penelitian ini akan dilakukan di KELURAHAN REMPOA RW 02 pada bulan September tahun 2010.

3.3. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 1998: 15). Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2002: 79). Populasi dalam penelitian ini adalah 357 jiwa wanita usia 15-55 tahun yang bertempat tinggal di RW 02 Kelurahan Rempoapada tahun 2010.


(39)

3.4. Kerangka Operasional

3.5. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 1998:57). Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik sample Random sampling, untuk menentukan besarnya sampel dalam penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut :


(40)

n1= Z2 .p.q

L2 n1 : jumlah sampel awal Z : 1.96

P : keadaan yang akan dicari = 0.19

Disebabkan karena belum ada data tentang hal terebut sebelumnya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta maka diambil angka :

q = 100%-p = 100%-50% = 50%

L = derajat kesalahan yang dapat diterima, dalam hal ini digunakan 10 % n1 = Z2 .p.q

L2

= (1,96)2 x 0,5 x 0,5 (0,1)2

= 96,04 = 96 sampel

Jumlah sample awal di atas perlu dikoreksi terhadap jumlah populasi yang ada untuk menjaga adanya kemungkinan responden yang tidak berhasil ditemui, maka jumlah responden ditambah menjadi 100 orang untuk mengindari adanya data yang kurang valid.

Dari 100 responden yang didapat dialokasikan dalam 2 lokal dengan menggunakan rumus (Sugiono, 1997) :

nh = NH n N


(41)

Keterangan :

nh : sampel terpilih

N : total sampel yang terpilih NH : jumlah warga terpilih n : total sampel

Tabel 3.1 Pembagian Jumlah Sampel Setiap Rt di Wilayah Rw.02 yang Akan Diteliti Tahun 2010

No. Data Jumlah Warga Wanita Jumlah sampel

1. Rt. 06 209 orang 59 orang

2. Rt. 07 148 orang 41 orang

Jumlah 357 orang 100 orang

3.6. Kriteria Penelitian

Kriteria responden yang layak untuk diteliti:

3.6.1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah sampel yang dapat dimasukkan atau layak untuk diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Wanita usia 15-55 tahun yang tinggal di Kompleks Taman Rempoa Indah 2. Bisa membaca dan menulis

3. Bersedia untuk menjadi responden 4. Kooperatif

3.6.2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah bagian dari populasi yang tidak menjadi sampel karena berbagai sebab. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah;


(42)

1. Wanita di bawah usia 15 tahun dan di atas 55 tahun di kelurahan Rempoa 2. Bagian dari populasi yang tidak bersedia menjadi responden

3. Responden yang tidak bersedia mengisi kuisioner

3.7. Teknik Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan diolah secara manual melalui beberapa tahap, yaitu: a. Pengkodean (coding)

Memberi kode jawaban atau hasil pernyataan pada lembar kuesioner. b. Pengolahan data (editing)

Isian lembaran kuesioner diteliti kembali c. Pemasukan data (entry)

Data yang telah di coding kemudian dimasukkan ke dalam tabel. d. Pembersihan data (cleaning)

Data diperiksa kembali sehingga benar-benar bebas dari kesalahan.

3.8. Teknik Analisa Data

Selanjutnya setelah data diolah maka dilakukan analisis data yaitu dengan analisis Deskriptif Univariabel dengan menggunakan distribusi gfrekuensi terhadap hasil kuesioner dan dijadikan dalam bentuk tabel atau grafik.

a. Untuk pengetahuan

P = F / N x 100%

Keterangan :

P : jumlah presentase yang dicari

F : jumlah frekuensi untuk setiap sistemik N : jumlah objek penelitian

Pemberian skor 3 untuk setiap jawaban yang benar dan pemberian skor 2 untuk jawaban yang mendekati benar dan skor 1 untuk jawaban yang salah. Untuk tingkat


(43)

pendidikan peneliti mengkategorikan variable ini menjadi 3 kategori yaitu pengetahuan tinggi, pengetahuan sedang dan pengetahuan rendah. Pengolahan data untuk variable pendidikan peneliti menggunakan program SPSS for windows versi 17.0

b. Untuk Pendidikan

Untuk tingkat pendidikan peneliti mengkategorikan variable ini menjadi 3 kategori yaitu Dasar (SD dan SMP), Menengah (SMA) dan Tinggi (S1). Pengolahan data untuk variable pendidikan peneliti menggunakan program SPSS for windows versi 17.0.

c. Uji Hipotesis

Pada penelitian ini data hasil penelitian diolah menggunakan rumus Chi-Square Test untuk pengujian hipotesis, karena pada penelitian ini peneliti mengkategorikan kedua variable tersebut menjadi 3 kategori yaitu rendah sedang tinggi. Uji hipotesis dengan Chi Square test ini dioperasikan dengan menggunakan SPSS for windows versi 17.0.


(44)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian mengenai hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan wanita usia 15-55 tahun tentang tanda dan gejala kanker payudara di RT 06 dan RT 07 RW 02 Kelurahan Rempoa berdasarkan hasil pengumpulan data pada bulan September 2010 diperoleh 100 responden.

4.1.1.Data Umum

Pada bagian ini peneliti akan membahas data umum responden berupa tingkat pendidikan terakhir yang ada di RT 06 dan RT 07 RW 02 Kelurahan Rempoa.

Tabel 4.1. Distribusi Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan N Persentase (%)

1. Dasar 17 17

2. Menengah 47 47

3. Tinggi 36 36

Total 100 100

Dari tabel 4.1. di atas dapat diketahui bahwa terdapat 17 orang (17%) dari total sampel (100 orang) yang mempunyai tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP), 47 orang (47%) tingkat pendidikan menengah (SMA) dan sisanya 36 orang (36%) memiliki tingkat pendidikan tinggi (PT).

4.1.2. Data Khusus

Pada bagian ini peneliti akan membahas data khusus responden berupa hubungan tingkat pendidikan terakhir yang ada di RT 06 dan RT 07 RW 02 Kelurahan Rempoa dengan tingkat pengetahuan tentang tanda dan gejala kanker payudara.


(45)

Tabel 4.2. Distribusi Skor Pengetahuan

No Skor Pengetahuan N Persentase

1 Rendah 4 4

2 Sedang 73 73

3 Tinggi 23 23

Total 100 100

Table 4.2. di atas menunjukkan skor pengetahuan yang berhasil didapatkan dari kuisioner yang diberikan. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat 4 orang 4 sampel yang pengetahuannya rendah, juga terdapat 73 orang (73%) yang memiliki pengetahuan sedang dan 23 orang 23 yang memiliki pengetahuan tinggi tentang tanda dan gejala kanker payudara.

Tabel 4.3. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan

Tingkat Pendidika n Pengetahuan Total OR 95 % CI P

Rendah Sedang Tinggi

N % N % N % N %

Dasar Menengah Tinggi 1 1 2 5,9% 2,1% 5,6% 15 34 24 88,2% 72,3% 66,7% 1 12 10 5,9% 25,5% 27,8% 17 47 36 100% 100%

100% - 0,419

Total 4 4% 73 73% 23 23% 100 100%

Dari tabel 4.3. diatas, diketahui terdapat wanita yang berpendidikan dasar dan berpengetahuan rendah sebanyak 1 orang atau 5,9%, wanita yang berpendidikan dasar berpengetahuan sedang sebanyak 15 orang atau 88,2% dan terdapat wanita yang berpendidikan dasar berpengetahuan tinggi sebanyak 1 orang atau 5,9%.

Dari tabel 4.3. juga dapat diketahui wanita yang berpendidikan menengah dan berpengetahuan rendah sebanyak 1 orang atau 2,1%, wanita yang berpendidikan menengah berpengetahuan sedang sebanyak 34 orang atau 72,3%


(46)

dan wanita yang berpendidikan menengah berpengetahuan tinggi sebanyak 12 orang atau 25,5%.

Dari tabel 4.3. diatas, diketahui terdapat wanita yang berpendidikan tinggi dan berpengetahuan rendah sebanyak 2 orang atau 5,6%, wanita yang berpendidikan tinggi berpengetahuan sedang sebanyak 24 orang atau 66,7% dan wanita yang berpendidikan tinggi berpengetahuan tinggi sebanyak 10 orang atau 27,8%.

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas 0,419 artinya pada α 5%, tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan wanita tentang tanda dan gejala kanker payudara.

Table 4.4. Rincian tiap pertanyaan dalam kuisioner yang dijawab oleh responden

No. No soal Jawaban benar (n) Jawaban mendekati benar (n) Jawaban salah (n) Total

1. 1 6

33 44 33 50 27 49 42 58 44 45 58 38 36 39 27 36 23 11 9 12 37 12 31 100

2. 2 100

3. 3 100

4. 4 100

5. 5 100

6. 6 100

7. 7 100

8. 8 100

Dari table 4.4. diatas dapat dilihat bahwa:

 Soal no. 1 berhasil dijawab benar oleh sebanyak 6 orang, mendekati benar sebanyak 58 orang dan jawaban yang salah sebanyak 36 orang.

 Soal no. 2 berhasil dijawab benar oleh sebanyak 33 orang, mendekati benar sebanyak 44 orang dan jawaban yang salah sebanyak 23 orang.

 Soal no. 3 berhasil dijawab benar oleh sebanyak 44 orang, mendekati benar sebanyak 45 orang dan jawaban yang salah sebanyak 11 orang.


(47)

 Soal no. 4 berhasil dijawab benar oleh sebanyak 33 orang, mendekati benar sebanyak 58 orang dan jawaban yang salah sebanyak 9 orang.

 Soal no. 5 berhasil dijawab benar oleh sebanyak 50 orang, mendekati benar sebanyak 38 orang dan jawaban yang salah sebanyak 12 orang.

 Soal no. 6 berhasil dijawab benar oleh sebanyak 27 orang, mendekati benar sebanyak 36 orang dan jawaban yang salah sebanyak 37 orang.

 Soal no. 7 berhasil dijawab benar oleh sebanyak 49 orang, mendekati benar sebanyak 39 orang dan jawaban yang salah sebanyak 12 orang.

 Soal no. 8 berhasil dijawab benar oleh sebanyak 42 orang, mendekati benar sebanyak 27 orang dan jawaban yang salah sebanyak 31 orang.

4.2. Pembahasan Penelitian

Manusia adalah mahluk ciptaan tuhan yang paling sempurna karena mempunyai cita, rasa dan karsa. Manusia memiliki kehendak untuk mengetahui segala sesuatu yang ada disekitarnya untuk itu manusia selalu mencari jalan untuk memperoleh pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2002 : 94) bahwa pengetahun merupakan hasil tahu dan nilai terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi pada penglihatan, pendengaran, penerimaan, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan (kognitif) merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior).

Dari pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa pengetahuan merupakan unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seseorang yang merupakan hasil dari tahu setelah orang itu melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu dan kemudian diproyeksikan oleh orang tersebut menjadi suatu gambaran, presepsi, pengamatan, konsep dan fakta.

Pengetahuan sangat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor eksternal maupun internal dari dalami diri seorang pencari tahu.


(48)

4.2.1. Pendidikan wanita usia 15-55 tahun di RT 06 dan RT 07 RW 02 Kelurahan Rempoa

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di RT 06 dan RT 07 RW 02 Kelurahan Rempoa dari total sampel 100 orang ditemukan bahwa 17 orang (17%) mempunyai tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP), 47 orang (47%) memiliki tingkat pendidikan menengah (SMA) dan sisanya 36 orang (36%) memiliki tingkat pendidikan tinggi (PT). Hal ini menunjukkan bahwa wanita usia 15-55 tahun di RT 06 dan RT 07 RW 02 Kelurahan Rempoa mempunyai jenjang pendidikan yang merata. Hal ini akan mempengaruhi seseorang dalam menerima informasi tentang kanker payudara khususnya informasi tentang tanda dan gejala kanker payudara.

Dengan banyaknya sampel yang berpendidikan sedang dan tinggi, menunjukkan bahwa sebagian besar wanita usia 15-55 tahun di RT 06 dan RT 07 RW 02 Kelurahan Rempoa sangat menyadari akan pentingnya tingkat pendidikan yang menjadi jembatan untuk memahami dan memberikan tanggapan terhadap informasi. Sebagaimana menurut Koenjoroningrat dalam Nursalam (2001) yang menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengalaman yang dimiliki, dalam hal ini khususnya pengetahuan tentang tanda dan gejala pada kanker payudara.

Sebaliknya, pendidikan yang kurang akan menghambat pengetahuan perkembangan dan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian kecil wanita usia 15-55 tahun di RT 06 dan RT 07 RW 02 Kelurahan Rempoa kurang menyadari akan pentingnya tingkat pedidikan yang mungkin disebabkan oleh berbagai alasan.

4.2.2. Pengetahuan Responden Tentang Tanda dan Gejala Kanker Payudara

Menurut Notoatmodjo (2002 : 94) bahwa pengetahun merupakan hasil tahu dan nilai terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi pada penglihatan, pendengaran, penerimaan, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Dari hasil penelitian tingkat pengetahuan wanita usia 15-55 tahun yang telah dilakukan di RT 06 dan RT 07 RW 02 Kelurahan Rempoa ditemukan bahwa dari 100


(49)

responden yang diteliti ternyata sebagian besar responden mempunyai pengetahuan tentang tanda dan gejala kanker payudara yang sedang yaitu sebanyak 73 orang (73%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar wanita usia 15-55 tahun di RT 06 dan RT 07 RW 02 Kelurahan Rempoa, sedikit mengetahui tentang tanda dan gejala kanker payudara kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan, takhayul dan penerangan-penerangan yang keliru (Soerjono, 1990). Ini menggambarkan bahwa masyarakat di kelurahan Rempoa menggunakan informasi yang mereka dapat dari berbagai sumber.

4.2.3. Hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan

Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya melalui jenjang pendidikan yang pernah ditempuh. Pada beberapa teori, seharusnya pengetahuan berbanding lurus dengan pendidikan formal yang pernah ditempuh. Jika pendidikan yang pernah ditempuh tinggi, maka pengetahuan tentang segala sesuatu seharusnya memang lebih baik, begitu pula sebaliknya, jika tingkat pendidikan terakhir yang dicapai rendah, maka pengetahuan pun tidak akan lebih tinggi, setinggi orang yang pernah menduduki taraf pendidikan yang lebih tinggi dan bisa dikatakan rendah.

Dari hasil penelitian, diketahui terdapat wanita yang berpendidikan dasar dan berpengetahuan rendah sebanyak 1 orang atau 5,9%, wanita yang berpendidikan dasar berpengetahuan sedang sebanyak 15 orang atau 88,2% dan terdapat wanita yang berpendidikan dasar berpengetahuan tinggi sebanyak 1 orang atau 5,9%. Disana terdapat ketimpangan pada tingginya pengetahuan sedang orang yang berpendidikan rendah dan sedikitnya yang berpengetahuan rendah padahal berpendidikan sedang. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor lain yang mempengaruhi tingkat pengetahuan selain pendidikan yang tidak kami teliti. Contohnya media informasi, berita atau internet yang telah memberikan pengetahuan lebih sehingga ikut andil dalam menyebabkan tingginya pengetahuan masyarakat, meskipun tingkat pendidikan yang pernah dicapai tidak terlalu tinggi. Menurut Wied Hary A (1996) informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.


(50)

Dari hasil penelitian juga terdapat wanita yang berpendidikan menengah dan berpengetahuan rendah sebanyak 1 orang atau 2,1%, wanita yang berpendidikan menengah berpengetahuan sedang sebanyak 34 orang atau 72,3% dan wanita yang berpendidikan menengah berpengetahuan tinggi sebanyak 12 orang atau 25,5%. Jika melihat data tersebut, mungkin kita akan sepakat bahwa hasil yang dicapai sesuai dengan harapan. Dimana peran tingkat pendidikan bagi pengetahuan disini jelas terlihat perbedaannya. Menurut Notoadmojo (1997) pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Sasaran pendidikan dapat tercapai apabila hasil yang didapatkan seperti pada keadaan di atas, dimana sampel yang punya tingkat pendidikan sedang juga menghasilkan tingkat pengetahuan yang cukup.

Dari hasil pembahasan lainnya diperoleh wanita yang berpendidikan tinggi dan berpengetahuan rendah sebanyak 2 orang atau 5,6%, wanita yang berpendidikan tinggi berpengetahuan sedang sebanyak 24 orang atau 66,7% dan wanita yang berpendidikan tinggi berpengetahuan tinggi sebanyak 10 orang atau 27,8%. Hal ini mungkin tidak sesuai dengan dasar teori yang mengharuskan adanya kesesuaian antara tingkat pendidikan dan pengetahuan. Dimana pengetahuan yang lebih tinggi, justru dimiliki mayoritas oleh tingkat pendidikan sedang.

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas 0,419 artinya pada α 5%, tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan wanita usia 15-55 tahun, tentang tanda dan gejala kanker payudara pada penelitian kami dengan sampel sebanyak 100 orang. Oleh karena itu, hipotesis kami ditolak. Hal ini dapat disebabkan oleh:

1. Media informasi yang sudah merambah dan sangat mempengaruhi hasil kuisioner dan tingkat pengetahuan yang dihasilkan menjadi bias

2. Maksud pertanyaan yang diberikan kurang tersampaikan dan tidak dipahami benar oleh responden

3. Pendidikan yang ditempuh oleh responden berbeda dengan kapabilitas responden untuk menjawab dengan tepat

4. Waktu penyelesaian jawaban yang diberikan terhadap responden terlalu singkat, sehingga tingkat validitas dalam menjawab pertanyaan berkurang


(51)

5. Tidak ditelitinya variabel lain yang sangat berperan dan mempengaruhi tingkat pengetahuan


(52)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Pengetahuan adalah sensasi yang seseorang dapatkan dari berbagai sumber dan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu, diantaranya usia, tingkat pendidikan yang kami teliti pada penelitian ini, pekerjaan, intelegensi, lingkungan, sosial budaya, media informasi dan pengalaman.

Gambaran tingkat pendidikan wanita usia 15-55 tahun di Kelurahan Rempoa RW 02 didominasi oleh tingkat pendidikan menengah (SMA) sebanyak 47% dari populasi.

Gambaran tingkat pengetahuan wanita usia 15-55 tahun terhadap tanda dan gejala kanker payudara.di Kelurahan Rempoa RW 02 menunjukkan tingginya tingkat pengetahuan sedang sebanyak 73% dari populasi.

Dari penelitian hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan terhadap tanda dan gejala kanker payudara yang dilakukan di Kelurahan Rempoa pada bulan September tahun 2010 dengan 100 orang sampel, memberikan hasil bahwa tidak terdapatnya hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan terakhir pada sampel dengan pengetahuan terhadap tanda dan gejala kanker payudara. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal serta faktor teknis dan non-teknis yang menjadi kendala pada penelitian ini, diantaranya ;

1. Media informasi yang sudah merambah dan sangat mempengaruhi hasil kuisioner dan tingkat pengetahuan yang dihasilkan menjadi bias

2. Maksud pertanyaan yang diberikan kurang tersampaikan dan tidak dipahami benar oleh responden

3. Pendidikan yang ditempuh oleh responden berbeda dengan kapabilitas responden untuk menjawab dengan tepat

4. Waktu penyelesaian jawaban yang diberikan terhadap responden terlalu singkat, sehingga tingkat validitas dalam menjawab pertanyaan berkurang 5. Tidak ditelitinya variabel lain yang sangat berperan dan mempengaruhi

tingkat pengetahuan


(53)

5.2. Saran

Dari hasil penelitian yang kami lakukan, dapat kami berikan saran yang akan membangun dan menjadikan penelitian berikutnya lebih baik, diantaranya sebagai berikut:

5.2.1. Bagi Peneliti

Peneliti perlu mengevaluasi lebih lanjut tentang proses penelitian yang lebih baik dengan sampel yang lebih banyak dan waktu yang cukup, sehingga mendapatkan hasil yang diharapkan lebih akurat sesuai dengan dasar teori dan referensi hasil penelitian sebelumnya.

5.2.2. Bagi Tenaga Kesehatan

Alangkah baiknya apabila tenaga kesehatan ikut termotivasi untuk berperan serta dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang tanda dan gejala kanker payudara melalui penyuluhan maupun memberikan informasi-informasi yang edukatif tentang cara deteksi dini kanker payudara, sehingga adanya kanker tersebut dapat terdeteksi.

5.2.3. Bagi Masyarakat

Masyarakat sebagai responden dalam penelitian ini, khususnya bagi mereka dengan pengetahuan tinggi agar dapat menerapkan pengetahuan tentang tanda dan gejala kanker payudara. Adapun bagi yang memiliki tingkat pengetahuan sedang dan kurang, agar lebih termotivasi untuk menggali informasi lebih banyak tentang tanda dan gejala kanker payudara dari berbagai sumber, baik itu dari media massa ataupun dari berbagai penyuluhan.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S. 2002 , Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Edisi Revisi V, Jakarta.

Arthur CG, John EH. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed 9. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1997.

Creagh, S. Pendidikan seks di SMA D.I. Yogyakarta. [serial on the internet]. 2004.

[cited 2009 April 4]. Available from :

http://www.acicis.murdoch.edu.au/hi/field_topics/screagh.pdf

EMEDICINE. Breast cancer. Cited december 2010 available from ; http://emedicine.medscape.com/article/263733-overview. Taken : 18 august 2010

Hartanto,Huriawati dkk. 2005. Kamus Kedokteran Dorlan.Jakarta:EGC.

Junquera LC,Carneiro J. 2007.Histologi Dasar Teks dan Atlas. Edisi 10. EGC : Jakarta.h:447-50

Kumar,V. Abbas, A. Robbins and Cotran Pathologic Basic of Disease, 7th edition. Elseviers Saunders, China.

Manuaba, IBG, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, EGC, Jakarta. 2003 Notoatmodjo S. 2002.Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmojo S. 2002. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta. PATH (UNFPA). Kesehatan reproduksi remaja: membangun perubahan yang

bermakna. C1998. [cited 2009 april 4]. Available from : http://www.path.org/outlook/kesehatan_reproduksi_remaja.pdf.

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan. Ed.2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. 2008.

Price, SA. Patofisiologi konsep klinis proses-proses perjalanan penyakit, edisi 6. Volume 2. Jakrta: EGC. 2006

Ramli M., Deteksi Dini Kanker, FKUI, Jakarta. 2002

R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Buku ajar ilmu bedah. edisi revisi. Penerbit buku kedokteran EGC; Jakarta; 1997. hal. 542-7.

Sherwood, L. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Ed 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1996

Suryaningsih Koni, Endang. Sukaca Eka, Bertiani. 2009. Kupas tuntas kanker payudara. Yogyakarta : Paradigma Indonesia

Vinay, Kumar. Ramzi S, Cotran. 2007.Stanley L, Robbins. Buku Ajar Patologi.7th ed. Jakarta; EGC.


(55)

LAMPIRAN

KUISIONER TINGKAT PENGETAHUAN TANDA DAN GEJALA KANKER PAYUDARA

(Oleh : MUHAMAD NURUL YAKIN)

1. Apa yang anda ketahui tentang gejala tingkat awal kanker payudara ? a. Rasa sakit dan tidak nyaman pada payudara 2

b. Payudara terlihat besar sebelah 1 c. Tidak menunjukan adanya gejala 3

2. Dibawah ini yang menurut anda termasuk gejala kanker payudara adalah ? a. Terdapat benjolan pada payudara 2

b. Keluarnya cairan dari payudara 1 c. Semua benar 3

3. Apakah setiap benjolan di payudara yang dirasakan tidak nyaman merupakan kanker payudara ?

a. Ya 1 b. Tidak 3 c. Ragu-ragu 2

4. Apakah kulit payudara yang terlihat mengkerutmerupakan gejala kanker payudara ? a. Ya 3

b. Tidak 1 c. Ragu-ragu 2

5. Apakah penurunan berat badan merupakan salah satu gejala kanker payudara ? a. Ya 3

b. Tidak 1 c. Ragu-ragu 2


(1)

Risk Estimate

Value

Odds Ratio for DIDIK2 (DASAR / MENENGAH)

a

a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells.

SAVE OUTFILE='H:\HEHEHHEE.sav' /COMPRESSED. RECODE pengetahuan (Lowest thru 8=1) (9 thru 16=2) (17 thru Highest=3) INTO PENGETAHUAN2. EXECUTE. RECODE didik1 (3=2) (4=3) (1 thru 2=1) INTO DIDIK3. EXECUTE. CROSSTABS /TABLES=DIDIK3 BY PENGETAHUAN2 /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT ROW /COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

Notes

Output Created 01-Oct-2010 16:10:00

Comments

Input Data H:\HEHEHHEE.sav

Active Dataset DataSet2

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 100

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.

Syntax CROSSTABS

/TABLES=DIDIK3 BY PENGETAHUAN2 /FORMAT=AVALUE TABLES

/STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT ROW /COUNT ROUND CELL.


(2)

Resources Processor Time 0:00:00.016

Elapsed Time 0:00:00.016

Dimensions Requested 2

Cells Available 174762

[DataSet2] H:\HEHEHHEE.sav

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

DIDIK3 * PENGETAHUAN2 100 100.0% 0 .0% 100 100.0%

DIDIK3 * PENGETAHUAN2 Crosstabulation PENGETAHUAN2

Total RENDAH SEDANG TINGGI

DIDIK3 DASAR Count 1 15 1 17

% within DIDIK3 5.9% 88.2% 5.9% 100.0%

MENENGAH Count 1 34 12 47

% within DIDIK3 2.1% 72.3% 25.5% 100.0%

TINGGI Count 2 24 10 36

% within DIDIK3 5.6% 66.7% 27.8% 100.0%

Total Count 4 73 23 100

% within DIDIK3 4.0% 73.0% 23.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 4.175a 4 .383

Likelihood Ratio 5.090 4 .278

Linear-by-Linear Association 1.652 1 .199


(3)

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 4.175a 4 .383

Likelihood Ratio 5.090 4 .278

Linear-by-Linear Association 1.652 1 .199

N of Valid Cases 100

a. 4 cells (44,4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,68.

Risk Estimate

Value

Odds Ratio for DIDIK3 (DASAR / MENENGAH)

a

a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells.


(4)

RECODE pendidikan ('SD'=1) ('SMP'=2) ('SMA'=3) ('PT'=4) INTO didik1. EXECUTE. RECODE didik1 (1=1) (2 thru 3=2) (4 thru Highest=3) INTO DIDIK2. EXECUTE. RECODE pengetahuan (Lowest thru 8=1) (9 thru 16=2) (17 thru Highest=3) INTO PENGETAHUAN1. EXECUTE. CROSSTABS /TABLES=DIDIK2 BY PENGETAHUAN1 /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT ROW /COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

Notes

Output Created 01-Oct-2010 15:52:49

Comments

Input Active Dataset DataSet2

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 100

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.

Syntax CROSSTABS

/TABLES=DIDIK2 BY PENGETAHUAN1 /FORMAT=AVALUE TABLES

/STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT ROW /COUNT ROUND CELL.

Resources Processor Time 0:00:00.000

Elapsed Time 0:00:00.125

Dimensions Requested 2

Cells Available 174762


(5)

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

DIDIK2 * PENGETAHUAN1 98 98.0% 2 2.0% 100 100.0%

DIDIK2 * PENGETAHUAN1 Crosstabulation PENGETAHUAN1

Total RENDAH SEDANG TINGGI

DIDIK2 DASAR Count 0 8 0 8

% within DIDIK2 .0% 100.0% .0% 100.0%

MENENGAH Count 2 40 13 55

% within DIDIK2 3.6% 72.7% 23.6% 100.0%

TINGGI Count 2 23 10 35

% within DIDIK2 5.7% 65.7% 28.6% 100.0%

Total Count 4 71 23 98

% within DIDIK2 4.1% 72.4% 23.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 3.906a 4 .419

Likelihood Ratio 5.978 4 .201

Linear-by-Linear Association .895 1 .344

N of Valid Cases 98

a. 4 cells (44,4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,33.


(6)

Risk Estimate

Value

Odds Ratio for DIDIK2 (DASAR / MENENGAH)

a

a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells.


Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia 20-40 Tahun Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010

0 38 68

Hubungan Usia Dan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Wanita Usia 20-50 Tahun Tentang Periksa Payudara Sendiri (Sadari) di Rt 05 Dan Rt 07 Rw 02 Kelurahan Rempoa Tahun 2010

0 6 107

Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Masyarakat Usia 20-45 Tahun Terhadap Penanganan Kanker Payudara Di Kompleks Taman Rempoa Indah RT 07/RW 02

0 23 56

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Wanita Tentang Faktor Risiko Kanker Payudara di Rw.02 Kompleks Taman rempoa Indah. Tahun 2010

0 5 74

Hubungan usia dengan tingkat pengetahuan tentang kanker payudara dan faktor risikonya di kompleks Taman Rempoa Indah rw 02 pada bulan September Tahun 2010

0 6 52

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENCEGAHAN KANKER PAYUDARA TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Pencegahan Kanker Payudara Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pada Wanita Usia Produktif Di Desa Sumur Musuk Boyolali

0 1 19

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENCEGAHAN KANKER PAYUDARA TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Pencegahan Kanker Payudara Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pada Wanita Usia Produktif Di Desa Sumur Musuk Boyolali

0 1 15

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER PAYUDARA DENGAN SIKAP TERHADAP PERIKSA Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Payudara Dengan Sikap Terhadap Periksa Payudara Sendiri (SADARI) Pada Wanita Usia Produktif Di Desa Kalibening.

0 0 17

BAB 1 PENDAHULUAN Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Payudara Dengan Sikap Terhadap Periksa Payudara Sendiri (SADARI) Pada Wanita Usia Produktif Di Desa Kalibening.

0 0 7

55 HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WANITA USIA ANTARA 30 – 45 TAHUN

0 0 8