Pengetahuan tentang Pengobatan Kemoterapi pada Pasien Kanker Payudara di Hope Clinic Medan

(1)

PENGETAHUAN TENTANG PENGOBATAN KEMOTERAPI

PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI

HOPE CLINIC

MEDAN

Skripsi

Oleh

Ria Setiawati

111121102

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(2)

(3)

Judul : Pengetahuan tentang Pengobatan Kemoterapi pada Pasien Kanker Payudara di Hope Clinic Medan

Nama Mahasiswa : Ria Setiawati

NIM : 111121102

Program Studi : Ilmu Keperawatan Tahun Akademik : 2011

ABSTRAK

Angka kejadian kanker payudara yang sangat berkembang pesat akhir-akhir ini karena kanker payudara menempati urutan kedua setelah kanker rahim. Di Indonesia masalah kanker payudara menjadi lebih besar karena lebih dari 70% penderita datang ke pelayanan kesehatan pada stadium yang sudah lanjut, maka dari itu permasalahan mengenai kanker payudara memang membutuhkan perhatian khusus. Hal ini perlu mendapat perhatian serius dari perawat untuk memberikan pendidikan kesehatan terhadap penderita kanker yang menjalankan kemoterapi, sebagai intervensi keperawatan dalam meningkatkan pengetahuan penderita kanker tentang kemoterapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana pengetahuan tentang pengobatan kemoterapi pada pasien kanker payudara di Hope Clinic Medan. Desain penelitian ini adalah deskriptif. Jumlah sampel 42 orang pasien dan teknik pengambilan sampel menggunakan cara total sampling. Data dikumpulkan dari pasien dengan menggunakan kuesioner. Waktu penelitian dari tanggal 1 Oktober sampai 31 Oktober 2012. Pengetahuan pasien kanker payudara tentang pengobatan kemoterapi dengan frekuensi 3 orang (7,14 %) mempunyai pengetahuan kurang, 33 orang (78,57%) berpengetahuan cukup, dan 6 orang (14,29 %) berpengetahuan baik. Hasil penelitian pengetahuan pasien tentang pengobatan kemoterapi pada pasien kanker payudara di Hope Clinic Medan pada umunya cukup, artinya pasien tidak sepenuhnya memahami tentang pengobatan kemoterapi.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul “Pengetahuan tentang Pengobatan Kemoterapi pada Pasien Kanker Payudara di Hope Clinic Medan”.

Proposal ini terlaksana karena arahan, masukan, dukungan dan koreksi dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata M.Kes , selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak dr. Riahsyah Damanik, SpB(K)Onk selaku Pimpinan Hope Clinic Medan yang telah mengizinkan saya melakukan penelitian pada Pasien Kanker Payudara yang ada di Hope Clinic Medan

4. Bapak Asrizal. S.Kep., Ns. WOC(ET)N, selaku dosen pembimbing skripsi saya dalam Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberi masukan dan dukungan, serta telah mengajari apa yang tidak saya ketahui sebelumnya sehingga saya dapat mengerti dan dapat menyelesaikan proposal ini tepat pada waktunya.


(5)

5. Teristimewa kepada Ayahanda Ngatiman untuk semua cinta dan sayang, kesabaran serta doa yang tak hentinya untuk penulis yang teramat tulus membiayai dan mendukung saya, karena ayahanda setitik ilmu telah kukecap sebagai bekal kehidupanku, sesungguhnya jasa dan pengorbananmu tidak dapat kubalas dengan apapun, dan Ibunda Almh. Temen Herawati, yang telah memberikan seluruh cinta kasihnya kepada saya dan selalu mendoakan.

6. Kakanda dan Adinda Sri Hartati S. Pd, Septia Ningsih, Siti Khodijah dan Dessy Ramadhani yang telah memberikan semangat, keceriaan, doa dan kasih sayang.

7. Sahabat-sahabat luar biasa khususnya Elis Marlina dan Liya Fitri Lubis, sahabat yang banyak memberikan bantuan dan motivasi dari awal hingga akhir sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,dan teman-teman sejawat Fakultas Keperawatan Ekstensi pagi USU 2011, terima kasih atas bantuan dan semangatnya selama ini.

Akhir kata peneliti berharap proposal ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan dan pihak-pihak yang membutuhkan. Peneliti sangat mengharapkan adanya saran yang bersifat membangun untuk perbaikan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Medan, Pebruari 2013


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Abstrak ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Skema ... ix

BAB 1. Pendahuluan ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Rumusan Masalah ... 3

3. Tujuan Penelitian ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2. Tinjauan Pustaka ... 5

1. Pengetahuan 1.1 Definisi Pengetahuan ... 5

1.2 Tingkatan Pengetahuan ... 5

1.3Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 7

2. Kanker Payudara ... 9

2.1 Defenisi ... 9

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kanker Payudara ... 9

2.3 Stadium Pada Kanker Payudara ... 12

2.4 Jenis-jenis Kanker Payudara ... 12

2.5 Pengobatan pada Kanker Payudara ... 14

3. Kemoterapi ... 15

3.1 Defenisi ... 15

3.2 Tujuan Kemoterapi ... 15

3.3 Cara Pemberian Kemoterapi ... 17

3.4 Persiapan Kemoterapi ... 18

3.5 Efek Samping Kemoterapi ... 19

Bab 3. Kerangka Penelitian ... 23

1. Kerangka Konsep ... 23

2. Defenisi Operasional ... 24

Bab 4. Metodologi Penelitian ... 25

1. Desain Penelitian ... 25

2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26


(7)

5. Instrumen Penelitian ... 27

6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 28

7. Pengumpulan Data ... 29

8. Analisa Data ... 29

BAB 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian ... 31

1.1Karakteristik Responden ... 31

1.2Pengetahuan tentang Pengobatan Kemoterapi ... 32

1.3Kategori Pengetahuan tentang Pengobatan Kemoterapi ... 33

2. Pembahasan ... 33

BAB 6. Kesimpulan dan Rekomendasi 1. Kesimpulan ... 41

2. Rekomendasi ... 41

2.1.Untuk Hope Clinic Medan ... 41

2.2.Untuk Penelitian Selanjutnya ... 42

2.3.Untuk Institusi Pendidikan ... 42

Daftar Pustaka Lampiran

1. Formulir Persetujuan Menjadi Responden Penelitian 2. Instrumen Penelitian

3. Lembar Bukti Bimbingan 4. Taksasi Dana

5. Jadwal Penelitian

6. Surat Izin Melakukan Penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

7. Surat Izin Penelitian dari Hope Clinic Medan 8. Master Tabel Penelitian

9. Hasil Uji Realibilitas Instrumen 10.Hasil Penelitian


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 24

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden di Hope Clinic Medan ... 31

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Pengetahuan Pasien tentang Pengobatan Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara di Hope Clinic Medan ... 33


(9)

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 3.1 Kerangka Konseptual Pengetahuan tentang Pengobatan Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara di Hope Clinic Medan ... 23


(10)

Judul : Pengetahuan tentang Pengobatan Kemoterapi pada Pasien Kanker Payudara di Hope Clinic Medan

Nama Mahasiswa : Ria Setiawati

NIM : 111121102

Program Studi : Ilmu Keperawatan Tahun Akademik : 2011

ABSTRAK

Angka kejadian kanker payudara yang sangat berkembang pesat akhir-akhir ini karena kanker payudara menempati urutan kedua setelah kanker rahim. Di Indonesia masalah kanker payudara menjadi lebih besar karena lebih dari 70% penderita datang ke pelayanan kesehatan pada stadium yang sudah lanjut, maka dari itu permasalahan mengenai kanker payudara memang membutuhkan perhatian khusus. Hal ini perlu mendapat perhatian serius dari perawat untuk memberikan pendidikan kesehatan terhadap penderita kanker yang menjalankan kemoterapi, sebagai intervensi keperawatan dalam meningkatkan pengetahuan penderita kanker tentang kemoterapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana pengetahuan tentang pengobatan kemoterapi pada pasien kanker payudara di Hope Clinic Medan. Desain penelitian ini adalah deskriptif. Jumlah sampel 42 orang pasien dan teknik pengambilan sampel menggunakan cara total sampling. Data dikumpulkan dari pasien dengan menggunakan kuesioner. Waktu penelitian dari tanggal 1 Oktober sampai 31 Oktober 2012. Pengetahuan pasien kanker payudara tentang pengobatan kemoterapi dengan frekuensi 3 orang (7,14 %) mempunyai pengetahuan kurang, 33 orang (78,57%) berpengetahuan cukup, dan 6 orang (14,29 %) berpengetahuan baik. Hasil penelitian pengetahuan pasien tentang pengobatan kemoterapi pada pasien kanker payudara di Hope Clinic Medan pada umunya cukup, artinya pasien tidak sepenuhnya memahami tentang pengobatan kemoterapi.


(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kanker payudara merupakan keganasan yang paling umum terjadi pada populasi wanita diseluruh dunia (Andrews, 2009). Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan 8 sampai 9 wanita akan mengalami kanker payudara dalam hidupnya. Kanker payudara dapat disebabkan oleh beberapa faktor resiko, sedangkan penyebab pastinya belum dapat diketahui secara pasti (Dewi, 2009).

Negara di dunia memiliki perbedaan dalam angka insidensi dan angka kematian akibat kanker payudara. Resiko untuk kanker payudara lebih tinggi di negara-negara maju dibandingkan dengan negara-negara berkembang. (Robbins, 2007). The American Cancer Society (2008) memperkirakan setiap tahun sekitar 178.000 wanita Amerika akan terdiagnosis kanker payudara. Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian wanita berusia 40 sampai 55 tahun, serta penyebab terbesar kedua kematian wanita. Pada tahun 2008 angka kematian akibat kanker payudara telah menurun karena telah dikembangkan dan disosialisasikannya program deteksi awal serta penanganan kanker payudara yang lebih efektif (Dewi, 2009).

Di Inggris ditemui 1 dari 12 wanita menderita kanker payudara. Insiden kanker payudara idealnya diukur oleh data kanker berdasarkan populasi yang mencatat seluruh diagnosis baru kanker pada populasi tertentu dan pada tahun tertentu. Di beberapa negara frekwensi kanker payudara meningkat,


(12)

peningkatan frekwensi ini sangat meningkat di negara berkembang yang sebelumnya memiliki insiden kanker payudara rendah (Andrews. 2009).

Saryono (2008) menyatakan bahwa, kanker payudara merupakan angka kejadian yang sangat berkembang pesat akhir-akhir ini karena kanker payudara menempati urutan kedua setelah kanker rahim. Di Indonesia masalah kanker payudara menjadi lebih besar karena lebih dari 70% penderita datang ke pelayanan kesehatan pada stadium yang sudah lanjut, maka dari itu permasalahan mengenai kanker payudara memang membutuhkan perhatian khusus. Menegakkan diagnosa dini sudah demikian majunya sehingga seharusnya keterlambatan datang untuk memeriksakan diri sudah semakin berkurang (Manuaba, 2004).

Tingkat pengetahuan pasien tentang kanker dan penatalaksanaannya akan sangat berpengaruh terhadap kuat atau tidaknya motivasi pasien untuk menjalani/menyelesaikan program kemoterapi. Begitu juga dengan pasien menjalani kemoterapi, meskipun kemoterapi merupakan suatu pengobatan yang dirasa sangat berat, namun bila seseorang memiliki pengetahuan yang baik, maka ia akan mempunyai peluang yang lebih besar untuk dapat menyelesaikannya dan mendapat tujuan yang diinginkannya, dengan demikian kemungkinan untuk drop out kemoterapi dapat dihindari (Subekti, 2010).

Penyebab pasien tidak mengikuti pengobatan kemoterapi secara rutin dan meninggalkan jadwal pengobatan kemoterapi dalam satu siklus pengobatan adalah karena fisik pasien yang tidak kuat sehingga tidak dapat melanjutkan pengobatan. Mengingat efek samping yang ditimbulkan oleh


(13)

lingkungan di sekitarnya, dibutuhkan standar operasional prosedur kemoterapi yang menjadi acuan bagi petugas kesehatan untuk melakukan pemberian kemoterapi yang aman. Prosedur pelaksanaan yang dilakukan dengan baik dan sesuai SOP dapat meminimalisir risiko. Untuk itu maka saat ini para ahli riset kanker telah berupaya dan berlomba lomba untuk menciptakan obat-obatan baru yang lebih efektif namun relatif memiliki efek samping yang lebih minimal bagi kualitas hidup pasien (Barron. 2010).

Laporan penelitian yang menunjukan bahwa kemoterapi praoperasi dapat mengurangi 50% besar tumor pada lebih dari 90% kasus. Tanpa kemoterapi pasien tersebut memerlukan tindakan bedah yang lebih berat, yaitu mastektomi (Saryono, 2008). Berdasarkan hasil observasi peneliti jumlah Pasien Kanker Payudara di Hope Clinic Medan pada Bulan April Tahun 2012 sebanyak 162 orang, dan 58 orang yang menjalani kemoterapi.

Dengan demikian, berdasarkan hasil penjelasan diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang bagaimanakah pengetahuan tentang pengobatan kemoterapi pada pasien kanker payudara di Hope Clinic Medan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah “ bagaimanakah pengetahuan tentang pengobatan kemoterapi pada pasien kanker payudara? ” .


(14)

3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengetahuan Tentang Pengobatan Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara di Hope Clinic Medan.

4. Manfaat Penelitian

4.1Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan informasi kepada mahasiswa mengenai pengetahuan tentang pengobatan kemoterapi pada pasien kanker payudara.

4.2Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi Praktisi Keperawatan mengenai bahan acuan yang efektif yang dapat digunakan oleh perawat dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya.

4.3Bagi Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan pedoman dalam bidang penelitian agar dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan, khususnya pada pasien kanker payudara.


(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengetahuan

1.1 Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sampai dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2005).

1.2 Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besar dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

1.2.1 Tahu

Tahu diartikan sebagai recall atau memanggil memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Pernyataan-pernyataan dapat digunakan untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu.

1.2.2 Memahami

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tetapi dapat secara tidak sadar dapat menyebutkan, tetapi


(16)

orang tersebut harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahuinya tersebut.

1.2.3 Aplikasi

Aplikasi diartikan apabila orang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

1.2.4 Analisis

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokan, membuat bagan (diagram) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

1.2.5 Sintesis

Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

1.2.6 Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.


(17)

Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat (Notoatmodjo, 2005).

1.3 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan 1.3.1 Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah seseorang untuk menerima informasi. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan tidak mutlak didapat dari pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh dari pendidikan non formal.

1.3.2 Media Massa / Informasi

Teknologi yang maju terdiri dari berbermacam – macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk media massa mempunyai pengaruh besar tehadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.

1.3.3 Sosial budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukannya. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan


(18)

tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

1.3.4 Lingkungan

Lingkungan perperan terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya reaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

1.3.5 Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi di masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan.

1.3.6 Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap atau pola fikir seseorang. Semakin bertambah usia maka akan semakin bertambah pula daya tangkap atu pola fikir seseorang, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Saat dewasa madya individu berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih


(19)

banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya penyesuiaan diri menuju hari tua.

2. Kanker Payudara

2.1 Defenisi Kanker Payudara

Kanker adalah sekelompok penyakit dimana sel tumbuh, berkembang, berubah dan menduplikasikan diri di luar kendali. Kanker payudara adalah pertumbuhan serta perkembangbiakan sel yang abnormal yang muncul pada jaringan payudara (Dewi. 2009).

2.2 Faktor Resiko Terjadinya Kanker Payudara

Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan seseorang menderita kanker payudara, diantaranya adalah:

2.2.1 Faktor Genetik

Kanker payudara terkait dengan keluarga kira-kira sebesar 20% , tetapi penyakit tersebut tidak menunjukan pola pewarisan yang pasti. Pewarisan gen yang hanya menyebabkan sedikit peningkatan resiko kanker. Wanita yang dicurigai memiliki resiko kanker payudara karena riwayat keluarga dapat dilakukan pengkajian terhadap individu yang memiliki resiko menderita kanker payudara dan kecenderungan adanya mutasi genetik jika mutasi gen yang diwariskan dalam keluarga telah diidentifikasi, pengujian terhadap mutasi spesifik dapat dilakukan pada setiap kerabat lain, baik yang menderita kanker ataupun tidak.


(20)

2.2.2 Riwayat Menstruasi

Menstruasi pertama sebelum usia 12 tahun dan usia menopouse yang lambat yaitu setelah usia 55 tahun, akan meningkatkan faktor resiko. Sedangkan wanita yang mengalami ooforektomi pramenopouse pada dasarnya mengalami penurunan resiko menderita kanker payudara.

2.2.3 Usia

Usia adalah faktor lain yang sangat penting, wanita yang lebih tua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang lebih muda. Resiko ini mulai meningkat mulai usia 40 tahun.

2.2.4 Riwayat Reproduksi

Wanita yang nulipara lebih beresiko menderita kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang sudah memiliki keturunan, tetapi faktor resiko penting lainnya adalah usia wanita saat pertama kali hamil. Resiko kanker payudara pada wanita yang memiliki anak pertama setelah ia berusia lebih dari 30 tahun memiliki resiko dua kali lipat dibandingkan dengan memiliki anak pertama pada usia 20 tahun dan memiliki anak pertama dengan usia lebih dari 35 tahun tampak lebih beresiko menderita kanker payudara dibandingkan wanita nulipara.


(21)

2.2.5 Menyusui

Roesli (2010) mengatakan bahwa menyusui dapat mengurangi resiko kanker payudara pada ibu dan infeksi, alergi, dan autoimunitas pada bayi. Dengan menyusui bayi selama 3 bulan atau lebih dapat memberikan perlindungan yang baik terhadap kanker payudara.

2.2.6 Kontrasepsi Oral

Kanker payudara yang didiagnosis pada wanita yang pernah manggunakan kontrasepsi oral kombinasi kurang progresif dibandingkan pada kanker yang didiagnosis pada wanita yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral. Pada sebuah penelitian ditemukan adanya sedikit peningkatan resiko didiagnosis kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral dibandingkan dengan non pengguna.

2.2.7 Terapi Sulih Hormon

Penelitian yang menunjukan adanya peningkatan resiko kanker payudara pada klien terapi sulih hormon dalam jangka waktu yang lama. Collaboratif Group on Hormonal Factors in Breast Cancer melakukan analisis ulan terhadap sebagian besar bukti epidemiologis di seluruh dunia mangenai hubungan antara resiko kanker payudara dengan terapi sulih hormon. Mereka menemukan bahwa insiden kumulatif kanker payudara pada wanita yang berusia antara 50 sampai 70 tahun, dan yang tidak pernah menjalani terapi sulih hormon sekitar 45 per 1000 wanita. Wanita yang mulai menjalani terapi sulih hormon


(22)

pada usia 50 tahun dan menggunakannya selama 5 tahun, diperkirakan bahwa wanita yang didiagnosis kanker payudara memiliki resiko 2 kali lipat, dan apabila penggunaan selama 10 tahun maka penambahan jumlah ini akan meningkat sebanyak 6 kali lipat dan pada penggunaan 15 tahun akan meningkatkan sebanyak 12 kali lipat.

2.2.8 Pemajanan terhadap Radiasi

Korban kasus bom nuklir di Jepang yang selamat menunjukan peningkatan resiko terjadinya kanker payudara pada korban tersebut yang terpajan radiasi nuklir. Banyak uji lain pada wanita yang mendapat radiasi ionisasi dosis tinggi untuk alasan medis juga menunjukkan adanya peningkatan resiko.

2.2.9 Keadaan Geografis

Insiden dan mortalitas kanker payudara bervariasi antara yang satu dengan yang lainnya. Contohnya pada keluarga dari jepang (Negara dengan insiden rendah) migrasi ke Amerika (Negara dengan insiden tinggi), hasil uji menunjukan bahwa wanita generasi kedua pada keluarga dari Jepang memiliki insidensi yang sama dengan insiden pada negara dimana tempat ia tinggal (Andews, 2009).

2.3 Stadium Pada Kanker Payudara

American Joint Committee on Cancer Staging of Breast Carcinoma membagi stadium karsinoma menjadi :

Stadium 0 Ductal Carsinoma In Situ (DCIS) dan Lobular Carsinoma In Situ (LCIS)


(23)

Stadium I Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang serta kelenjar getah bening negatif

Stadium IIA Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang disertai metastasis ke kelenjar getah bening atau karsinoma invasif lebih dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm dan kelenjar getah beningnegatif

Stadium IIB Karsinoma invasif dengan diameter lebih dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm dengan kelenjar getah bening positif, atau karsinoma invasif berukuran lebih dari 5 cm dan kelenjar getah bening negatif

Stadium IIIA Karsinoma invasif ukuran berapapun dengan kelenjar getah bening terfiksasi atau karsinoma berukuran garis tengah lebih dari 5 cm dengan metastasis kelenjar getah bening nonfiksasi

Stadium IIIB karsinoma inflamasi, karsinoma yang menginvasi dinding dada, karsinoma yang manginvasi kulit, atau setiap karsinoma dengan metastasis ke kelenjar getah bening

Stadium IV karsinoma yang metastasis ke tempat yang jauh (Robins. 2007).


(24)

2.4 Jenis Jenis Kanker Payudara

Jenis jenis kanker payudara yang umum terjadi antara lain:

2.4.1 Lobular Karsinoma Insitu

Kata insitu merupakan kanker yang tidak menyebar dari area dimana kanker mulai muncul. Pada LCIS (Lobular Carsinoma Insitu) pertumbuhan jumlah sel jelas terlihat, berada didalam kelenjar susu (lobules).

2.4.2 Ductal Karsinoma Insitu

Merupakan kanker payudara non invasif yang paling umum terjadi. DCIS (Ductal Carsinoma Insitu) sering sekali terdeteksi pada mammogram sebagai microcalcifications (tumpukan kalsium dalam jumlah kecil). Dengan deteksi dini, rata-rata tingkat bertahan hidup penderita DCIS (Ductal Carsinoma Insitu) mencapai hasil hampir 100% , dengan catatan kanker tidak menyebar dari lobules mammae ke jaringan lemak payudara dan bagian lain dari tubuh.

2.4.3 Infiltrating Lobular Karsinoma

Infiltrating Lobular Jarsinoma juga dikenal sebagai invasive lobular carsinoma. Infiltrating lobular carsinoma mulai terjadi di dalam kelenjar susu (lobules mammae), tetapi sering metastasis ke bagian tubuh yang lain.

2.4.4 Infiltrating Ductal Karsinoma

Infiltrating Ductal Karsinoma juga dikenal sebagai invasive ductal carsinoma. Infiltrating ductal carsinoma terjadi di dalam


(25)

saluran susu payudara dan menjebol dinding saluran, menyerang jaringan lemak payudara dan kemungkinan terjadi dibagian tubuh yang lain (Dewi. 2009).

2.5 Pengobatan Kanker Payudara 2.5.1 Operasi

Secara umum semakin kecil tumor maka semakin dianjurkan untuk operasi, berikut adalah tipe tipe operasi:

a. Lumpectomy

Lumpektomi disebut juga sebagai partial mastectomy/segmental mastectomy, mengangkat tumor dan membersihkan jaringan sekitar tumor. Untuk ductal carsinoma insitu dan kanker yang invasif, biasanya terapi radiasi pada area yang terkena tumor diberikan.

b. Axillary Limph Node

Mengangkat titik titik kelenjar getah bening ketiak, kemudian sel kankernya diteliti oleh ahli patologi.

c. Sentinel Lymp Node Biopsy

Sentinel Lymp Node Biopsy merupakan suatu prosedur dimana ahli bedah akan mencari dan kemudian mengangkat kelenjar getah bening utama pada ketiak yang langsung berhubungan dengan payudara. Ahli patologi kemudian akan meneliti sel sel kankernya.


(26)

2.5.2 Adjuvant Terapi

Adjuvan Terapi adalah pengobatan yang diberikan sebagai tambahan pengobatan setelah operasi.

a. Terapi Radiasi

Terapi ini menggunakan X-Ray berenergi tinggi atau partikel lain untuk membunuh sel kanker. Terapi ini diberikan secara regular perminggu. Tujuannya adalah untuk mematikan sel kanker yang mungkin masih ada atau tertinggal di area tumor yang sudah dioperasi, mengecilkan ukuran tumor sebelum dioperasi.

b. Kemoterapi

Kemoterapi adalah suatu cara pengobatan dengan menggunakan suatu obat yang fungsinya adalah untuk membunuh sel kanker. Sistemik kemoterapi adalah obat kemoterapi yang dialirkan lewat pembuluh darah, targetnya adalah membunuh sel kanker yang ada di tubuh.

c. Hormon Terapi

Terapi hormon berguna bagi pasien yang biopsinya menunjukan hasil positif untuk estrogen reseptor (ER+) dan progesteron reseptor (PR+) tipe kanker ini berarti pertumbuhannya dipengaruhi oleh hormon sehingga diperlukan obat untuk memblok hormon untuk membatasi pertumbuhannya.


(27)

d. Targeted Terapi

Target terapi adalah obat yang bekerja untuk menghentikan aksi dari protein abnormal yang menyebabkan sel kanker tumbuh dan membelah tak terkontrol (Dewi. 2009).

3. Kemoterapi

3.1 Defenisi Kemoterapi

Kemoterapi adalah suatu cara pengobatan dengan menggunakan suatu obat yang fungsinya adalah untuk membunuh sel kanker (Dewi, 2009). Kemoterapi merupakan terapi sistemik, yang berarti obat menyebar keseluruh tubuh dan dapat mencapai sel kanker yang telah menyebar jauh atau metastase ke tempat lain (Rasjidi, 2007).

3.2 Tujuan Kemoterapi 3.2.1 Terapi adjuvan

Kemoterapi yang diberikan sesudah operasi, dapat sendiri atau bersamaan dengan radiasi, dan bertujuan untuk membunuh sel kanker yang telah bermatastase.

3.2.2 Terapi neoadjuvan

Kemoterapi yang diberikan sebelum terapi untuk mengecilkan masa tumor, biasanya dikombinasi dengan radioterapi.


(28)

3.2.3 Kemoterapi primer

Kemoterapi yang digunakan sendiri dalam penatalaksanaan tumor, yang kemungkinan kecil untuk diobati, dan kemoterapi digunakan hanya untuk mengontrol gejalanya.

3.2.4 Kemoterapi induksi

Kemoterapi yang digunakan sebagai terapi pertama dari beberapa terapi berikutnya.

3.2.5 Kemoterapi kombinasi

Kemoterapi yang menggunakan dua atau lebih agen kemoterapi (Rasjidi, 2007).

3.3 Cara Pemberian Kemoterapi 3.3.1 Pemberian Per Oral

Beberapa jenis kemoterapi telah dikemas untuk pemberian peroral, diantaranya adalah chlorambucil dan etoposide (VP-16).

3.3.2 Pemberian secara intramuskular

Pemberian dengan cara ini relatif lebih mudah dan sebaiknya suntikan tidak diberikan pada lokasi yang sama dengan pemberian dua-tiga kali berturut-turut. Yang dapat diberikan intramuskulus antara lain Bleomicin dan Methotrexate.

3.3.3 Pemberian secara intravena

Pemberian secara intavena dapat diberikan secara bolus perlahan-lahan atau diberikan secara infus (drip). Cara ini merupakan kemoterapi yang paling umum dan banyak digunakan.


(29)

3.3.4 Pemberian secara intra arteri

Pemberian intraarteri jarang dilakukan karena membutuhkan sarana yang cukup banyak, antara lain radiologi diagnostik, mesin, atau alat filter, serta memerlukan keterapilan tersendiri.

3.3.5 Pemberian secara intraperitoneal

Cara ini jarang dilakukan karena membutuhkan alat khusus (kateter intraperitoneal) serta kelengkapan kamar operasi karena pemasangan perlu narkose. Pemberian kemoterapi diindikasikan dan disyaratkan pada minimal tumor residu pada kanker. Penelitian yang dilakukan membandingkan pemberian kemoterapi secara intavena dan intraperitoneum. Keduanya tidak berbeda baik dalam respons, survival, maupun toksisitasnya (Rasjidi, 2007).

3.4 Persiapan Kemoterapi

3.4.1 Persiapan yang harus dipenuhi oleh Pasien

a. Sebelum menjalani pengobatan kemoterapi maka terlebih dahulu pasien dilakukan pemeriksaan darah yang menunjukkan hemoglobin lebih dari 10g%, leukosit lebih dari 5000/mm3, dan trombosit lebih dari 150.000/mm3

b. Pemeriksaan fungsi hepar, fungsi ginjal, dan EKG. c. Keadaan umum pasien harus baik

d. Pasien mengetahui tentang tujuan pengobatan dan efek samping yang kemungkinan terjadi.


(30)

3.4.2 Persiapan yang harus dipenuhi oleh Tenaga Kesehatan

Persiapan yang harus dipenuhi oleh Tenaga Kesehatan adalah Tenaga Kesehatan harus mempunyai pengetahuan dan manajemen kanker pada umumnya dan mempunyai sarana laboratorium yang lengkap (Rasjidi, 2007).

3.5 Efek Samping Dari Kemoterapi dan Cara Mengatasinya

Efek samping kemoterapi biasanya disebabkan oleh jenis obat obatan yang digunakan dan biasanya terbatas pada bagian tubuh yang aktif melakukan pembelahan sel. Berikut ini beberapa efek samping dari pengobatan kemoterapi:

3.5.1 Kerontokan Rambut

Kerontokan rambut secara total tidak terlalu sering terjadi, kecuali obat atrasiklin kuat yang digunakan dalam regimen tersebut. Informasi mengenai perawatan rambut, penggunaan syal, atau topi, juga memakai wig jika perlu dapat mengurangi distres pasien sehingga informasi tersebut harus diberikan sebelum kemoterapi dimulai. Rambut biasanya kembali tumbuh 4-6 minggu setelah kemoterapi selesai.

Pendinginan kulit kepala dengan menggunakan kantong es atau cap kepala dingin dapat membantu mempertahankan rambut karena dengan menurunkan suhu pada kulit kepala, aliran darah menuju folikel rambut akan menurun.


(31)

Kemoterapi atrasiklin dan anti folat sering kali mempengaruhi konjungtiva mata, menyebabkan mata lengket dan dapat menyebabkan rasa sakit serta kering. Asam folinat tablet yang diberikan peroral dapat mengurangi efek antifolat dan penggunaan tetes mata juga dapat memberikan kenyamanan.

3.5.3 Luka Mulut

Membran mukosa mulut normalnya memperbaiki selnya secara cepat dan mudah dipengaruhi oleh kemoterapi. Pasien harus diberikan informasi untuk menggunakan sikat gigi yang lembut guna mancegah luka gores pada mulut, kebersihan mulut harus dijaga serta mempertahankan asupan cairan perhari minimal 2 – 2,5 liter. Apabila ditemukan stomatitis pada mulut disarankan untuk membersihkannya dengan kapas lidi yang telah dicelupkan kedalam air hangat atau obat kumur klorheksidin (0,2%). Ulserasi pada mulut dapat diobati dengan obat kumur sukralfat yang dapat mengurangi kekeringan pada mulut. Diet yang tinggi vitamin dan protein dapat membantu mempercepat penyembuhan luka.

3.5.4 Mual dan Muntah

Mual muntah dapat terjadi karena tubuh mengenali agens kemoterapi sebagai zat toksik dan mengakibatkan terjadinya peningkatan asam lambung. Mual yang disebabkan oleh karena kemoterapi dapat dikurangi dengan makan sedikit tetapi sering dengan


(32)

mengkonsumsi makanan lunak. Pasien biasanya diberi tablet anti emetik untuk dikonsumsi di rumah.

3.5.5 Penurunan Hitung Sel Darah

Sumsum tulang terus memproduksi sel-sel yang membentuk darah, yaitu trombosit, leukosit dan eritrosit. Darah yang bersirkulasi berkurang banyaknya akibat kemoterapi. Berdasarkan obat kemoterapi yang diberikan, banyaknya sel darah mencapai titik terendah, biasanya 8-12 hari setelah kemoterapi dilaksanakan.

Pasien harus mendapatkan informasi jika mengalami gejala trombositopenia, seperti mudah memar atau gusi berdarah, serta tanda indikasi penurunan hitung sel darah putih seperti infeksi, dan suhu tubuh yang meningkat.

3.5.6 Diare

Diare dapat disebabkan oleh efek kemoterapi yang merusak mukosa saluran pencernaan. Pemberian agen anti diare efektif untuk mengatasi diare, jika diare berlanjut, penetalaksanaan perlu ditambah dengan pemberian nutrisi parenteral.

3.5.7 Letargi

Letargi adalah suatu keadaan yang sangat lelah, yang tidak hilang hanya dengan tidur. Kondisi ini diderita oleh sebagian besar pasien yang menjalani kemoterapi dan meningkat sampai akhir pengobatan selama 6 bulan. Pasien harus beristirahat jika merasa lelah


(33)

dan perlunya dukungan orang-orang terdekat dalam memahami efek samping dari kemoterapi (Andrews, 2009).


(34)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian dalaam penelitian ini menggambarkan bagaimana Pengetahuan tentang Pengobatan Kemoterapi pada Pasien Kanker Payudara di Hope Clinic Medan. Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan kepustakaan maka konsep penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Skema 3.1

Kerangka Penelitian Pengetahuan Tentang Pengobatan Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara di Hope Clinic Medan

Pengetahuan Tentang Pengobatan Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara Di Hope Clinic Medan Tahun 2012.

1. Baik 2. Cukup 3. Kurang


(35)

2. Defenisi Operasional

Tabel. 3.1

Defenisi Operasional Variabel Penelitian

No. Variabel Defenisi Operasional

Alat ukur Hasil Ukur Skala

1. Pengetah uan tentang pengobat an kemotera pi pada pasien kanker payudara Pengetahuan tentang pengobatan kemoterapi pada pasien kanker payudara adalah pengetahuan

pasien kanker payudara yang datang ke Hope Clinic Medan antara tanggal 1 Oktober sampai 31 Oktober 2012.

Kuesioner dengan 22 pertanyaan yaitu nomor 1 s/d 22 dengan pemilihan jawaban sebagai berikut: 1.Ya 2.Tidak Tingkat pengetahuan Baik apabila responden memiliki skor antara 38 sampai dengan 44, Cukup apabila responden

memiliki skor antara 30 sampai dengan 37 dan Kurang apabila responden

memiliki skor antara 22 sampai dengan 29.


(36)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini akan menguraikan mengenai desain penelitian, populasi dan sampel, lokasi dan waktu penelitian, pertimbangan etik, instrumen penelitian, uji validitas dan reliabilitas, pengumpulan data, dan analisis data.

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan berdasarkan tujuan penelitian yang akan dicapai adalah desain penelitan deskriptif. Hidayat (2010) menyatakan bahwa, penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan melalui pengamatan, baik secara langsung maupun tidak lengsung tanpa ada perlakuan atau intervensi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah pengetahuan tentang pengobatan kemoterapi pada pasien kanker payudara di Hope Clinic Medan tahun 2012.

2. Populasi dan Sampel 2.1. Populasi

Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa, populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian atau objek yang akan diteliti.Populasi dalam penelitian ini adalah sejumlah pasien yang mempunyai satu ciri yang sama yaitu pasien kanker payudara di Hope Clinic Medan yang berjumlah 42 orang pasien.

2.2. Sampel

Hidayat (2007), menyatakan bahwa sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Besar sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang


(37)

terdiagnosa kanker payudara dan menjalani pengobatan kemoterapi pada bulan Agustus 2012 di Hope Clinic Medan yaitu sebanyak 42 orang.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik total sampling yaitu semua anggota populasi diambil menjadi sampel dalam penelitian.

3. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Hope Clinic Medan dan waktu pengumpulan data dilakukan mulai tanggal 1 Oktober sampai 31 Oktober 2012.

4. Pertimbangan Etik

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti akan mengajukan permohonan izin kepada Institusi Pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan dan mengajukan izin kepada Bapak Pimpinan Hope Clinic Medan tempat penelitian dilakukan. Setelah mendapatkan persetujuan kemudian peneliti melakukan penelitian dengan menekankan pertimbangan etik sebagai berikut:

4.1Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberi lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian. Jika responden bersedia maka responden harus menandatanganinya, namun jika responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati haknya.


(38)

4.2Anonimity (tanpa nama)

Peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar kuesioner dan hanya memberikan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

4.3Kerahasiaan (confidentiality)

Hasil dari penelitian ini akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.

5. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner yang terdiri dari sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh data pengetahuan tentang pengobatan kemoterapi pasien kanker payudara di Hope Clinic Medan Tahun 2012.

Bentuk pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk pertanyaan tertutup. Responden diminta untuk memilih salah satu jawaban dengan memberi tanda check list (√) pada salah satu pilihan yang disediakan. Penyusunan pertanyaan dalam kuesioner ini didasarkan pada berbagai literatur yang berkaitan dengan pengetahuan tentang pengobatan kemoterapi pada pasien kanker payudara.

Instrumen yang digunakan terdiri dari data demografi dan kuesioner tentang kemoterapi yang terdiri dari 22 butir. Pernyataan dalam kuesioner yang bersifat positif dengan jawaban ya maka responden memperoleh nilai 2 sedangkan jawaban tidak memperoleh nilai 1. Pernyataan dalam kuesioner yang bersifat negatif dengan jawaban tidak maka responden memperolah nilai 2 sedangkan jawaban ya memperoleh nilai 1. Reponden diminta untuk memilih satu jawaban


(39)

dari dua pilihan jawaban yang tersedia yakni ya dan tidak, jadi nilai berkisar antara 22 sampai dengan 44.

6. Uji Validitas dan Reliabilitas 6.1Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kesahihan suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2006). Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi product moment. Untuk mengetahui apakah tiap-tiap pernyataan significant atau tidak, maka perlu dilihat pada tabel nilai product moment (Notoatmodjo, 2010). Jika nilai product moment ternyata lebih besar dari nilai product moment pada tabel maka pernyataan tersebut dikatakan valid dan bila nilai product moment tenyata lebih kecil dari nilai product moment ditabel maka pernyataan tersebut dikatakan tidak valid sehingga harus direvisi atau dibuang.

6.2Uji Realibilitas

Realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat diandalkan. Hal ini menunjukan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010).

Dalam penelitian ini digunakan uji realibilitas internal yang diperoleh dengan cara menganalisa data dari satu pengetesan. Uji realibilitas dilakukan pada 30 orang pasien kanker payudara di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan. Untuk kuesioner pengetahuan tentang pengobatan


(40)

kemoterapi pada pasien kanker payudara di uji dengan menggunakan Cronbach Alpha dengan program komputerisasi dan diperoleh hasil 0,790. Hasil ini sudah dikatakan realibel karena nilai realibilitasnya sama dengan 0,70 atau lebih.

7. Pengumpulan Data

Setelah mendapatkan izin dari Bapak Pimpinan Hope Clinic Medan, kemudian peneliti melakukan pendekatan dengan responden dan menjelaskan tujuan, manfaat, serta peran serta responden selama penelitian. Peneliti menjamin kerahasiaan dan hak responden untuk menolak menjadi responden. Bila responden menyetujui maka peneliti meminta responden untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden. Responden diberi kuesioner untuk diisi sendiri dan peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner dan menginformasikan agar kuesioner diisi. Bila kuesioner telah diisi maka peneliti akan mengumpulkan data dan memeriksa kembali kelengkapannya, jika masih ada yang belum diisi maka responden dimohon untuk melengkapinya.

8. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisis data melalui beberapa tahap yakni editing, yaitu mengecek nama, kelengkapan identitas, dan data responden serta memastikan data bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa. Analisa yaitu menganalisis data yang telah tekumpul dengan menentukan persentase jawaban


(41)

dari setiap responden. Analisa data dilakukan dengan menggunakan teknik komputerisasi.

Pengolahan data dengan statistik deskriptif yang terdiri dari pengetahuan tentang pengobatan kemoterapi pada pasien kanker payudara di Hope Clinic Medan.


(42)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dari hasil pengumpulan data terhadap 42 pasien di Hope Clinic Medan. Penyajian data penelitian ini meliputi karakteristik responden dan pengetahuan tentang pengobatan kemoterapi pada pasien kanker payudara di Hope Clinic Medan.

1. Hasil Penelitian

1.1. Karakteristik Responden

Tabel 5.1. Distribusi frekwensi dan Persentase Karakteristik Responden di Hope Clinic Medan

No. Karakteristik Frekuensi %

1. Usia

< 20 tahun -

21 – 40 tahun 23 54,76 %

41 – 60 tahun 15 35,72 %

> 60 tahun 4 9,52 %

2. Pendidikan

SD 7 16,67%

SMP 12 28,57%

SMA 16 38,09%

Perguruan Tinggi 7 16,67%

3. Sumber Informasi Kemoterapi

Petugas Kesehatan 13 30,95%

Tetangga 17 40,48%

Televisi, Majalah 7 16,67%

Lain-lain 5 11,90%

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berumur 20 sampai dengan 39 tahun yaitu 23 orang (54,76%) dan tingkat pendidikan responden mayoritas SMA yaitu 16 orang (38,09%) serta sumber informasi


(43)

tentang pengobatan kemoterapi didapat dari tetangga yaitu sebayak 17 orang (40,48%). Untuk lebih jelasnya distribusi frekuensi dan karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 5.1

1.2Pengetahuan tentang Pengobatan Kemoterapi

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Katagori Pengetahuan Pasien Tentang Pengobatan Kemoterapi pada Pasien Kanker Payudara di

Hope Clinic Medan

No. Pengetahuan Frekuensi %

1. Kurang 3 7,14 %

2. Cukup 33 78,57 %

3. Baik 6 14,29 %

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pasien kanker payudara di Hope Clinic Medan 33 orang (78,57 %) berpengetahuan cukup. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan pasien tentang pengobatan kemoterapi pada pasien kanker payudara dapat dilihat pada tabel 5.3.

2. Pembahasan

Dari hasil penelitian mayoritas penderita kanker payudara 23 orang (54,76%) berusia antara 21 sampai dengan 40 tahun, Hal ini sesuai dengan penelitian Solihuddin (2006) bahwa mayoritas penderita kanker payudara berusia antara 21 sampai dengan 40 tahun yaitu sebanyak 20 orang (66,6%). Namun hal ini bertentangan dengan yang dinyatakan oleh Andrews (2009) bahwa wanita yang lebih tua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang lebih muda dan resiko ini mulai meningkat mulai usia 40 tahun. Peneliti berasumsi bahwa ada kecenderungan semakin cepat pasien menderita kanker payudara disebabkan oleh perilaku manusia yang banyak


(44)

menyebabkan zat karsinogenik seperti pestisida, dan bahan pengawet. Pemberian obat hormonal perlu juga diwaspadai seperti pil KB dan suntik KB tidak dianjurkan lebih dari lima tahun dan perempuan yang berusia diatas 35 tahun harus berhati-hati menggunakannya.

Hasil penelitian menunjukan bahwa usia 21 tahun sampai 40 tahun memiliki pengetahuan yang lebih baik (X= 36,39), dimana tahap perkembangan kognitif dalam rentang usia ini merupakan masa perkembangan otak paling optimum, munculnya postformal thought suatu pola pikir yang merespon berbagai permasalahan menuju kedewasaan pada masa dewasa awal, dialectical thought proses berfikir mulai berubah dari logis dan pendekatan ilmiah menjadi lebih terbuka, lebih mendalam dan lebih kearah mencoba memahami antara paradok dan ketidakpastian, pada masa usia ini juga timbul keinginan untuk melanjutkan pendidikan ke level yang lebih tinggi (post-secondary education) (Boyd, 2009).

Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkan pendidikan Perguruan Tinggi memiliki pengetahuan yang lebih baik (X= 40,00), dimana semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah seseorang untuk menerima informasi (Notoatmodjo, 2005). Pendapat bahwa setiap tujuan dari pengobatan yang diberikan adalah untuk mempercepat kesembuhan suatu penyakit, tidak terkecuali pada penyakit kanker itu sendiri akan lebih mudah diterima dengan dilaksanakan semua tindakan pengobatan yang dianjurkan oleh petugas kesehatan. Peneliti berasumsi pendidikan yang tinggi mempunyai wawasan yang lebih luas mengenai suatu masalah sehingga lebih mudah diajak kerja sama terutama dalam pengobatan kemoterapi.


(45)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang sumber informasi tentang pengobatan kemoterapi didapat dari petugas kesehatan berpengetahuan lebih baik (X=38,08) daripada sumber informasi yang lain, namun terlihat dengan jelas bahwa 17 orang (40,48%) mengetahui pengobatan kemoterapi dari tetangga dimana informasi yang diberikan belum tentu benar sedangkan petugas kesehatan sebagai orang yang berkompeten dalam memberikan informasi kesehatan tidak dimanfaatkan oleh pasien kanker payudara untuk mengetahui pengobatan kemoterapi sesuai hasil penelitian hanya 13 orang (30,95%). Peneliti berasumsi bahwa informasi pengobatan kemoterapi yang disampaikan oleh tetangga ke pasien kanker payudara disebabkan budaya masyarakat Indonesia yang saling mengunjungi tetangganya jika ada yang sakit, sehingga terjadi komunikasi berantai dimasyarakat tentang pengobatan kemoterapi.

Berdasarkan distribusi frekuensi dan persentase diperoleh hasil bahwa kebanyakan responden mengetahui tentang defenisi kemoterapi. Dari total 42 orang responden, mayoritas menjawab dengan benar pertanyaan defenisi kemoterapi. Selanjutnya pertanyaan ini berkaitan dengan jawaban untuk pertanyaan tentang tujuan kemoterapi. Seharusnya sesuai pertanyaan nomor 1 bahwa terdapat 28 orang pasien yang mengetahui tentang defenisi kemoterapi maka data untuk pertanyaan nomor 2 adalah sebanyak 24 orang pasien menjawab dengan benar tentang tujuan dari pengobatan kemoterapi. Namun dari data yang diperoleh menunjukkan pengurangan 4 orang pada pilihan jawaban yang benar. Berarti dari 28 orang pasien yang mengetahui tentang defenisi tentang pengobatan


(46)

kemoterapi, 4 orang pasien hanya mengetahui defenisi kemoterapi saja tanpa mengetahui tentang tujuan pengobatan kemoterapi.

Untuk aspek cara – cara melakukan pengobatan kemoterapi didapatkan 37 responden (88,1%) menjawab dengan benar tentang cara melakukan pengobatan kemoterapi yang harus dilaksanakan secara rutin dalam satu paket pengobatan, dan didapatkan 24 responden (57,1%) mengetahui tentang cara pengobatan kemoterapi yang tidak boleh ditinggalkan dalam satu siklus pengobatan. Menurut Barron (2010) menyatakan bahwa penyebab pasien tidak mengikuti pengobatan kemoterapi secara rutin dan meninggalkan jadwal pengobatan kemoterapi dalam satu siklus pengobatan adalah karena fisik pasien yang tidak kuat sehingga tidak dapat melanjutkan pengobatan. Untuk itu maka saat ini para ahli riset kanker telah berupaya dan berlomba lomba untuk menciptakan obat-obatan baru yang lebih efektif namun relatif memiliki efek samping yang lebih minimal bagi kualitas hidup pasien. Penelitian Surbekti (2010) menunjukan bahwa adanya hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap motivasi menjalani pengobatan kemoterapi. Penting bagi petugas kesehatan untuk memberitahu pasien mengenai rencana tindakan selanjutnya dan kapan tindakan selanjutnya dilakukan. Prinsip pengobatan kemoterapi bahwa semua obat harus diberikan atau tidak sama sekali.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 25 responden (59,5%) menjawab dengan benar tentang cara pemberian obat kemoterapi melalui mulut, dan didapatkan 25 responden (59,5%) mengetahui tentang cara pemberian obat kemoterapi yang paling umum digunakan yaitu melalui infus. (Rasjidi, 2007) menyatakan bahwa terdapat beberapa jenis obat kemoterapi telah dikemas untuk


(47)

pemberian peroral, diantaranya adalah chlorambucil dan etoposide (VP-16) , pemberian secara intavena dapat diberikan secara bolus perlahan-lahan atau diberikan secara infus (drip). Dan cara pemberian obat kemoterapi yang paling umum dan banyak digunakan adalah melalui intravena (infus).

Berdasarkan distribusi frekuensi dan persentase diperoleh hasil bahwa kebanyakan responden mengetahui tentang persiapan sebelum dilakukannya tindakan pengobatan kemoterapi. Dari total 42 orang responden, mayoritas menjawab dengan benar pertanyaan persiapan pengobatan kemoterapi yaitu tentang tujuan dilakukannya pengobatan kemoterapi sebanyak 33 orang responden (78,6%), pertanyaan tentang pemeriksaan darah sebelum dilakukan pengobatan kemoterapi sebanyak 26 responden (61,9%), dan pertanyaan tentang pengetahuan pasien tentang efek samping yang kemungkinan terjadi selama pengobatan sebanyak 26 orang responden (61,9%). Rasjidi (2007) menyatakan bahwa terdapat beberapa persiapan yang harus dipenuhi pasien sebelum melakukan pengobatan kemoterapi yaitu dilakukan pemeriksaan darah yang menunjukkan hemoglobin lebih dari 10g%, leukosit lebih dari 5000/mm3, dan trombosit lebih dari 150.000/mm3, dan pasien mengetahui tentang tujuan pengobatan dan efek samping yang kemungkinan terjadi selama pengobatan. Namun penelitian yang dilakukan di salah satu Rumah Sakit di Bandung oleh Anastasya (2010) bahwa persiapan pasien sebagian besar (54,37%) tidak dilakukan atau hanya hampir setengahnya saja dilakukan oleh petugas kesehatan. Hal ini dikarenakan petugas kesehatan menganggap pemeriksaan lain yang telah dilakukan sebelumnya serta surat rujukan oleh dokter sudah cukup menjadi landasan untuk pasien dapat


(48)

dilakukan kemoterapi. Perawat juga mengatakan kendala lain terkendala dengan jumlah petugas kesehatan yang dianggap kurang.

Untuk aspek efek samping dalam pengobatan kemoterapi didapatkan 29 orang responden (69,0%) menjawab dengan benar tentang efek samping mual muntah pada pengobatan kemoterapi. Andrews (2009) yang menyatakan bahwa mual muntah terjadi karena tubuh mengenali agens kemoterapi sebagai zat toksik dan mengakibatkan terjadinya peningkatan asam lambung. Penelitian yang dilakukan Anastasya (2010) di salah satu Rumah Sakit di Bandung bahwa penilaian respon dan efek samping kemoterapi hanya sebagian kecil (6,35%) dilakukan oleh petugas kesehatan. Peneliti berasumsi bahwa sangat penting bagi petugas kesehatan untuk selalu memperhatikan reaksi atau efek samping yang timbul pada saat pelaksanaan atau setelah pelaksanaan kemoterapi berlangsung, sehingga apabila timbul reaksi yang berlebihan dapat segera dicegah.

Untuk pengetahuan tentang cara mengatasi efek samping kemoterapi 28 orang responden (66,7%) mengetahui tentang cara mengatasi efek samping sakit mata pada pengobatan kemoterapi. Andrews (2009) berpendapat bahwa kemoterapi atrasiklin dan anti folat sering kali mempengaruhi konjungtiva mata, menyebabkan mata lengket dan dapat menyebabkan rasa sakit serta kering. Asam folinat tablet yang diberikan peroral dapat mengurangi efek antifolat dan penggunaan tetes mata juga dapat memberikan kenyamanan.

Penelitian yang dilakukan terhadap 42 orang pasien kanker payudara di Hope Clinic Medan menunjukan bahwa usia pasien paling banyak menderita kanker payudara lebih dari 20 sampai dengan 39 tahun sebanyak 23 orang


(49)

(54,76%), dan pasien berlatar belakang pendidikan SMA sebanyak 16 orang (38,09%), informasi paling banyak didapat dari tetangga 17 orang (40,48%). Pengetahuan pasien kanker payudara tentang pengobatan kemoterapi dengan frekuensi 4 orang (9,52%) mempunyai pengetahuan kurang, 27 orang (64,29% ) berpengetahuan cukup, dan 11 orang (26,19%) berpengetahuan baik. Hasil penelitian pengetahuan pasien tentang pengobatan kemoterapi pada pasien kanker payudara di Hope Clinic Medan pada umunya cukup, artinya pasien tidak sepenuhnya memahami defenisi, tujuan, cara, persiapan, efek samping dan cara mengatasi efek samping dari pengobatan kemoterapi.

Pendapat bahwa kanker payudara merupakan akhir dari kehidupan seolah jalan kematian terbuka didepan mata. Kemajuan teknologi medis padahal memungkinkan kanker payudara bisa dihambat lebih cepat sehingga usia harapan hidup lebih panjang. Selain itu kemauan untuk hidup sangat mempengaruhi motivasi danperilaku responden untuk mencari informasi tentang pengoabatan kemoterapi, jika motivasi responden rendah tentang pengobatan maka akan menyerahkan semuanya pada tuhan sedangkan motivasi tinggi akan berjuang untuk mencari informasi yang akurat tentang pengobatan kemoterapi. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Underwood (1991) yang menguji orang orang Afrika dan Amerika dengan memperhatikan perilaku pemeliharaan kesehatan. Penelitian tersebut pesimis dan takut akan penyakit kanker secara keseluruhan mempengaruhi derajat pengharapan orang orang tersebut untuk mendapatkan informasi kesehatan. Peneliti berasumsi pengetahuan wanita penderita kanker payudara tentang pengobatan kemoterapi di srupham dalam


(50)

kategori cukup, informasi tentang pengobatan kemoterapi belum sepenuhnya diberikan pada wanita yang terdiagnosa kanker payudara dan bagaimana Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pasien kanker payudara di Hope Clinic Medan 27 orang (64,29%) berpengetahuan cukup. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pasien kanker payudara di Hope Clinic Medan 27 orang (64,29%) berpengetahuan cukup. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan pasien tentang pengobatan kemoterapi pada pasien kanker payudara dapat dilihat pada tabel 5.3. pengobatan kemoterapi itu dilaksanakan. Kemoterapi sebagai tindakan pengobatan perlu dipahami wanita penderita kanker payudara karena efek samping dari kemoterapi itu bisa menyebabkan wanita penderita kanker payudara tidak teratur dalam menjalankan pengobatan.


(51)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan

Penelitian yang dilakukan terhadap 42 orang pasien kanker payudara di Hope Clinic Medan menunjukkan bahwa responden berumur 21 sampai dengan 40 tahun memiliki skor lebih tinggi (X= 36,39) dibandingkan dengan rentang usia yang lain, dan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik (X= 40,00) dari tingkat pendidikan yang lain, serta sumber informasi tentang pengobatan kemoterapi didapat dari petugas kesehatan berpengetahuan lebih baik (X= 38,08) daripada sumber informasi yang lain. Pengetahuan pasien kanker payudara tentang pengobatan kemoterapi dengan frekuensi 3 orang (7,14 %) mempunyai pengetahuan kurang, 33 orang (78,57 % ) berpengetahuan cukup, dan 6 orang (14,29 %) berpengetahuan baik. Hasil penelitian pengetahuan pasien tentang pengobatan kemoterapi pada pasien kanker payudara di Hope Clinic Medan pada umunya cukup, artinya pasien tidak sepenuhnya tentang pengobatan kemoterapi.

2. Rekomendasi

2.1Untuk Hope Clinic Medan

Disarankan agar lebih memberikan pendidikan kesehatan terhadap pasien kanker payudara tentang pengobatan kemoterapi baik itu sebelum dan setelah melakukan pengobatan kemoterapi untuk meningkatkan pengetahuan klien dan meningkatkan fungsi intervensi keperawatan.


(52)

2.2Untuk Penelitian Selanjutnya

Bila melakukan penelitian lanjutan hendaknya peneliti menganalisa faktor-faktor yang menyebabkan pasien kanker payudara terlambat datang memeriksakan diri kepetugas kesehatan, selain itu bagaimana kepatuhan pasien kanker payudara dalam melaksanakan pengobatan kemoterapi.

2.3Untuk Institusi Pendidikan

Pada institusi pendidikan agar menekankan pendidikan kesehatan terhadap pasien kanker payudara tentang pentingnya pengetahuan pengobatan kemoterapi sebagai salah satu tindakan pengobatan dan intervensi keperawatan.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Andrews, G. (2009). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta. EGC. Annastasya. (2010). Gambaran Pelaksanaan Kemoterapi di Rumah Sakit Umum

Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung, dikutip dari dibuka tanggal 25 Januari 2013

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Dewi, L (2009). Kanker Payudara, mendeteksi gejala dini, pencegahan dan pengobatan. Yogyakarta. Tugu Publisher.

Hidayat, A (2010). Metode Penelitian Kesehatan : Paradigma Kuantitafif. Surabaya : Health Books Publishing

Hidayat, A (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika

Machfoedz, I (2009). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Fitramaya Manuaba, I (2004). Dasar-dasar Teknik Operasi Ginekologi. Jakarta : EGC

Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Rasjidi, I (2007). Kemoterapi Kanker Ginekologi Dalam Praktik Sehari-hari.

Jakarta. Sagung Seto.

Robbins (2007). Buku Ajar Patologi (Edisi 7). Jakarta. EGC.

Roesli, U. (2010). Inisiasi Menyusu Dini plus ASI Ekslusif. Jakarta: Pustaka Bunda


(54)

Saryono (2008). Perawatan Payudara. Yogyakarta. Mitra Cendikia Press.

Surbekti (2010) Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Terhadap Motivasi Menjalani Pengobatan Kemoterapi di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.

Kariadi Semarang, dikutip dari


(55)

Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN PENGETAHUAN TENTANG PENGOBATAN KEMOTERAPI PADA PASIEN

KANKER PAYUDARA dI HOPE CLINIC MEDAN TAHUN 2012 OLEH : RIA SETIAWATI

Saya adalah mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan tugas akhir program.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan tentang pengobatan kemoterapi pada pasien kanker payudara di Hope Clinic Medan. Saya mengharapkan jawaban yang Bapak/Ibu, Saudara/i berikan sesuai dengan pengetahuan sendiri. Kami akan menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas Bapak/Ibu, Saudara/i. Informasi yang Bapak/Ibu, Saudara/i berikan hanya akan digunakan untuk mengembangkan Ilmu Keperawatan dan tidak akan digunakan untuk maksud-maksud lain.

Partisipasi Bapak/Ibu, Saudara/i dalam penelitian ini bersifat bebas, Bapak/Ibu, Saudara/i bebas untuk menjadi responden dalam penelitian ini atau menolak tanpa sanksi apapun.

Jika Bapak/Ibu, Saudara/i bersedia untuk menjadi responden penelitian ini, maka silahkan Bapak/Ibu, Saudara/i menandatangani kolom dibawah ini.

Terima Kasih. Tanda Tangan :

Tanggal Penelitian : No. Responden :


(56)

Lampiran 2

DIISI OLEH RESPONDEN KUESIONER PENGETAHUAN TENTANG PENGOBATAN

KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

Tanggal wawancara : KODE :

Petunjuk :berikan tanda check list (√) pada kotak yang sesuai dan anda anggap benar

DATA DEMOGRAFI

1. Pendidikan terakhir : SD SMP SMA

Perguruan Tinggi

2. Umur : tahun

3. Kemoterapi diketahui dari: Petugas Kesehatan Tetangga

Televisi/Majalah Lain-lain


(57)

KUESIONER

Petunjuk :berikan tanda check list (√) pada kotak yang sesuai dan anda anggap benar.

No. Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah menurut anda kemoterapi merupakan suatu cara pengobatan yang menggunakan suatu obat untuk membunuh sel kanker ?

2. Apakah menurut anda kemoterapi bertujuan untuk menghambat pertumbuhan sel-sel kanker ?

3. Apakah menurut anda kemoterapi merupakan pengobatan yang harus dilaksanakan secara rutin untuk mendapatkan hasil yang baik ?

4. Apakah menurut anda kemoterapi merupakan pengobatan yang tidak boleh tertinggal dalam satu siklus pengobatan untuk mendapatkan hasil yang optimal ?

5. Apakah menurut anda cara pengobatan kemoterapi dapat diberikan melalui mulut ?

6. Apakah menurut anda cara pengobatan kemoterapi melalui infus yang paling umum dan banyak digunakan ?

7. Apakah menurut anda sebelum menjalani pengobatan kemoterapi maka terlebih dahulu pasien harus dilakukan pemeriksaan darah ?

8. Apakah menurut anda pasien harus mengetahui tentang tujuan kemoterapi?

9. Apakah menurut anda pasien harus mengetahui tentang efek samping yang kemungkinan terjadi selama pengobatan kemoterapi?

10. Apakah menurut anda mual dan muntah adalah salah satu efek samping dari pengobatan kemoterapi ?

11. Apakah menurut anda kerontokan rambut atau kebotakan adalah salah satu efek samping dari pengobatan kemoterapi ?

12. Apakah menurut anda penurunan nafsu makan adalah salah satu efek samping dari pengobatan kemoterapi ? 13. Apakah menurut anda nyeri menelan adalah salah satu

efek samping dari pengobatan kemoterapi ?

14. Apakah menurut anda diare adalah salah satu efek samping dari pengobatan kemoterapi ?

15. Apakah menurut anda mata terasa lengket, sakit dan kering adalah salah satu efek samping dari pengobatan


(58)

kemoterapi ?

16. Apakah menurut anda badan akan terasa sangat lelah setelah melakukan pengobatan kemoterapi ?

17. Apakah menurut anda susah buang air besar adalah salah satu efek samping dari pengobatan kemoterapi ?

18. Apakah menurut anda pendinginan kulit kepala dengan menggunakan kantong es atau cap kepala dingin dapat membantu mempertahankan rambut pada pengobatan kemoterapi ?

19. Apakah menurut anda penggunaan tetes mata dapat memberikan kenyamanan pada pasien yang mengalami efek samping sakit mata pada pengobatan kemoterapi ? 20. Apakah menurut anda mengkonsumsi makanan tinggi

vitamin dan tinggi protein dapat mempercepat penyembuhan luka mulut karena efek samping dari pengobatan kemoterapi ?

21. Apakah menurut anda dengan makan sedikit tetapi sering dan mengkonsumsi makanan lunak dapat mengatasi efek samping mual pada pengobatan kemoterapi ?

22. Apakah menurut anda berisirahat dapat mengatasi efek samping lelah pada pengobatan kemoterapi ?


(59)

(60)

(61)

(62)

Lampiran 6

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 30 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items


(63)

Lampiran 7

Frequency Table

1. tujuan pengobatan kemoterapi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 18 42,9 42,9 42,9

Ya 24 57,1 57,1 100,0

Total 42 100,0 100,0

2. pengobatan kemoterapi harus rutin dilaksanakan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 5 11,9 11,9 11,9

Ya 37 88,1 88,1 100,0

Total 42 100,0 100,0

3. pengobatan kemoterapi tidak boleh tertinggal dalam satu paket

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 18 42,9 42,9 42,9

Ya 24 57,1 57,1 100,0

Total 42 100,0 100,0

4. cara pengobatan kemoterapi melalui mulut

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 17 40,5 40,5 40,5

Ya 25 59,5 59,5 100,0

Total 42 100,0 100,0

5. cara pengobatan kemoterapi melalui infus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 17 40,5 40,5 40,5


(64)

6. pemeriksaan darah pada persiapan pengobatan kemoterapi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 16 38,1 38,1 38,1

Ya 26 61,9 61,9 100,0

Total 42 100,0 100,0

7. pengetahuan tujuan tindakan pada persiapan pengobatan kemoterapi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 9 21,4 21,4 21,4

Ya 33 78,6 78,6 100,0

Total 42 100,0 100,0

8. pengetahuan efek samping tindakan pada persiapan pengobatan kemoterapi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 16 38,1 38,1 38,1

Ya 26 61,9 61,9 100,0

Total 42 100,0 100,0

9. efek samping mual muntah pada pengobatan kemoterapi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 13 31,0 31,0 31,0

Ya 29 69,0 69,0 100,0

Total 42 100,0 100,0

10. efek samping kerontokan rambut pada pengobatan kemoterapi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 25 59,5 59,5 59,5

Ya 17 40,5 40,5 100,0


(65)

11. efek samping penurunen nafsu makan pada pengobatan kemoterapi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 19 45,2 45,2 45,2

Ya 23 54,8 54,8 100,0

Total 42 100,0 100,0

12. efek samping nyeri menelan pada pengobatan kemoterapi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 16 38,1 38,1 38,1

Ya 26 61,9 61,9 100,0

Total 42 100,0 100,0

13. efek samping diare pada pengobatan kemoterapi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 18 42,9 42,9 42,9

Ya 24 57,1 57,1 100,0

Total 42 100,0 100,0

14. efek samping sakit mata pada pengobatan kemoterapi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 16 38,1 38,1 38,1

Ya 26 61,9 61,9 100,0

Total 42 100,0 100,0

15. efek samping lelah pada pengobatan kemoterapi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 18 42,9 42,9 42,9

Ya 24 57,1 57,1 100,0


(66)

16. efek samping susah buang air besar pada pengobatan kemoterapi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 34 81,0 81,0 81,0

Ya 8 19,0 19,0 100,0

Total 42 100,0 100,0

17. cara mengatasi efek samping kerontokan rambut pada pengobatan kemoterapi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 27 64,3 64,3 64,3

Ya 15 35,7 35,7 100,0

Total 42 100,0 100,0

18. cara mengatasi efek samping sakit mata pada pengobatan kemoterapi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 14 33,3 33,3 33,3

Ya 28 66,7 66,7 100,0

Total 42 100,0 100,0

19. cara mengatasi efek samping luka pada mulut pada pengobatan kemoterapi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 15 35,7 35,7 35,7

Ya 27 64,3 64,3 100,0


(67)

Lampiran 8

CURICULUM VITAE

Nama : Ria Setiawati

Tempat/tanggal Lahir : Medan, 30 September 1990 Alamat : Jalan Rukun Desa Kolam No. 04

Kecamatan Percut Sei Tuan No. Telepon : 0852 9661 0367

Nama Orang Tua

Ayah : Ngatiman

Ibu : Temen Herawati

Pendidikan Formal

Tahun 1996-2002 SD Negeri 105289

Tahun 2002-2005 SMP Negeri 1 Percut Sei Tuan Tahun 2005-2008 SMA Swasta Bandung


(1)

Lampiran 6

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 30 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items


(2)

Lampiran 7

Frequency Table

1. tujuan pengobatan kemoterapi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 18 42,9 42,9 42,9

Ya 24 57,1 57,1 100,0

Total 42 100,0 100,0

2. pengobatan kemoterapi harus rutin dilaksanakan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 5 11,9 11,9 11,9

Ya 37 88,1 88,1 100,0

Total 42 100,0 100,0

3. pengobatan kemoterapi tidak boleh tertinggal dalam satu paket

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 18 42,9 42,9 42,9

Ya 24 57,1 57,1 100,0

Total 42 100,0 100,0

4. cara pengobatan kemoterapi melalui mulut

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 17 40,5 40,5 40,5

Ya 25 59,5 59,5 100,0

Total 42 100,0 100,0

5. cara pengobatan kemoterapi melalui infus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 17 40,5 40,5 40,5

Ya 25 59,5 59,5 100,0


(3)

6. pemeriksaan darah pada persiapan pengobatan kemoterapi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 16 38,1 38,1 38,1

Ya 26 61,9 61,9 100,0

Total 42 100,0 100,0

7. pengetahuan tujuan tindakan pada persiapan pengobatan kemoterapi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 9 21,4 21,4 21,4

Ya 33 78,6 78,6 100,0

Total 42 100,0 100,0

8. pengetahuan efek samping tindakan pada persiapan pengobatan kemoterapi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 16 38,1 38,1 38,1

Ya 26 61,9 61,9 100,0

Total 42 100,0 100,0

9. efek samping mual muntah pada pengobatan kemoterapi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 13 31,0 31,0 31,0

Ya 29 69,0 69,0 100,0

Total 42 100,0 100,0

10. efek samping kerontokan rambut pada pengobatan kemoterapi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 25 59,5 59,5 59,5

Ya 17 40,5 40,5 100,0


(4)

11. efek samping penurunen nafsu makan pada pengobatan kemoterapi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 19 45,2 45,2 45,2

Ya 23 54,8 54,8 100,0

Total 42 100,0 100,0

12. efek samping nyeri menelan pada pengobatan kemoterapi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 16 38,1 38,1 38,1

Ya 26 61,9 61,9 100,0

Total 42 100,0 100,0

13. efek samping diare pada pengobatan kemoterapi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 18 42,9 42,9 42,9

Ya 24 57,1 57,1 100,0

Total 42 100,0 100,0

14. efek samping sakit mata pada pengobatan kemoterapi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 16 38,1 38,1 38,1

Ya 26 61,9 61,9 100,0

Total 42 100,0 100,0

15. efek samping lelah pada pengobatan kemoterapi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 18 42,9 42,9 42,9

Ya 24 57,1 57,1 100,0


(5)

16. efek samping susah buang air besar pada pengobatan kemoterapi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 34 81,0 81,0 81,0

Ya 8 19,0 19,0 100,0

Total 42 100,0 100,0

17. cara mengatasi efek samping kerontokan rambut pada pengobatan kemoterapi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 27 64,3 64,3 64,3

Ya 15 35,7 35,7 100,0

Total 42 100,0 100,0

18. cara mengatasi efek samping sakit mata pada pengobatan kemoterapi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 14 33,3 33,3 33,3

Ya 28 66,7 66,7 100,0

Total 42 100,0 100,0

19. cara mengatasi efek samping luka pada mulut pada pengobatan kemoterapi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 15 35,7 35,7 35,7

Ya 27 64,3 64,3 100,0


(6)

Lampiran 8

CURICULUM VITAE

Nama

: Ria Setiawati

Tempat/tanggal Lahir : Medan, 30 September 1990

Alamat

: Jalan Rukun Desa Kolam No. 04

Kecamatan Percut Sei Tuan

No. Telepon

: 0852 9661 0367

Nama Orang Tua

Ayah

: Ngatiman

Ibu

: Temen Herawati

Pendidikan Formal

Tahun 1996-2002

SD Negeri 105289

Tahun 2002-2005

SMP Negeri 1 Percut Sei Tuan

Tahun 2005-2008

SMA Swasta Bandung