Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Faktor Risiko Serta Penanganan Awal Diare Akut Pada Anak di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

(1)

KABUPATEN LANGKAT

OLEH:

MUHAMMAD IQBAL 110100127

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

KABUPATEN LANGKAT

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

OLEH:

MUHAMMAD IQBAL 110100127

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG FAKTOR

RISIKO SERTA PENANGANAN AWAL DIARE AKUT PADA ANAK DI KECAMATAN TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT

Nama : Muhammad Iqbal NIM : 110100127

Pembimbing, Penguji I,

(dr. Emil Azlin Sp.A(K)) (Dr. dr. Oke Rina Sp. A) NIP:196609272000121002 NIP: 19740201 200501 2 001

Penguji II,

(dr. Hemma Yulfi, DAP&E, M.Med.Ed) NIP: 19630523 1992032 001

Medan, Januari 2015 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Setiap tahunnya ada sekitar 1,7 miliar kasus diare dengan angka kematian 760.000 anak dibawah 5 tahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak dan menjadi penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang faktor risiko serta penanganan awal diare akut pada anak di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Jumlah subjek pada penelitian ini yaitu 376 orang subjek. Subjek pada penelitian ini terdiri dari ibu rumah tangga di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat dan memiliki anak yang bermumur lebih dari 2 bulan dan kurang dari 18 tahun.

Pada penelitian ini ditemukan tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang faktor risiko dan penanganan awal diare akut pada anak sebanyak 190 orang (50,5%) dalam katagori sedang.

Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa responden kurang mengetahui hubungan tidak lengkapnya imunisasi sebagai faktor risiko terjadinya diare. Selain itu, yang menjadi permasalahan adalah responden kurang mengetahui indikasi pemberian obat antidiare pada konsep penanganan awal diare akut.

Kata kunci : Tingkat pengetahuan, ibu, faktor risiko, penanganan awal, diare akut, anak


(5)

ABSTRACT

Every year there are about 1.7 billion cases of diarrhea with mortality 760,000 children under 5 years old. In developing countries, children aged under 3 years average experienced 3 episodes of diarrhea per year. Each episode of diarrhea will cause loss of nutrients needed to grow, therefore diarrhea is a major cause of malnutrition in children and become the second leading cause of death in children under 5 years old.

The research design used was descriptive research with cross sectional design to find out the mother's level of knowledge about risk factors and treatment of early acute diarrhea in children in district of Langkat Regency Tanjung Pura. The number of subjects in this study were 376 person.The subject of this research consisted of housewives in Langkat Regency Tanjung Pura District who had children over 2 months years old and less than 18 years old.

Tthis study found the level of knowledge of mothers about risk factors and initial treatment of acute diarrhea in children as much as 190 people ( 50.5%) in the moderate categories.

The results in this study suggest that respondents were less aware about the relationshipof incomplete immunization as a risk factor for acute diarrhea. In addition, the problem is the respondents have lack of knowledge about the indications of Antidiarrheal in the concept of initial treatment on acute diarrhea.

Keywords: Degree of knowledge, mother, risk factors,initial treatment, acute diarrhea, child.


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan kemudahan dan kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Faktor Risiko serta Penanganan Awal Diare Akut Pada Anak Di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat“. Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat strata 1 kedokteran umum di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar, meningkatkan ilmu pengetahuan dan keahlian.

2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan keahlian.

3. dr. Emil Azlin Sp. A (K) selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan dan dengan sabar membantu pelaksanaan penelitian ini.

4. Dr. dr. Oke Rina Sp. A dan dr. Hemma Yulfi, DAP&E, M.Med.Ed selaku dosen penguji yang selalu memberi saran, kritik, dan masukan yang baik guna menyempurnakan proposal ini.

5. Ayahanda tercinta Ir. H. Bambang Hermawan, Ibunda tercinta Rita Sri Lirihati BSC, Kakak saya Eka Pramudita S.E. dan Adik saya Amalia Utami yang senantiasa memberikan dukungan serta doa hingga peneliti tetap bersemangat dan pantang menyerah dalam pelaksanaan dan penyelesaian penelitian ini.


(7)

6. Kepada Rizky Indah Soraya’ yang selalu memberi dukungan semangat, tenaga, dan perhatian lebih kepada saya dalam menyelesaikan penelitian ini.

7. Teman satu kelompok yaitu Muhammad Hendy yang selalu memberikan semangat dan masukan kepada penulis dalam menyempurnakan karya tulis ini.

8. Kepada sahabat penulis yaitu Muhammad Ikhsan Chaniago yang selalu memberikan motivasi, semangat dan masukan dalam penulisan karya tulis ini.

9. Teman-teman Team KTI (Mukhamad Faried, Tesar Akbar Nugraha, M. Gusti Haryandi, M. Dana Arwanda, Alvin Rinaldi Rambe, M. Catur Fariadhy, Fakhri Amin Nasution, Ikrar Rananta, dan Muhammad Ihsan Nasution) seperjuangan dalam pembuatan karya tulis ilmiah segenap angkatan 2011.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini banyak kekurangan, mengharapkan saran serta kritik demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, amin.

Medan, 8 Desember 2014


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.3.1. Tujuan Umum ... 2

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Diare ... 4

2.1.1. Definisi ... 4

2.1.2. Epidemiologi... 4

2.1.3. Etiologi ... 5

2.1.4. Faktor Risiko ... 6

2.1.5. Klasifikasi Diare ... 8

2.1.6. Manifestasi Klinis ... 8

2.1.7. Penegakan Diagnosis ... 9


(9)

2.1.7.2. Pemeriksaan Fisik ... 9

2.1.7.3. Pemeriksaan Laboratorium ... 10

2.1.8. Penentuan Derajat Dehidrasi dan Tatalaksana ... 12

2.1.8.1. Penentuan Derajat Dehidrasi ... 12

2.1.8.2. Tatalaksana ... 13

2.1.9. Pencegahan Diare ... 17

2.1.10. Komplikasi ... 21

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI PERASIONAL ... 24

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 24

3.2.Definisi Operasional... 24

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 27

4.1. Jenis Penelitian ... 27

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 27

4.3. Populasi dan Sampel ... 27

4.3.1. Populasi Target ... 28

4.3.2. Populasi Terjangkau ... 28

4.3.3. Kriteria Inklusi ... 28

4.3.4. Besar Sampel ... 28

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 29

4.5. Pengolahan dan Analisa Data ... 30

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

5.1. Hasil Penelitian ... 31

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 31

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 32

5.1.3. Hasil Data Penelitian ... 34

5.1.3.1. Tingkat Pengetahuan ... 34

5.2. Pembahasan ... 39


(10)

5.2.2. Tingkat Pengetahuan ... 39

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

6.1. Kesimpulan ... 43

6.2. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Klasifikasi Diare 8

Tabel 2.2. Penentuan Derajat Dehidrasi Menurut MMWR 2003 12 Tabel 2.3. Penentuan Derajat Dehidrasi Menurut WHO 1995 13 Tabel 2.4. Komposisi Oralit Baru 15 Tabel 5.5. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 32 Tabel 5.6. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan 32

Pendidikan Terakhir

Tabel 5.7. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Suku 33 Tabel 5.8. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan 34

Pekerjaan

Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan

Responden Tiap Pertanyaan Pengetahuan Mengenai 35 Diare Akut, Faktor Risiko Diare, dan Penanganan Awal Diare Akut

Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan IbuTentang 36 Faktor Risiko Serta Penanganan Awal Diare Akut

Pada Anak

Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Diare Akut 37 Tabel 5.12. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan 37


(12)

Tentang Faktor Risiko Diare Akut

Tabel 5.13. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang 38 Penanganan Awal Diare Akut Pada Anak


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Algoritma PencapaianPasien dengan Diare Akut 11 Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian 24 Gambar 5.3. Peta Kecamatan Tanjung Pura 31


(14)

DAFTAR SINGKATAN

AAP : American Association of Pediatric ASI : Air Susu Ibu

BAB : Buang Air Besar BB : Berat Badan

BPS : Badan Pusat Statistik CFR : Case Fatality Rate

EHEC : Enterohemorrhagic Eschericia coli EIEC : Enteroinvasive Eschericia coli ETEC : Enterotoxigenic Escherechia coli

Gr : Gram

HIV : Human Immunodeficiency Virus I.V. : Intravena

IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia IR : Incidence Rate

K : Kalium

KCl : Kalium Klorida

KemenKes : Kementrian Kesehatan

Kg : Kilogram

KLB : Kejadian Luar Biasa mEq : Mili Equivalent

mg : Milligram

ml : Mililiter


(15)

MMWR : Morbidity and Mortality Weekly Report

Na : Natrium

RI : Republik Indonesia

SDKI : Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia SPSS : Satistical Package for the Social Sciences UNICEF : United Nation Children Education Foundation WHO : World Health Organization


(16)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 : Lembar Penjelasan dan Persetujuan Penelitian Lampiran 3 : Kuesioner

Lampiran 4 : Surat Izin Survei Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian


(17)

ABSTRAK

Setiap tahunnya ada sekitar 1,7 miliar kasus diare dengan angka kematian 760.000 anak dibawah 5 tahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak dan menjadi penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang faktor risiko serta penanganan awal diare akut pada anak di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Jumlah subjek pada penelitian ini yaitu 376 orang subjek. Subjek pada penelitian ini terdiri dari ibu rumah tangga di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat dan memiliki anak yang bermumur lebih dari 2 bulan dan kurang dari 18 tahun.

Pada penelitian ini ditemukan tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang faktor risiko dan penanganan awal diare akut pada anak sebanyak 190 orang (50,5%) dalam katagori sedang.

Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa responden kurang mengetahui hubungan tidak lengkapnya imunisasi sebagai faktor risiko terjadinya diare. Selain itu, yang menjadi permasalahan adalah responden kurang mengetahui indikasi pemberian obat antidiare pada konsep penanganan awal diare akut.

Kata kunci : Tingkat pengetahuan, ibu, faktor risiko, penanganan awal, diare akut, anak


(18)

ABSTRACT

Every year there are about 1.7 billion cases of diarrhea with mortality 760,000 children under 5 years old. In developing countries, children aged under 3 years average experienced 3 episodes of diarrhea per year. Each episode of diarrhea will cause loss of nutrients needed to grow, therefore diarrhea is a major cause of malnutrition in children and become the second leading cause of death in children under 5 years old.

The research design used was descriptive research with cross sectional design to find out the mother's level of knowledge about risk factors and treatment of early acute diarrhea in children in district of Langkat Regency Tanjung Pura. The number of subjects in this study were 376 person.The subject of this research consisted of housewives in Langkat Regency Tanjung Pura District who had children over 2 months years old and less than 18 years old.

Tthis study found the level of knowledge of mothers about risk factors and initial treatment of acute diarrhea in children as much as 190 people ( 50.5%) in the moderate categories.

The results in this study suggest that respondents were less aware about the relationshipof incomplete immunization as a risk factor for acute diarrhea. In addition, the problem is the respondents have lack of knowledge about the indications of Antidiarrheal in the concept of initial treatment on acute diarrhea.

Keywords: Degree of knowledge, mother, risk factors,initial treatment, acute diarrhea, child.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap tahunnya ada sekitar 1,7 miliar kasus diare dengan angka kematian 760.000 anak dibawah 5 tahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak dan menjadi penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun (WHO, 2013).

Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial KLB (Kejadian Luar Biasa) yang sering disertai dengan kematian. KLB diare terjadi di 15 provinsi dengan penderita terbanyak terjadi di Sumatera Selatan, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara masing-masing sebanyak 292, 274 dan 241 penderita. Hal ini terjadi pada umumnya karena penderita terlambat memperoleh pertolongan, antara lain akibat letak geografis yang sulit dan biasanya jauh dari sarana pelayanan kesehatan. Penanganan diare sesuai standar di fasilitas kesehatan pada tahun 2012 sebesar 36,6% dengan capaian tertinggi di Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Timur yang masing-masing sebesar 100% (Kemenkes RI, 2012).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat, pada tahun 2010 jumlah kasus diare pada anak yang tercatat adalah 18.152 kasus dan kemudian terjadi penurunan pada tahun 2011 dengan jumlah 14.007 kasus (22%) dari keseluruhan penyakit terbanyak pada Kabupaten Langkat. Namun, pada tahun 2012 terjadi kenaikan kembali kasus diare dengan jumlah 15.477 kasus (35%) dari keseluruhan penyakit dan mengalami penurunan yang tidak signifikan dengan jumlah 15.247 kasus (34%) dari keseluruhan penyakit pada tahun 2013 (DinKes Kab. Langkat, 2014).


(20)

Dari data Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2012, dari 559.011 perkiraan kasus diare yang ditemukan dan ditangani adalah sebanyak 216.175 atau 38,67%, sehingga angka kesakitan (IR) diare per 1.000 penduduk mencapai 16,36%. Capaian ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011 yaitu 19,35% dan 2010 yaitu 18,73%. Pencapaian IR ini jauh di bawah target program yaitu 220 per 1.000 penduduk. Rendahnya IR dikhawatirkan bukan merefleksikan menurunnya kejadian penyakit diare pada masyarakat tetapi lebih dikarenakan banyaknya kasus yang tidak terdata (underreporting cases)(Kemenkes RI, 2012).

Menurut Purbasari (2009); Assidiqi (2010); dan Purwanti (2013); tingkat pengetahuan ibu tentang penyakit dan cara penanganan awal diare akut pada balita masih didominasi dengan tingkat pengetahuan yang cukup bahkan kurang. Dan berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa masih banyak ibu di Indonesia yang berpengetahuan rendah sehingga hal inilah yang mungkin dapat menyebabkan banyaknya kasus diare yang tidak terdata atau underreporting cases.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

Bagaimana tingkat pengetahuan ibu terhadap faktor risiko serta penanganan awal diare akut pada anak di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat tahun 2014?

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang faktor risiko serta penanganan awal diare akut pada anak di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat.


(21)

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui gambaran karakteristik usia, pekerjaan dan tingkat pendidikan ibu yang memiliki anak dengan riwayat diare di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat.

2. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang diare akut pada anak. 3. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang beberapa faktor risiko

yang dapat menyebabkan kejadian diare meliputi anak-anak, malnutrisi, pemberian ASI eksklusif yang singkat,defisiensi imunitas, serta keadaan lingkungan yang buruk.

4. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang penanganan awal yang dilakukan terhadap kejadian diare akut pada anak yang berdasarkan dengan prinsip lima langkah tuntas diare (Lintas Diare).

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : a. Sebagai pengalaman dan tambahan pengetahuan bagi peneliti.

b. Dapat menjadi masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat untuk evaluasi dalam promosi kesehatan mengenai diare pada masyarakat. c. Dapat membuat masyarakat khususnya para ibu agar meningkatkan

pengetahuan mengenai faktor risiko pada diare sertamampu melakukan penanganan awal yang benar jika terjadi diare pada anak.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Diare 2.1.1. Definisi

World Gastroenterology Organization Global Guidelines 2012mendefinisikan diare akut adalah sebagai pasase tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, dan berlangsungnya kurang dari 14 hari(WGO, 2012).

Diare akut pada anak adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Untuk bayi yang minum ASI secara eksklusif definisi diare yang praktis adalah meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistensinya menjadi cair yang menurut ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya. Akan tetapi, terkadang pada seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi konsistensinya cair, keadaan seperti ini sudah dapat disebut diare (Subagyo dan Santoso, 2012).

Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar, biasanya berhubungan dengan peningkatan kandungan air dalam feses. Untuk bayi dan anak-anak jumlah feses yang dikeluarkan >10g/kgBB/24 jam, atau lebih dari batas pada orang dewasa yaitu 200g/24 jam (Sreedharan dan Liacouras, 2011).

2.1.2. Epidemiologi

Insiden dan period prevalen diare untuk seluruh kelompok umur di Indonesia adalah 3,5 persen dan 7,0 persen. Lima provinsi yang tertinggi diantaranya adalah Papua (6,3% dan 14,7%), Sulawesi Selatan (5,2% dan 10,2%), Aceh (5,0% dan 9,3%), Sulawesi Barat (4,7% dan 10,1%), dan Sulawesi Tengah (4,4% dan 8,8%). Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok umur balita adalah kelompok yang paling tinggi menderita diare yaitu (10,2%). Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan (7,6%), laki-laki


(23)

(5,5%) dan tinggal di daerah pedesaan (5,3%) (KemenKes RI, 2013). Di Langkat (2013), didapati sekitar 15.247 kasus anak yang terjangkit penyakit diare, yang terdiri dari 2.186 kasus anak<1 tahun, 4.771 kasus anak pada rentang umur 1-4 tahun dan 8.290 kasus pada umur >5 tahun (DinKes Kab. Langkat, 2014 ).

Pada tahun 2009, tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam penanganan awal diare pada balita di puskesmas Kecamatan Ciputat, Tanggerang selatan, Banten, adalah 6 % berpengetahuan baik, 48% berpengetahuan cukup, dan 46% berpengetahuan kurang (Purbasari, 2009). Kemudian pada tahun 2010, tingkat pengetahuan ibu terhadap penanganan diare pada balita di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, adalah 10.1% dengan pengetahuan baik, 66.7% dengan pengetahuan sedang, dan 23.2% berpengetahuan kurang (Assidiqi, 2010). Pada tahun 2013, tingkat pengetahuan ibu tentang penyakit diare pada balita di Desa Nglebak Tawangmangu Karanganyar, adalah 8.3% berpengetahuan baik, 69.4% berpengetahuan cukup, dan 22.3% berpengetahuan kurang (Purwanti, 2013).

2.1.3. Etiologi

Secara keseluruhan penyebab diare dibagi dalam dua kelompok yaitu diare infeksius dan diare non infeksius. Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri dan parasit. Dua tipe dasar diare akut oleh karena infeksi adalah non inflamatori dan inflamatori. Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2012, etiologi diare akut dibagi atas tiga penyebab:

1. Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas

2. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus 3. Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,

Balantidium coli, Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis(World Gastroenterology Organizsation,


(24)

Penyebab diare non infeksius

Yang menjadi penyebab diare non infeksius adalah kesukaran makan, cacat anatomis, malabsorbsi, endokrinopati, keracunan makanan, neoplasma, dan lainnya (Subagyo dan Santoso, 2012).

2.1.4. Faktor Risiko

Faktor risiko terjadinya diare adalah kontaminasi lingkungan dan meningkatnya paparan terhadap enteropatogen. Faktor risiko lainnya yaitu anak-anak, defisiensi imunitas, measles, malnutrisi, dan pemberian ASI eksklusif yang singkatserta tidak memadainya penyedian air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik (Subagyo dan Santoso, 2012).

Mortalitas dan morbiditas terjadinya infeksi dari patogen yang menyerang saluran pencernaan terbanyak terjadi pada anak berumur < 5 tahun. Risiko terjadinya diare meningkat secara drastis ketika anak mulai bisa memakan makanan yang padat. Pada bayi dan anak-anak kejadian paling sering diare disebabkan oleh infeksi dari rotavirus, sementara anak yang umurnya lebih tua dan dewasa sering terkena infeksi dari norovirus pada kejadian diare (Calderwood, 2011).

Risiko terjadinya diare akut lebih tinggi dengan malnutrisi mikronutrien, pada anak dengan defisiensi vitamin A, risiko menderita diare, measles, dan malaria meningkat sekitar 20-24%. Defisiensi Zinc juga sebagai faktor risiko terjadinya diare, pneumonia, dan malaria sekitar 13-21%. Frekuensi terjadinya diare akut akibat dari pemberian nutrisi yang inadekuat yang menyebabkan diare yang persisten, malnutrisi energy protein, dan infeksi sekunder (Bhutta, 2011).

Patogen yang menyebabkan diare didapat dari jalur oral-fecal dan untuk anak-anak secara keseluruhan transmisi penyakit ini terjadi sewaktu di rumah. Ketersediaan air yang terkontaminasi serta kebersihan tangan pada orang tua ataupun pengasuh menjadi faktor risiko terjadinya penyakit diare (Mattioli et al, 2014). Selain itu, lingkungan tempat tinggal mengambil peranan penting terhadap


(25)

kejadian diare. Sebuah studi yang dilakukan di Indonesia khususnya pada masyarakat dengan sosioekonomi rendah pada tahun 2013 menunjukan adanya hubungan higienitas makanan yang buruk yang disajikan oleh ibu kepada anaknya menyebabkan terjadinya diare pada anak < 2 tahun (Agustina et al, 2013).

Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pada anak mempunyai hubungan dengan angka kejadian diare akut. Dari penelitian di dapatkan hasil bahwa pemberian ASI eksklusif dengan angka kejadian diare akut pada bayi usia 0-1 tahun lebih banyak kejadian diare pada bayi yang tidak diberi ASI eksklusif daripada yang diberi ASI eksklusif (Rahmadhani, Lubis, dan Edison, 2013). Pemberian nutrisi yang baik serta pemberian ASI memberikan proteksi terhadap diare yang disebabkan rotavirus dan diare non rotavirus (Salim, Karyana, Sanjaya-Putra, Budiarsa, Soenarto, 2014).

Mikronutrien berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Selain itu, mikronutrien juga sebagai faktor protektif pada berbagai penyakit. Faktor risiko diare cenderung tinggi disebabkan oleh defisiensi mikronutrien. Adapun mikronutrien seperti zinc, vitamin A, dan asam folat merupakan mikronutrien yang berperan penting dalam terjadinya diare akut pada anak (Manger et al, 2011).

Anak dengan immunocompromised lebih rentan terkena berbagai infeksi, termasuk infeksi yang memengaruhi sistem pencernaan yang bisa bermanifestasi diare, malabsorbsi kronik, gagal tumbuh, dan malnutrisi. Beberapa patogen yang menyebabkan infeksi gastrointestinal, parasit merupakan penyebab utamaatau komorbid diare pada anak immunocompromised. Prevalensi infeksi parasit saluran penceraan pada anak dengan defisiensi imun dengan terjadinya diare didominasi oleh infeksi B. hominis dan Cryptosporidium pada pasien HIV (Idris, Dwipoerwantoro, Kurniawan, Said, 2010).


(26)

2.1.5. Klasifikasi Diare

Ditinjau dari Klasifikasi diare

Lama waktu diare Diare akut Diare kronik Mekanisme patofisiologis Diare osmotik Diare sekretorik Berat ringan Diare kecil Diare besar Penyebab infeksi Diare infektif Diare non-infektif Penyebab organik atau

tidak Diare organik Diare fungsional Tabel 2.1. Klasifikasi diare (Simadibrata, 2009)

2.1.6. Manifestasi Klinis

Gastroenteritis dapat timbul bersamaan dengan gejala sistemik seperti demam, letargi, dan nyeri abdomen. Diare akibat virus memiliki karakteristik diare cair (watery stool), tanpa disertai lendir ataupun darah. Dapat disertai gejala muntah dan dehidrasi yang tampak jelas. Bila ada demam, umumnya ringan (Hegar dan Juffrie,2014).

Disentri adalah penyakit infeksi saluran cerna yang melibatkan bagian kolon dan rektum, dan ditemukan adanya darah dan lendir serta bau busuk pada tinja dan disertai adanya demam. Shigella merupakan prototipe penyebab penyakit disentri, yang harus dibedakan dari infeksi akibat EIEC, EHEC, E.histolytica, C.jejuni, Y.enterocolitica dan salmonella non-tifoid. Perdarahan saluran cerna dan kehilangan darah yang terjadi dapat signifikan. Penyakit diare enterotoksigenik disebabkan oleh kuman yang memproduksi enterotoksin seperti V.cholerae dan ETEC. Demam umumnya tidak ditemukan ataupun hanya demam ringan. Diare umumnya melibatkan organ ileum dengan gejala diare cair (watery stool) tanpa adanya darah ataupun lendir dan biasanya berlangsung selama 3-4 hari dengan frekuensi 4-5 kali buang air besar per hari. Terjadinya anoreksia progresif, nausea, kembung, distensi abdomen, diare cair, intoleransi laktose sekunder dan penurunan berat badan merupakan karakter penyakit giardiasis (Hegar dan Juffrie,2014).


(27)

Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat (Juffrie, 2012).

2.1.7. Penegakan Diagnosis 2.1.7.1. Anamnesis

Jawaban dari beberapa pertanyaan dapat secara cepat mempersempit cakupan dari penyebab diare dan membantu kita menentukan penanganan yang kita butuhkan, beberapa pertanyaan yang penting yang harus kita tanyakan kepada pasien akan ditunjukkan pada diagram dibawah (Calderwood, 2011).

2.1.7.2. Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda dari pasien pada pemeriksaan fisik yang menunjukkan tanda-tanda dehidrasi merupakan informasi yang sangat kita butuhkan tentang keparahan dari penyakit diare dan untuk kebutuhan terapi secara cepat. Dehidrasi ringan ditunjukkan dengan adanya haus, mulut kering, penurunan produksi keringat, penurunan pengeluaran urin, dan sedikit kehilangan berat badan. Tanda dari dehidrasi sedang yaitu turunnya tekanan darah ortostatik, menurunnya tekanan turgor pada kulit, dan mata cekung( atau pada bayi cekungnya ubun-ubun). Tanda tanda dari dehidrasi yang berat mencakup dari jatuhnya tekanan darah (hipotensi) dan takikardi sampai terjadinya kebingungan dan syok (Calderwood, 2011).

Pada pemeriksaan fisik , ada atau tidaknya demam harus segera ditentukan. Hipotensi, ortostatis, takikardi, buruknya turgor kulit, dan keringnya


(28)

membran mukus mengindikasikan adanya dehidrasi. Dehidrasi ini meupakan faktor penyebab terbesar dari morbiditas dan mortalitas pada penyakit diare akut , khususnya bayi dan pada usia lanjut (Trier, 2012).

Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna dalam menentukan beratnya diare pada menentukan penyebab diare. Status volume dinilai dengan memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperatur tubuh, dan tanda toksisitas. Pemeriksaan abdomen yang seksama merupakan hal yang perting. Adanya dan kualitas bunyi usus dan ada atau tidaknya distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan petunjuk bagi penentuan etiologi (Simadibrata, 2009).

2.1.7.3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan penunjang ada beberapa poin yang perlu dilakukan pemeriksaannya yaitu, leukosit pada feses, pembiakan feses, kultur darah yang dilakukan pada pasien dengan demam tinggi dan pasien dengan imun yang inkompeten, pemeriksaan feses untuk parasit dan telur, pemeriksaan toksin C.difficile (Trier, 2012).


(29)

Diare akut Penilaian: Riwayat perjalan Paparan makanan Riwayat kontak Konsumsi obat Penyakit penyerta

Infeksius Non infeksius

Demam lebih dari 39⁰C

Dehidrasi berat nyeri perut hebat Hematokezia dan/atau disentri Tenesmus

Immunocompromis ed

Mengidentifikasi dan menangani gejala Ya Tidak Leukosit tinja Kultur tinja Kultur darah Pemeriksaan tinja untuk telur dan parasit

C. difficile toksin

Pertimbangkan sigmoidoskopi

Hidrat

Mengobati gejala

Follow up dalam 48-72 jam

Pertimbangan pemberian antibiotik Penyakit menetap atau

memburuk

Penyakit sembuh Tidak membutuhkan evaluasi lebih lanjut

Gambar 2.1. Algoritma diatas menunjukkan apa yang


(30)

2.1.8. Penentuan Derajat Dehidrasi dan Tatalaksana 2.1.8.1. Penentuan Derajat Dehidrasi

Simptom Minimal atau tanpa dehidrasi kehilangan BB < 3 %

Dehidrasi Ringan sedang,

kehilangan BB 3% - 9%

Dehidrasi berat kehilangan BB > 9 %

Kesadaran Baik Normal, lelah, gelisah, irritable

Apathis, letargi, tidak sadar

Denyut jantung Normal Normal – meningkat

Takikardi,

bradikardia pada kasus berat

Kualitas nadi Normal Normal – melemah

Lemah, kecil, tidak teraba

Pernapasan Normal Normal – cepat Dalam

Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung Air mata Ada Berkurang Tidak ada Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering Cubitan kulit Segera kembali Kembali <2 detik Kembali >2 detik Capillary refill

time

Normal Memanjang Memanjang, minimal

Ekstremitas Hangat Dingin Dingin, mottled, sianotik

Kencing Normal Berkurang Minimal

Tabel2.2. Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003 dalam buku ajar IDAI gastroenterologi-hepatologi (2012).


(31)

Penilaian A B C

Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai atau tidak sadar

Mata Normal Cekung Sangat cekung

Air mata Ada Tidak ada Kering

Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering Rasa haus Minum biasa

tidak haus

Haus, ingin minum banyak

Malas minum atau tidak bisa minum Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat

lambat Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi

ringan / sedang Bila ada 1 tanda ditambah 1atau lebih tanda lain

Dehidrasi berat Bila ada 1 tanda ditambah 1 atau lebih tanda lain

Terapi Rencana Terapi A Rencana Terapi B

Rencana Terapi C

Tabel 2.3. Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995 dalam buku ajar IDAI gastroenterologi-hepatologi (2012).

2.1.8.2. Tatalaksana

Departemen Kesehatan mulai melakukan sosialisasi Panduan Tata Laksana Pengobatan Diare pada balita yang baru didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia, dengan merujuk panduan WHO. Tatalaksana ini sudah mulai diterapkan di rumah sakit-rumah sakit. Rehidrasi bukan satu-satunya strategi dalam penatalaksanaan diare (AAP,1997). Memperbaiki kondisi usus dan menghentikan diare juga menjadi cara untuk mengobati pasien. Untuk itu, Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat dirumah maupun sedang dirawat dirumah sakit, yaitu (Subagyo dan Santoso, 2012) :


(32)

1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru 2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut 3. ASI dan makanan tetap diteruskan

4. Antibiotik selektif 5. Nasihat kepada orang tua

1. Rehidrasi dengan oralit baru, dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatasi diare. Oralit formula lama dikembangkan dari kejadian luar biasa diare di Asia Selatan yang terutama disebabkan karena disenteri, yang menyebabkan berkurangnya lebih banyak elektrolit tubuh, terutama natrium. Sedangkan diare yang lebih banyak terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat sanitasi yang lebih baik adalah disebabkan oleh karena virus. Diare karena virus tersebut tidak menyebabkan kekurangan elektrolit seberat pada disenteri. Karena itu, para ahli diare mengembangkan formula baru oralit dengan tingkat osmolaritas yang lebih rendah. Osmolaritas larutan baru lebih mendekati osmolaritas plasma, sehingga kurang menyebabkan risiko terjadinya hipernatremia (Subagyo dan Santoso, 2012).

Oralit baru ini adalah oralit dengan osmolaritas yang rendah. Keamanan oralit ini sama dengan oralit yang selama ini digunakan, namun efektivitasnya lebih baik daripada oralit formula lama. Oralit baru dengan low osmolaritas ini juga menurunkan kebutuhan suplementasi intravena dan mampu mengurangi pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah hingga 30%. Selain itu, oralit baru ini juga telah direkomendasikan oleh WHO (2006) dan UNICEF untuk diare akut non-kolera pada anak (Subagyo dan Santoso, 2012).


(33)

Oralit baru osmolaritas rendah Mmol/liter

Natrium 75

Klorida 65

Glucose, anhydrous 75

Kalium 20

Sitrat 10

Total osmolaritas 245

Tabel 2.4 Komposisi Oralit Baru (WHO, 2006).

Ketentuan pemberian oralit formula baru : a. Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru

b. Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk persediaan 24 jam

c. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan ketentuan sebagai berikut :

Untuk anak berumur < 2 tahun : berikan 50-100 ml tiap kali BAB Untuk anak 2 tahun lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB

d. Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan harus dibuang.

2. Zinc Diberikan Selama 10 hari Berturut-Turut

Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan anak. Penggunaan zinc ini memang popular beberapa tahun terakhir karena memiliki evidence based yang bagus (Black, 2013). Pemberian zinc yang dilakukan di awal masa diare selama 10 hari kedepan secara signifikan menurunkan mortalitas dan morbiditas pasien. Lebih lanjut, ditemukan bahwa pemberian zinc pada pasien anak penderita kolera dapat menurunkan durasi dan jumlah tinja /cairan yang dikeluarkan (Subagyo dan Santoso, 2012).

Zinc termasuk mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara kehidupan yang optimal. Meski dalam jumlah yang sangat kecil, dari segi fisiologis, zinc berperan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel, anti oksidan,


(34)

perkembangan seksual, kekebalan seluler, adaptasi gelap, pengecapan, serta nafsu makan. Zinc juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan merupakan mediator potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi (Subagyo dan Santoso, 2012).

Dasar pemikiran penggunaaan zinc dalam pengobatan diare akut didasarkan pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran ceran dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan absorpsi air dan elektrolit oleh usus halus, meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brush border apical, dan meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan patogen dari usus. Pengobatan dengan zinc cocok diterapkan di negara-negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki banyak masalah terjadinya kekurangan zinc didalam tubuh karena tingkat kesejahteraan yang rendah dan daya imunitas yang kurang memadai. Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrai pada anak (Subagyo dan Santoso, 2012).

Dosis zinc untuk anak-anak:

Anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet ) per hari Anak diatas umur 6 bulan : 20 mg ( 1 tablet ) per hari

Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari diare. Menurut Qadir, Arshad, dan Ahmad (2013) pemberian zinc pada anak dapat mengurangi risiko berulangnya penyakit diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang, ASI, atau oralit. Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit (Subagyo dan Santoso, 2012).

3. ASI dan Makanan Tetap Diteruskan

Makanan terus diberikan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi


(35)

yang hilang. Pada diare yang berdarah, nafsu makan akan berkurang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan (Subagyo dan Santoso, 2012).

4. Antibiotik Selektif

Antibiotik jangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya diare berdarah atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan memperpanjang lamanya diare karena akan mengganggu keseimbangan flora usus dan Clostridium difficile yang akan tumbuh dan menyebabkan diare yang sulit untuk disembuhkan. Selain itu, pemberian antibiotik yang tidak rasional akan mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik, serta menambah biaya pengobatan yang tidak perlu. Pada penelitian multipel ditemukan bahwa telah terjadi peningkatan resistensi terhadap antibiotik yang sering dipakai seperti ampisilin, tetrasiklin, kloramfenikol, dan trimetropim sulfametoksazole dalam 15 tahun ini. Resistensi terhadap antibiotik ini terjadi melalui mekanisme berikut: inaktivasi obat melalui degradasi enzimatik oleh bakteri, perubahan struktur bakteri yang menjadi target antibiotik dan perubahan permeabilitas membran terhadap antibiotik (Subagyo dan Santoso, 2012).

5. Nasihat Pada Ibu atau Pengasuh

Berikan nasihat pada ibu atau pengasuh apabila terjadi demam, tinja berdarah, berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari (Subagyo dan Santoso, 2012).

2.1.9. Pencegahan Diare

Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan adalah :


(36)

Perilaku Sehat 1. Pemberian ASI

ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini disebut disusui secara penuh (memberikan ASI Eksklusif) (KemenKes RI, 2011).

Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan dengan makanan lain (proses menyapih). ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora normal usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab botol untuk susu formula, berisiko tinggi menyebabkan diare yang dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk (KemenKes RI, 2011).

2. Makanan Pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan (KemenKes RI, 2011).

Ada beberapa saran untuk meningkatkan pemberian makanan pendamping ASI, yaitu:


(37)

a. Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari). Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak dengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan pemberian ASI bila mungkin.

b. Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan biji-bijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya.

c. Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak. Suapi anak dengan sendok yang bersih.

d. Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.

3. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup

Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui Fecal-Oral kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan yang wadah atau tempat makan-minum yang dicuci dengan air tercemar (KemenKes RI, 2011).

Menurut Shresta et al (2013) masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Air yang sudah dimasak dengan sempurna dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit diare akut pada anak <5 tahun ( Hunter et al, 2013).Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah (KemenKes RI, 2011).


(38)

Yang harus diperhatikan oleh keluarga : a. Ambil air dari sumber air yang bersih

b. Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung khusus untuk mengambil air.

c. Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak d. Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)

e. Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih dan cukup.

4. Mencuci Tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare ( Menurunkan angka kejadian diare sebesar 47%) (KemenKes RI, 2011).

5. Menggunakan Jamban

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban (KemenKes RI, 2011).

Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

a. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga.

b. Bersihkan jamban secara teratur.


(39)

6. Membuang Tinja Bayi Yang Benar

Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar (KemenKes RI, 2011).

Yang harus diperhatikan oleh keluarga:

a. Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban

b. Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di jangkau olehnya.

c. Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun.

d. Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan sabun.

7. Pemberian Imunisasi Campak

Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah agar bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering disertai diare, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan (KemenKes RI, 2011).

Selain pencegahan yang telah disebutkan diatas, Infeksi rotavirus sering menjadi penyebab pada kasus gastroenteritis akut pada manusia dan merupakan penyebab yang sangat penting terjadinya dehidrasi berat pada diare anak di negara maju dan negara berkembang (Temu et al, 2011). Maka dari itu pemberian vaksinasi rotavirus sangat penting untuk mencegah terjadinya diare. Penelitian membuktikan bahwa pemberian vaksinasi tersebut menurunkan angka kejadian diare secara signifikan (Desai et al, 2012).

2.1.10. Komplikasi

Beberapa masalah mungkin terjadi selama pengobatan rehidrasi. Beberapa membutuhkan pengobatan khusus.


(40)

Gangguan elektrolit Hipernatremia

Penderita diare dengan natrium plasma > 150 mmol/L memerlukan pemantauan berkala yang ketat. Tujuannya adalah menurunkan kadar natrium secara perlahan – lahan. Penurunan kadar natrium yang cepat sangat berbahaya oleh karena dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau nasogastrik menggunakan oralit adalah cara terbaik dan paling aman (Subagyo dan Santoso, 2012).

Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan dengan menggunakan cairan 0,45% saline – 5% dextrose selama 8 jam. Hitung kebutuhan cairan menggunakan berat badan tanpa koreksi. Periksa kadar natrium plasma setelah 8 jam. Bila normal lanjutkan dengan rumatan, bila sebaliknya lanjutkan 8 jam lagi dan periksa kembali natrium plasma setelah 8 jam. Untuk rumatan gunakan 0,18% saline – 5% dektrosa, perhitungkan untuk 24 jam. Tambahkan 10 mmol KCl pada setiap 500 ml cairan infus setelah pasien dapat kencing. Selanjutnya pemberian diet normal dapat mulai diberikan. Lanjutkan pemberian oralit 10 ml/kgBB/setiap BAB, sampai diare berhenti (Subagyo dan Santoso, 2012).

Hiponatremia

Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi (Na < 130 mol/L). Hiponatremi sering terjadi pada anak shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan oedema. Oralit aman dan efektif untuk terapi dari hampir semua anak dengan hiponatremia. Bila tidak berhasil, koreksi Na dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu : menggunakan Ringer Laktat atau normal Saline. Kadar Na koreksi (mEq/L) = 125 – kadar Na serum yang diperiksa dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan. Separuh diberikan dalam 8 jam, sisanya diberikan dalam 16 jam. Peningkatan serum Na tidak boleh melebihi 2 mEq/L/jam (Subagyo dan Santoso, 2012).


(41)

Hiperkalemia

Disebut hiperkalemia jika K > 5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium glukonas 10% 0,5 – 1 ml/kgBB i.v. pelan-pelan dalam 5-10 menit dengan monitor detak jantung (Subagyo dan Santoso, 2012).

Hipokalemia

Dikatakan hipokalemia bila K < 3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menurut kadar K : jika kalium 2,5 – 3,5 mEq/L diberikan per-oral 75 mcg/kgBB/hr dibagi 3 dosis. Bila <2,5 mEq/L maka diberikan secara intravena drip ( tidak boleh bolus) diberikan dalam 4 jam. Dosisnya : (3,5 – kadar K terukur × BB × 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam ) diberikan dalam 4 jam, kemudian 20 jam berikutnya adalah (3,5 – kadar K terukur × BB × 0,4 + 1/6 × 2 mEq × BB) (Subagyo dan Santoso, 2012).

Hipokalemia dapat menyebabkan kelemahan otot, paralitik ileus, gangguan fungsi ginjal dan aritmia jantung. Hipokalemia dapat dicegah dan kekurangan kalium dapat dikoreksi dengan menggunakan oralit dan memberikan makanan yang kaya kalium selama diare dan sesudah diare berhenti (Subagyo dan Santoso, 2012).


(42)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

• Definisi operasional penelitian ini mencakup dua hal yaitu, pengetahuan, dan usia reponden.

- Pengetahuan

Pengetahuanpada penelitian ini saya akan membahas pengetahuan tentang definisi, faktor risiko dan penanganan awal diare akut.

- Faktor Risiko Diare Akut

Faktor risiko diare akut adalah segala bentuk kebiasaan atau keadaan seseorang yang dapat mengakibatkan diare akut. Pada penelitian ini faktor risiko yang dibahas adalah anak-anak, malnutrisi, pemberian ASI eksklusif yang singkat ,defisiensi imunitas, serta keadaan lingkungan yang buruk.

- Penanganan awal Diare Akut

Diare Akut pada Anak

Pengetahuan Ibu tentang faktor risiko dan penangan awal


(43)

Penanganan awal diare akut adalah segala bentuk usaha pertama kali yang dilakukan seseorang untuk mengatasi diare akut sebelum membawa anaknya ke rumah sakit atau praktisi kesehatan yang berdasarkan dengan prinsip lima langkah tuntas diare (Lintas Diare)

- Usia

Usia responden dalam penelitian ini diukur dalam satuan tahun

• Alat ukur dengan menggunakan kuesioner, pertanyaan yang diajukan sebanyak 25 pertanyaan dengan 4 pilihan jawaban dengan range skor 1-4. • Setelah seluruh pertanyaan dinilai maka tingkat pengetahuan dapat

dikelompokkan berdasarkan katagori buruk, kurang, sedang, dan baik. Penilaian tersebut berdasarkan perhitungan total skor. Dengan demikian penilaian terhadap pengetahauan responden adalah:

a) Pengetahuan tentang faktor risiko serta penanganan awal dibagi dalam 4 katagori yaitu:

- Pengetahuan baik : total skor 80-100 - Pengetahuan sedang : total skor 60-79 - Pengetahuan kurang : total skor 41-59 - Pengetahuan buruk : total skor 25-40.

b) Pengetahuan tentang diare akut diabagi dalam 4 katagori yaitu : - Pengetahuan baik : total skor 13-16

- Pengetahuan sedang : total skor 10-12 - Pengetahuan kurang : total skor 7-9 - Pengetahuan buruk : total skor 4-6

c) Pengetahuan tentang faktor risiko diare akut dibagi dalam 4 katagori yaitu: - Pengetahuan baik : total skor 43-52

- Pengetahuan sedang : total skor 33-42 - Pengetahuan kurang : total skor 23-32 - Pengetahuan buruk : total skor 13-22

d) Pengetahuan tentang penanganan awal diare akut dibagi dalam 4 katagori yaitu :


(44)

- Pengetahuan baik :total skor 26-32 - Pengetahuan sedang : total skor 20-25 - Pengetahuan kurang : total skor 14-19 - Pengetahuan buruk : total skor 8-13

• Skala pengukuran yang digunakan untuk tingkat pengetahuan dinyatakan dalam skala ordinal. Skala pengukuran yang digunakan untuk usia responden dinyatakan dalam skala interval.


(45)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang faktor risiko dan penanganan awal diare akut pada anak.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Hal ini dikarenakan masyarakat di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat mayoritas masyarakatnya tinggal di bantaran sungai dengan sanitasi yang buruk, serta mengambil sumber air untuk kehidupan sehari-hari dari sungai tersebut yang menyebabkan tingginya prevalensi diare akut pada tahun 2013 yang berjumlah 1.528 kasus (10,1%) dari keseluruhan kasus diare yang terjadi di Kabupaten Langkat. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Maret-Desember 2014. Pengumpulan data dilakukan selama bulan Oktober - November 2014. 4.3. Populasi dan Sampel

Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah ibu rumah tangga yang memiliki anak di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Jumlah masyarakat yang bertempat tinggal tetap di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat sebanyak 65.175 jiwa, terdiri dari 32.873 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 32.302 jiwa berjenis kelamin perempuan, serta terdiri dari 16.255 kepala keluarga dengan estimasi jumlah ibu rumah tangga sebanyak 16.255 jiwa (BPS Kabupaten Langkat, 2014).


(46)

4.3.1. Populasi Target

Populasi target pada penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang memiliki anak yang pernah mengalami diare di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat.

4.3.2. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang memiliki anak yang berumur lebih dari 2 bulan dan kurang dari 18 tahun dan pernah mengalami diare serta berdomisili di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat pada tahun 2014.

4.3.3. Kriteria Inklusi

1. Semua ibu rumah tangga di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat dan memiliki anak yang bermumur lebih dari 2 bulan dan kurang dari 18 tahun.

2. Subjek yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. 3. Subjek yang sehat jasmani dan rohani.

4.3.4. Besar Sampel

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: � =

1∝ 2

2 (1− �) �2(� −1) +

1−∝

2

2 (1− �)

Keterangan:

d: Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang diinginkan, biasanya 5%

1∝ 2

2 : Standar deviasi normal, biasa ditentukan pada 1.95 atau 2 sesuai dengan derajat kemaknaan 95%.


(47)

p: Proporsi untuk sifar tertentu yang diperkirakan terjadi pada populasi. Apabila tidak diketahui proporsi atau sifat tertentu tersebut, maka p=0.5 N: Besarnya populasi

n: Besarnya sampel

� =

1∝ 2

2 (1− �) �2(� −1) +

1−∝

2

2 (1− �)

� = 1,96

2× 0,5 × (10.5) × 16.255

0,052(16.2551) + 1,962× 0,5 × (10,5)

� =15.611,302

41,595

� = 375,3≈376

Jumlah sampel umum yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 376 orang.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang faktor risiko serta penanganan awal diare akut pada anak. Pengambilan sampel menggunakan metode quota sampling atau pengambilan sampel dengan sebelumnya menentukan jumlah dan kriterianya. Pada saat pengumpulan data peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan dan manfaat penelitian. Kemudian meminta persetujuan dari calon responden untuk menjadi responden dengan menandatangani informed consent. Responden yang bersedia diberi lembar kuesioner dan diberi kesempatan bertanya apabila ada pertanyaan yang tidak dipahami. Selesai pengisian, peneliti mengambil kuesioner yang telah diisi responden, kemudian memeriksa kelengkapan data.


(48)

4.5.Pengolahan dan Analisa Data

Data dari setiap sampel dimasukkan ke dalam komputer oleh peneliti. Kemudian data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan program SPSS dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


(49)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di beberapa desa dan kelurahan di Kecamatan Tanjung Pura yaitu Desa Lalang, Dusun 1 dan Dusun 2 Desa Pematang Cengal, dan dilakukan di Kelurahan Tanjung Pura Pekan. Dibawah ini adalah peta Kecamatan Tanjung Pura tempat penelitian ini dilakukan.


(50)

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Deskripsi Karakteristik responden mencakup usia, pendidikan terakhir, pekerjaan dan suku. Responden dalam penelitian ini berjumlah 376 orang, yaitu responden yang memiliki anak berusia lebih dari 2 bulan dan kurang dari 18 tahun yang berdomisili di Kecamatan Tanjung Pura.

Tabel 5.5. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia Responden Frekuensi (n) Persentase (%)

20 – 30 158 42

31 – 40 148 39.4

41 – 50 53 14.1

51 – 60 17 4.5

Jumlah 376 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa berdasarkan karakteristik usia mayoritas responden berada pada rentang usia 20-30 tahun yaitu sebanyak 158 orang (42%) dan responden dengan rentang usia 31 - 40 tahun sebanyak 148 orang (39,4%). Kelompok umur kedua yang terbawah yang diteliti adalah rentang umur 41 – 50 tahun dan 51 – 60 tahun yaitu sebanyak 53 orang (14,1%) dan 17 orang (4,5%)

Tabel 5.6. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Tingkat Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)

SD 75 19,9

SMP 141 37,5

SMA/Sederajat 143 38

D3 4 1,1

S1 13 3,5


(51)

Data tersebut menunjukkan bahwa kebanyakan responden yang menjadi subjek penelitian ini memiliki pendidikan terakhir tingkat SMA/sederajat yang berjumlah 143 orang (38%), diikuti responden yang memiliki pendidikan terakhir yaitu SMP yang berjumlah 141 orang(37,5%). Sedangkan sisanya memiliki pendidikan terakhir pada tingkat SD yang berjumlah 75 orang(19,9%). Untuk pendidikan diatas SMA/sederajat yaitu responden yang memiliki pendidikan terakhir berupa D3 dan S1 berjumlah 4 orang(1,1%) dan 13 orang (3,5%).

Tabel 5.7. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Suku

Suku Frekuensi (n) Persentase (%)

Aceh 1 0,3

Banjar 2 0,5

Batak 18 4,8

Jawa 145 38,6

Melayu 204 54,3

Minang 3 0,8

Rao 3 0,8

Jumlah 376 100

Berdasarkan dari data pada tabel diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden yang menjadi subjek penelitian ini bersuku Melayu yang berjumlah 204 orang(54,3%). Pada urutan kedua terbanyak yaitu responden yang memiliki suka Jawa yang berjumlah 145 orang (38,6%) dan diikuti oleh responden yang bersuku Batak yang berjumlah 18 orang (4,8%). Selain itu responden yang memiliki suku Rao dan Minang berjumlah 3 orang (0,8%) dan 3 orang (0,8%). Pada penelitian ini juga terdapat ibu yang bersuku Aceh yang berjumlah 1 orang (0,3%).


(52)

Tabel 5.8. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)

Bidan 2 0,5

Guru 3 0,8

Ibu Rumah Tangga 280 74,5

Karyawan 64 17

Pedagang 3 0,8

Pegawai Negeri Sipil 13 3,5

Wiraswasta 1 0,3

Wirausaha 10 2,7

Jumlah 376 100

Dari data diatas menunjukkan bahwa 280 ibu (74,5%) mempunyai pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Ibu yang memiliki pekerjaan sebagai karyawan berjumlah 64 orang (17%). Selain itu ada ibu yang memliki pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil sebanyak 13 orang(3,5%), diikuti ibu yang memiliki pekerjaan sebagai wirausaha sebanyak 10 orang (2,7%). Sedangkan hanya sedikit ibu yang memiliki pekerjaan sebagai bidan, guru, dan wiraswasta yang menjadi subjek dalam penelitian ini yang berjumlah 3 orang (0,8%), 2 orang (0,5%) , dan 1 orang (0,3%)

5.1.3 Hasil Data Penelitian 5.1.3.1 Tingkat Pengetahuan

Pada penelitian ini, pengetahuan ibu dinilai berdasarkan 25 pertanyaan yang mencakup pengetahuan mengenai diare akut, faktor risiko diare, dan penanganan awal diare pada anak. Sebelumnya telah dilakukan ujivaliditas dan reliabilitas terhadap kuesioner pengetahuan dimana dari 25 pertanyaan, didapati keseluruhan pertanyaan valid dan reliabel. Data lengkap distribusi frekuensi


(53)

jawaban angket responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Responden Tiap Pertanyaan Pengetahuan Mengenai Diare Akut, Faktor Risiko Diare, dan

Penanganan Awal Diare Akut

No. Pertanyaan Pengetahuan Benar Salah

n % n %

1. Definisi diare 283 75,3 93 24,7

2. Penularan diare antar host 126 33,5 250 66,5 3. Batasan waktu diare akut 94 25 282 75 4. Tanda anak dehidrasi 151 40,2 225 59,8 5 Faktor risiko diare menurut usia 200 53,2 176 46,8 6. Faktor risiko penularan diare 247 65,7 129 34,3 7. Penyebab diare 159 42,3 217 57,7 8. Hubugan kebersihan

lingkungan dengan diare

154 41 222 59

9. Penggunaan air sebagai kebutuhan

209 55,6 167 44,4

10. Syarat air yang sehat 198 52,7 178 47,3 11. Hubungan kekurangan nutrisi

dengan diare

127 33,8 249 66,2

12. Status imunisasi tidak lengkap sebagai faktor risiko diare

110 29,3 266 70,7

13. Lama pemberian ASI 252 67 124 33 14. ASI sebagai pencegahan diare 165 43,9 211 56,1 15. Menjaga kebersihan tangan 245 65,2 131 34,8 16. Manfaat menjaga kebersihan

alat masak

222 59 154 41


(54)

18. Tindakan pertama pemberian oralit

146 38,8 230 61,2

19. Masalah pemberian minum pada saat diare

172 45,7 204 54,3

20. Manfaat pemberian oralit 169 44,9 227 55,1 21. Pemberian ASI dan makanan

pada bayi lebih dari 6 bulan

160 42,6 216 57,4

22. Pemilihan obat antidiare 97 25,8 279 74,2 23. Manfaat pemberian zinc 99 26,3 277 73,3 24. Lama pemberian zinc 60 16 316 84 25. Nasihat pada ibu 128 34 248 66

Berdasarkan tabel 5.4. pertanyaan yang paling banyak dijawab responden dengan jawaban benar adalah pertanyaan nomor 1, pertanyaan nomor 13, dan pertanyaan nomor 15, yaitu mengenai definisi diare sebanyak 283 responden (75,3%), mengenai lama pemberian ASI sebanyak 252 reponden (67%), dan mengenai menjaga kebersihan tangan sebanyak 245 responden (65,2%). Sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab salah oleh responden adalah pertanyaan nomor 24 yaitu: tentang lama pemberian zinc dalam penanganan awal diare akut, dimana pertanyaan tersebut dijawab salah oleh 316 responden (84%).

Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan IbuTentang Faktor Risiko Serta Penanganan Awal Diare Akut Pada Anak

Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

Buruk 0 0

Kurang 44 11,7

Sedang 190 50,5

Baik 142 37,8


(55)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori sedang memiliki persentase yang paling besar, yaitu sebanyak 190 orang (50,5%), tingkat pengetahuan baik sebanyak 142 orang (37,8%), dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 44 orang (11,7%). Berdasarkan data tersebut tidak dijumpai responden yang memiliki pengetahuan tentang faktor risiko dan penanganan awal diare akut pada anak yang tergolong dalam katagori buruk.

Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Diare Akut Tingkat Pengetahuan

Diare Akut

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Buruk 9 2,4

Kurang 50 13,3

Sedang 150 39,9

Baik 167 44,4

Jumlah 376 100

Data diatas menunjukkan bahwa kebanyakan responden memiliki pengetahuan dengan katagori baik tentang diare akut yaitu sebanyak 167 orang (44,4%). Diikuti oleh responden yang memiliki katagori sedang sebanyak 150 orang (39,9%). Responden yang memiliki penegetahuan kurang tentang diare akut berjumlah 50 orang (13,3%). Tetapi, ada juga responden yang memiliki pengetahuan yang termasuk dalam katagori buruk tentang diare akut sebanyak 9 orang (2,4%).

Tabel 5.12.Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang Faktor Risiko Diare Akut

Tingkat Pengetahuan Faktor Risiko Diare

Frekuensi (n) Persentase (%)

Buruk 0 0

Kurang 65 17,3


(56)

Baik 165 43,9

Jumlah 376 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan tentang faktor risiko diare banyak dengan katagori baik yaitu 165 orang (43,9%) dan diikuti dengan katagori sedang yang berjumlah 146 orang (38,8%). Tetapi masih ada beberapa responden dengan pengetahuan tentang faktor risiko diare yang termasuk katagori kurang dengan jumlah 65 orang (17,3%). Tidak dijumpai responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang buruk tentang faktor risiko terjadinya diare.

Tabel 5.13. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang Penanganan Awal Diare Akut Pada Anak

Tingkat Pengetahuan Penanganan awal diare akut

Frekuensi (n) Persentase (%)

Buruk 2 0,5

Kurang 150 39,9

Sedang 166 44,1

Baik 58 15,4

Jumlah 376 100

Data tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang penanganan awal diare akut pada anak didominasi oleh katagori sedang yang berjumlah 166 orang (44,1%). Hal tersebut diikuti oleh responden yang memiliki pengetahuan yang tergolong dalam katagori kurang yang berjumlah 150 orang (39,9%). Responden yang memiliki pengetahuan baik berjumlah 58 orang (15,4%) dan diikuti hanya 2 orang (0,5%) responden yang memiliki pengetahuan yang termasuk buruk tentang penanganan awal diare akut pada anak.


(57)

5.2 Pembahasan

5.2.1 Berdasarkan Karakteristik

Dari hasil penelitian berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 376 ibu yang menjadi responden ditemukan mayoritas ibu berusia 20-30 tahun sebanyak 158 orang (42 %). Hal tersebut sesuai dengan data BPS Kabupaten Langkat (2014) dimana rentang usia 20-30 tahun merupakan rentang usia terbanyak yang terdapat di daerah tempat penelitian.

Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas responden berada pada tingkat pendidikan SMA hal ini sesuai dengan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (2012). Mayoritas responden dalam penelitian ini memiliki tingkat pendidikan terakhir yaitu SMA (38%) dan SMP (37,5%)(SDKI,2012).

Berdasarkan karakteristik suku pada penelitian ini mayoritas responden memiliki suku Melayu (54,3%). Hal tersebut sesuai dengan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat (2014) yang menyatakan bahwa memang suku Melayu merupakan suku mayoritas di Kecamatan Tanjung Pura yaitu sebanyak 80% dari jumlah penduduk (BPS Kabupaten Langkat, 2014).

Pada penelitian ini kebanyakan responden memiliki pekerjaan sebagai Ibu rumah tangga. Hal ini dapat terjadi karena penelitian ini dilaksanakan pada saat jam kerja, baik jam kerja pada lembaga kerja milik pemerintahan ataupun jam kerja milik swasta yaitu dimulai dari jam 08.00-12.00 WIB. Namun ada pula responden yang bekerja sebagai guru, karyawan, bidan, wiraswasta, dan yangwirausaha yang saat ditanyakan mereka izin atau tidak dalam jam kerja pada saat itu.

5.2.2 Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan responden tentang faktor risiko dan penanganan awal diare akut pada anak didominasi dengan katagori sedangyang memiliki persentase yang paling besar, yaitu sebanyak 190 orang (50,5%), tingkat pengetahuan baik sebanyak 142 orang (37,8%), tingkat pengetahuan


(58)

kurangsebanyak 44 orang (11,7%), serta tidak dijumpai responden yang memiliki pengetahuan yang buruk.

Berdasarkan pembagian kuesioner, mayoritas responden sudah mengetahui tentang penyakit diare akut. Analisis hasil pembagian angket diketahui bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik tentang diare akut. Hal ini tergambar dari jawaban per item pertanyaan. Sebanyak 283 responden (75,3%) dapat menjawab dengan benar pertanyaan nomor 1 mengenai definisi diare, dan sebanyak 151 responden (40,2%) dengan benar menjawab pertanyaan nomor4 mengenai tanda-tanda dehidrasi pada anak. Peneliti berpendapat hal tersebut dapat terjadi mungkin dikarenakan para responden sudah belajar dari pengalaman ketika anak terkena penyakit diare, dan seperti yang kita ketahui bahwa diare adalah salah satu penyakit yang lazim terjadi pada usia balita ataupun anak-anak. Sedangkan untuk pertanyaan yang paling banyak dijawab salah tentang diare akut yaitu pertanyaan nomor 3 mengenai batasan waktu diare akut yang dijawab salah oleh responden sebanyak 282 orang (75%). Pada saat penelitian masih banyak responden yang masih asing dengan kata akut bahkan ada yang sama sekali tidak mengetahui apa maksud dari kata akut tersebut. Menurut Subagyo dan Santoso (2012) diare akut diberi batasan waktu kurang dari satu minggu. Hal tersebut terjadi mungkin karena para responden tidak pernah mendapatkan penjelasan secara jelas tentang penyakit tersebut sebelumnya.

Hasil pada penelitian ini mengenai pengetahuan tentang diare akut sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Afrika terhadap orang Nigeria yang membuktikan bahwa tingkat pengetahuan tentang diare akut tergolong dalam katagori baik (Olakunle, 2012), namun penelitian yang dilakukan di Kelurahan Tanjung Sari menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang diare tergolong sedang (Fediani, 2011). Perbedaan ini mungkin disebabkan karena jumlah dan intensitas informasi mengenai diare yang diterima oleh setiap ibu berbeda satu sama lain. Karena informasi mengenai penyakit ini sangat berpengaruh kedepannya dikarenakan penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi di tengah masyarakat.


(59)

Pengetahuan mengenai faktor risiko terjadinya diare akut secara keseluruhan responden sudah bisa menjawab pertanyaan dengan benar. Hal tersebut terlihat dari tingkat pengetahuan responden tentang faktor risiko terjadinya diare tergolong dalam kategori baik. Akan tetapi, masih ada pokok bahasan dalam faktor risiko terjadinya diare dimana responden masih menjawab salah. Pertanyaan yang paling banyak dijawab salah oleh responden yaitu mengenai hubungan status imunisasi yang tidak lengkap dengan terjadinya diare. Para responden beranggapan bahwa tidak ada hubungan antara status imunisasi yang tidak lengkap dengan terjadinya diare. Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk membentuk sitem kekebalan tubuh atau sistem imun seseorang. Apabila status imunisasi tidak lengkap maka sistem kekebalan tubuh juga tidak terbentuk secara sempurna. Sebagai contoh, pada anak penderita campak sering disertai dengan diare (KemenKes RI, 2011). Hal tersebut tidak banyak diketahui oleh responden mungkin karena jarang atau hampir tidak ada yang membahas atau memberikan informasi tersebut atau tentang hubungan antara status imunisasi dengan terjadinya diare.

Hasil pada penelitian ini mengenai faktor risiko terjadinya diare sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Kelurahan Tanjung Sari menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang faktor risiko diare akut termasuk dalam katagori baik (Fediani, 2011). Akan tetapi, hasil yang berbeda ditunjukkan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Mwambette dan Joseph (2010) yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang faktor risiko diare buruk. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat pendidikan ibu. Pengetahuan yang kurang bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang kompleks dan saling mempengaruhi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan tersebut salah satu diantaranya adalah tingkat pendidikan ( Notoadmodjo, 2010).

Pada pengetahuan tentang penanganan awal diare akut pada anak, dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang tergolong sedang. Yang menjadi perhatian dalam topik penanganan awal ini adalah banyaknya responden yang tidak mengetahui bagaimana penanganan awal yang benar. Banyak responden yang salah dalam masalah pemberian obat pada anak dengan diare. Hanya 97


(60)

responden (25,8%) yang mengetahui bahwa tidak perlu dilakukan pemberian obat anti diare pada anak. Obat-obatan anti diare tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal (Kemenkes, 2011). Hal berikutnya yang menjadi perhatian yaitu masalah manfaat dan lama pemberian zinc. Pada saat penelitian, banyak yang masih belum mengerti apa itu sebenarnya zinc dan apa hubungannya terhadap kejadian diare. Pemberian zinc termasuk dalam program Lima Langkah Tuntas Diare yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan Indonesia. Banyak responden yang tidak mengetahui kedua masalah tersebut mungkin dikarenakan karena kurang diberikannya penyuluhan tentang penanganan awal diare dengan konsep Lintas Diare secara jelas dan mendalam.

Hasil pada penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan di Medan yang menerangkan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang penanganan awal diare masih tergolong sedang (Assidiqqi, 2010). Sedangkan penelitian yang dilakukan diDesa Mangon Kecamatan Sanana Kabupaten Sula Propinsi Maluku Utaramembuktikan tingkat penanganan diare dalam katagori baik (Mus, 2012). Peneliti berasumsi perbedaan hasil ini mungkin disebabkan karena faktor individu seperti cara berpikir ataupun persepsi yang berbeda dari setiap individu responden tentang penanganan awal diare akut pada anak.


(61)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a) Dari 376 sampel yang diteliti, tingkat pengetahuan responden di Kecamatan Tanjung Pura tentang faktor risiko dan penanganan awal diare akut pada anak termasuk dalam katagori sedang .

b) Tingkat pengetahuan responden di Kecamatan Tanjung Pura tentang pengetahuan diare akut termasuk dalam katagori baik.

c) Tingkat pengetahuan responden di Kecamatan Tanjung Pura berdasarkan pengetahuan tentang faktor risiko diare akut termasuk dalam katagori baik. d) Tingkat pengetahuan responden di Kecamatan Tanjung Pura berdasarkan pengetahuan tentang penanganan awal diare akut termasuk dalam katagori sedang.

6.2 Saran

1. Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat mengadakan sosialisasi atau penyuluhan tentang faktor risiko diare akut serta penanganannya pada masyarakat khususnya pada responden di Kecamatan Tanjung Pura.

2. Pihak tokoh masyarakat ikut serta dalam menghimbau masyarakatnya untuk menjaga kebersihan lingkungan serta melakukan perilaku hidup yang bersih dan sehat.

3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan tentang faktor risiko serta penanganan awal diare akut pada anak, sehingga dapat lebih bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, R., Sari, T.P., Satroamidjojo, S., Bovee-Oudenhoven, I.M.J., Feskens, E.J.M., Kok, F.J., 2013. Association of Food-Hygiene Practices and Diarrhea Prevalence Among Indonesian Young Children from Low Socioeconomic Urban Areas. BMC Public Health. Available

from:

March 2014]

Akoua-Koffi, C., Kouadio, V.A., dan Atteby, J.J.Y., 2013. Hospital-based surveillance of rotavirus gastroenteritis among children under 5 years o age in the republic of ivory Coast: a cross-sectional study. BMJ Open. Available from

.

[Accesed 3 April 2014].

Assidiqi, M.H., 2010. Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap Penanganan Diare pada Balita di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan. Available from:

Bhutta, Z.A., 2011. Acute Gastroenteritis in Children. In: Nelson Textbook of Pediatrics. 19th ed. USA: Elsevier, 1323-1332.

Dahlan, M.S., 2009. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto.

Desai, R. et al, 2012. All-Cause Gastroenteritis and Rotavirus-Coded Hospitalizations Among US Children, 2000-2009. Oxford University

Press. Available from:

Fauci, A.S., Braunwald, E., Kasper, D.L., Hauser, S.L., Longo, D.L., Jameson, J. L., Loscalzo, J., 2011. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 18th ed. New York: Mc Graw Hill Medical Book.

[Accesed 9 April 2014].


(63)

Fediani, T., 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Tindakan ibu terhadap Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan Tanjung Sari Tahun 2011. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan. Available from: Greenberger, N.J., Blumberg, R.S., Burakoff, R., 2012. Current Diagnosis &

Treatment Gastroenterology, Hepatology, & Endoscopy. 2nd ed. New York: Lange Medical Book.

Guarino, A., and Branski, D., 2011. Acute Gastroenteritis in Children. In: Nelson Textbook of Pediatrics. 19th ed. USA: Elsevier, 1339-1340.

Hegar, B., and Juffrie, M., 2014. Gastroenteritis Akut. In: Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial 6th ed. Indonesia: Elsevier, 484.

Hunter, P.R. et al., 2013. Water Source and Diarrhoeal Disease Risk in Children Under 5 Years Old in Cambodia: a Prospective Diary Based Study. BMJ Public Health. Available from: http://www.biomedcentral.com/1471-2458/13/1145

Idris et al. 2010. Intestinal Parasitic Infection of Immunicompromised children with diarrhoea: clinical profile and therapeutic response. Departements of Child Health and parasitology, Faculty of Medicine, university of Indonesia. Available from:

[Accesed 10 April 2014].

Kementrian Kesehatan Indonesia, 2011. Buku Panduan Manajemen Terpadu Bayi Sakit (MTBS). Available from:

[Accesed 2 April 2014].

2014].

Kementrian Kesehatan Indonesia, 2011. Buku Panduan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM). Available from: 2014].

Kementrian Kesehatan Indonesia, 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia,

Kementrian Kesehatan Indonesia. Available

from:


(64)

Kementrian Kesehatan Indonesia, 2012. Profil Data Kesehatan Sumatera Utara,

Kementrian Kesehatan Indonesia. Available from:

Lamberti, L.M., Walker, C.L.F., Chan, K.Y., Jian, W., Black, R.E.. 2013. Oral Zinc Supplementation for the Treatment of Acute Diarrhea in Children: A systematic Review and Meta-Analysis. Nutrients. Available from:

Langkat, Badan Pusat Statistik, 2014. Data Statistik Kecamatan Tanjungpura Kabupaten Langkat. BPS. Langkat.

Langkat. Dinas Kesehatan Kabupaten, 2014. Jumlah Penderita Diare pada tahun 2010-2013. DinKes. Langkat.

Manger, M.S. et al. 2011. Poor Folate Status Predicts Persistent Diarrhea in 6- to 30-Month-Old North Indian Children. American Society for Nutrition. Available from

Manger, M.S. et al., 2010. Cobalamin Status Modified the Effect of Zinc Supplementation on the Incidence of Prolonged diarrhea in 6-to 30 Month-old North Indian Children. The Journal of Nutrition community and international Nutrition. Available from:

[Accesed 3 April 2014].

[Accesed 3 April 2014].

Mattioli, M.C., Boehm, A.B., Davis, J., Harris, A.R., Mrisho, M., Pickering, A.J., 2014. Enteric Pathogens in Stored Drinking Water and on Caregiver’s Hands in Tanzanian Households with and without Reported Cases of Child Diarrhea. Plos One. Available from: journal.pone.0084939

Mukhtar, Z., Haryuna, T.S.H., Effendy, E., Rambe, A.Y.M., Betty, Zahara, D., 2011. Desain Penelitian Klinis dan Statistika Kedokteran. Medan: USU Press.

. [Accesed 9 April 2014].

Mus, A.Y., Kandou, G.D., Maramis, F.R.R., 2012. Gambaran Perilaku Ibu Rumah Tangga Tentang Penanggulangan Diare Pada Balita Di Desa Mangon Kecamatan Sanana Kabupaten Kepulauan Sula Provinsi Maluku Utara.


(65)

Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Manado. Available from: Jurnal e-Biomedik (eBM).ac.id. [Accesed 8 December 2014].

Mwambete, K.D., Joseph, R., 2010. Knowledge and perception of mothers and caregivers on childhood diarrhoea and its management in Temeke

Municipality, Tanzania. Available from

[Accesed 8 December 2014]

Notoadmojo, S., 2005. Metodologi penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Notoadmojo, S., 2010. Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan Seni. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Olakunle et al., 2012. Assesment Of Mother’s Knowledge Of Home Management Of Childhood Diarrhea In A Nigerian Setting. Available from:

Owen, L., 2013. Understanding The New Version of Bloom’s Taxonomy.

Available from:

http://www4.uwsp.edu/education/lwilson/curric/newtaxonomy.htm (2005), revised 2013. [Accesed 8 December 2014].

Purbasari, B., 2009. Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu dalam Penanganan Awal Diare pada Balita di Puskesmas Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan, Banten pada Bulan September Tahun 2009. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Purwanti, A., 2013. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit Diare Pada balita Di Desa Nglebak Tawangmangu Karanganyar. Sekolah Tinggi ilmu Kesehatan Kusuma Husada. Surakarta.

Qadir, M.I., Arshad, A., Ahmad, B.. 2013. Zinc: Role in The Management of Diarrhea and Cholera. World Journal of Clinical Cases. Available from:

Rahmadhani, E.P., Lubis, G., Edison. 2013. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Angka Kejadian Diare Akut pada Bayi Usia 0-1 Tahun di


(66)

Puskesmas Kuranji Kota Padang. FK UNAND. Available from:

Salim, H., Karyana, I.P.G., Sanjaya-Putra, I.G.N., Budiarsa, S., Soenarto, Y.. 2014. Risk Factors of Rotavirus Diarrhea in Hospitalized Children in Sanglah Hospital, Denpasar: a Prospective Cohort Study. BMC Public Health. Available from [Accesed 3 April 2014].

Shrestha, S., Aihara, Y., Yoden, K., Yamagata, Z., Nishida, K., Kondo, N.. 2013. Access to Improved Water and Its Relationship with Diarrhoea in Kathmandu Valley, Nepal: A Cross-Sectional Study. BMJ Open. Available from:

Simadibrata, M.K., Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., , Setiati, S.. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jakarta: Interna Publishing.

[Accesed 3 April 2014].

Sreedharan, R., Liacouras, C.A., 2011. Major Symptoms and Signs of Digestive Tract Disorders. In: Nelson Textbook of Pediatrics. 19th ed. USA: Elsevier, 1243-1244.

Subagyo, B., Santoso, N.B., 2012. In: Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI, 87-118.

Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2012. Kementerian Kesehatan. Available from: kebijakankesehatanindonesia.net/images/2013/9/SDKI-2012.pdf . [Accesed 8 December 2014].

Suryawan, A. et al. 2014. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Essensial. Edisi 6. Indonesia: Elsevier.

Temu et al., 2012. Prevalence and Factor Associated with Group A rotavirus Infection among Children with Acute Diarrhea in Mwanza, Tanzania. Departemen of pediatric and child health Bugando Medical centre

Mwanza Tanzania. Available from

[Accesed 2 April 2014].

World Gastroenterology Organization (WGO). 2012. WGO Practice Guideline: Acute Diarrhea. World Gastroenterology Organization (WGO). Available


(1)

15. Bagaimana cara Ibu menjaga kebersihan tangan pada saat memberikan makanan pada anak Ibu ?

a) Mencuci tangan dengan air

b) Mencuci tangan dengan air dan sabun c) Tidak mencuci tangan

d) Menggunakan kain lap atau tissue

16. Apa manfaat menjaga kebersihan alat masak pada saat membuat makanan untuk anak Ibu ?

a) Menjaga dari kontaminasi kuman b) Membuat makanan menjadi lebih enak c) Membuat anak semakin berselera makan d) Tidak ada manfaatnya

17. Dimana sebaiknya Ibu menyimpan makanan agar tidak tercemar oleh kuman ?

a) Dalam wadah tertutup b) Dalam wadah terbuka c) Di tempat terbuka

d) Di dalam lemari pendingin atau kulkas

Pengetahuan tentang Penanganan Awal Diare Akut pada Anak

18. Apa yang Ibu lakukan pertama kali apabila anak anda menderita diare ? a) Memberikan obat

b) Membawa anak ke Rumah Sakit c) Memberikan Oralit

d) Memperlakukan anak seperti biasa

19. Menurut Ibu, bagaimana pemberian minuman selama anak mengalami diare? a) Dihentikan

b) Dikurangi c) Ditambah d) Seperti biasa

20. Apa manfaat pemberian Oralit dalam terjadinya diare pada anak ? a) Menyembuhkan diare

b) Mengembalikan cairan tubuh yang hilang c) Mengembalikan konsistensi tinja


(2)

21. Apa yang Ibu berikan apabila bayi Anda yang berumur lebih dari 6 bulan mengalami diare ?

a) Hanya memberikan ASI b) Hanya memberikan makanan

c) Memberikan ASI dan makanan seperti biasa d) Tidak memberikan apa-apa

22. Obat apa yang Ibu berikan apabila anak Anda terkena diare ? a) Obat antibiotik

b) Obat absorben c) Obat antimotilitas

d) Tidak langsung memberikan obat-obatan

23. Apakah manfaat pemberian zat Seng pada anak yang menderita diare akut? a) Memperbaiki keadaan anak dan memperpendek lama terjadinya diare b) Menghentikan diare pada anak

c) Mengembalikan kebutuhan cairan

d) Membunuh kuman penyebab penyakit diare 24. Berapa lama pemberian zat Seng tersebut ? a) 7 hari berturut-turut

b) 8 hari berturut-turut c) 9 hari berturut-turut d) 10 hari berturut-turut

25. Menurut Ibu kapan waktu yang tepat membawa anak yang terserang diare ke dokter ?

a) Demam, tinja berdarah, dan terjadi berulang b) Makan atau minum sedikit, sangat haus

c) Diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari d) Semua benar


(3)

(4)

Lampiran 5: Izin Penelitian


(5)

(6)

Lampiran 6: Surat Telah Melakukan Penelitian


Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan Pasien Hipertensi tentang Faktor Risiko Hipertensi di Puskesmas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat

3 72 120

Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

1 45 64

Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Pengunjung POSYANDU Desa Sukasari Mengenai Penanganan Diare Akut Pada Balita Tahun 2012

0 3 72

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE DENGAN PENANGANAN DIARE PADA BALITA SELAMA Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Diare Dengan Penanganan Diare Pada Balita Selama Di Rumah Sebelum Dibawa Ke Rumah Sakit Islam Surakarta.

0 2 15

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE DENGAN PENANGANAN DIARE PADA BALITA SELAMA DI RUMAH Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Diare Dengan Penanganan Diare Pada Balita Selama Di Rumah Sebelum Dibawa Ke Rumah Sakit Islam Surakarta.

1 2 16

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Faktor Risiko Serta Penanganan Awal Diare Akut Pada Anak di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diare 2.1.1. Definisi - Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Faktor Risiko Serta Penanganan Awal Diare Akut Pada Anak di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

0 0 20

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG FAKTOR RISIKO SERTA PENANGANAN AWAL DIARE AKUT PADA ANAK DI KECAMATAN TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT

0 0 16

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN LARUTAN GULA GARAM DENGAN PENANGANAN DIARE PADA IBU BALITA DI KRAJAN II SECANG MAGELANG NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Pemberian Larutan Gula Garam dengan Penanganan Diare pada Ib

0 0 12

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE DENGAN TATALAKSANA TERAPI DIARE DI RUMAH PADA BALITA DI KECAMATAN KALIBAGOR KABUPATEN BANYUMAS

0 0 18