Analisis Penetrasi Sosial Steven Indra Wibowo di Mualaf Center Indonesia

39

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Analisis Penetrasi Sosial Steven Indra Wibowo di Mualaf Center Indonesia

Penelitian ini menarik karena ditengah nama baik agama Islam disandingkan dengan isu teroris, aliran radikalisme yang dituduhkan muncul seorang tokoh yang tadinya non muslim memutuskan untuk masuk Islam dimana Steven Indra Wibowo adalah mantan seorang Frather Imam gereja katolik di Paroki, Jakarta Utara yang padahal sebelumnya dia sangat minim pengetahuan tentang dakwah Islam. Akan tetapi, dia memulai dengan belajar Islam secara bertahap sampai mendirikan Mualaf Center Indonesia MCI dan lebih memilih strategi dakwah fardiyah dibandingkan dengan metode dakwah yang dilakukan seperti pada khotbah jumat, ceramah-ceramah agama di majelis-majelis dan pengajian. “Kita mulai bisa menuntun syahadat di tahun 2004 dan 2005. Mulai banyak, mulai dari kuping ke kuping. Terus legalisasinya kemana? Masih ke masjid. Seperti di masjid istiqlal, sunda kelapa, al azhar. Pokonya ke masjid- masjid besar. Terus berjalan dan berjalan. Makin lama, semakin banyak orang yang datang... ratusan. Kita gabisa kepegang. Kita angkat admin lain untuk membantu. Kita cari anak-anak muda. Kita cari temen-temen yang bisa membantu. Dan mulai lah kita ada moderatornya dan punya 7 orang sebagai status volunteer. Masih generasi awal itu ditahun 2004. Tahun 2004 aku umroh lagi. Lalu disana banyak ketemu temen-temen yang bisa mengajar dengan baik. Kita mengajak orang untuk pindah ke islam. Kita selalu kasih pengertian, dan alasan-alasanya. Dan kalau sudah mau untuk diajak masuk ke Islam, kita titip ke masjid. Karena kita gapunya orang, kapasitasnya minim. Dan mulai saat itu kita memutuskan, Mualaf Center Indonesia memberikan konseling dan memberikan segala ajaran sampai masuk Islam, gratis. Kita gapunya legalisasi untuk ngurus dokumen. Tapi pada tahun 2005 baru kefikiran untuk membuat legalisasi dan kita join sama Hijrah Center ada di Jeddah. Pada tahun 2004 Hijrah Center itu sudah ada sih. Kita coba untuk tanya-tanya segala macam, bagaimana sih caranya untuk mengurusi segala macam. Kita dikasih contoh surat dalam bahasa inggris. Yang kita translate ke dalam 3 bahasa, Dan akhirnya kita buat surat baku ini yang masih dipakai sampai sekarang. Walaupun surat itu masih 40 dipakai sampai sekarang, surat itu masih selalu ada perbaikan seperti sekarang kita membuat note kalau surat keterangan masuk islam ini bukan untuk mencari sumbangan di masj id atau di lembaga manapun”. Dalam wawancara pribadi dengan Steven Indra Wibowo diatas, Steven menjelaskan aktifitas di dalam Mualaf Center Indonesia tersebut. Dari mulai menuntun pengucapan syahadat, membantu dalam membuat legalisasi dokumen dan memberikan konseling serta memberikan segala ajaran pengetahuan tentang Islam. Dari hasil penelitian penulis dalam wawancara dengan Steven Indra Wibowo dan mualaf yang telah ditetapkan, ditemukan bahwa proses komunikasi yang terjadi pada Steven Indra Wibowo dan mualaf antara lain adalah komunikasi interpersonal dengan tatap muka dan dilakukan 1-2 orang antara komunikator dan komunikan. Komunikasi interpersonal melibatkan dua orang dalam situasi berinteraksi. Steven Indra Wibowo menjadi komunikator yang menjadi sumber pesan, lalu menyampaikan kepada mualaf dan mualaf tersebut akan memaknai pesan yang disampaikan oleh Steven Indra Wibowo. Hal ini terjadi diantara Steven Indra Wibowo dan mualaf selama pembinaan di Mualaf Center Indonesia, seperti bertanya atau bahkan saling bertukar cerita satu sama lain. Hal ini menjadikan Steven Indra Wibowo dan mualaf dapat mengenal satu sama lain. Penetrasi sosial merupakan proses bertahap, dimulai dari komunikasi basa-basi yang tidak akrab hingga berbagi informasi menyangkut topik pembicaraan yang lebih pribadi, seiring dengan berkembangnya hubungan disini orang akan membiarkan orang lain untuk mengenal dirinya secara bertahap. 59 Teori penetrasi sosial berupaya mengidentifikasi proses peningkatan keterbukaan dan keintiman seseorang dalam menjalin hubungan orang lain. Penetrasi sosial memiliki hubungan yang diatur oleh 59 S. Djuarsa Sendjaja, Ph.D, Teori komunikasi Jakarta: Universitas Terbuka, 1994, h. 80 41 seperangkat kekuatan yang kompleks dan harus dikelola secara terus menerus oleh para pihak yang terlibat. a. Tahap Pertama Orientation Stage yang dilakukan dalam penetrasi sosial adalah tahap orientasi. Di dalam tahap orientasi komunikasi yang terjadi tidak pribadi. Para individu yang terlibat hanya menyampaikan informasi yang bersifat sangat umum saja. Sebagaimana perkenalan pertama Steven Indra Wibowo dan mualaf dimulai dari tahap orientasi atau mulai membuka sedikit informasi tentang superfisial seperti nama, alamat atau umur. “Awal bertemu ada yang dari web dan ada yang dari mulut ke mulut. Dan ada yang memperkenalkan. Saya tanya “ngapain anda datang ke saya?” dan akhir nya kita berkenalan satu sama lain”. 60 Hal ini juga diucapkan dari mualaf di Mualaf Center Indonesia bernama Eduard Van der Elst yang juga sekarang menjadi dewan pembina Mualaf Center Indonesia. “Awal bertemu Steven saya dari internet. Sebelumnya saya searching untuk mencari organisasi mualaf dan saya menemukan situs Mualaf Center Indonesia. Langsung saya hubungi untuk bisa bertemu dan berkenalan dengannya”. 61 Dan juga ucapan dari Hanny Kristianto mualaf di Mualaf Center Indonesia: “Pertama kali saya menemukan info mualaf center indonesia dari internet. Saya cari kontak yang ada disana. Dan kebetulan itu kontak dari Steven sendiri. Langsung saja saya hubungi dia untuk bisa bertemu untuk bisa ngobrol-ngobrol dulu awalnya”. Berdasarkan hal diatas dapat dipastikan bahwa Steven Indra Wibowo dan mualaf berada pada tahap orientasi. Hanya sedikit proses perkenalan Steven dan mualaf secara terbuka pada tahap ini karena selama tahap ini pernyataan-pernyataan yang dibuat biasanya hanya hal-hal klise dan mereflesikan aspek superfisial dari seorang individu. 60 Wawancara Pribadi dengan Steven Indra Wibowo di Warung Lombok Blok M Plaza, Jakarta, 9 September 2016. 61 Wawanvara Pribadi Via Email dengan Eduard Van der Elst, Jakarta, 13 September 2016. 42 Dapat disimpulkan pada tahap ini baik Steven maupun mualaf masih sangat berhati- hati untuk menyampaikan sesuatu sehingga yang dibicarakanpun hanyalah hal yang bersifat umum saja. Jika pada tahap ini mereka sudah merasa cukup, maka mereka akan melanjutkannya ke tahap berikutnya yaitu tahap kedua Exploration Stage. b. Tahap kedua Exploration Stage adalah tahap dimana muncul gerakan menuju ke arah keterbukaan yang lebih dalam. Memperluas area publik dari diri dan terjadi ketika aspek-aspek dari kepribadian individu sudah muncul. Apa yang tadinya privat menjadi publik. Seperti tahap-tahap lainnya, tahap ini juga melibatkan perilaku verbal dan nonverbal. Orang mungkin mulai untuk menggunakan beberapa frase yang hanya dapat dimengerti oleh mereka yang terlibat di dalam hubungan. Tahap ini merupakan tahap ekspansi awal dari informasi dan perpindahan ke tingkat pengungkapan yang lebih dalam dari tahap pertama. Dalam tahap ini, diantara dua orang yang berkomunikasi, mulai bergerak mengeksplorasi ke soal informasi yang berupaya menjajagi apa kesenangan masing-masing. Komunikasi yang terjadi antara Steven Indra Wibowo dan mualaf berjalan dengan efektif dan dapat kesempatan yang lebih besar untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya dimana aspek-aspek pribadi mulai bermunculan. Seperti ucapan Steven Indra Wibowo dan mualaf di bawah ini. “Yang sudah pasti itu saya tanya “mau ngapain temuin saya?” apa yang mau kamu tau dari Islam? Agama mu apa? Kamu tau ga tentang agama? Sudah berapa tahun jadi agama itu? Umur kamu berapa? Apa yang kamu tau dari agamamu itu? Siapa tuhan kamu? Misal dia jawab “tuhan saya yesus”. Saya tanya balik “dari mana taunya? Pernah bertemu?”. Ada yang bilang “saya pernah bermimpi bertemu dia yesus”. Saya tanya balik “mukanya kaya siapa?”. Dia jawab “aduh... mukanya itu susah digambarkan lah”. “coba cari di web multiple face of yesus” saya kasih semua gambarnya disana kan banyak tuh. Banyakan 43 semua menyebut yesus itu mukanya seperti film the passion of the christ... “tuhan lu berarti ada di Amerika dong dan di california sudah mati ”. 62 Berdasarkan hal diatas dapat diketahui Steven Indra Wibowo dan mualaf berada di tahap pertukaran penjajakan afektif. Terdapat sedikit spontanitas dari ucapan Steven kepada mualaf dalam komunikasi karena individu-individu sudah sama-sama merasa nyaman dan mereka sudah tidak terlalu hati-hati jika apa yang akan ia sampaikan salah. Mereka mulai membuka diri dengan informasi yang bersifat lebih pribadi, seperti kesediaan menceritakan masalah pribadi mualaf kepada Steven. c. Tahap pertukaran afektif Affective Stage termasuk interaksi yang lebih tanpa beban dan santai. Dimana komunikasi sering kali berjalan spontan dan individu membuat keputusan yang tepat, dengan sedikit memberikan perhatian untuk hubungan secara keseluruhan. Tahap pertukaran afektif menggambarkan komitmen lebih lanjut kepada individu lainnya. “Semua mualaf saya tanyain “kamu yakin, kamu masuk Islam?” apalagi ada yang bilang “saya sudah mempelajari agama semuanya”. Tapi hanya Islam yang membuat saya merasakan ketenangan dan kenyamanan”. Saya bilang “loh kamu yakin sudah mempelajari semua agama? gamau coba untuk masuk hindu dulu ke bali untuk merasakan tenang maupun rasa nyaman ?”. Dan dia jawab “kenapa kok tanya seperti itu pak?”. Saya jawab “kamu boleh masuk islam asal kamu gaboleh untuk keluar lagi, sekali masuk Islam tetap di Islam. Bukan malah untuk tempat main-main dan bukan tempat untuk dicoba- coba”. 63 Tahap pertukaran afektif diatas adalah tahap dimana terjadi peningkatan informasi menyangkut pengalaman-pengalaman pribadi masing-masing. Steven Indra Wibowo dan mualaf diatas berada pada tahap munculnya perasaan kritis dan evaluatif pada level yang lebih dalam. Steven Indra Wibowo yang sedang mempertanyakan keyakinan calon mualaf untuk mau masuk Islam. Komunikasi Steven Indra Wibowo dan calon 62 Wawancara Pribadi, dengan Steven Indra Wibowo di Warung Lombok Blok M Plaza, Jakarta, 9 September 2016. 63 Wawancara Pribadi dengan Steven Indra Wibowo di Warung Lombok Blok M Plaza, Jakarta, 9 September 2016. 44 mualaf sudah berjalan spontan karena satu sama lain sudah merasa nyaman. Hal ini juga diucapkan dari mualaf Eduard Van der Elst. “Saya sangat nyaman dalam menceritakan semua yang saya rasakan. Kenapa tidak? dia sama-sama Katholik dahulu dengan saya. Dan dahulu dia sudah tahu latar belakang saya ”. 64 Dan juga diucapkan oleh Hanny Kristianto: “Nyaman.... yang jelas saya dan dia umurnya tidak jauh beda jadi tidak ada rasa sungkan di antara kami. Saya dan Steven sebelumnya sama-sama menganut katholik. Saya menceritakan masa lalu saya ke dia dan dia pun juga turut menceritakan masa lalunya. Jadi saya merasakan seperti ngobrol dengan teman akrab saja. Eduard Van der Elst sudah merasa sangat nyaman dalam menceritakan masalahnya kepada Steven karena sudah tahu semua latar belakangnya termasuk kesamaan agama yang dianutnya dulu. Hanny Kristianto juga merasa nyaman untuk berbagi cerita karena perbandingan umur yang tidak jauh beda dengan Steven dan mempunyai kesamaan dalam agama yang dulu dianutnya. Proses komunikasi antara Steven Indra Wibowo terhadap mualaf secara intensif dapat menimbulkan rasa percaya dan rasa nyaman hingga akhirnya dapat saling terbuka. Oleh sebab itu, pada tahap ini kedua belah pihak tidak hanya saling mendengar dan menanggapi saja namun kini mereka sudah saling mengevaluasi dan mengkritik satu sama lain. Dan hal ini akan terjadi jika kedua belah pihak sudah mendapatkan kedekatan pada proses interaksi sebelumnya. d. Tahap berikutnya adalah tahap pertukaran stabil Stable Stage. Tahap dimana pengungkapan pemikiran, perasaan dan perilaku secara terbuka. Dalam tahap ini, masing-masing individu berada dalam keintiman tinggi. Para teoritikus penetrasi sosial percaya bahwa terdapat relatif sedikit kesalahan atau kesalahan interpretasi dalam memaknai komunikasi pada tahap ini. Alasan untuk hal ini 64 Wawancara Pribadi via email dengan Eduard Van der Elst, Jakarta, 13 September 2016. 45 sangat sederhana, karena kedua pasangan ini telah mempunyai banyak kesempatan untuk mengklarifikasi setiap ambiguitas yang pernah ada dan mulai untuk membentuk sistem komunikasi pribadinya. Sebagai hasilnya, komunikasi menurut Altman dan Taylor bersifat efisien. Seperti ucapan Steven Indra Wibowo dalam wawancara pribadi saat membina mualaf dibawah ini: “it’s not my business, it’s not your business, itu adalah Allah punya hak, murni. Jadi kalo saya berkutat dalam iman saya ini, ya silahkan itu hak kamu, yang jelas pada saat kamu mempercayai sesuatu harus kamu yakini itu ada, bagaimana kalau ceritanya saya kasih ke kamu satu ban dan ban ini kotak bentuknya, pasti kamu akan melawan gak mungkin ban kotak gimana ceritanya, iya saya punya ban dan ban saya ini kotak bentuknya, dia akan melawan. Aku selalu kasih analogi ya, karena saya orang filsafat kita main analogi. Masa nggak mungkin kan ban saya kotak, harusnya bulat karena itu baru bisa jalan, atau silinder lah ya tepatnya karena itu baru bisa buat jalan. Berarti sesuatu yang lo lihat, gue ngomong, lo udah tahu misalnya logika lo udah ngerti nggak mungkin terjadi, itu seharusnya terjadi seperti ini, itulah pada saat gue menjelaskan tentang sisi ketuhanan. Apa bagimu normal kalau Tuhan itu mati? Man, Tuhan lo mati. You’re gonna be die, man. Yang nyiptain lo mati. Dia lupa ngasih napas lo, terus dia mati, ya lo mati lah. Lo pikir napas dari siapa? Ya ini kan udara dari sekitar? Ngana pikir yang bikin siapa? Kalau Tuhan lo mati”. 65 Pada dasarnya akan ada banyak faktor yang menyebabkan kestabilan suatu hubungan tersebut mudah runtuh dan mudah goyah. Akan tetapi jika ternyata mampu untuk melewati tahapan ini, hubungan tersebut akan lebih stabil, lebih bermakna dan lebih bertahan lama. Seperti hal diatas Steven Indra Wibowo memberikan analoginya untuk membuka pikiran mualaf tersebut. Informasi yang dibicarakan Steven Indra Wibowo terhadap mualaf pun sudah sangat dalam dan menjadi inti dari pribadi masing- masing pasangan, soal nilai ataupun konsep diri. Seperti pendapat Eduard Van der Elst dibawah ini. “Selama Steven mendampingi saya, dia membina saya dengan sangat baik. Selalu approaching dengan contoh nyata dan tidak se-mata-mata 65 Wawancara Pribadi dengan Steven Indra Wibowo di Warung Lombok Blok M Plaza, Jakarta, 9 September 2016. 46 Kitabiah Quraniah. Dasarnya memang Al Qur’an tapi penjelasannya dipakai dengan hal-hal yang nyata ”. 66 Dan juga seperti pendapat Hanny Kristianto dalam pembinaan mualaf di Mualaf Center Indonesia bersama Steven ini: “Steven memberikan penjelasan tentang islam kepada saya melalui hal- hal yang rasional dan bisa dicerna dalam kepala saya. Mungkin karna basic Steven adalah filsafat sehingga dia memberikan penjelasan dengan seperti itu. Bukan semata-semata hanya penjelasan tanpa dasar tapi penjelasannya didasari oleh ajaran Islam”. 67 e. Depenetration, depenetrasi adalah proses yang bertahap dengan semakin memudar ketika suatu hubungan berjalan tidak lancar dan keduanya berusaha semakin menjauh. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara Steven Indra Wibowo dengan mualaf mengalami tahap depenetrasi. Proses ini tidak bersifat eksplosif atau meledak secara sekaligus, Tetapi lebih bersifat bertahap. “Kamu tau ga tentang agama? Sudah berapa tahun jadi agama itu? Umur kamu berapa? Apa yang kamu tau dari agamamu itu? Siapa tuhan kamu? Misal dia jawab “tuhan saya yesus”. Saya tanya balik “dari mana taunya? Pernah bertemu?”. Ada yang bilang “saya pernah bermimpi bertemu dia yesus”. Saya tanya balik “mukanya kaya siapa?”. Dia jawab “aduh... mukany a itu susah digambarkan lah”. “coba cari di web multiple face of yesus” saya kasih semua gambarnya disana kan banyak tuh. Banyakan semua menyebut yesus itu mukanya seperti film........... “tuhan lu berarti ada di Amerika dong dan di california sudah mati”. Steven Indra Wibowo dan mualaf yang dibinanya pernah mengalami suatu konflik dimana antara mualaf dan Steven berdebat tentang agama. Akan tetapi hubungan antara Steven dan mualaf kembali lagi ke tahap pertukaran afektif dimana Steven Indra Wibowo meningkatkan informasi pengalaman- pengalaman pribadi untuk mengevaluasi pada level yang lebih dalam dan hubungan berjalan lagi dengan baik tanpa adanya suatu konflik dikarenakan 66 Wawancara Pribadi via email dengan Eduard Van der Elst, Jakarta, 13 September 2016. 67 Wawancara Pribadi Via Email Hanny Kristianto, Jakarta, 18 September 2016 47 kedua mualaf ini sudah saling terbuka dan sudah mengenal satu sama lain sehingga konflikpun bisa terhindar.

B. Analisis Dakwah Steven Indra Wibowo dan mualaf di Mualaf Center Indonesia