pola komunikasi antara pembina dan mualaf pada program pembinaan mualaf di Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta

(1)

JAKARTA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi

Oleh : Heldawati (107051001393)

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M


(2)

DI MASJID AGUNG SUNDA KELAPA JAKARTA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Kesarjanaan Sosial Islam (S. Kom. I)

Oleh HELDAWATI NIM. 107051001393

Pembimbing,

RUBIYANAH, M.A NIP. 197308221998032001

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M / 1432 H


(3)

i

dan mempelajari serta memahami agama yang baru dianutnya. Semakin banyak ilmu pengetahuan agama Islam yang diperolehnya maka akan banyak pula manfaat yang akan diraihnya. Oleh sebab itu, para muallaf dapat mengikuti kegiatan pembinaan yang membantu proses memperkenalkan agama Islam sebagai agama rahmatal lil`alamin yakni agama rahmat bagi seluruh alam. Masjid Agung Sunda Kelapa melayani pengislaman sejak tahun 1992 sampai sekarang dan terdapat 16.024 muallaf. Pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa adalah salah satu yang bergerak di bidang dakwah dan pendidikan yang mempunyai strategis dalam meningkatkan pemahaman ajaran agama Islam bagi muallaf. Pembinaan berperan dalam membantu muallaf memberikan pengertian lebih dalam tentang Islam yang mereka yakini dan memantapkan keyakinan mereka dengan hati mereka serta sebagai sarana silaturrahmi kepada para muallaf dan yang mau akan mengenal Islam.

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah pertama, untuk mengetahui pola komunikasi antara pembina dan muallaf. Kedua, untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat komunikasi pembinaan muallaf. Sedangkan pertanyaan peneliti adalah pertama, bagaimana pola komunikasi yang digunakan dalam pembinaan muallaf? Kedua, apa saja faktor pendukung dan penghambat komunikasi pada program pembinaan muallaf?

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu memaparkan seluruh data yang diperoleh dari hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan metode pengumpulan data seperti observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam hal ini penulis mengadakan observasi langsung ke lapangan dan mewawancarai para muallaf serta mengumpulkan file-file dan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini guna memperoleh data yang lebih akurat.

Dalam proses pembinaan pada muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa, pola roda ini berlaku pada sesi pertama yang merupakan suatu komunikasi tatap muka, di mana pembina memberikan materi kepada muallaf dalam jumlah yang besar, dengan materinya pengertian Islam. Sedangkan pada sesi kedua materinya rukun Islam dan pada sesi ketiga materinya rukun iman, menggunakan pola bintang dimana semua anggota berkomunikasi dengan semua anggota (pembina-muallaf, muallaf-pembina, muallaf-muallaf). Hubungan ini merupakan hubungan paling efektif. Muallaf dapat mengadakan hubungan yang tidak terbatas . pembina dapat mengetahui apakah pelajaran dan bimbingannya dapat dimengerti dan diterima oleh muallaf. Faktor pendukung komunikasi program pembinaan muallaf yakni, dana untuk pembinaan dan sarana disediakan oleh Masjid Agung Sunda Kelapa sehingga program pembinaan tidak dipungut biaya. Faktor penghambat komunikasi program pembinaan muallaf yakni, hambatan waktu, hambatan kerangka berfikir dan hambatan psikologi.


(4)

(5)

iii

9. Ustadz H. Anwar, selaku pembina pada program pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa, yang telah memberikan informasi dan pengarahan serta memberikan izin untuk langsung mengikuti program pembinaan muallaf.

10. DR. H. Zaky Mubarak, M.A., selaku prakarsa pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa yang atas bimbingan dan pengarahan dalam memberikan informasi untuk penulis.

11. Keluarga besar Masjid Agung Sunda Kelapa, ustadz Heri selaku pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa, teman-teman muallaf yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini.

12. Keluarga besar Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan Himpunan Qori dan Qori`ah Mahasiswa (HIQMA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Serta kawan-kawan KPI A angkatan 2007 atas anugrah yang begitu indah dapat mengenal dan bersama kalian.

Semoga Allah SWT meridhoi setiap waktu, langkah dan pengorbanan yang telah dilakukan selama penyelesaian skripsi ini. Amin.

Jakarta, Maret 2011 Heldawati


(6)

iv

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 5

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Ruang Lingkup Komunikasi ... 12

1. Definisi Komunikasi dan Karakteristik Komunikasi ... 12

2. Unsur-Unsur dan Bentuk Komunikasi ... 18


(7)

v

Pembinaan ... 43

C. Definisi Muallaf dan Kedudukan Muallaf Dalam Islam... 49

BAB III GAMBARAN UMUM MASJID AGUNG SUNDA KELAPA DAN PROGRAM PEMBINAAN MUALLAF A. Sejarah dan Perkembangan Masjid Agung Sunda Kelapa ... 55

B. Visi dan Misi Masjid Agung Sunda Kelapa ... 64

C. Struktur Organisasi Masjid Agung Sunda Kelapa... 64

D. Sejarah dan Perkembangan Program Pembinaan Muallaf ... 65

E. Visi dan Misi Program Pembinaan Muallaf ... 66

F. Program Pembinaan Muallaf ... 67

BAB IV DATA DAN ANALISA DATA A. Pola Komunikasi Antara Pembina dan Muallaf ... 68

1. Pola Bintang ... 69

2. Pola Roda ... 72

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi Pembinaan Muallaf ... 79


(8)

vi

B. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87

DAFTAR LAMPIRAN


(9)

1 A. Latar Belakang Masalah

Sebagai orang yang baru masuk Islam sangat penting untuk mengetahui dan mempelajari serta memahami agama yang baru dianutnya. Semakin banyak ilmu pengetahuan agama Islam yang diperolehnya, maka akan banyak pula manfaat yang akan diraihnya. Oleh sebab itu, para muallaf dapat mengikuti kegiatan pembinaan yang membantu proses memperkenalkan agama Islam sebagai agama rahmatal lil`alamin yakni agama rahmat bagi seluruh alam.

Banyak lembaga-lembaga seperti masjid maupun majelis taklim yang menangani permasalahan muallaf hanya sebatas mengadakan prosesi pengislaman saja tanpa pembinaan muallaf. Pada hal banyak muallaf yang merasa malu atau tidak percaya diri dalam mempelajari agama Islam. Sebagai orang baru pindah agama, dari agama non-Islam menjadi agama Islam, muallaf membutuhkan perhatian, kasih sayang, ajakan, bimbingan dari orang-orang atau lembaga yang perhatian terhadap kondisi tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan lembaga yang khusus menangani masalah tersebut.

Masjid Agung Sunda Kelapa melayani pengislaman sejak tahun 1992 sampai sekarang dan terdapat 16.024 muallaf. Pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa adalah salah satu yang bergerak di bidang dakwah dan


(10)

pendidikan yang mempunyai peran strategis dalam meningkatkan pemahaman ajaran agama Islam bagi muallaf. Pembinaan berperan dalam membantu muallaf memberikan pengertian lebih dalam tentang Islam yang mereka yakini dan memantapkan keyakinan mereka dengan hati mereka serta sebagai sarana silaturrahmi kepada para muallaf dan yang mau akan mengenal Islam.

Pada pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa tidak hanya diikuti oleh para muallaf yang dibina, melainkan seseorang yang hatinya bergerak dan ingin mengetahui serta mempelajari agama Islam. Peserta yang bukan muallaf, setelah dibina mereka menjadi muallaf.

Pada saat pembinaan berlangsung, pola komunikasi yang terjadi yaitu pertama, pola roda merupakan seseorang berkomunikasi dengan banyak orang. Pola roda ini berlaku pada sesi pertama yang merupakan suatu komunikasi tatap muka, di mana Pembina memberikan materi kepda muallaf dalam jumlah yang besar. Kedua, pola bintang yakni semua anggota berkomunikasi dengan semua anggota, maksudnya pembina-muallaf, muallaf-pembina, muallaf-muallaf. Hubungan ini merupakan hubungan yang paling efektif. Muallaf dapat mengadakan hubungan yang tidak terbatas. Pembina dapat mengetahui apakah pelajaran dan bimbingannya dapat dimengerti dan diterima oleh muallaf. Kalau ada hal yang tidak diterima oleh muallaf dapat didiskusikan, sehingg. Pola bintang ini menjelaskan bahwa komunikasi terjadi dua arah dan semua pihak terlibat di dalamnya. Komunikasi yang dilakukan oleh pembina bersifat persuasive dan informatif.


(11)

Komunikasi di kelompok ini sudah bisa dikatakan efektif karena semua orang terlibat dalam kelas pembinaan dapat menjadi komunikator maupun komunikan, meskipun tetap pembina yang menjadi komunikator utama dalam hal memberikan materi, serta terdapat komunikasi yang bersifat komunikasi verbal yakni pembina menyampaikan pesan dengan lisan dan tulisan. komunikasi nonverbal yakni pembina meyampaikan pesan dengan gerakan tubuh. Serta pembina menggunakan proses komunikasi bermedia yakni komunikasi yang menggunakan saluran atau sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan yang banyak jumlahnya dengan menggunakan media.

Komunikasi yang digunakan pembina terhadap muallaf sangat berpengaruh pada perubahan pandangan dan adanya penambahan pengetahuan tentang keislaman. Interaksi yang berlangsung antara pembina dengan muallaf dalam pelaksanaan pembinaan tentang pengetahuan Islam sangat perlu, dengan berkomunikasi maka pesan yang disampaikan pembina kepada muallaf dapat terealisasikan dengan baik. Serta terjadi interaksi dan pertukaran informasi seperti saling tanya jawab antara pembina dengan muallaf atau sebaliknya.

Untuk mengetahui kebutuhan muallaf dalam pembinaan agar lebih optimal, diperlukan strategi dan metode yang baik dengan strategi komunikasi yang efektif, sehingga dapat menjadi daya tertarik sendiri bagi muallaf dalam sistem pembinaan. Hal ini sesuai apa yang diungkapkan Deddy Mulyana, dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, bahwa komunikasilah yang memungkinkan individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apa pun yang


(12)

dihadapi. Komunikasi pula yang memungkinkan mempelajari dan menerapkan strategi-strategi adaptif untuk mengatasi situasi-situasi problamatik yang ia masuki.1

Menurut Onong Uchyana Effendy dalam bukunya Dinamika Komunikasi, komunikasi yang efektif adalah komunikasi dalam makna yang distimulasikan serupa atau sama dengan yang dimaksudkan komunikator, pendeknya komunikasi efektif adalah makna bersama.2

Melihat pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa memiliki konsep yang berbeda untuk membimbing dan mengajar para muallaf, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dalam penulisan skripsi: “POLA KOMUNIKASI ANTARA PEMBINA DAN MUALLAF PADA PROGRAM PEMBINAAN MUALLAF DI MASJID AGUNG SUNDA KELAPA JAKARTA”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi hanya pada muallaf yang berikrar pada tahun 2009-2010 berikrar pada agama Islam karena mereka lebih paham mengenai program pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta.

1

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 6

2

Onong Uchyana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


(13)

2. Perumusan Masalah

a. Bagaimana pola komunikasi yang digunakan pada program pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta?

b. Apa saja faktor pendukung dan penghambat komunikasi pada program pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pola komunikasi yang digunakan pada program pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta.

b. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat pada program pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Diharapkan penelitian ini dapat memperkaya dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang diterapkan di bidang Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Khususnya Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Dalam hal pola komunikasi pembinaan muallaf.


(14)

b. Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat menambah informasi dan wawasan bagi peneliti, pembaca, praktisi dakwah, tokoh masyarakat dan pemikir komunikasi dalam pola komunikasi pembinaan muallaf.

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang memberikan gambaran secara objektif suatu masalah. Sedangkan metodenya bersifat deskriptif analisis, yaitu memberikan gambaran terhadap subjek dan objek penelitian. Metode ini memungkinkan peneliti untuk menggambarkan secara sistematis dan akurat mengenai pola komunikasi yang ada dalam pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Jakarta.

2. Objek dan Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta. Sedangkan objek penelitian ini adalah Pembina dan muallaf pada program pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta.


(15)

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dari penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik sebagai berikut:

a. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap fenomena-fenomena yang sedang diselidiki.3 Pengamatan yang dilakukan yakni penulis langsung mendatangi serta ikut dalam pembinaan muallaf, guna memperoleh data yang lebih akurat tentang hal-hal yang menjadi objek penelitian. Waktu penelitian bulan November 2010-bulan Februari 2011.

b. Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab antara penanya dengan responden.4 Peneliti mengadakan wawancara langsung kepada ustadz Anwar selaku pembina muallaf dan muallaf yang berikrar pada agama Islam tahun 2009-2010 pada program pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta, guna mendapatkan informasi tentang pola komunikasi yang ada.

c. Dokumentasi yakni dalam hal ini dikumpulkan file-file dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini, guna untuk melengkapi teori yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini dan juga dilakukan melalui buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini.

3

Dedy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, h. 81 4


(16)

4. Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh melalui pengamatan, observasi dan wawancara dijadikan sebagai bahan untuk menggambarkan objektifitas dari pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa, kemudian diolah menjadi uraian pembahasan.

Dokumentasi, sebagai bahan kerangka analisis dalam menimbang dan memperkuat hasil penelitian.

Setelah data terkumpul dari hasil observasi, wawancara dan dokumntasi, maka data-data tersebut kemudian diolah menjadi bentuk verbal (kata-kata) sehingga kata-kata tersebut menjadi bermakna dan dapat dipertanggungjawabkan.

Analisis data merupakan proses mengatur urutan data mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerjanya.

Teknik yang digunakan peneliti adalah analisis deskriptif, dengan jalan ini dari data yang terkumpul, peneliti jabarkan dengan memberikan analisa-analisa berupa paparan yang didapat dari hasil penelitian dan wawancara kebeberapa muallaf berkaitan dengan pola komunikasi yang terjadi selama mengikuti pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta.


(17)

5. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian di Masjid Agung Sunda Kelapa beralamat Jln. Taman Sunda Kelapa No. 16, Menteng, Jakarta Pusat. Sedangkan waktu penelitian dimulai sejak November 2010 – Februari 2011.

E. Tinjauan Pustaka

Penulis meninjau beberapa tulisan, buku dan skripsi yang membahas tentang pola komunikasi. Dan beberapa skripsi yang penulis temukan diantaranya:

1. Agus Ratina, berjudul pola komunikasi dalam pembinaan akhlak siswa MAN 4 Model Pondok Pinang Jakarta Selatan.

2. Rosalina, berjudul pola komunikasi pada lembaga bimbingan belajar bintang pelajar.

3. Washilatur Rahmi, berjudul bentuk komunikasi pembinaan muallaf di Daarut Tauhid Jakarta.

Dari ketiga di atas perbedaannya dengan penulis mengambil judul pola komunikasi antara Pembina dan muallaf pada program pembinaan muallaf di Masji Agung Sunda Kelapa Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini bersifat sistematis, maka penulis membaginya menjadi lima bab yang pada tiap-tiap babnya terdiri dari sub-sub bab. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:


(18)

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penelitian.

BAB II KAJIAN TEORI

Berisi tentang pertama, kajian teori komunikasi, yang terdiri dari definisi komunikasi dan karakteristik komunikasi, unsur-unsur komunikasi dan bentuk-bentuk komunikasi, definisi pola komunikasi dan jenis-jenis komunikasi, teknik-teknik komunikasi. Kedua, definisi pembinaan dan program pembinaan serta metode pembinaan. Ketiga, definisi muallaf dan kedudukan muallaf dalam Islam.

BAB III GAMBARA UMUM PROGRAM PEMBINAAN MUALLAF DI MASJID AGUNG SUNDA KELAPA JAKARTA

Berisi tentang pertama, sejarah dan perkembangan Masjid Agung Sunda Kelapa. Kedua, visi dan misi Masjid Agung Sunda Kelapa. Ketiga, struktur organisasi Masjid Agung Sunda Kelapa. Keempat, sejarah dan perkembangan program pembinan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta. Kelima, visi dan misi program pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta. Keenam, program pembinaan muallaf.


(19)

BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN

Berisi tentang pola komunikasi antara Pembina dan muallaf, faktor pendukung dan penghambat komunikasi pembinaan muallaf.

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran-saran berkaitan dengan program pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta.


(20)

12 A. Ruang Lingkup Komunikasi

1. Definisi Komunikasi dan Karakteristik Komunikasi

a. Definisi Komunikasi

Kata istilah “komunikasi” merupakan terjemahan dari bahasa Inggris Communication yang dikembangkan di Amerika Serikat dan komunikasi pun berasal dari unsur persurat kabaran, yakni journalism. Adapun definisi komunikasi dapat dilihat dari dua sudut, yaitu sudut bahasa (etomologi) dan dari sudut istilah (terminologi).

Secara etimologis atau bahasa kata komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communicatio yang berarti sama atau sama makna mengenai suatu hal. Komunikasi akan berlangsung apabila antara komunikan dan komunikator terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan.1

Dedy Mulyana menjelaskan, kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris dari kata Latin communis yang berarti sama, communico, communictio, atau communicare yang berarti membuat sama

1


(21)

(to make common). Istilah communis adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata komunikasi yang merupakan akar kata dari bahasa Latin yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama.2

Sedangkan secara terminologis komunikasi merupakan proses menyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.3 Adapun menurut Carl I Hovland, komunikasi adalah proses di mana seorang individu mengoper stimuli (biasanya lambang kata-kata) untuk merubah tingkah laku individu lainnya.4 William Albiq, komunikasi adalah proses penyampain dan penerimaan lambang-lambang yang mengandung makna diantara individu-individu.5 Everett M. Rogers, komunikasi merupakan proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. 6

Bila kita fahami dari semua pendapat yang mewakili di atas, maka komunikasi adalah suatu proses di mana seseorang menyampaikan pesannya, baik dengan lambang bahasa maupun dengan isyarat, gambar, gaya, yang antara keduanya sudah terdapat kesamaan makna, sehingga

2

Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, h. 46 3

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 4 4

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 3 5

Phil. Astris S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Bina Cipta,

1998), h. 1 6


(22)

keduanya dapat mengerti apa yang sedang dikomunikasikan. Dengan kata lain, jika lambangnya tidak dimengerti oleh salah satu pihak, maka komunikasinya akan tidak lancar dan tidak komunikatif. 7

Komunikasi juga juga berarti upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan dan juga menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat. Demikian juga komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang, baik berupa kata-kata, angka-angka, tanda-tanda yang lainnya, yang semuanya itu tentu harus ada kesamaan makna dan pengertian. Komunikasi akan berhasil jika orang yang diajak bicara dapat memberi makna sesuai dengan yang diharapkan komunikator.

Dengan demikian dalam komunikasi akan timbul empat tindakan bagi setiap pelakunya, yaitu:

1). Membentuk pesan, artinya menciptakan sesuatu idea atau gagasan, yang terjadi dalam benak kepala seseorang melalui proses kerja sistem syaraf.

2). Menyampaikan, artinya pesan yang telah dibentuk kemudian disampaikan kepada orang lain, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Bentuk pesannya dapat berupa pesan-pesan verbal dan non verbal.

7


(23)

3). Menerima, artinya disamping membentuk dan menyampaikan pesan, seseorang akan menerima pesan yang disampaikan oleh orang lain.

4). Mengolah, artinya pesan yang telah diterima, kemudian akan diolah melalui sistem syaraf dan diinterpretasikan. Setelah diinterpretasikan pesan dapat menimbulkan tanggapan atau reaksi dari si orang tersebut.8

b. Karakteristik Komunikasi

Dari beberapa definisi di atas, diperoleh gambaran bahwa pengertian komunikasi memiliki karakteristik, yaitu sebagai berikut:

1). Komunikasi adalah suatu proses. Yakni bahwa “komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan, serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Sebagai suatu proses, komunikasi tidak statis, tetapi dinamis, dalam arti akan selalu mengalami perubahan dan berlangsung terus menerus.

2). Komunikasi melibatkan beberapa unsur, seperti yang diungkapkan Lasswell, secara eksplisit dan kronologis menjelaskan lima unsur yang terlibat dalam komunikasi, yakni Who, Says What, In Which Channel, To Whom, With What Effect ? Who, yaitu Siapa (pelaku komunikasi pertama yang mempunyai inisiatif sebagai sumber). Says What, yaitu mengatakan apa (isi pesan yang disampaikan baik secara verbal maupun non verbal). In Which Channel, yaitu melalui saluran apa

8


(24)

(media atau alat yang digunakan untuk berkomunikasi). To Whom, yaitu kepada siapa (penerima pesan, yang disebut sebagai receiver atau sasaran komunikasi). Dan With What Effect ? yaitu efek apa (hasil yang terjadi pada penerima akibat komunikasi). Namun, unsur-unsur tersebut dapat ditambah dengan yang lainnya sesuai kebutuhan.

3). Komunikasi bersifat transaksional, karena pada dasarnya komunikasi menuntut tindakan memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang oleh masing-masing pelaku yang terlibat dalam komunikasi. Pengertian “transaksional” juga menunjuk pada suatu kondisi bahwa keberhasilan komunikasi tidak hanya ditentukan oleh salah satu pihak, tetapi oleh kedua belah pihak yang terlibat dalam komunikasi. Ini berarti bahwa komunikasi akan berhasil apabila kedua belah pihak yang terlibat mempunyai kesepakatan tentang hal-hal yang dikomunikasikan”.9

4). Komunikasi adalah upaya yang disengaja dan mempunyai tujuan, yakni bahwa komunikasi yang dilakukan seseorang sepenuh berada dalam kondisi mental psikologis yang terkendali dan terkontrol bukan dalam keadaan ‘mimpi’. Disengaja juga maksudnya komunikasi yang dilakukan memang sesuai dengan kemauan dari pelakunya. Dan mempunyai tujuan berarti komunikasi menunjuk pada hasil atau akibat dari komunikasi yang diinginkan.

9


(25)

5). Komunikasi menuntun adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelakunya. Yakni komunikasi akan berlangsung, apabila pihak-pihak yang terlibat komunikasi sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik atau pesan yang dikomunikasikan. Jadi kedua belah pihak harus partisipasi dan kerja sama.

6). Komunikasi bersifat simbolis. Komunikasi yang dilakukan pada dasarnya menggunakan lambang-lambang atau simbol-simbol. Lambang yang paling umum digunakan dalam komunikasi antar manusia adalah bahasa verbal dalam bentuk kata-kata, kalimat-kalimat, angka-angka dan lain-lain. Dan juga lambang-lambang yang bersifat non verbal, seperti; gerakan tubuh, tangan, kaki dan lain-lain, warna, gambar, pakaian simbolik, signal dan lain-lain. Bersifat simbolik, maksudnya adalah “salah satu kebutuhan pokok manusia yaitu simbolisasi, seperti yang dikatakan Susanne K. Langer, adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang”.10

7). Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu. Yakni bahwa para peserta yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama, karena adanya berbagai produk teknologi komunikasi, seperti telepon, faksimili, dan lainya. Demikian juga adanya televise, dunia terasa sempit. Apa yang terjadi dibelahan dunia, secara cepat diketahui ditempat lainnya dan tanpa kita pergi ke

10

Hayakawa, “Symbols” dalam Wayne Austin Shrope, Experience In Communication,


(26)

suatu tempat, maka kita pun tahu tentang tempat itu. Semuanya karena adanya teknologi yang canggih.

2. Unsur-unsur dan Bentuk Komunikasi

a. Unsur-unsur Komunikasi

Proses komunikasi merupakan proses penyampaian suatu pesan yang dilakukan seorang komunikator kepada komunikan. Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai panduan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, imbauan, anjuran dan sebagainya.11Pernyataan tersebut dibawakan oleh lambang, umumnya bahasa, lambang lain yang sering dipergunakan untuk menyatakan suatu pernyataan ialah gerakan anggota tubuh, gambar, warna dan sebagainya.

Dari berbagai pengertian komunikasi di atas, tampak adanya komponen atau unsur-unsur yang mencakup di dalamnya yang merupakan syarat terjadinya komunikasi. Unsur-unsur komunikasi tersebut adalah:

1). Komunikator

Komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan. Komunikator memiliki fungsi sebagai encoding yakni orang yang memformulasikan pesan atau informasi yang kemudian akan disampaikan kepada orang lain. Komunikator sebagai bagian yang paling menentukan dalam berkomunikasi dan unutk menjadi seorang komunikator itu harus

11


(27)

mempunyai persyaratan dalam memberikan komunikasi untuk mencapai tujuan. Sehingga dari persyaratan tersebut mempunyai daya tarik tersendiri komunikan terhadap komunikator.

Komunikator sebagai unsur yang sangat menentukan proses komunikasi harus punya persyaratan dan menguasai bentuk, model dan strategi komunikasi untuk mencapai tujuannya. Faktor-faktor tersebut akan dapat menimbulkan kepercayaan dan daya tarik komunikan kepada komunikator.

Komunikator berfungsi sebagai encoder yakni sebagai orang yang memformulasikan pesan yang kemudian menyampaikan kepada orang lain, orang yang menerima pesan ini adalah komunikasi yang berfungsi sebagai decoder yakni menerjemahkan lambang-lambang pesan ke dalam konteks pengertiannya sendiri.12

Syarat-syarat yang diperlukan oleh komunikator diantaranya:

a). Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikan.

b). Kemampuan berkomunikasi.

c). Mempunyai pengertahuan yang luas.

d). Sikap.

12

Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta: al-Amin


(28)

e). Memiliki daya tarik, dalam arti memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan sikap atau perubahan pengetahuan pada diri komunikan.13

Dari beberapa syarat dan pengertian komunikator di atas, tentunya seorang komunikator harus dapat memposisikan dirinya sesuai dengan karakter yang dimilikinya. Dalam menghadapi komunikan, seorang komunikator harus bersikap empatik, artinya ketika ia sedang berkomunikasi dengan komunikan yang sedang sibuk, bingung, marah, sedih, sakit, dan lain sebagainya maka ia tetap harus menunjukkan sikap empatiknya tersebut.

2). Pesan

Pesan adalah keseluruhan dari pada apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan harus mempunyai inti pesan sebagai pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan yaitu pernyataan yang disampaikan oleh komunikator yang didukung oleh lambang. Pada dasarnya pesan yang disampaikan oleh komunikator itu mengarah pada usaha mencoba mempengaruhi atau mengubah sikap dan tingkah laku komunikannya. Penyampaian pesan dapat dilakukan secara lisan atau melalui media.

Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai paduan pikiran dan perasaan, dapat beruapa ide, informasi, keluhan,

13


(29)

keyakinan, imbauan, anjuran, dan lain sebagainya. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan (tema) sebagai pengarah di dalam usaha mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat disampaikan secara panjang lebar, tetapi perlu diperhatikan dan diarahkan kepada tujuan akhir dari komunikasi.14

Adapun pesan yang dianggap berhasil disampaikan oleh komunikator harus memenuhi beberapa syarat berikut ini:15

a). Pesan harus direncanakan (dipersiapkan) secara baik serta sesuai dengan kebutuhan pembaca.

b). Pesan dapat menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua belah pihak.

c). Pesan harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima serta menimbulkan kepuasan.

Pendapat lain mengatakan syarat-syarat pesan harus memenuhi:16

a). Umum: berisikan hal-hal umum dan mudah dipahami oleh komunikan atau audiense, bukan soal-soal yang hanya dipahami oleh seorang atau sekelompok tertentu.

14

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 6 15

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 15 16


(30)

b). Jelas dan gamblang: pesan yang disampaikan tidak samar-samar. Jika mengambil perumpamaan diusahakan contoh yang senyata mungkin, agar tidak ditafsirkan menyimpang dari yang dikehendaki.

c). Bahasa yang jelas: sejauh mungkin menggunakan istilah-istilah yang mudah dipahami oleh si penerima atau pendengar. Bahasa yang digunakan jelas dan sederhana yang cocok dengan komunikan, daerah dan kondisi di mana komunikator berkomunikasi.

d). Positif: secara kodrati manusia tidak ingin mendengarkan dan melihat hal-hal yang tidak menyenangkan dirinya. Oleh karena itu, setiap pesan agar diusahakan dalam bentuk positif.

e). Seimbang: pesan yang disampaikan oleh komunikator pada komunikan dirumuskan sesuai dengan kemampuan komunikan menafsirkan pesan tersebut. Artinya agar komunikan bisa menafsirkan pesan tersebut seperti yang dimaksudkan oleh pengirim pesan, sehingga pesan tidak berubah maknanya.

f). Penyesuaian dengan keinginan komunikan: orang-orang yang menjadi sasaran dari komunikasi yang disampaikan oleh komunikator selalu mempunyai keinginan tertentu. Misalnya; pesan yang ditujukan kelompok petani yang buta huruf, haruslah dirumuskan sedemikian rupa, sehingga para petani tersebut mampu menafsirkannya, seperti yang diharapkan oleh pengirim pesan. Untuk itu, maka pengirim pesan harus mengenal situasi dan kondisi sasaran.


(31)

Ada beberapa bentuk pesan, diantaranya:

a). Informatif, adalah memberikan keterangan-keterangan dan kemudian komunikan dapat mengambil kesimpulan sendiri.

b). Persuasif, adalah dengan bujukan untuk membangkitkan pengertian dan kesadaran seseorang bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan berupa pendapat atau sikap sehingga ada perubahan, namun perubahan ini adalah kehendak sendiri.

c). Koersif, adalah dengan menggunakan sanksi-sanksi. Bentuknya terkenal dengan agitasi, yakni dengan penekanan-penekanan yang menimbulkan tekanan batin di antara sesamanya dan pada kalangan publik. 17

3). Media

Media merupakan sarana atau saluran yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada komunikan. Atau sarana yang digunakan untuk memberikan feedback dari komunikan kepada komunikator. Media sendiri merupkan bentuk jamak dari kata medium, yang artinya perantara, penyampai atau penyalur.18

a). Komunikan

17

H.A.W. Widjaja, Komunikasi dan hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara,

1997), h. 14 18

Ending Lestari dan Maliki, Komunikasi yang Efektif : Bahan Ajar Diklat Prajabatan


(32)

Komunikan merupakan orang yang menerima pesan. Fungsinya sebagai decoding, yaitu orang yang menginterpretasikan, menerjemahkan dan menganalisis isi pesan yang diterimanya. Jika komunikan dapat memberikan reaksi atau umpan balik, maka akan terjadi komunikasi dua arah.

b). Efek

Efek komunikasi yang timbul pada diri komunikan bergantung pada tujuan komunikasi yang dilakukan oleh komunikator. Efek merupakan dampak atau hasil sebagai pengaruh dari pesan. Komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan apa yang diharapkan.

Hal yang penting dalam komunikasi ialah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan efek atau dampak tertentu pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yaitu:

a). Dampak kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya.

b). Dampak afektif lebih tinggi kadarnya daripada dampak kognitif. Tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi bergerak hatinya menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya.


(33)

c). Dampak behavioral yang paling tinggi kadarnya, yakni dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.19

b. Bentuk-bentuk Komunikasi

Komunikasi dapat digolongkan dalam empat bentuk, yaitu; komunikasi pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi massa dan komunikasi medio.20 Maka dari segi sasaranya komunikasi ditujukan atau diarahkan ke dalam:

1). Komunikasi Pribadi (Personal Communication)

Komunikasi pribadi, terbagi dua macam, diantaranya:

a). Komunikasi Intrapersona

Menurut Wilbur Schrarmm, yang dikutip oleh Phil. Astrid S. Susanto, bahwa manusia apabila dihadapi dengan suatu pesan untuk mengambil keputusan menerima ataupun menolaknya akan mengadakan terlebih dahulu suatu ‘komunikasi dengan dirinya’. Khusunya menimbang untung rugi usul yang diajukan oleh komunikator.21

19

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 7 20

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2002), h. 7 21


(34)

Komunikasi akan berhasil apabila pikiran disampaikan dengan menggunakan perasaan yang disadari, sebaliknya komunikasi akan gagal jika sewaktu menyampikan pikiran, perasaan tidak terkontrol.

b). Komunikasi antarpersona

Menurut Onong Uchjana Effendy, komunikasi antarpersona adalah komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya dialogis, berupa percakapan.22 Komunikasi antarpersona dampaknya dapat dirasakan pada waktu itu juga oleh pihak yang terlibat.23

Hubungan antarpersona adalah hubungan yang langsung, keuntungan dari padanya ialah bahwa reaksi atau arus balik dapat diperoleh segera. Dalam hubungan antarpersona, proses komunikasi semakin jelas dan dalam komunikas antarpersona, komunikan dapat memberi arus balik secara langsung kepada komunikator.

22

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 23 23

Maria Assumpte Rumanti, Dasar-dasar Publik Relations Teori dan Praktis, (Jakarta:


(35)

2). Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok adalah komunikasi antara seseorang (komunikator) dengan sejumlah orang (komunikan) yang berkumpul bersama-sama dalam bentuk kelompok.24

Komunikasi kelompok terbagi dua, yaitu:

a). Komunikasi Kelompok Kecil

Komunikasi kelompok kecil adalah kelompok komunikan yang dalam situasi komunikasi terdapat kesempatan untuk memberi tanggapan secara verbal dengan lain perkataan dalam komunikasi kelompok kecil. Komunikator dapat melakukan komunikasi intrapersonal dengan salah satu anggota kelompok.25 Banyak kalangan menilai komunikasi kelompok kecil ini sebagai tipe komunikasi antarpribadi karena; pertama, anggota-anggotanya terlibat dalam suatu proses komunikasi yang berlangsung secara tatap muka. Kedua, pembicaraan berlangsung secara terpotong-potong di mana semua peserta bisa berbicara dalam kedudukan yang sama, dengan kata lain tidak ada pembicara tunggal yang mendominasi situasi. Dan ketiga, sumber dan penerima sulit diidentifikasi, dalam artian semua anggota bisa menjadi sumber dan juga sebagai penerima.

24

Onong Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, (Bandung: Alumni, 1986), h. 5 25


(36)

Dalam situasi kelompok kecil, seorang komunikator haruslah memperhatikan umpan balik dari komunikan sehingga ia dapat segera mengubah gaya komunikasinya. Karena komunikasi kelompok kecil bersifat tatap muka, maka tanggapan komunikan dapat segera diketahui.

b). Komunikasi Kelompok Besar

Komunikasi kelompok besar adalah proses komunikasi di mana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besar.

Komunikasi kelompok besar mempunyai ciri-ciri yaitu; dalam komunikasi ini penyampaian pesan berlangsung secara kontinyu, dapat diidentifikasi siapa yang pembicara dan siapa pendengarnya. Interaksi antara sumber dan penerima sangat terbatas, dan jumlah khalayak relative besar. Sumber sering kali tidak dapat mengidentifikasi satu persatu pendengarnya.26

3). Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa atau komunikasi yang menggunakan media massa, misalnya: pers, radio, film dan televisi.27

26

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 34-35 27


(37)

Komunikasi massa sangat efisien, karena dapat menjangkau daerah yang luas dan audiensi yang praktis tidak terbatas, namun komunikasi massa kurang effektif dalam pembentukan sifat personal.

Komunikasi massa mempunyai ciri-ciri, yaitu; komunikasi massa berlangsung satu arah, komunikator pada komunikasi massa lembaga, pesan pada komunikasi massa bersifat umum, media komunikasi massa menimbulkan keserempakan komunikan, komunikasi massa bersifat heterogen. 28

Komunikasi massa mempunyai beberapa karakteristik, antara lain:

a). Pesan komunikasi massa sifatnya, yakni pesan komunikasi sifatnya terbuka untuk semua orang menyangkut kepentingan orang banyak.

b). Audience komunikasi massa bersifat heterogen.

c). Penyampaian pesan komunikasi massa menimbulkan keserempakan, yakni kontak dengan sejumlah besar penduduk tersebut dalam jarak yang sangat jauh, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan tempat terpisah.

d). Hubungan komunikan dengan komunikator bersifat non pribadi, maksudnya diantara mereka tidak ada saling kenal, karena teknologi dari penyebaran yang massal.

28


(38)

e). Biasanya komunikasi massa berlangsung satu arah.

f). Kegiatan komunikasi melalui media massa dilakukan secara terencana, terjadwal dan terorganisir.

g). Penyampaian pesan komunikasi massa dilakukan secara berkala.29

4). Komunikasi Medio

Komunikasi medio adalah komunikasi yang maknanya sama dengan media umum, yaitu media yang dapat digunakan oleh segala bentuk komunikasi. Contohnya; surat, telepon, pamphlet, poster, spanduk, brosur, telegraf, telex. 30

a). Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau kata-kata, baik yang dinyatakan secara lisan maupun secara tulisan.31 Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih.

Kemampuan menggunakan komunikasi verbal secara efektif adalah penting bagi Pembina dan muallaf. Dengan adanya komunikasi verbal memungkinkan pengidentifikasian tujuan, pengembangan strategi dan tingkah laku untuk mencapai tujuan. Suatu sistem kode verbal disebut

29

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 113-114 30

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h.7 31


(39)

bahasa. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata mempresentasikan berbagai aspek realitas individual kita.

Komunikasi verbal dapat dibedakan atas komunikasi lisan dan komunikasi tulisan. Komunikasi lisan dapat didefinisikan sebagai suatu proses seorang pembicara berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi tingkah laku penerima. Adapun komunikasi tulisan yaitu komunikasi yang disampaikan berupa simbol-simbol. Komunikasi tertulis dapat berupa surat, memo, buku petunjuk, gambar. Sedangkan komunikasi lisan dapat berupa percakapan interpersonal secara tatap muka, dan bisa juga melalui telepon, radio, televisi dan lain-lain.

b). Komunikasi Non verbal

Komunikasi non verbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, vokal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan. Atau dapat juga dikatakan bahwa semua kejadian disekeliling situasi komunikasi yang tidak berhubungan dengan kata-kata yang diucapkan atau dituliskan.


(40)

Dengan komunikasi nonverbal orang dapat mengekspresikan perasaannya melalui ekspresi wajah dan nada atau kecepatan berbicara.32

Ada beberapa bentuk komunikasi non verbal, diantaranya:

(1). Kinesik, adalah yang berkaitan dengan bahasa tubuh, yang terdiri dari posisi tubuh, orientasi tubuh, penampilan wajah, gambaran tubuh, dan lain-lain. Tampaknya ada perbedaan antara arti dan makna dari gerakan-gerakan tubuh atau anggota tubuh yang ditampilkan tersebut.

(2). Okulesik, adalah studi tentang gerakan mata dan posisi mata.

(3). Haptik, adalah tentang perabaan atau memperkenankan sejauh mana seseorang memegang atau merangkul orang lain.

(4). Proksemik, adalah tentang hubungan antar ruang, antar jarak dan waktu komunikasi.

(5). Kronemik, adalah tentang konsep waktu

(6). Tampilan, adalah cara bagaimana seseorang menampilkan diri telah cukup menunjukkan atau berkolerasi sangat tinggi dengan evaluasi tentang pribadi

(7). Posture, adalah tampilan tubuh waktu sedang berdiri atau duduk

32


(41)

(8). Pesan-pesan para linguistic antar pribadi adalah pesan komunikasi yang merupakan gabungan antar perilaku verbal dan non verbal.33

Ada tiga fungsi yang diperankan pesan non verbal, yaitu:

(1). Sebagai pengganti pesan verbal, seperti aba-aba yang dipakai dalam melaksanakan upacara-upacara, pesta olah raga.

(2). Sebagai fungsi memperkuat pesan verbal, contoh selain diucapkan mohon perhatian dan pengertian terhadap persoalan tersebut seraya bersalaman atau menundukkan kepala.

(3). Mempunyai tujuan menidakkan kata-kata yang diucapkan, contoh seorang bapak yang memberi komentar terhadap nilai buruk anaknya “kamu ini memang anak yang rajin sekali belajar! Tetapi wajah bapak merah dan menakutkan.”

Berlangsungnya komunikasi itu adalah jika antara komunikator dan komunikan mengadakan kesamaan makna atau arti dengan orang yang diajak berkomunikasi. Karena pada hakekatnya adalah membuat komunikator dan komunikan sama-sama sesuai dalam memberi arti lambang yang dikomunikasikan. Sama atau sesuai di sini dalam arti pesan yang sedang dibahas berdua, bukan pada keseluruhan pengalaman atau pengetahuan keduanya.

33

Alo liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,


(42)

Wilbur Schramm dalam karyanya, “ Communication Research In The United States” menyatakan, bahwa; komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan komunikator cocok dengan frame of reference yakni pengalaman dan pengertian (collection of experience and meanings) yang pernah diperoleh komunikan. 34

Adapun proses pelaksanaan komunikasi, dapat berlangsung secara:

(1). Primer, yakni proses penyampaian pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media, seperti bahasa, isyarat, gambar, warna dan lain-lain. Yang dilakukan secara langsung, tanpa ada media lain atau yang kedua sebagai alat penyampai. Pikiran dan perasaan seseorang baru akan diketahui oleh dan akan ada dampaknya kepada orang lain, apabila ditransmisikan dengan menggunakan media primer tersebut, yakni lambang-lambang. Lambang bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi, karena hanya bahasalah yang mampu ‘menerjemahkan’ pikiran seseorang yang abstrak sekalipun.

Isyarat, gambar dan yang lainnya, memang dapat menerjemahkan pikiran seseorang, sehingga terekspresikan secara fisik. Namun melambaikan tangan, memainkan jari jemari, atau mengedipkan mata, hanya dapat mengkomunikasikan hal-hal tertentu saja sesuai dengan orang yang mempunyai kesamaan makna.

34


(43)

Wilbur Schramm menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil, apabila pesan yang disampaikan komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian yang pernah diperoleh komunikan. Bidang pengalaman merupakan faktor yang paling penting dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, maka komunikasi akan berlangsung lancar.

(2). Sekunder, yakni proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah menggunakan lambang sebagai media pertama. Penggunaan media kedua ini, bisa dikarenakan sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Media tersebut bisa berupa: surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, TV, dan lain sebagainya. 35

Tujuan dari proses sekunder menurut Edward Safir adalah untuk:

(a). Mencapai masyarakat lebih luas, artinya mencapai komunkan yang lebih luas daripada yang dimungkinkan oleh komunikasi langsung.

(b). Memungkinkan imitasi lebih banyak orang (secara tidak langsung), yaitu jumlah komunikan lebih luas daripada dalam proses primer.

(c). Mengatasi batas-batas komunikasi yang dapat diadakan oleh adanya batas ruang (geografis) dan batas ruang serta waktu. Dengan demikian

35


(44)

maka menurut Safir komunikasi sekunder mengadakan proses primer yang baru, memperbaiki dan mengatasi kekurangan-kekurangan proses primer dan memperbanyak proses komunikasi yang akan terbatas kalau hanya mempergunakan komunikasi langsung.

Secara teknis hal ini berarti bahwa:

(a). Komunikasi dengan generasi-generasi yang belum dilahirkan sudah dimungkinkan (dokumentasi dalam film pita rekaman, piring hitam dan lain-lain yang dapat dipancarkan melalui media massa waktu siaran).

(b).Mengadakan komunikasi dengan daerah-daerah yang geografis berjauhan.

(c). Memungkinkan adanya akulturasi.

(d). Mengadakan dan memungkinkan integrasi kaum terpelajar, khususnya dalam bidang ilmiyah yang sama dan karenanya membentuk suatu masyarakat ilmiyah.36

Karena media mempunyai kemampuan-kemampuan ini, maka akhirnya media dapat mempunyai akibat yang sangat luas bagi kehidupan manusia, melalui media (dokumentasi), maka kemampuan untuk mengubah melalui komunikasi makin besar. Dan dengan media manusia

36


(45)

semakin merasa mempunyai kesempatan untuk memperluas pengetahuannya.

Sementara untuk mengukur keberhasilan komunikasi yang dilakukan, maka harus ada arus balik yang diberikan oleh komunikan, yang dalam bahasa Inggris arus balik itu disebut dengan istilah feedback yang diterjemahkan dengan arus balik atau umpan balik atau respon, istilah ini berasal dari teori sibernetika yaitu, suatu cabang dari ilmu teknik mesin yang berhubungan dengan sistem kontrol. Sistem ini mengontrol suatu operasi dengan menggunakan informasi mengenai efek.

Dengan demikian, kedudukan feed back dalam komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting, sebab ia menerangkan kepada komunikator bahwa pesannya dapat diterima dan ditanggapi oleh komunikan. Jika tidak diketahui feed backnya maka sulit untuk mengukur, apakah pesan dapat diterima atau tidak dan yang pasti akan terus menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Feed back yang dapat diartikan sebagai respons, umpan balik dan peneguhan adalah pesan dikirim kembali dari penerima ke sumber, memberi tahu sumber tentang reaksi penerima dan memberikan landasan kepada sumber untuk menentukan pelilaku selanjutnya. 37

Adapun feed back ini mempunyai beberapa kategori, yakni:

37

Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1985), h.


(46)

(1). Feed back menurut bentuknya, terbagi dua, yakni:

(a). Secara verbal, yaitu sesuatu yang diungkapkan atau dinyatakan dengan secara tertulis atau dengan lisan.

(b). Secara non verbal, yaitu sesuatu yang diungkapkan dengan tidak tertulis dan lisan, melainkan dengan isyarat, kode-kode signal dan lain-lain.

(2). Feed back menurut macamnya, terbagi dua, yakni:

(a). Positif, yaitu sesuatu yang diinginkan oleh komunikator tercapai.

(b). Negatif, yaitu sesuatu yang diinginkan oleh komunikator tidak tercapai.

(3). Feed back menurut prosesnya, terbagi dua, yakni:

(a). Segera (Immediate), yaitu umpan balik yang diberikan secara langsung, tidak hambatan. Dan komunikasinya disebut two way communication.

(b). Tertunda (Delayed), yaitu umpan balik yang diberikan tertunda, karena biasanya menggunakan media massa. Dan komunikasinya disebut dengan one way communication.


(47)

(a). Internal, yaitu feed back yang diberikan oleh komunikator sendiri, karena komunikasi belum berjalan atau disampaikan kepada komunikan.

(b). Eksternal, yaitu feed back yang datangnya dari komunikan (lawan bicara komunikator).38

3. Definisi Pola Komunikasi dan Jenis-jenis Komunikasi

a. Definisi Pola Komunikasi

Sebelum kita mengartikan bentuk dari keseluruhan pengertian dari pola komunikasi maka kita harus memisahkan kedua kata tersebut yaitu kata pola dan komunikasi, dimaksudkan untuk kita memudahkan dalam mengartikan kata pola komunikasi tersebut.

Kata pola dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya bentuk atau sistem.39 Pola pada dasarnya adalah sebuah gambaran tentang sebuah proses yang terjadi dalam sebuah kejadian sehingga memudahkan seseorang dalam menganalisa tersebut, dengan tujuan agar dapat meminimalisirkan segala bentuk kekurangan sehingga dapat diperbaiki.

38

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 50-51 39

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h.778


(48)

Kata komunikasi dalam bahasa Inggris communication berasal dari bahasa Latin, communicatus yang berarti “berbagi” atau menjadikan milik bersama.40

Komunikasi secara etimoligi, bahwa istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggris communication, yang berasal dari bahasa Latin communicatio, yang berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Makna hakiki dari communication ini adalah communis, yang berarti sama atau kesamaan arti.41 Astrid Susanto mengemukakan, perkataan komunikasi berasal dari kata communicare, yang di dalam bahasa Latin mempunyai arti berpartisipasi, atau memberitahukan. Kata communis berarti milik bersama atau berlaku di mana-mana.42

Sedangkan secara terminologi, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pertanyaan oleh seseorang kepada orang lain.43 Di mana, komunikasi yang melibatkan sejumlah orang dan seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain.

Arni Muhammad memberikan definisi mengenai komunikasi manusia yang lebih komprehensif sebagai berikut: “komunikasi manusia adalah suatu proses melalui mana individu dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi dan dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan, dan

40 Sasa Djuarsa Sendjaja,Pengantar Komunikasi, h. 7

41

Onong Uchjana Effendy, Spectrum Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju, 1992), h. 4 42

Phil Astrid Susanto, Komunikasi Dalam Teori Dan Praktek, h. 1 43


(49)

menggunakan informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain.44

Dari semua definisi itu, penulis menyimpulkan arti dari pola komunikasi itu merupakan gabungan dua kata antara pola dan komunikasi, sehingga dapat dikatakan sebagai sebuah bentuk penyampaian suatu pesan atau bentuk-bentuk komunikasi yang disampaikan oleh komunikator (pembina) kepada komunikan (muallaf).

Dengan demikian dapat dikatakan seseorang yang berkomunikasi berarti dia mengharapkan perubahan pada dirinya, atau mengharapkan orang lain ikut berpartisipasi, mengikuti, bertindak sesuai dengan harapan dan isi pesan yang disampaikan. Sesuai dengan arti komunikasi yaitu sama makna, maka orang yang melakukan kegiatan komunikasi harus mempunyai kesamaan arti, sama-sama mengetahui hal yang sedang dikomunikasikan. Jika tidak demikian, maka kegiatan komunikasi tersebut tidak bisa berjalan dengan baik.

b. Jenis-jenis Pola Komunikasi

Menurut H.A.W. Widjaja di dalam bukunya ilmu komunikasi pengantar studi, ada empat pola komunikasi, yaitu:

1). Pola roda yakni seseorang berkomunikasi pada banyak orang.

44


(50)

2). Pola rantai yakni seseorang berkomunikasi pada seseorang yang lain dan seterusnya.

3). Pola lingkaran yakni hampir sama dengan rantai namun orang terakhir berkomunikasi pula kepada orang pertama.

4). Pola bintang yakni semua anggota berkomunikasi dengan semua anggota.45

4.Teknik-teknik Komunikasi

Istilah-istilah teknik berasal dari bahasa Yunani Technikos yang berarti keterampilan.46 Berdasarkan keterampilan berkomunikasi yang dilakukan komunikator, teknik komunikasi diklasifikasikan menjadi:47

a). Komunikasi informatif adalah memberikan keterangan-keterangan (fakta-fakta), kemudian komunikan mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri. Dalam situasi tertentu pesan informatif justru berhasil dari persuasif.

b). Komunikasi persuasif adalah berisikan bujukan, yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran manusia bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan perubahan sikap, tetapi perubahan

45

H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, h. 32. 46

Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, h. 55 47


(51)

ini adalah atas kehendak sendiri (bukan dipaksakan). Perubahan tersebut diterima atas kesadaran sendiri.

c). Komunikasi koersif adalah dengan menggunakan sanksi-sanksi. Bentuknya terkenal dengan agitasi, yakni dengan penekanan-penekanan yang menimbulkan tekanan batin di antara sesamanya dan pada kalangan publik.

d). Hubungan manusia, bila ditinjau dari ilmu komunikasi hubungan manusia itu masuk ke dalam komunikasi antarpersona sebab berlangsung pada umumnya antara dua orang secara dialogis. Dikatakan bahwa hubungan manusiawi itu komunikasi karena bersifat oction oriented, mengandung kegiatan untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang.

B. Definisi Pembinaan dan Program Pembinaan serta Metode Pembinaan

1. Definisi pembinaan

Pembinaan menurut bahasa adalah latihan, pendidikan. Secara istilah, pembinaan adalah suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang baru yang belum dimiliki, dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya, untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan yang sudah ada serta mendapatkan pengetahuan dan kecakapan baru untuk mencapai tujuan hidup yang sedang dijalani secara lebih efektif.48

48


(52)

Pembinaan merupakan program di mana para peserta berkumpul untuk memberi, menerima dan mengolah informasi, pengetahuan dan kecakapan, entah dengan memperkembangkan yang sudah ada dengan menambah yang baru. Pembinaan diikuti oleh sejumlah peserta.

Ada tiga fungsi pokok pembinaan, diantaranya:

a. Penyampaian informasi dan pengetahuan

b. Perubahan dan pengembangan sikap

c. Latihan dan pengembangan sikap.49

2. Program Pembinaan

Program pembinaan merupakan prosedur yang dijadikan landasan untuk menentukan isi dan urutan acara-acara pembinaan yang akan dilaksanakan. 50 Program pembinaan diantaranya; sasaran, isi, pendekatan, metode pembinaan.

a. Sasaran Program

Sering terjadi bahwa sasaran, objektif, program pembinaan tidak dirumuskan dengan tegas dan jelas. Hal ini terjadi karena berbagai sebab, antara lain:

1). Pembinaan tidak tahu kepentingan perumusan sasaran program pembinaan, sehingga dia tidak membuat.

49

Mangunhardjana, Pembinaan Arti dan Metodenya, h. 11 50


(53)

2). Pembina terlalu yakin diri, sehingga dia tidak merasa perlu untuk membuatnya.

3). Penyelenggara tidak mampu membedakan antara isi dan sasaran program pembinaan.

4). Program pembinaan sudah biasa dijalankan, tahun demi tahun sehingga sudah menjadi tujuan tersendiri dan tidak lagi dipersoalkan sasarannya.

Dari berbagai alasan di atas, dalam pembinaan yang tidak mempunyai sasaran yang jelas, mengandung bahaya besar, tidak mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Suatu pembinaan sulit dinilai berhasil tidaknya. Oleh karena itu sasaran harus dirumuskan dengan jelas dan tegas. Agar sungguh menjadi sasaran pembinaan, sasaran itu harus ada hubungan dengan minat dan kebutuhan para peserta.51

Dalam penelitian ini, penulis mengambil sasaran pada program pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta diantaranya; para muallaf dan yang belum muallaf tapi berniat mempelajari agama Islam.

b. Isi Program

Isi program pembinaan berhubungan dengan sasarannya. Maka bagaimanapun baiknya suatu acara itu sebagai isi program pembinaan

51


(54)

yang dipimpinnya, kalau tidak mendukung tercapainya sasaran program, waktu merencanakan isi program, Pembina sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut:

1). Isi dengan sesuai dengan tingkat perkembangan dan pengetahuan para peserta muallaf dan berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman mereka.

2). Isi tidak selalu teoritis, tetapi praktis dalam arti dapat dibahas dan dikembangkan dari berbagai pandangan dan pengalaman para muallaf, serta dapat dipraktekkan dalam hidup nyata.

3). Isi tidak terlalu banyak, tetapi disesuaikan dengan ‘daya tangkap’ para muallaf dan waktu yang tersedia.52

c. Pendekatan Program

Beberapa pendekatan utama dalam program pembinaan, antara lain:

1). Pendekatan Informatif

Dengan pendekatan informatif, informative approach, pada dasarnya orang menjalankan program dengan meyampaikan informasi kepada para peserta. Dengan pendekatan informatif biasanya program pembinaan diisi dengan ceramah atau kuliah oleh berbagai pembicara tentang berbagai hal yang dianggap perlu bagi para peserta. Dengan

52


(55)

pendekatan itu partisipasi para peserta dalam pembinaan kecil saja. Partisipasi para peserta terbatas pada permintaan penjelasan atau penyampaian pertanyaan mengenai hal yang belum dimengerti benar-benar.

2). Pendekatan Partisipatif

Pendekatan partisipatif, participative approach, berlandaskan kepercayaan bahwa para peserta sendiri merupakan sumber pembinaan yang utama. Maka dalam pembinaan, pengetahuan, pengalaman, dan keahlian mereka dimanfaatkan lebih merupakan situasi belajar bersama, di mana pembina dan para peserta belajar satu sama lain. Pendekatan ini banyak melibatkan para peserta, pembina tidak sebagai guru, sebagai koordinator dalam proses belajar, meskipun dia juga wajib memberikan masukan, input, sejauh dibutuhkan oleh tujuan program.

3). Pendekatan Eksperiensial

Pendekatan eksperiensial, experiencial approach, berkeyakinan bahwa belajar yang sejati terjadi karena pengalaman pribadi dan langsung. Dalam pendekatan eksperiensial para peserta langsung dilibatkan dalam situasi dan pengalaman dalam bidang yang dijadikan pembinaan. Untuk itu dituntut keahlian tinggi dari pembinaannya.53

53


(56)

d. Metode-metode Pembinaan

1). Metode perkenalan merupakan metode untuk membantu para peserta agar mengenal satu sama lain mengenai pribadi dan latar belakang kehidupan mereka. Dengan tujuan sebagai langkah awal untuk membentuk kekompakkan kelompok.

2). Metode pemasaran merupakan acara pembinaan berupa kegiatan atau permainan yang bertujuan menarik perhatian, membantu untuk sebagai permulaan aktif terlibat pada acara, membantu melepaskan beban mental pada keikutsertaannya dan membantu para peserta terlibat satu sama lain.

3). Metode informatif merupakan metode yang menekankan penyampaian informasi dari Pembina kepada peserta.

4). Metode partisipatif merupakan metode yang dapat melibatkan para peserta, yang termasuk dalam metode ini, antara lain; pernyataan, pengumpulan gagasan, audio visual, diskusi kelompok, kelompok berbincang-bincang, kuis, studi kasus, peragaan peran, dan lain-lain.

5). Metode partisipatif-eksperisial merupakan metode-metode ini pada dasarnya menyangkut permainan peran yang menghubungkan langsung para peserta dengan pengalaman, mempergunakan metode yang mendukung. Maka unsur eksperiensalnya tergantung dari keterlibatan peserta pada proses permainan peran yang ada.


(57)

Metode ini antara lain; pertemuan, latihan stimulasi, demonstrasi dan lain-lain.

6). Metode eksperisial merupakan metode yang memberikan kemungkinan kepada para peserta untuk ‘belajar’ melaui pengalaman langsung dan nyata, antara lain; ungkapan, kreatif, berjalan buta, kerja proyek kunjungan kelapangan, lokakarya, tinggal di tempat, dan lain-lain.54

C. Definisi Muallaf dan Kedudukan Muallaf Dalam Islam

1. Definisi Muallaf

Ada beberapa pendapat mengenai pengertian muallaf, antara lain:

a. Dalam Ensiklopedi Dasar Islam, muallaf adalah seseorang yang semula kafir dan baru memeluk Islam.55

b. Dalam Ensklopedi Hukum Islam, muallaf (Ar.: mu`allaf qalbuh; jamak; mu`allaf qulubuhum = orang yang hatinya dibujuk dan dijinakkan). Orang yang dijinakkan hatinya agar cenderung kepada Islam. 56

54 Mangunhardjana, Pembinaan Arti dan Metodenya, h. 37

55

Ahmad Roestandi, Ensiklopedi Dasar Islam, (Jakarta: PT. Pradaya Paramita, 1993), h. 173

56

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Ictiar Baru Van Hoeve,


(58)

Kata muallaf sendiri berasal dari bahasa Arab yang merupakan maf`ul dari kata alifa yang artinya menjinakkan dan mengasihi. Sehingga kata muallaf dapat diartikan sebagai orang yang dijinakkan atau dikasihi.

Seperti tertera dalam firman Allah SAW surat at-Taubah ayat 60:

                         Artinya:

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Dalam ayat di atas terdapat kata muallafah qulubuhum yang artinya orang-orang yang sedang dibujuk hatinya. Mereka dibujuk adakalanya karena merasa baru memeluk agama Islam dan imannya masih lemah. Maka meraka termasuk golongan yang berhak menerima zakat.

Muallaf adalah seseorang yang ditengah dijinakkan hatinya untuk menerima kebenaran agama. Termasuk mereka yang baru menganut Islam. Nabi SAW pernah diprotes oleh beberapa sahabat, sebab Nabi SAW memberikan beberapa


(59)

bagian dari hasil rampasan perang kepada mereka. Ketika sahabat bertanya, Rasul bersabda; ‘kalau saya dikira tidak adil, maka siapa lagi yang adil itu?”. Entah beberapa lama kemudian, semua orang yang tadinya menerima pemberian Nabi SAW. dan yang masih ‘ragu’ dengan kenabian Muhammad, mereka datang dengan membawa sejumlah warga atau sukunya menyatakan Islam dihadapan Nabi SAW. Maka sahabat-sahabat yang semula bertanya-tanya, menjadi lebih mengerti tentang sikap Rasul terhadap orang-orang yang disebut ‘muallaf’ itu.57 Dikalangan Islam, bukan hanya sekedar mereka yang baru pindah ke Islam, tetapi jika mereka sudah mulai ragu dengan kepercayaan yang telah dimiliki, sementara ada tanda-tanda keinginan mereka ke Islam, mereka pun sudah bisa dikategorikan pada ‘muallaf’. Mereka yang demikian itu adalah orang-orang yang tengah menanti ‘hidayah’ sampai kepada ‘taufiq’ dari Allah SAW.

2. Kedudukan Muallaf Dalam Islam

Berdasarkan pengertian muallaf yang telah dijelaskan di atas bahwa muallaf adalah orang yang hatinya dijinakkan agar cenderung kepada Islam dan orang yang baru mengetahui dan belum memahami ajaran Islam. Oleh karena itu, mereka berada pada posisi yang membutuhkan pembinaan, bimbingan seputar agama Islam.

Pada masa Nabi SAW para muallaf tersebut diposisikan sebagai penerima zakat untuk menjamin kelestarian mereka kepada Islam dengan terus

57


(60)

memberikan pembinaan dan pengajaran tentang agama Islam. Alasan Nabi SAW. memberikan zakat kepada mereka adalah menyatukan hati mereka pada Islam. Oleh karena itu mereka dinamakan al-Muallafah Qulubuhum.58 Pada masa pemerintahan Abu Bakar para muallaf tersebut masih menerima zakat seperti yang dicontohkan Nabi SAW.

Hampir semua sahabat Nabi saw adalah muallaf. Mungkin dari golongan assabiqunal awwalun, hanya sedikit saja yang tidak muallaf, sebab mereka masuk Islam dari sebelum dewasa, misal Imam Ali kw, Sayyidah Fathimah r.a., Zaid bin Haritsah r.a, Ummul Mukminin Aisyah r.a. Namun, catatan sejarah tidak menyebut mereka sebagai muallaf. Bahkan hanya sebagian kecil saja orang dari generasi sahabat yang disebut muallaf.

Dalam konteks sejarah, maka dapat dilihat bahwa yang disebut muallaf itu biasanya para tawanan perang yang setelah bebas mereka tidak punya komunitas lagi, lalu masuk Islam. Atau tawanan yang memilih membebaskan dirinya dengan masuk Islam. Atau orang yang karena kabilahnya kalah perang, lalu "terpaksa" masuk Islam. Termasuk orang-orang Makkah yang masuk Islam karena pemerintah kotanya menyerah tanpa syarat kepada Rasul saw. Golongan terakhir ini secara khusus dalam sejarah disebut "thulaqa", orang-orang yang dibebaskan dari pembalasan "bala tentara Muhammad" (demikian orang-orang Mekkah menyebut pasukan kaum Muslim) asal mereka masuk Islam atau berlindung di rumah Abu Sufyan.

58

Syarif Hade Masyah, Hikmah di Balik Hukum Islam, (Jakarta: Mustaqim, 2002), h.


(61)

Untuk melunakkan hati pada "muallaf" itulah maka kepada mereka diberikan zakat atau bagian dari rampasan perang, untuk "membeli" hati mereka, agar lebih terikat kepada Islam. Pembagian inilah yang konon sempat menyulut kecemburuan sebagian sahabat Anshar, namun akhirnya mereka dapat menerimanya dengan penjelasan Rasulullah saw, "Apakah kalian masih iri bila mereka membawa harta ke rumahnya, sedangkan kalian membawa Rasulullah ke rumah kalian?"

Bisa dibilang, tidak satupun dari sahabat-sahabat Muhajirin yang disebut muallaf. Demikian juga kaum Anshar, sepertinya juga tidak disebut muallaf.

Disebutkan bahwa pengertian muallaf adalah: "orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah." Kalau ditinjau dari asal katanya, alafun berarti jinak, muallaf dapat bermakna orang yang dijinakkan, makanya dalam terjemah Al Quran ayat diatas biasanya "muallafatu quluubuhum" diartikan "muallaf yang dibujuk hatinya".

Namun tidak demikian, pada masa khalifah Umar bin Khatab, beliau memperlakukan ketetapan penghapusan bagian utama para muallaf karena umat Islam telah kokoh dan kuat. Para muallaf tersebut juga telah menyalahgunakan pemberian zakat dengan tidak melakukan syariat dan


(62)

mengganrungkan kebutuhan hidup dengan zakat sehingga mereka tidak berusaha.59

Pada masa pemerintahan Umar bin Khatab, ada dua orang muallaf dengan menemui Umar yaitu Uyainah bin Hisa dan Aqra` bin Habis meminta hak mereka dengan menunjukkan surat yang telah direkomendasi oleh khalifah Abu Bakar pada masa pemerintahannya. Tetapi Umar merobek surat itu dengan mengatakan: “Allah sudah memperkuat Islam dan tidak memerlukan kalian. Kalian tetap Islam atau hanya pedang yang ada”. Ini adalah suatu ijtihad Umar dalam menerapkan dalam suatu nash al-Qur`an yaitu surat at-Taubah ayat 60 yang menunjukkan pembagian zakat kepada muallaf. Umar melihat pada berlakunya tergantung pada keadaan, kepada siapa harus diberlakukan. Jika keperluan itu sudah tidak ada lagi, ketentuan itu pun tidak berlaku, inilah jiwa nas tadi”.

Dari penjelasan di atas penulis menarik kesimpulan bahwa muallaf itu orang yang baru pindah agama dari non Islam menjadi Islam. Karena mereka baru memeluk agama Islam, maka mereka berada pada posisi pihak yang sangat membutuhkan pembinaan dan bimbingan tentang agama Islam. Agar mereka dapat mengetahui dan memahami agama Islam untuk kemudian mengamalkan dalam sehari-hari.

59

Haidar Barong, Umar Bin Khatab Dalam Perbincangan, (Jakarta: Yayasan Cipta


(63)

55

DAN PROGRAM PEMBINAAN MUALLAF

A. Sejarah dan Perkembangan Masjid Agung Sunda Kelapa

Masjid Agung Sunda Kelapa adalah lembaga yang secara yuridis keberadaannya di bawah naungan (asset) pemerintahan daerah DKI Jakarta, walikotamadya Jakarta Pusat. Masa kepengurusan Masjid Agung Sunda Kelapa, berlaku selama 5 tahun, yang ditunjuk diangkat dan disyahkan oleh walikotamadya Jakarta Pusat. Masjid Agung Sunda Kelapa diresmikan pada tanggal 31 Maret 1971 oleh gubernur DKI Jakarta, Jend. KKO Ali Sadikin. Luas area Masjid Agung Sunda Kelapa mencapai 10000 m. Masjid Agung Sunda Kelapa mempunyai berbagai bidang di antaranya; bidang keagamaan, bidang sosial, bidang usaha, bidang pendukung operasi, dan kegiatan sosial.

Adapun Manajemen Masjid Agung Sunda Kelapa sebagai berikut:

1. Dewan Kehormatan, seperti:

a. Walikotamadya Jakarta Pusat,

b. H. Try Sutrisno,

c. DR. Ing. H. Fauzi Bowo,


(64)

e. H. Wiyogo Atmodharminto,

f. Drs. H. Husein Soeropranoto.

2. Dewan Pakar, seperti:

a. Prof. DR. H. M. Quraish Shihab, M.A

b. Prof. DR. H. Nasaruddin Umar, M.A

c. DR. K.H. Zakky Mubarak, M.A

d. DR. K.H. Masyroeri Naim, M.A

e. Drs. H. Saifuddin Amsir

f. Drs. K.H. Ahmad Nur Alam Bakhtiar

3. Dewan Pengurus, seperti:

a. Ketua Umum,

b. Wakil Ketua Umum,

c. Sekretaris Umum,

d. Wakil Sekretaris Umum,

e. Bendahara Umum,


(65)

4. Bidang Keagamaan:

Bidang keagamaan adalah suatu bidang yang dipimpin oleh seorang kepala bidang keagamaan, yang bertugas untuk memberikan dukungan dalam:

a. Pelaksanaan ibadah mahdhah

b. Penyusunan jadwal pengajian atau dakwah

c. Penyelenggaraan majelis-majelis taklim

d. Penyelenggaraan bimbingan ibadah haji dan umrah

e. Pengumpulan dana zakat, infaq, shadaqah dari jama`ah

f. Pengislaman dan bimbingan muallaf

g. Konsultasi agama

h. Eksplorasi materi pengajian, yang diberikan kepada jama`ah secara gartis

5. Bidang Sosial:

Bidang sosial adalah suatu bidang yang dipimpin oleh seorang kepala bidang sosial, bertugas untuk memberikan dukungan dalam:

a. Pembinaan terhadap individu, dengan menyelenggarakan beasiswa dan bantuan biaya sekolah (pendidikan) terhadap anak-anak yatim dan piatu, miskin dan kaum dhu`afa.


(66)

b. Pembinaan terhadap institusi, kepada masjid, mushollah, pesantren, madrasah, bencana alam, dan lain-lain.

c. Pembinaan kegiatan Remaja Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA).

d. Rumah sehat untuk kaum dhu`afa.

e. Konsultas kesehatan cuma-cuma untuk jama`ah.

f. Konsultasi pencegahan penyalahgunaan narkoba.

6. Kegiatan Sosial:

a. Pelayanan Kesehatan:

1). Pelayanan kepada jama`ah dengan cuma-cuma, dibantu oleh beberapa orang dokter dan perawat.

2). Tim dokter berkiprah sosial, melayani pasien dengan cuma-cuma dalam rangka ibadah.

3). Waktu pelayanan:

(a). Hari jum`at ba`da sholat jum`at

(b). Ahad, ba`da kuliah dhuha

b. Pemulasaraan Jenazah:


(67)

2). Mempunyai 2 tim (1 tim laki-laki dan 1 tim perempuan) untuk pelayanan

3). Melayani jama`ah beserta keluarga dan masyarakat umum

c. Konsultasi Agama, Keluarga, dan Narkoba:

1). Masalah agama dan keluarga

2). Masalah narkoba, dikaitkan dengan keagamaan (Masjid Agung Sunda Kelapa adalah Pilot Project Community Based Unit atau CBU Badan Narkotika Nasional )

d. Rumah Sehat:

1). Kerjasama dengan dompet dhu`afa Republika

2). Pasien adalah orang dhu`afa

7. KegiatanKeagamaan:

a. Kuliah dhuha, ahad pukul 06.30-08.30 dimulai dengan tadarus

b. Pengajian ba`da maghrib (senin sampai dengan kamis) pukul 17.30-20.30 yang diawali tadarus bersama:

1). Tafsir Al-Misbah, oleh Prof. DR. H. M. Quraish Shihab, M.A

2). Tasawuf, oleh Prof. DR. H. Nasaruddin Umar, M.A


(68)

4). Perbandingan Madzhab, oleh Prof. DR. K.H. Umar Shihab, M.A

5). Tauhid, oleh Prof. DR. H. Hamdani Anwar, M.A

6). Hadits, oleh Prof. DR. K.H. Mustafa Ali Yaqub, M.A

7). Sejarah Peradaban Islam, oleh Prof. DR. K.H. Said Agil Siradji, M.A

8). Fiqih, oleh DR. K.H. Masyhoeri M. Naim, M.A

9). Issue Islam Kontemporer, oleh Prof. DR. H. Azyumardi Azra, M.A

10). Tafsir QS. Yasin, oleh Drs. K.H. Umay Dja`far S. Shiddieq, M.A

11). Tajwid Al-Qur`an, oleh Drs. H. Fathurin Zen, S.H, M. SI

12). Pendidikan Anak Usia Dini, oleh Hj. Neno Warisman

13). Konsultasi agama dan keluarga, setiap hari dan jam kerja

14). Pengislaman, rata-rata 10-15 orang setiap pekan

15). Menyalurkan da`i yang tegabung dalam bidang agama untuk mengisi kegiatan khatib jum`at, dakwah, dan lain-lain di berbagai masjid, instansi pemerintah maupun swasta.

16). Dialog rutin antara pengurus atau khatib dengan jama`ah (tiap hari jum`at minggu pertama setiap bulan).

17). Sholat tasbih, setiap jum`at pertama di awal bulan.


(69)

19). Penerbitan bulletin jum`at “titian dakwah”. Bulletin terdiri atas transkip khutbah jum`at di Masjid Agung Sunda Kelapa.

20). Penerimaan zakat

21). Pemberian buku eksplorasi pengajian kepada jama`ah secara gratis

22). Sholat `Idul Fitri dan `Idul Adha

23). Pemotongan hewan qurban

24). Wisata ruhani di luar masjid (tafakur alam) dalam waktu tertentu

25). Tadarus Ramadhan

26). I`tikaf:

1). Bulanan, setiap sabtu-ahad awal bulan

2). Tahun baru masehi

3). Tahun baru Islam

4). Peringatan Hari Besar Islam (PHBI)

27). Buka puasa sunnah setiap senin dan kamis, gratis untuk jama`ah

8. Pendidikan Islam Sunda Kelapa (PISKA):

a. Pendidikan rutin PISKA, diantaranya adalah:

b. TKA Play Group untuk usia 4-5 tahun (TK)


(70)

d. TQA usia 13-15 tahun (kelas 1-3 SLTP)

e. Kegiatan belajar mengajar (pendidikan) dilaksanakan mulai hari senin sampai dengan hari jum`at pukul 15.00 sampai dengan 16.45

9. Pembinaan Anak Asuh Sunda Kelapa (PASKA):

a. Jumlah anak didik yang terdaftar di PASKA adalah 200 orang (80 laki-laki dan 120 perempuan) dengan kisaran usia antara 6 sampai dengan 18 tahun (SD, SLTP, SLTA mapun yang sudah lulus SLTA).

b. Adapun anak asuh yang mendapatkan fasilitas beasiswa sekolah berjumlah 60 orang dengan ketentuan anak tersebut harus berprestasi dan berasal dari keluarga kurang mampu atau putus sekolah.

c. Kegiatan-kegiatan:

1). Pengajian rutin mingguan, dilaksanakan setiap hari ahad

2). Pesantren kilat Ramadhan

3). Studi tour (tafakur alam)

4). Khitanan missal

5). Pengajian orang tua (dari anak asuh) diselenggarakan setiap bulan


(71)

10. Remaja Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA):

a. Studi Dasar Terpadu Nilai Islam (SDTNI), setiap sabtu pukul 16.00 sampai dengan sholat Isya.

b. Studi Dasar Islam Siswa (SDIS), setiap ahad pukul 10.00 sampai dengan sholat Dzuhur.

c. Studi Lanjutan Terpadu Nilai Islam (SLTNI), setiap ahad pukul 10.00 sampai dengan sholat Dzuhur.

d. Bimbingan Membaca Al-Qur`an (BMAQ), setiap ahad pukul 10.00 sampai dengan sholat Dzuhur.

e. Pendidikan Keputrian, setiap ahad pukul 13.00-16.00

f. Pelatihan Kesenian, setiap ahad, jenis kegiatan; musik, theater, puisi

g. Pelatihan dasar fotografi, setiap ahad

h. Pendidikan jurnalis

i. Adik Asuh RISKA

j. Pengajian Akhir Pekan RISKA, setiap jum`at malam ba`da maghrib pukul 18.30-20.30 diawali dengan tadarus jama`ah


(72)

B. Visi dan Misi Masjid Agung Sunda Kelapa

1. Visi Masjid Agung Sunda Kelapa yaitu menjadikan masjid sebagai tempat ibadah mahdhah dan sarana penguatan ummat dalam berbagai lapangan kehidupan.

2. Misi Masjid Agung Sunda Kelapa yaitu menyelenggarakan kegiatan ibadah mahdhah, baik yang rutin maupun yang insidentil, menyelenggarakan kegiatan dakwah diberbagai lapangan (lisan, tulisan, audio, video dan internet), menyelenggarakan pengajian, pelatihan dan kursus-kursus diberbagai kalangan dan level, menyelenggarakan kegiatan ekonomi untuk meningkatkan ta`mir dan pelayanan jama`ah seperti, kegiatan haji dan umrah, koperasi, ZIS, dan penyewaan gedung serta pelayanan pemulasaraan jenazah.


(73)

D. Sejarah dan Perkembangan Program Pembinaan Muallaf

Masjid Agung Sunda Kelapa diresmikan pada tanggal 31 Maret 1971 berkembang dengan berbagai kegiatan taklim. Ada seseorang yang ingin mendapatkan bimbingan tentang Islam dan pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa siap melayani orang tersebut. Dan perkembangan demi perkembangan, Masjid Agung Sunda Kelapa membuka untuk siapa saja yang ingin masuk Islam sekaligus membuka program pembinaan muallaf dan tidak dipungut biaya sekaligus mendapatkan sertifikat dari pihak Masjid Agung Sunda Kelapa.

Masjid Agung Sunda Kelapa melayani pengislaman sekaligus membuka program pembinaan mualaf sejak tahun 1992 sampai sekarang dan terdapat 16.024 muallaf. Pembinaan muallaf Masjid Agung Sunda Kelapa adalah salah satu yang bergerak di bidang dakwah yang mempunyai peran strategis dalam meningkatkan pemahaman ajaran agama Islam bagi muallaf. Pembinaan berperan dalam membantu muallaf memberikan pengertian lebih dalam tentang Islam yang mereka yakini dan memantapkan keyakinan mereka dengan hati mereka serta sebagai sarana silaturrahmi kepada para muallaf dan yang mau akan mengenal Islam.

Di Masjid Agung Sunda Kelapa khususnya, pembinaan dilakukan dengan memberikan empat materi, yaitu Pertama, Study Dasar Islam yang dilaksanakan setiap hari minggu pukul 09.00-18.00 dan diisi oleh H. Anwar Sujana S.Ag, Kedua, Fiqhih Ibadah yang dilaksanakan setiap hari senin pukul 09.30-11.00 dan diisi oleh Drs. H. Ahmad Fauzi, Ketiga, Aqidah dan Akhlak yang dilaksanakan


(1)

88

Lestari, Ending dan Malik, Komunikasi yang Efektf, Jakarta, Lembaga Administrasi Negara, 2003

Liliweri, Alo, Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007

Mangunhardjana, Pembinaan Arti dan Metodenya, Yogyakarta, Kanisius, 1986

Masyah, Syarief Hade, Hikmah di Balik Hukum Islam, Jakarta, Mustaqim, 2002

Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi, Jakarta, Bumi Aksara, 2009

Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2007

---, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2002

Roestandi, Ahmad, Ensiklopedi Dasar Islam, Jakarta, Pradaya Paramita, 1993

Rumanti, Maria Assumpte, Dasar-dasar Publik Relations Teori dan Praktis, Jakarta, Grasindo, 2002

Sukardi, Dewa Ketut, Bimbingan dan Konseling, Jakarta, Rineka Cipta, 1998


(2)

89

Susanto, Phil Astrid S, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, Bandung, Bina Cipta, 1998

Widjaja, H.A.W, Ilmu Komunikasi Pengatar Studi, Jakarta, Rineka Cipta, 2002

---, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta, Bumi Aksara, 1997


(3)

Muallaf sangat serius melihat pemutaran gambar yang diberikan oleh pembina.

Pembina memutarkan gambar sekaligus menjelaskan apa yang ada di gambar tersebut dengan menggunakan OHP.


(4)

Terjadi komunikasi antara pembina-muallaf, muallaf-pembina, muallaf-muallaf.


(5)

Pembina memutarkan film mengenai kehidupan Islam pada sesi kedua dan ketiga dengan menggunakan pola bintang.


(6)

Proses pengislaman di Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta