Penetrasi Sosial Dan Dakwah Steven Indra Wibowo Dalam Pembinaan Mualaf Di Mualaf Center Indonesia

(1)

PENETRASI SOSIAL DAN DAKWAH STEVEN INDRA WIBOWO DALAM PEMBINAAN MUALAF DI MUALAF CENTER INDONESIA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Sarjana Ilmu Sosial (S. Sos)

Oleh:

Agun Akbar Tabrani NIM: 1112051000117

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1437 H/ 2016M


(2)

ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul “Penetrasi Sosial dan Dakwah Steven Indra Wibowo dalam Pembinaan Mualaf di Mualaf Center Indonesia”, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Selasa, 27 September 2016. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial (S. Sos) pada program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 27 September 2016

Sidang Munaqasyah

Ketua Sekretaris

Dr. H. Roudhonah, M.Ag Dedi Fahrudin, M.Ikom

NIP. 19580910 198703 2 001 NIP. 19791208 201411 1 001

Penguji I Penguji II

Dr. H. A. Ilyas Ismail, MA Umi Musyarrofah, MA

NIP. 1963045 199403 1 001 NIP. 1971081 6199703 2 002

Dosen Pembimbing

Fita Fathurrokhmah, M.Si


(3)

iii

PENETRASI SOSIAL DAN DAKWAH STEVEN INDRA WIBOWO DALAM PEMBINAAN MUALAF DI MUALAF CENTER INDONESIA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Sarjana Ilmu Sosial

(S. Sos)

Oleh:

Agun Akbar Tabrani

NIM: 1112051000117

Dosen Pembimbing,

Fita Fathurrokhmah, M.Si

NIP. 198306102009122001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1437 H / 2016M


(4)

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial (S. Sos) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya saya atau merupakan hasil

jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 September 2016


(5)

v ABSTRAK Agun Akbar Tabrani

NIM: 1112051000117

Penetrasi Sosial dan Dakwah Steven Indra Wibowo dalam Pembinaan Mualaf di Mualaf Center Indonesia

Maraknya isu-isu teroris yang membuat citra negatif pada umat Islam, muncullah seorang mualaf yang dilatarbelakangi oleh keingintahuannya mengenai kebenaran dalam agama Islam. Keraguan dan kebimbangan atas apa yang dipelajarinya saat memeluk agama Katholik, membuat Steven Indra Wibowo mengalami krisis kepercayaan dalam dirinya. Memulai dengan belajar Islam secara bertahap sampai mendirikan Mualaf Center Indonesia

untuk membantu para mualaf mempelajari tentang agama Islam. Steven melakukan proses komunikasi antar pribadi dengan langkah-langkah penetrasi sosial dan melakukan dakwah fardiyah terhadap calon mualaf dan mualaf dimana latar belakang Steven bukanlah seorang ulama melainkan seorang mualaf juga.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka timbul pertanyaan bagaimana penetrasi sosial yang dilakukan Steven Indra Wibowo pada Orientation Stage, Exploratory Stage, Affective Stage, Stable Stage and Depenetration Stage? Dan bagaimana tahapan dakwah Steven Indra Wibowo dalam membina mualaf di Mualaf Center Indonesia?.

Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme dimana realitas ada merupakan hasil konstruksi dari kemampuan berfikir seseorang. Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan sifat penelitian deskriptif. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus yang merupakan strategi penelitian dimana didalamnya menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktifitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu, aktifitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori penetrasi sosial Irwin Altman dan Taylor yang membahas tentang bagaimana proses komunikasi interpersonal. Teori ini menjelaskan tentang proses terjadinya pembangunan hubungan interpersonal secara bertahap dalam pertukaran sosial. Tahapan dalam teori ini adalah Orientation Stage, Exploratory Stage, Affective Stage, Stable Stage and Depenetration Stage.

Berdasarkan temuan peneliti, komunikasi interpersonal dengan langkah penetrasi sosial Steven terjadi pada lima tahap. Pada Orientation Stage, perkenalan berawal dari website. Steven maupun mualaf sangat berhati-hati untuk menyampaikan sesuatu sehingga yang dibicarakan hanya hal yang bersifat umum saja. Pada Exploratory Stage, mereka mulai membuka diri dengan informasi yang bersifat pribadi. Pada Affective Stage, mereka mengalami perasaan kritis dan evaluatif pada level yang lebih dalam. Komunikasi mereka berjalan spontan karena satu sama lain sudah merasa nyaman. Pada Stable Stage, informasi yang mereka bicarakan sudah sangat dalam mengenai soal nilai ataupun konsep diri. Pada Depenetration Stage, mereka mengalami konflik berdebat tentang agama. Akan tetapi, hubungan mereka kembali membaik dimana Steven meningkatkan informasi pengalaman-pengalaman pribadi untuk mengevaluasi pada level yang lebih dalam. Dalam tahapan dakwah, Steven mengutamakan untuk menyampaikan kebenaran karena Allah SWT, memberikan pengetahuan disesuaikan pada rukun Islam dan rukun iman serta menumbuh kembangkan dakwahnya dengan memberikan tugas yang berhubungan tentang pengetahuan Islam karena mualaf juga dibina untuk meneruskan perjalanan dakwah Steven Indra wibowo.


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, serta shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Penetrasi Sosial dan Dakwah Steven Indra Wibowo dalam Pembinaan Mualaf di Mualaf Center Indonesia”.

Dalam penyusunan skripsi memang tidak selalu mudah dan membutuhkan proses yang cukup lama. Selayaknya proses pengerjaan skripsi, ada masa dimana penulis mengalami pasang surut. Ini merupakan ujian terberat dimana terkadang fisik lelah, mental dan pikiran bertarung untuk dapat melawan rasa malas. Ditambah lagi adanya kerjaan yang harus diselesaikan terlebih dahulu dan ini membuat penyusunan skripsi sempat tertunda. Namun, semangat yang tak pernah padam untuk bisa mendapatkan gelar strata satu disertai kerja keras akhirnya bisa melawan semua rasa itu.

Oleh karena itu dengan segala ketulusan, perkenankan penulis untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis, dengan bimbingan, arahan, serta semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, terutama kepada:

1. Dr. Arif Subhan, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih juga kepada Dr. Suparto, M. Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Dr. H. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.

2. Drs. Masran, MA selaku Ketuan Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.


(7)

vii

3. Fita Fathurokhmah, M.Si sebagai pembimbing penulis yang telah memberikan bimbingan khusus dan petunjuk yang sangat berharga, dengan keramahannya selalu memberikan kemudahan, dorongan, bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dari awal hingga akhir dengan penuh kesabaran dan dedikasi yang tinggi. Semoga Allah SWT memberikan keberkahan di setiap aktivitas.

4. Prof. Andi Faisal Bakti, MA, Ph. D selaku Dosen Pembimbing Akademik.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang memberikan ilmu dengan harap ilmu yang didapat menjadi bermanfaat kepada peneliti selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam urusan administrasi selama perkuliahan dan penelitian skripsi ini.

7. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah melayani peminjaman buku-buku literatur sebagai referensi dalam penulisan skripsi ini.

8. Steven Indra Wibowo selaku pimpinan Mualaf Center Indonesia, Eduard Van der Elst dan Hanny Kristianto yang telah membantu penulis untuk dijadikan narasumber dan telah meluangkan waktu serta banyak memberikan informasi yang bermanfaat selama penyusunan skripsi ini.

9. Orang tua tercinta yaitu ayah saya bernama Fachri Hasibuan dan Ibu saya bernama Suryanih Tabrani yang selalu ada untuk penulis dalam susah dan senang. Orang yang senantiasa selalu menjadi panutan bagi penulis atas ketangguhan dan keberaniannya mengajarkan manis pahitnya kehidupan.


(8)

viii

10.Dian Andriani yang telah memberikan banyak dorongan, ide, dan doa kepada penulis. Terima kasih untuk semua waktu, perhatian, dan cerita yang selama ini terukir. 11.Teman seperjuangan skripsi, Rahmat Agung Aditya, Kaisan Putra, Ajeng Eka, Anggita

Maya Susanti, Nina Nurlina, Dewi Mufarrihah, Alif Prabowo, Rama Zaidhan, dan Afrizal Putra Ilmi.

12.Keluarga KONTRAS Musik dan teman-teman KKN CELEBRATION, Abdul Mughni, Adam, Laily, Siti Rizka Amalia,Jayanti, Radianti, Fadil, Bimo, Ratna, Nicky, Nadya, Febrina, Dita, Deedat, dan Rizky. Terima kasih untuk kebersamaan yang singkat namun berkesan. Semoga selalu kompak dan tetap menjaga silaturahmi.

13.Untuk semua pihak yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Tanpa mengurangi rasa hormat, penulis ucapkan terima kasih yang begitu besar. Semoga apa yang telah dilakukan adalah hal yang terbaik dan hanya Allah yang dapat membalas segala kebaikan dengan balasan terbaik-Nya. Amin.

Akhir kata penulis hanya bisa berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan khususnya bagi diri penulis sendiri.

Jakarta, 27 September 2016

Agun Akbar Tabrani NIM.1112051000117


(9)

ix DAFTAR ISI

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... ix

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Metodologi Penelitian ... 7

F. Teknik Analisis Data ... 10

G. Pedoman Penulisan ... 11

H. Tinjauan Pustaka ... 11

I. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II ... 14

LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL ... 14

A. Teori Penetrasi Sosial Irwin Altman dan Dalmas Taylor ... 14

1. Asumsi Teori Penetrasi Sosial ... 15

2. Model Teori Penetrasi Sosial ... 16

B. Dakwah ... 19

1. Pengertian Dakwah ... 19

2. Tahapan Dakwah ... 19

3. Ruang Lingkup Mualaf ... 24

BAB III ... 29

GAMBARAN UMUM ... 29

A. Mualaf Center Indonesia ... 29

1. Profil Mualaf Center Indonesia ... 29

2. Tampilan Logo dan Website Mualaf Center Indonesia ... 30

3. Struktur Jajaran Pengurus Mualaf Center Indonesia ... 31

B. Profil Steven Indra Wibowo ... 32


(10)

x

BAB IV ... 39

TEMUAN DAN ANALISIS DATA ... 39

A. Analisis Penetrasi Sosial Steven Indra Wibowo di Mualaf Center Indonesia . 39 B. Analisis Dakwah Steven Indra Wibowo di Mualaf Center Indonesia ... 47

BAB V ... 57

PENUTUP ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 59


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Fenomena mualaf hadir di tengah-tengah isu teroris yang menimpa umat Islam. Isu teroris tersebut membentuk citra negatif pada umat Islam. Akan tetapi, pada kenyataannya mualaf tetap memiliki ketertarikan dan keinginan kuat untuk mempelajari dan memperdalam Islam.

Perkembangan spiritual yang mengandung perubahan keyakinan atau kepercayaan itu mempunyai beberapa alasan yang cukup signifikan. Pindah agama tentu bukanlah suatu hal yang mudah, karena misalnya disebabkan adanya perasaan keraguan dan kebimbangan dalam menghadapi persoalan kehidupan dunia. Ketidakmampuan dan ketidakpuasan seseorang dalam menyelesaikan masalah kehidupan, cenderung mencari jalan alternatif atau solusi lain yang lebih memadai dan mencari untuk yang lebih jelas dan lebih tegas lagi. Bentuk konsep alternatif ini sangat beragam, oleh karena itu sangat tergantung pada siapa atau apa yang memengaruhi pola pikirnya.1

Pindah agama pada umumnya terjadi karena seseorang merasakan hilangnya kepercayaan diri terhadap suatu agama yang selama ini sangat diyakininya. Keyakinan yang dimaksud adalah agama yang tidak dapat memberikan ketenangan dan kedamaian jiwanya, sehingga terjadi krisis atau stagnan pada diri seseorang.2 Krisis kepercayaan ini adalah akibat ketidakpuasan terhadap agamanya yang selama ini dianut dan dianggap sebagai sandaran utama dalam mengisi kegiatan spritualnya.

1 Zakiah Derajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), h.160. 2 Zakiah Derajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), h.164.


(12)

2

Dakwah dalam Islam merupakan dakwah baik dalam pemikiran dan praktek. Hal ini dapat kita lihat di dalam ayat-ayat suci Al-Quran. Al-Quran adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada Rasul berisi pedoman, petunjuk, dan sentral segala wacana ideologi kehidupan untuk mencapai kesuksesan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.3

Dalam rangka menjadikan Al-Quran sebagai petunjuk dan pedoman di dalam kehidupan, diperlukan langkah-langkah pasti berupa proses pengkajian, pemahaman, penafsiran dan sosialisasi nilai-nilai Al-Quran ditengah kehidupan bermasyarakat. Itulah tujuan dakwah Islamiyah, yaitu membangun nilai-nilai Islam di tengah kehidupan.

Setiap perkataan, pemikiran, atau perbuatan yang secara eksplisit ataupun implisit mengajak orang ke arah kebaikan (dalam perspektif Islam), perbuatan baik, amal shaleh atau menuju kebenaran dalam bingkai ajaran Islam, juga disebut dakwah.4 Definisi

dakwah yang dikemukakan oleh para ahli antara lain: “Usaha menyerukan dan

menyampaikan kepada perseorangan manusia dan seluruh umat tentang pandangan dan

tujuan hidup manusia di dunia yang meliputi amar ma’ruf nahi munkar, dengan

berbagai macam media dan cara yang diperbolehkan oleh akhlak dan membimbing pengalamannya dalam perikehidupan perseorangan, berumah tangga, bermayarakat, dan bernegara” (Muhammad Natsir, 2000)

ىىِه َِِلٱِب مُِْْدٰىجىو ِةىىسىْْٱ ِةىظِعْوىمْلٱىو ِةىمْكِْْٱِب ىكِبىر ِليِبىس ٰىَِإ ُعْدٱ

ىَنِدىَْْ ُمْلٱِب ُمىلْعىأ ىوُهىو

ۦ

ِهِليِبىس َىع َلىض َىِِ ُمىلْعىأ ىوُه ىكَبىر َنِإ َُىسْحىأ

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.

3 http://www.lampuislam.org/2014/08/metode-berdakwah-untuk-mengajak-non.html, diakses 14 April

pada pukul 19.10.

4 Asep Syamsul M. Romli, Komunikasi Dakwah: Pendekatan Praktis, (Bandung: ASM. Romli, 2014),


(13)

3

Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-nya dan dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”. QS An-Nahl: 125).

Dakwah ialah ajakan atau seruan ke jalan Allah yang dilakukan da’i (penyeru) kepada orang lain secara perseorangan dengan tujuan memindahkan al mad’uw pada

keadaan yang lebih baik dan diridhai Allah. Dakwah memiliki 3 pengertian untuk menyingkap dan mendekatkankannya kepada akal dan hati. Ketiga pengertian tersebut

adalah Mafhum Da’wah (seruan atau ajakan), Mafhum Haraki (gerakan) dan Mafhum

Tanzhimi (pengorganisasian).5

Dalam tugas penyampaian dakwah Islamiyah, subjek dakwah memerlukan seperangkat pengetahuan dan kecakapan dalam bidang strategi. Selain itu, pola berpikir dengan pendekatan sistem, dimana dakwah merupakan suatu sistem dan strategi merupakan salah satu dimensinya, maka strategi mempunyai peranan dan kedudukan yang sejajar dan sederajat dengan unsur-unsur lainnya seperti tujuan dakwah, objek dakwah, sumber dakwah maupun kelengkapan dakwah lainnya. Dengan menguasai strategi dakwah, maka pesan-pesan dakwah yang disampaikan pada objek dakwah akan mudah dicerna dan diterima dengan baik.6

Untuk mengenal Islam sebagai pedoman hidup tentu harus menyediakan waktu lama dan sarana penunjang yang memadai. Islam harus dipelajari melalui lembaga atau orang yang mempunyai pengetahuan cukup tentang keislaman. Kurangnya informasi tentang Islam yang perlu disampaikan tokoh agama misalnya Kyai dan Ustad yang memiliki minimnya pengetahuan dan ilmu tentang agama, akan berpengaruh pada salah persepsi dan antipati non muslim pada agama Islam. Karena itu, memilih lembaga atau

5 Prof. Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Metode Membentuk Pribadi Muslim, (Jakarta: Gema Insani,

2004), h 29.


(14)

4

orang yang akan dijadikan rujukan untuk belajar ilmu agama dan mengetahui pemahaman agama menjadi sangat penting.

Berbicara masalah pembinaan mualaf, tidak jauh berbeda ketika berbicara masalah pembinaan terhadap orang Islam lainnya, dimana hal tersebut dapat dilakukan oleh siapapun dan lembaga apapun. Akan tetapi selama ini yang menjadi masalah adalah banyak lembaga-lembaga seperti masjid maupun majelis-majelis yang hanya melakukan proses pengislaman saja dan tidak ada tindaklanjutnya.

Dalam kegiatan pemberdayaan atau pembinaan terhadap mualaf, menjadi suatu hal yang sangat penting. Karena sebagai orang yang menjalani keyakinan baru haruslah memahami prinsip-prinsip ajarannya yang merupakan pedoman yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Suatu hal yang mustahil apabila seseorang dapat memetik manfaat dari suatu ajaran sedangkan tidak mempelajari dan memahami ajaran tersebut.7

Mualaf Center Indonesia adalah lembaga yang bisa membantu seseorang untuk mau masuk Islam. Tersedia web situs www.mualafcenter.com yang menyediakan pendaftaran untuk bersyahadat dan berupaya mendampingi mualaf untuk mempelajari Islam dengan mengisi form data diri yang telah disediakan di situs tersebut.

Mualaf Center Indonesia didirikan oleh Steven Indra Wibowo. Dia mantan seorang Frather (Imam gereja katolik) di Paroki, Jakarta Utara. Sedangkan Ayahnya adalah seorang aktifis di GKI (Gereja Kristen Indonesia) dan Gereja Bethel. Di kalangan para aktifis Gereja Kristen Indonesia dan Gereja Bethel, Ayahnya bertugas sebagai pencari dana di luar negeri bagi pembangunan gereja-gereja di Indonesia.

Sampai pada akhirnya Steven Indra Wibowo di sekolahkan ke Saint Michael’s College

7 Anwar R. Prawira, Petunjuk Praktis bagi Calon Pemeluk Agama Islam, (Jakarta: YPI Al-Izhar, 2001),


(15)

5

di Worcestershire, Inggris, yaitu sebuah sekolah tinggi khusus Katolik, mengambil jurusan Islamologi.8 Islamologi adalah ilmu tentang agama Islam dengan seluk-beluknya. Lingkup bahasannya adalah yang paling luas. Meliputi pengetahuan tentang Islam, hukum dan lembaga keagamaan, filsafat, kebudayaan, sejarah, politik ekonomi Islam, dan lain sebagainya.9 Steven Indra Wibowo dalam menjalani pendidikan di S

Saint Michael’s College, mengalami perubahan pola pikir tentang keyakinan antara Katolik dan Islam.

Steven goyah akan kepercayaan yang selama ini diyakininya. Dia memutuskan untuk masuk Islam. Memulai dengan belajar Islam mulai dari nol dan bertahap sampai mendirikan Mualaf Center Indonesia (MCI). Steven membantu para mualaf yang diawali pertemuan dari web yang tersedia dan bertemu secara langsung, saling berkenalan satu sama lain, saling berbagi cerita maupun pengalaman dan berupaya untuk membuka diri berusaha lebih dekat dalam hal pribadi untuk mendampingi, membantu dalam mengucapkan syahadat, mengarahkan dan meluruskan dalam mempelajari Islam. Steven Indra wibowo melakukan komunikasi antar pribadi dengan calon mualaf dan mualaf dengan langkah pendekatan menuju keterbukaan dalam hal komunikasi seperti penetrasi sosial. Maka dari itu penulis meneliti lebih dalam proses komunikasi antar pribadi dengan penetrasi sosial Steven dengan mad’u. Menariknya penelitian ini yaitu bagaimana proses komunikasi antar pribadi yang dilakukan Steven Indra Wibowo dengan calon mualaf dan mualaf dengan langkah-langkah penetrasi sosial. Penulis ingin menjawab persoalan komunikasi antar pribadi Steven Indra

Wibowo selaku da’i yang melakukan dakwah terhadap calon mualaf dan mualaf,

8 www.republika.co.id/berita/shortlink/60441, di akses 15 April pada pukul 15.30. 9 Maulana Muhammad Ali, Islamologi, (Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah, 2007), h 6.


(16)

6

dimana latar belakang pengetahuan keagamaan Steven bukan seorang ulama melainkan seorang mualaf juga.

Atas dasar inilah penulis merasa tertarik dan memandang perlu untuk meneliti dengan judul skripsi “Penetrasi Sosial dan Dakwah Steven Indra Wibowo dalam Pembinaan Mualaf di Mualaf Center Indonesia”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Penulis membatasi masalah penelitian ini pada proses penetrasi sosial yang dilakukan Steven Indra Wibowo dalam dakwah untuk membina mualaf di Mualaf Center Indonesia. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1) Bagaimana penetrasi sosial yang dilakukan Steven Indra Wibowo pada

Orientation Stage, Exploratory Stage, Affective Stage, Stable Stage, and Depentration Stage?

2) Bagaimana tahapan dakwah Steven Indra Wibowo dalam membina mualaf di

Mualaf Center Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Terkait dengan permasalahan yang telah dirumuskan oleh penulis, maka tujuan penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui penetrasi sosial yang dilakukan Steven Indra Wibowo pada Orientation Stage, Exploratory Stage, Affective Stage, Stable Stage and Depenetration Stage?

2) Untuk mengetahui bagaimana dakwah dalam pembinaan mualaf di Mualaf Center Indonesia?


(17)

7 D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1) Manfaat Akademis

Penulis berharap penelitian ini dapat memperkaya kajian ilmu komunikasi antar pribadi serta teori penetrasi sosial Irwin Altman dan Taylor tentang langkah-langkah dalam proses adaptasi, menjalin kedekatan antara komunikator dan komunikan agar pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh komunikan. 2) Manfaat Praktis

Penetrasi sosial dapat dimanfaatkan bagi individu komunikator dan komunikan yang mengalami kesulitan beradaptasi, kesulitan menjalin hubungan dalam komunikasi, maka dapat digunakan teori penetrasi sosial.

E. Metodologi Penelitian

1) Paradigma Penelitian

Menurut Bogdan dan Biklen (1982:32), paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berfikir dan penelitian.10 Pada penelitian ini paradigma yang

digunakan adalah konstruktivisme. Realitas ada merupakan hasil konstruksi dari kemampuan berfikir seseorang. Perlu tercipta interaksi antara peneliti dan yang diteliti, agar mampu merekonstruksi realitas yang diteliti melalui metode kualitatif.11 Untuk itu peneliti akan melakukan penelitian dengan Steven Indra Wibowo di Mualaf Center Indonesia.

10 Dr. Lexy J. Moleong, M. A., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

1997), h. 30.

11 BurhanBungin, Sosiologi Komunikasi, (Teori, Paradigma, dan Discourse TeknologiKomunikasi di


(18)

8 2) Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan sifat penelitian deskriptif. Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.12

3) Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian studi kasus adalah penelitian yang meneliti fenomena kontemporer secara utuh dan menyeluruh pada kondisi yang sebenarnya, dengan menggunakan berbagai sumber data.13 Studi kasus merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktifitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan.14

4) Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Mualaf Center Indonesia. Sedangkan objek penelitiannya adalah Steven Indra Wibowo sebagai pendiri Mualaf Center Indonesia.

12 Dr. Lexy J. Moleong, M. A., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

1997), h. 3

13 Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd., Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2013), h. 121.

14 John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, (Bandung:


(19)

9 5) Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Mualaf Center Indonesia, Jl. Patra Tomang I No.10, Kb. Jeruk, Kota Jakarta Barat, dimulai dari bulan Agustus 2016 hingga bulan November 2016.

6) Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan bagian penting yang memiliki beberapa teknik. Teknik di bawah ini dilakukan dengan tujuan agar peneliti mendapatkan data yang lengkap dan tepat untuk penelitian ini. Berikut beberapa teknik dari pengumpulan data yang digunakan:

a. Wawancara Mendalam

Wawancara dilakukan penulis secara langsung dengan orang-orang yang dianggap perlu dan mewakili dalam penelitian ini seperti Steven Indra Wibowo selaku pendiri dari Mualaf Center Indonesia. Wawancara ini bertujuan untuk menggali keterangan yang mendalam seputar topik yang terkait dengan permasalahan ini sehingga terkumpul informasi yang diperlukan oleh penulis. b. Observasi Non Partisipasi

Observasi yang dilakukan penulis dengan tidak turun langsung atau sebagai penonton dan bertujuan untuk mengamati bentuk penetrasi sosial dakwah Steven Indra Wibowo dengan cara mengamati langsung kegiatan yang dilakukan dalam pembinaan mualaf di Mualaf Center Indonesia, Jalan Patra Tomang I No. 10, Kebon jeruk, Kota Jakarta Barat.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara mengambil data dari beberapa sumber baik elektronik maupun online terkait dengan Steven Indra


(20)

10

Wibowo. Sehingga data-data yang diperoleh dapat menguatkan penelitian serta mendukung kebenaran data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara.

F. Teknik Analisis Data

Ada tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam menganalisis data penelitian kualitatif yang dikemukakan Miles dan Huberman, yaitu reduksi data, paparan data dan penarikan kesimpulan. Berikut penjelasannya:15

1) Reduksi Data

Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dan mencari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya apabila diperlukan.16 Inventarisir data terkait dengan cara Steven Indra Wibowo dalam melakukan komunikasi antar pribadi dengan mualaf dan calon mualaf.

2) Paparan Data

Pemaparan data sebagai sekumpulan informasi tersusun, dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.17

3) Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan disajikan dalam bentuk deskriptif dengan berpedoman pada kajian penelitian.

15Imam Gunawan, S.Pd.,M.Pd., Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2013), h. 210.

16 Sugiyono, MetodePenelitian, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2007), h. 92.

17 Miles, Matthew danHuberman, A. Michael, Analisis Data Kualitatif:


(21)

11 G. Pedoman Penulisan

Pedoman penulisan ini menggunakan buku pedoman akademik, penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development Assurance)tahun 2007.

H. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian terkadang ada tema yang berkaitan dengan penelitian yang peneliti teliti sekalipun arah dan tujuan yang diteliti berbeda. Untuk dijadikan rujukan awal peneliti menemukan beberapa sumber kajian lain yang lebih terdahulu yang membahas terkait dengan penetrasi sosial dan dakwah dalam pembinaan mualaf.

Rujukan pertama berjudul “Peranan Majlis Muhtadin Al-falah dalam membimbing Mualaf di Masjid Al-falah Surabaya” oleh Laili Ilmi Nikmah mahasiswi UIN Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2009. Skripsi ini membahas peranan Majlis Muhtadin dalam membimbing mualaf di Masjid Al-falah Surabaya. Persamaan pada penelitian ini adalah keduanya meneliti tentang pembinaan mualaf. Kemudian perbedaan pada penelitian ini terletak pada subjeknya. Pada penelitian sebelumnya subjeknya adalah Majlis Muhtadin dan pada penelitian ini adalah Mualaf Center Indonesia. Terdapat perbedaan lain juga yaitu pada pembahasannya, dimana penelitian terdahulu membahas bagaimana peran Majlis Muhtadin dalam membimbing mualaf sedangkan pada penelitian ini membahas penetrasi sosial dakwah fardhiyah dalam pembinaan mualaf. Perbedaan selanjutnya terdapat pada teori yang digunakan, penelitian sebelumnya menggunakan teori Talcott Parsons tentang fungsional struktural dan penelitian ini menggunakan teori Irwin Altman dan Dalmas Taylor tentang penetrasi sosial. Penemuan pada penelitian sebelumnya adalah peran dari Majlis Muhtadin untuk menjadi tempat seputar proses pengikraran dan layanan apa saja yang


(22)

12

pada penelitian ini adalah dengan mengacu pada teori penetrasi sosial bahwasanya proses komunikasi memainkan peranan penting dalam perkembangan kedekatan hubungan dalam level interpersonal.

Rujukan kedua berjudul “Pelaksanaan Dakwah Terhadap Mualaf di Majlis Muhtadin Yogyakarta” oleh Mohammad Husein mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2009. Skripsi ini membahas tentang pelaksanaan dakwah terhadap mualaf di Majlis Muhtadi Yogyakarta. Persamaan didalam penelitian ini adalah meneliti tentang mualaf. Perbedaan dalam penelitian ini terletak pada subjeknya. Subjek dalam penelitian sebelumnya adalah Majlis Muhtadin Yogyakarta sedangkan penelitian ini adalah Mualaf Center Indonesia. Penemuan penelitian pada sebelumnya adalah bagaimana pelaksanaan dakwah yang dilakukan terhadap mualaf di Majlis Muhtadi Yogyakarta. Sedangkan penemuan pada penelitian ini adalah dengan mengacu pada teori penetrasi sosial bahwasanya proses komunikasi memainkan peranan penting dalam perkembangan kedekatan hubungan dalam level interpersonal.

I. Sistematika Penulisan

Agar pembahasan dapat dilakukan secara terarah dan sistematis, maka sistematika penulisan dalan penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini dibahas pendahuluan yang meliputi Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Teknik Analisis Data, Pedoman Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penelitian.


(23)

13

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL

Dalam bab ini dibahas tinjauan teoritis yang meliputi penjelasan tentang penetrasi sosial (teori penetrasi sosial oleh Irwin Altman dan Dalmas Taylor, pengertian penetrasi sosial, asumsi penetrasi sosial, model tahapan penetrasi sosial), dakwah (pengertian dakwah, tahapan dakwah), mualaf (pengertian mualaf dan keterkaitan antara penetrasi sosial dan dakwah) dan kedudukan mualaf dalam Islam.

BAB III GAMBARAN UMUM

Dalam bab ini dibahas tentang profil Mualaf Center Indonesia, logo Mualaf Center Indonesia, gambar tampilan website Mualaf Center Indonesia, struktur jajaran pengurus Mualaf Center Indonesia, dan profil Steven Indra Wibowo.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini dijelaskan tentang bentuk penetrasi sosial dan dakwah yang dilakukakan oleh Steven Indra Wibowo dalam melakukan pembinaan terhadap mualaf di Mualaf Center Indonesia.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini ditarik kesimpulan dari pembahasan dan hasil penelitian, serta memberikan saran sebagai bahan pertimbangan.


(24)

14 BAB II

LANDASAN TEORITIS dan KERANGKA KONSEPTUAL A. Teori Penetrasi Sosial Irwin Altman dan Dalmas Taylor

Teori penetrasi sosial adalah teori yang membahas bagaimana perkembangan kedekatan dalam sebuah hubungan. Teori penetrasi sosial dipopulerkan oleh Irwin Altman dan Dalmas Taylor (1973). Teori ini secara umum membahas tentang bagaimana proses komunikasi interpersonal. Teori yang menjelaskan proses terjadinya pembangunan hubungan interpersonal secara bertahap dalam pertukaran sosial. Teori Penetrasi sosial mempunyai peran yang besar dalam bidang psikologi dan komunikasi. Model teori penetrasi sosial menyediakan jalan yang lengkap untuk menggambarkan perkembangan hubungan interpersonal dan untuk mengembangkannya dengan pengalaman individu sebagai proses pengungkapan diri yang mendorong kemajuan hubungan.18

Di dalam teori ini terdapat sebuah analogi yang menggambarkan bagaimana teori ini dapat diaplikasikan. Analogi bawang merupakan analogi yang dapat menjelaskan bagaimana proses penetrasi sosial dalam hubungan dapat terjadi. Pada analogi bawang ini, terdapat pembagian-pembagian tingkat penetrasi sosial berdasarkan lapisan-lapisan yang ada di bawang tersebut. Lapisan-lapisan itu diibaratkan sebagai suatu proses kedalaman interaksi yang terjadi. Mulai dari lapisan hingga lapisan dalam, dimana memiliki proses yang berbeda-beda. Terdapat 5 tahap, yaitu Orientation Stage, Exploratory Stage, Affective Stage , Stable Stage and Depenetration. Disini dijelaskan bagaimana dalam proses berhubungan dengan orang


(25)

15

lain, terjadi berbagai proses gradual, di mana terjadi semacam proses adaptasi di antara keduanya.19

1) Asumsi Teori Penetrasi Sosial

a. Hubungan-hubungan memiliki kemajuan dari tidak intim menjadi intim. Hubungan komunikasi antara orang dimulai pada tahapan superfisial dan bergerak pada sebuah kontinum menuju tahapan yang lebih intim.20

b. Perkembangan hubungan mencakup depenetrasi (penarikan diri) dan disolusi.21 Hal ini dapat dipahami jika proses komunikasi sebelumnya terdapat banyak konflik yang cenderung destruktif atau konflik yang tidak berkesudahan maka hubungan ini akan semakin jauh. Karena, baik komunikator maupun komunikan merasa kurang nyaman antara satu sama lain. Akibatnya, masing-masing dari mereka semakin menjauhkan diri.

c. Pembukaan diri adalah inti dari perkembangan hubungan. Hubungan yang tidak intim bergerak menuju hubungan yang intim karena adanya keterbukaan diri.22

Penulis memahami bahwa inti dalam hubungan ialah keterbukaan diri, karena keterbukaan diri ini ibarat sebuah jembatan yang dapat menghubungkan dua kubu. Ketika kedua belah pihak baik komunikator maupun komunikan sudah saling terbuka, maka memungkinkan untuk saling mengenal dan saling memahami satu sama lain. Sehingga akan timbul rasa nyaman dan rasa saling ingin mepertahankan kedekatan atau hubungan.

19 Griffin, Emory A, A First Look at Communication Theory, 5th edition, (New York: McGraw-Hill,

2003), h 132

20 Richard West & Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi (Jakarta:

Penerbit Salemba Humanika, 2012), h 197.

21 West & Turner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi, h 199 22 West & Turner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi, h 199


(26)

16 2) Model Teori Penetrasi Sosial

a. Tahap Pertama (Orientation Stage)

Lapisan kulit terluar dari kepribadian manusia adalah apa-apa yang terbuka bagi publik. Apa yang biasa diperlihatkan kepada orang lain secara umum, tidak ditutup-tutupi. Dan jika mampu melihat lapisan yang lebih dalam lagi, maka disana ada lapisan yang tidak terbuka bagi semua orang, lapisan kepribadian yang bersifat semiprivate. Lapisan ini biasanya hanya terbuka bagi orang-orang tertentu saja. Maka informasinya bersifat superficial. Informasi yang seperti nama, alamat, umur, suku dan lain sejenisnya.23 Informasi yang

mengalir saat berkomunikasi dengan orang yang baru dikenal. Tahapan ini sendiri disebut dengan tahap orientasi. membuka sedikit demi sedikit, yang merupakan tahapan awal dalam interaksi dan terjadi pada tingkat publik. Disini hanya sedikit dari kita yang terbuka untuk orang lain.

b. Tahap Kedua (Exploratory Stage)

Tahap Kedua (Lapisan Kulit Bawang kedua) disebut dengan tahap pertukaran afektif eksplratif. Tahap ini merupakan tahap ekspansi awal dari informasi dan perpindahan ke tingkat pengungkapan yang lebih dalam dari tahap pertama. Dalam tahap tersebut, diantara dua orang yang berkomunikasi, mulai bergerak mengeksplorasi ke soal informasi yang berupaya menjajagi apa kesenangan masing-masing.24 Seperti kesenangan dari segi makanan, musik, lagu, hobi dan lain sejenisnya. Munculnya diri, dalam tahap ini merupakan perluasan area publik dari diri dan terjadi ketika aspek-aspek dari kepribadian seorang individu mulai muncul.

23

Stephen W. Littlejohn, Karen A. Foss, Encyclopedia Of Communication Theory, (California: Sage Publications, Inc), 2009 h 912

24 Stephen W. Littlejohn, Karen A. Foss, Encyclopedia Of Communication Theory, (California: Sage


(27)

17 c. Tahap Ketiga (Affective Stage)

Tahapan berikutnya adalah tahap ketiga, tahap pertukaran afektif. Pada tahap ini terjadi peningkatan informasi menyangkut pengalaman pribadi masing-masing.25 Di tahap ini sudah mulai membuka diri dengan informasi

yang bersifat lebih pribadi, seperti kesediaan menceritakan tentang masalah pribadi. Kejujuran Total dan Keintiman, tahap ini merupakan tahapan dimana berhubungan dengan pengungkapan pemikiran, perasaan dan perilaku secara terbuka yang mengakibatkan munculnya spontanitas dan keunikan hubungan yang tinggi.

d. Tahap Keempat (Stable Stage)

Tahap keempat merupakan tahap akhir atau lapisan inti, disebut juga dengan tahap pertukaran yang stabil. Pada tahap tersebut sifatnya sudah sangat intim dan memungkinkan pasangan tersebut untuk memprediksikan tindakan-tindakan dan respon masing-masing dengan baik. Informasi yang dibicarakan sudah sangat dalam dan menjadi inti dari pribadi masing-masing pasangan, misalnya soal nilai, konsep diri, atau perasaan emosi yang terdalam.26

Kedekatan terhadap orang lain menurut Altman dan Taylor, dapat dilihat sejauh mana penetrasi kita terhadap lapisan-lapisan kepribadian. Dengan membiarkan orang lain melakukan penetrasi terhadap lapisan kepribadian yang kita miliki artinya kita membiarkan orang tersebut untuk semakin dekat dan taraf kedekatan hubungan seseorang dapat dilihat dari sini. Dalam perspektif teori penetrasi sosial, Altman dan Taylor menjelaskan penjabaran sebagai berikut: Pertama, kita lebih cepat akrab dalam hal pertukaran lapisan terluar dari

25

Stephen W. Littlejohn, Karen A. Foss, Encyclopedia Of Communication Theory, (California: Sage Publications, Inc), 2009 h 913

26

Stephen W. Littlejohn, Karen A. Foss, Encyclopedia Of Communication Theory, (California: Sage Publications, Inc), 2009 h 913


(28)

18

diri kita dari pada membicarakan tentang hal-hal yang bersifat pribadi. Semakin dalam berupaya untuk melakukan penetrasi, maka lapisan kepribadian yang dihadapi akan semakin tebal dan semakin sulit untuk ditembus.

Kedua, keterbukaan diri (self disclosure) bersifat resiprokal (timbal-balik), terutama pada tahap awal dalam suatu hubungan. Menurut teori ini, pada awal sebuah hubungan kedua belah pihak akan saling antusias untuk membuaka diri dan keterbukaan ini bersifat timbal balik. Akan tetapi, semakin dalam atau semakin masuk ke dalam wilayah pribadi, biasanya keterbukaan tersebut semakin berjalan lambat, tidak secepat pada tahap awal hubungan dan juga tidak bersifat timbal balik.

Ketiga, penetrasi akan cepat diawal akan tetapi akan semakin berkurang ketika semakin masuk ke dalam lapisan yang makin dalam. Keakraban membutuhkan suatu proses yang panjang. Pada dasarnya akan ada banyak faktor yang menyebaabkan kestabilan suatu hubungan tersebut mudah runtuh dan mudah goyah. Akan tetapi jika ternyata mampu untuk melewati tahapan ini, hubungan tersebut akan lebih stabil, lebih bermakna dan lebih bertahan lama. e. Depenetrasi (Depenetration Stage)

Depenetrasi adalah proses yang bertahap dengan semakin memudar ketika suatu hubungan berjalan tidak lancar dan keduanya berusaha semakin untuk menjauh. Proses ini tidak bersifat eksplosif atau meledak secara sekaligus, tapi lebih bersifat bertahap.27

27

Stephen W. Littlejohn, Karen A. Foss, Encyclopedia Of Communication Theory, (California: Sage Publications, Inc), 2009 h 914


(29)

19 B. Dakwah

1) Pengertian Dakwah

Dakwah berarti perhatian seorang Da’i kepada orang yang diserunya, persahabatannya dan persaudaraanya karena Allah SWT. Dengan kata lain, dakwah

adalah ajakan atau seruan ke jalan Allah yang dilakukan seorang Da’i (penyeru) kepada

orang lain secara perseorangan dengan tujuan memindahkan al mad’uw (penerima) pada keadaan yang lebih baik dan diridhai Allah SWT. Perubahan atau perpindahan tersebut adakalanya dari kekafiran kepada keimanan, dari kesesatan dan kemaksiatan kepada petunjuk dan ketaatan. Dakwah ialah usaha seorang da’i yang berusaha lebih

dekat mengenal al mad’uw untuk dituntun ke jalan Allah. Oleh karena itu, untuk

mencapai sasaran dakwah harus selalu menyertainya dan membina persaudaraan dengannya karena Allah.

2) Tahapan Dakwah

Tahapan atau fase dalam dakwah ada tiga, yaitu: a. Mafhum Da’wah (seruan atau ajakan)

Seruan dan ajakan seperti ini memiliki dasar dan sesuai dengan tuntunan syariat Islam.28 Firman Allah SWT:

“Siapakah yang lebih baik perkataanya dari pada orang yang

menyeru kepada Allah, mengerjakan amalan saleh, dan berkata:

‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?’ dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya

Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Fushshilat: 33-36).

28 Prof. Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Metode Membentuk Pribadi Muslim,(Jakarta: Gema Insani,


(30)

20

Ayat diatas mengisyaratkan akan seruan dalam dakwah fardiyah mengenai berapa hal: Dakwah Illallah (dakwah ke jalan Allah) seruan atau ajakan untuk menaati-Nya dan menaati Rasulnya dengan melaksanakan semua ajaran yang dibawanya sebagai sistem dan undang-undang serta pedoman dalam kehidupan. Dakwah Illalah memuat semua ucapan dan perkataan yang baik: tentang tauhid, keimanan kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir serta qadha dan qadar. Dakwah Illalah dalam pengertian seperti ini adalah perkataan yang sangat baik

yang diucapkan oleh juru dakwah. Karena da’i tidak mengatakan sesuatu kecuali

tentang ajaran Nabi Muhammad SAW. Dalam melakukan dakwah harus memiliki sifat-sifat khusus dan sikap hidup yang sesuai dengan tugasnya. Dari ayat diatas, didalamnya memuat asas dan rukun dakwah yang dapat dijelaskan sebagai berikut.

Pertama, Seorang Da’i harus melakukan amal saleh, Artinya, ia harus melaksanakan seluruh kewajiban dan menjauhi dosa-dosa besar, selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan amalan nafilah (sunnah) dan menjauhi

perbuatan-perbuatan yang hina dan dosa kecil. Kedua, Seorang Da’i harus menyatakan secara terus terang bahwa dia seorang muslim. Hal itu harus dinyatakan dengan perkataan dan

perbuatannya. Ketiga, Seorang Da’i harus bersikap sabar, mempergauli penerima

dakwah dengan baik dan tabah.

b. Mafhum Haraki (gerakan)

Dakwah dalam mafhum haraki atau tahap haraki (gerakan) ialah menjalin hubungan dengan masyarakat umum, kemudia memilih salah seorang dari mereka


(31)

21

layak menerima kebaikan disebabkan keterkaitan dan komitmennya terhadap manhaj dan adab Islam.29

Islam memberikan kebebasan kepada juru dakwah untuk bergaul dengan masyarakat umum untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjadikan pergaulan tersebut sebagai sesuatu yang positif dan bermanfaat yang digunakannya untuk mengajak mereka ke jalan kebenaran, kebaikan dan petunjuk.30 Pengertian haraki (gerakan) dalam dakwah ini adalah, Seorang Da’i harus mengarahkan keinginan penerima dakwah dengan baik, Seorang Da’i harus memperhatikan kepentingan kaum

muslimin dengan menyingkirkan gangguan dari mereka dan mengusahakan kemaslahatan untuk mereka, memberi nasihat dan pertolongan kepada setiap muslim, mencintai dan menampakkan cintanya kepada al-mad’uw, dan bergaul dengan penerima dakwah secara bijak dan bertukar pikiran dengan cara yang baik. Semua ini ada didalam firman Allah SWT:

“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran

yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang

mendapat petunjuk.” (An-Nahl: 125)

Dari ayat diatas ada beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai pedoman

seorang Da’i dalam membina hubungan dengan al-mad’uw yaitu, Dakwah harus ditujukan kepada jalan Allah, bukan kepada jalan hidup yang lain. Tidak diperkenankan menyerukan dakwahnya dengan tujuan agar mengikuti sang pemimpin, orang yang

berjasa atau mengikuti pribadi Da’i itu sendiri. Dakwah seperti ini menghubungkan

penerima dakwah dengan Allah, tauhid, aqidah, dan mabda’ (prinsip hidup), bukan dengan sang tokoh atau sang pemimpin. Karena aqidah bersifat kekal, sedangkan tokoh

29 Prof. Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Metode Membentuk Pribadi Muslim, (Jakarta: Gema Insani,

2004), h 34.


(32)

22

dan pemimpin masyarakat bersifat fana. Dakwah harus dilakukan dengan bijak, yang dimaksud ialah meletakkan sesuatu pada tempatnya (proporsional).31 Dalam bergaul dengan al-mad’uw sang Da’i harus melihat dan mempertimbangkan kondisi penerima

dakwah, seperti kondisi kebudayaan dan sosial kemasyarakatan. Dengan demikian,

Da’i tidak boleh memberikan beban kepada penerima dakwah dengan tugas yang tidak

mampu dilakukannya. Da’i harus bergaul dengan penerima dakwah secara lemah

lembut dan bijak. Dakwah harus dilakukan dengan nasihat atau pengajaran yang baik. Nasihat yang dapat masuk ke dalam hati. Hal ini hanya akan tercapai jika dilakukan dengan lemah lembut, tanpa kekerasan dan tanpa mengungkit-ungkit kesalahan yang dilakukannya. Dakwah dapat menggunakan metode diskusi atau tukar pikiran dengan cara yang paling baik, yang dapat membawa kepada pencapaian kebenaran. Tukar pikiran dengan cara yang baik dalam pengertian tidak boleh memaksakan kehendak kepada al-mad’uw yang berbeda pendapat dengan Da’i. Tidak boleh membebaninya

diluar kemampuannya dan tidak boleh mencaci pendapat atau pemikirannya meskipun lamban dalam menerima kebenaran. Dan Da’i harus memahami dan menyadari keadaan al-mad’uw serta bersabar dalam menghadapinya. Tidak boleh berputus asa dan harus berlapang dada.32

c. Mafhum Tanzhimi (pengorganisasian)

Pengorganisasian yang dilaksanakan da’i dalam dakwah meliputi tiga hal: pengarahan (taujih), penugasan (tauzhif) dan penggolongan (tashnif). Pengarahan (taujih) bimbingan yang diberikan da’i kepada al maduw dalam rangka berdakwah ke jalan Allah untuk membantu memahami keadaan dirinya, memahami persoalan dan

31Prof. Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Metode Membentuk Pribadi Muslim, h. 42. 32 Prof. Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Metode Membentuk Pribadi Muslim, h. 43.


(33)

23

hambatan-hambatan yang dihadapinya.33 Menunjukkannya dengan cara yang halus

tentang kemampuan dan kelebihan yang dia miliki. Dan juga membantunya agar penerima dakwah bisa dengan baik mengenal lingkungan, baik yang berkaitan dengan sosial kemasyarakatan, kebudayaan dan ekonomi. Sehingga al mad’uw dapat melaksanakan tugas-tugasnya sesuai kondisi yang diketahuinya. Dengan demikian, ia tidak akan membebani dirinya di luar batas kemampuannya dan tidak pula meninggalkan amalan yang sebenarnya mampu dilaksanakannya.

Dalam pengarahan ini da’i harus membantu al mad’uw dalam memecahkan kesulitahan-kesulitan yang dihadapinya, agar ia bertambah percaya diri dan kemampuannya sehingga tidak selalu menjadi beban dan menggantungkan diri pada

da’i dalam setiap urusan. Pengarahan dari seorang da’i kepada al mad’uw ialah mencurahkan seluruh kemampuannya agar penerima dakwah dapat mengatakan kesulitan-kesulitannya ketika melaksanakan tugas, dapat melaksakan amalan secara kontinu dan tidak berbalik haluan.34

Sementara itu di dalam penugasan (tauzhif) seorang da’i harus cermat dalam

memilih tugas yang akan diberikan kepada al mad’uw sesuai dengan kemampuan dan kondisinya.35 Hal ini karena dakwah bertujuan agar penerima dakwah dapat melakukan amalan yang sesuai dan tidak memberatinya. Dan dilihat dari segi lain, penerima dakwah dapat memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Penerima dakwah dalam dakwah harus aktif melaksanakan amaliah demi Islam hingga ia memiliki andil dalam menolak mafsadah dan menarik mashalahah.

33 Prof. Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Metode Membentuk Pribadi Muslim, h.48. 34 Prof. Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Metode Membentuk Pribadi Muslim, h.49. 35 Prof. Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Metode Membentuk Pribadi Muslim, h.49.


(34)

24

Penggolongan (tashnif) mengelompokkan sesuatu agar mudah membedakan antara satu yang lainnya. Tashnif mengelompokkan kekuatan dan kemampuan penerima dakwah agar dapat diketahui kemampuannya. Hal ini memudahkan pemberian latihan dan pembinaan untuk mencapai derajat yang lebih baik dalam menunaikan tugas-tugasnya.36 Dalam dakwah, juru dakwah harus mengklarifikasikan penerima dakwah berdasarkan pola fikir dan kebudayaan mereka agar ia mengetahui

bekal pemikiran dan kebudayaan apa yang sesuai dengan mereka. Da’i harus

mengelompokkan al mad’uw berdasarkan segi rohaniah. Hal ini untuk mengetahui ibadah dan riyadhah ruhiyah (latihan rohaniah) yang sesuai dengan al mad’uw agar jiwanya menjadi bersih dan hubungannnya kepada Allah semakin dekat hingga ia akan selalu menghadap kepada-Nya dan merasa tenang dengannya.

Pengelompokkan penerima dakwah juga berdasarkan segi kepribadiaannya agar

da’i mengetahui cara menempatkan penerima dakwah dalam lingkungan pergaulan dan

mengetahui amalan serta pengetahuan apa yang sesuai. Pengelompokkan selanjutnya ditinjau dari segi sosial kemasyarakatan untuk mengetahui sampai seberapa kemampuannya berperan dalam amal sosial, sampai seberapa kemauannya menolong dan mencintai orang lain.37 Taujih, tauzhif dan tashnif merupakan unsur-unsur pengorganisasian dakwah yang menyempurnakan tugas dan pekerjaan seorang da’i.

3) Ruang Lingkup Mualaf a. Pengertian Mualaf

Mualaf adalah seorang yang masuk Islam karena pilihan, yang telah mengalami pergulatan batin dan pertimbangan yang matang. Dia harus menundukkan hatinya

36 Prof. Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Metode Membentuk Pribadi Muslim,

h 50.

37Prof. Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Metode Membentuk Pribadi Muslim,


(35)

25

untuk dapat menerima dan meyakini kebenaran baru. Selanjutnya dia harus mempertimbangkan aspek sosial ekonomi sebagai konsekuensi atas pilihannya itu. Seperti kehilangan pekerjaan atau bisa dikucilkan dari keluarga bahkan diasingkan dari komunitas lamanya. Melihat berapa kompleksnya dampak pilihan ini, apabila dia tetap merasa yakin dengan kebenaran Islam, dia harus berserah diri dan pasrah dengan risiko apapun.38 Mualaf dari bahasa Arab yang berarti tunduk, menyerah, dan pasrah.

Sedangkan, dalam pengertian Islam, mualaf digunakan untuk menunjuk seseorang yang baru masuk agama Islam.39 Dalam ensiklopedi dasar Islam, muallaf ialah seseorang yang semula kafir dan baru memeluk islam40

Kata mualaf yang berasal dari bahasa Arab merupakan maf’ul dari kata alifa yang artinya menjinakkan, mengasihi. Sehingga kata muallaf dapat diartikan sebagai orang yang dijinakkan atau dikasihi. Seperti tertera dalam firman Allah surat at-taubah ayat 60

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk oranng-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mualaf yang dibujuk hatinya, (untuk memerdekakan budak), orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Mengetahui lagi Maha Bijaksana” Dalam ayat diatas terdapat kata muallafah qulubuhum yang artinya orang-orang yang sedang digunakan atau dibujuk hatinya. Mereka dibujuk adakalanya karena merasa baru memeluk agama Islam dan imannya belum teguh. Karena belum teguhnya iman seorang mualaf, maka mereka termasuk golongan yang berhak menerima zakat. Hal ini dimaksudkan agar lebih meneguhkan iman para mualaf terhadap agama Islam.

38 http://www.mualafcenter.com/tujuan/pengertian-mualaf/ di akses 18 Agustus pada pukul 09.46 39 http://www.mualafcenter.com/tujuan/pengertian-mualaf/ di akses 31 juli pada pukul 21.37 40 Achmad Roestandi, Ensiklopedia Dasar Islam, (Jakarta: PT. Pradaya Paramitia, 1993), h 173.


(36)

26 b. Kedudukan Mualaf dalam Islam

Berdasarkan pengertian mualaf yang telah dijelaskan diatas bahwa mualaf ialah orang yang hatinya dibujuk dan dijinakkan hatinya agar cenderung kepada Islam. Mereka adalah orang yang baru mengetahui dan belum memahami ajaran Islam. Oleh karena itu mereka berada pada posisi yang membutuhkan pembinaan, bimbingan seputar agama Islam.

Pada masa Nabi Muhammad SAW para mualaf tersebut diposisikan sebagai penerima zakat untuk menjamin kelestarian mereka kepada Islam dengan terus meberikan pembinaan dan pengajaran tentang agama Islam. Salah satu alasan Nabi Muhammad SAW memberikan zakat kepada mereka adalah menyatukan hati mereka pada Islam. Oleh karena itu mereka dinamakan al-Mualafah Qulubuhum.41

Mualaf itu adalah orang yang baru memeluk agama Islam dan dirangkul serta diteguhkan hati mereka pada keislaman. Karena mereka baru memeluk Islam dan baru mengetahui agama Islam, maka mereka berada pada posisi yang membutuhkan pembinaan dan bimbingan agama Islam. Agar mereka dapat mengetahui syariat agama Islam untuk kemudian dapat mengamalkan syariat itu dalam sehari-hari.

Islam memiliki perlakuan khusus atau perlakuan yang berbeda untuk mualaf seperti, melindungi mualaf. Menjadi seorang mualaf merupakan suatu hal yang tidak mudah, karena mereka akan menghadapi konsekuensi misalnya dikucilkan dan ditinggalkan keluarga maupun teman-temannya yang tidak menerima keputusan tersebut. Bahkan hilangnya mata pencaharian, harta dan juga nyawa termasuk dalam konsekuensi tersebut.


(37)

27

Islam juga memberikan bantuan ekonomi (zakat) bagi para mualaf yang membutuhkan, dengan tujuan untuk menumbuhkan kemandirian bagi para mualaf.42 Setiap muslim yang mampu, wajib memberikan perlindungan kepada mualaf. Pemberian hak tersebut bukanlah sebagai imbalan karena mereka telah telah memeluk agama Islam. Akan tetapi, untuk melindungi mualaf tersebut dari kufur nikmat Allah SWT, sehingga mereka dapat melangsungkan kehidupannya secara wajar. Ketentuan memasukkan mualaf sebagai salah satu golongan yang berhak menerima zakat telah secara mutlak ada didalam Al-Qur’an. Sekaya apapun mualaf tersebut tetap masuk ke dalam golongan mustahiq. Pemberian zakat tersebut juga untuk lebih meneguhkan jiwanya terhadap agama Islam.

Selain pemberian zakat, mualaf diberikan berbagai bentuk pengetahuan Islam atau kegiatan lainnya guna meningkatkan pengetahuan mualaf tentang ajaran agama Islam. Sehingga di harapkan hal tersebut akan semakin memperteguh imannya kepada Allah SWT. Islam menganjurkan dan mewajibkan bagi setiap muslim untuk memberikan perlindungan kepada mualaf, sebab jika keislaman yang mereka lakukan justru membuat kehidupan semakin menderita, maka hal tersebut dapat menimbulkan kesan yang tidak baik bagi Islam.

Menurut syariah, untuk menjadi muslim itu adalah sangat mudah, yaitu hanya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat saja. Pengucapan dua kalimat syahadat akan lebih baik jika dilakukan dihadapan orang lain yang bertindak sebagai saksi. Karena hal ini bertujuan agar orang lain bisa mengetahui identitas keislamannya, dan hal itu nantinya akan berkaitan dengan hak-hak orang yang telah menjadi mualaf, seperti hak warisan, hak untuk menikah, pemakaman dan lain sebagainya.


(38)

28

Dalam kegiatan pemberdayaan atau pembinaan mualaf, menjadi suatu hal yang sangat penting. Karena sebagai orang yang menjalani keyakinan baru haruslah memahami prinsip-prinsip ajaran Islam seperti menjalankan shalat lima waktu, berpuasa di bulan ramadan, menunaikan ibadah haji, membayar zakat dan lain sebagainya serta menjauhi segala larangannya.43

43 Anwar R. Prawira, Petunjuk Praktis Bagi Calon Pemeluk Agama Islam, (Jakarta:YPI Al-Izhar,


(39)

29 BAB III

GAMBARAN UMUM A. Mualaf Center Indonesia

1) Profil Mualaf Center Indonesia

Mualaf Center Indonesia adalah salah satu lembaga yang punya peran aktif menjaring calon mualaf di dunia maya. Tersedia situs www.mualafcenter.com yang menyediakan pendaftaran untuk bersyahadat dan berupaya mendampingi mualaf untuk mempelajari Islam dengan mengisi form data diri yang telah disediakan di situs tersebut.

Mualaf Center Indonesia ini mempunyai slogan yang dikenal dengan “Dare to

Know the Truth” (berani untuk mengetahui kebenaran). Yayasan ini didirikan tahun 2003 oleh beberapa mualaf dan muslim yang peduli akan nasib dan pembinaan mualaf di Indonesia. Kini Mualaf Center Indonesia juga rutin dalam berbagai kegiatan pengajian dan Car Free Day (CFD) Jakarta. Target Mualaf Center Indonesia adalah mengislamkan 3-4 orang perhari. Pada tahun 2014, sudah tercapai kurang lebih 2400 mualaf dan ditahun 2015 sudah tercapai 1300 mualaf dan pada tahun 2016 kurang lebih sudah 173 mualaf yang mengikrarkan syahadat melalui Mualaf Center Indonesia.44 Konsultasi mualaf juga dapat dilakukan via telepon, Blackberry Mesenger dan whats app dan untuk aktifitas pembinaan Mualaf Center Indonesia di Jakarta, sering dilakukan di sekretariatnya jalan Patra Tomang I nomor 10 Tanjung Duren Jakarta Barat.45

44

http://islamedia.id/mualaf-center-indonesia-target-kami-mengislamkan-4-orang-sehari/ di akses 14 Agustus pada pukul 18.49

45

http://www.mygodisone.com/2014/12/konsultasi-non-muslim-dan-mualaf-di.html, di akses 31 juli pukul 22.38


(40)

30

2) Tampilan logo dan Website Mualaf Center Indonesia a. Logo Mualaf Center Indonesia

Gambar 1. Logo Mualaf Center Indonesia Sumber: www.mualafcenter.com46

b. Tampilan Website Mualaf Center Indonesia

Gambar 2. Tampilan Website Mualaf Center Indonesia Sumber: www.mualafcenter.com47

46

www.mualafcenter.com diakses 14 Agustus pada pukul 20.28

47


(41)

31

3) Struktur Jajaran Pengurus Mualaf Center Indonesia48

48

http://www.mualafcenter.com/tujuan/ymci/ diakses 16 Agustus pada pukul 19.08

Pengurus Pengawas Pembina Divisi

Steven Indra Wibowo (Ketua)

Romadi Ali Hasan Bawazer Siti Maemunah

(Pendidikan dan Pembinaan)

Hanny Kristianto (Wakil Ketua)

Arif Wibisono Syarif Ja’far Baraja Renny G dan Rita (Kegiatan Internal dan Eksternal)

Hendri Stevanus

(Sekretaris Umum)

Budhi Hastuti Eduard Van Der Est Teddy Setiadi Nugraha

(Kesekretariatan) Merry Samiri (Bendahara

Umum)

Sri fatimah Seno Hendro

(HUMAS)

Nisa Basalamah

(Bendahara 1)

Iesye Martini Siwa (Web dan


(42)

32 B. Profil Steven Indra Wibowo

Gambar 3. Steven Indra Wibowo Sumber: www.salam-online.com49

Steven Indra Wibowo yang merupakan Sekretaris I Islam Tionghoa Indonesia (PITI), Direktur Operasional Mustika (Muslim Tionghoa dan Keluarga) dan juga pendiri Mualaf Center Indonesia yang lahir di Jakarta pada tanggal 14 juli 1981. Sebelum memutuskan memeluk Islam, Steven Indra Wibowo adalah seorang mantan Frather

(imam gereja katolik) di Paroki Jakarta Utara yang juga tugasnya ketika itu adalah memberikan konseling, memimpin misa dan mengajar filsafat50. Ayahnya adalah salah

seorang aktivis di GKI (Gereja Kristen Indonesia) dan Gereja Bethel. Di kalangan para aktivis GKI dan Gereja Bethel, ayahnya bertugas sebagai pencari dana di luar negeri bagi pembangunan gereja-gereja di Indonesia.51

Hidayah Allah SWT menghampiri Steven Indra Wibowo pada tahun 2000. Dua kalimat syahadat diikrarkan di sebuah pesantren di Serang, Banten. Ia memutuskan masuk

49 www.salam-online.com diakses pada 16 Agustus pukul 10.21

50

http://www.salam-online.com/2014/11/murtadkan-126-muslim-mantan-pastur-ini-bersyahadat-dan-dirikan-mualaf-center-indonesia.html diakses pada 16 Agustus pukul 10.30

51


(43)

33

Islam setelah sekian lama mempelajari agama Tauhid ini. Setelah mempelajari agama Islam, pada tahun 2003 Steven bersama dua orang kawannya berkeinginan kuat untuk mendirikan Mualaf Center Indonesia sebagai tempat berkumpul dan membina mualaf.

Pada awalnya Mualaf Center Indonesia yang bergerak di dunia maya, Akhirnya kini semakin rutin bertemu dalam berbagai kegiatan, seperti pengajian dan bersih-bersih sampah di Car Free Day (CFD). Selain untuk membantu orang yang mau masuk memeluk agama Islam. Mualaf Center Indonesia berupaya untuk mendampingi mempelajari Islam.

Gambar 4. Pria asal Prancis yang bersyahadat ulang dengan dibimbing oleh Steven di Car Free Day Jakarta untuk memperoleh sertifikat keresmian Islamnya. Sumber:

http://www.salam-online.com52

52


(44)

34

Tujuan utama kegiatan Car Free Day untuk menyikapi gerakan kristenisasi yang pernah terjadi di arena Car Free Day sebelumnya. Menurut Steven,

“... Kristenisasi harus dilawan dengan dakwah lewat perbuatan nyata.

Menjaga kebersihan berarti mendakwahkan Islam kepada masyarakat. Kebersihan

bersifat universal, Islam itu cinta kebersihan ....”53

Gambar 5. Steven Indra Wibowo bersama pengurus Mualaf Center Indonesia. Sumber: http://hidayatullah.com

Mualaf Center Indonesia memberikan konseling, mendampingi dan

memberikan semua pengetahuan tentang Islam, gratis. Membantu mengurus semua dokumen legalisasi perpindahan agama yang bekerja sama dengan Hijrah Center di Jeddah. Sampai saat ini Mualaf Center Indonesia menggerakkan semua orang yang bisa membantu dari luar kota, diluar jawa seperti Denpasar areanya, Medan areanya dan Manado areanya.54

Ada beberapa alasan seseorang untuk menjadi seorang mualaf, yaitu: pernikahan, menemukan hidayah setelah belajar dan mempelajari Islam dan juga

53

http://www.hidayatullah.com/feature/read/2014/11/23/33721/selamatkan-mualaf-yang-mau-dibakar-peti-mayat-pun-dibongkar.html diakses pada 18 Agustus pukul 18.03

54 Wawancara Pribadi Steven Indra Wibowo di Warung Lombok Blok M Plaza, Jakarta, 9 September


(45)

35

mendapatkan hidayah langsung dari Allah SWT yang disebabkan karena mimpi, bangun tersadar dari koma, nazar atau niat berpindah agama jika niatnya terkabulkan dan beberapa hal lain.

Menjadi seorang mualaf adalah salah satu hal yang terbaik dalam kehidupan seseorang, karena hal tersebut bisa menandakan bahwa orang tersebut telah mendapatkan hidayah dari Allah SWT. Banyak kisah kehidupan yang menunjukkan bagaimana seseorang memutusakan untuk menjadi mualaf, salah satunya adalah karena cinta atau pernikahan. Hal tersebut tidaklah menjadi suatu masalah dan hal itu tidak akan mengurangi makna kebaikan yang terkandung di dalamnya. Orang yang menyebabkan keislaman pasangannya serta mendidik dan membimbing pasangannya tersebut sehingga keimanannya semakin teguh akan Islam, orang tersebut akan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Sebagaimana sabda Rasulullah berikut:

ِهِلِعاىف ِرْج ىأ ُلْثِم ُهىلى ف ٍْْىخ ىىلىع َلىد َْىم

“Barang siapa yang menunjukkan pada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala seperti pelaku kebaikan itu”. (HR. Muslim)

Selain karena pernikahan, alasan lain seorang menjadi mualaf adalah karena kebiasaan yang dimiliki orang tersebut untuk mempelajari tentang ajaran agama Islam, dimana pada akhirnya mereka merasa mendapatkan hidayah dari Allah SWT dan kemudian memutuskan untuk masuk Islam.

Dan alasan selanjutnya ialah karena hidayah yang diterima seseorang secara langsung dari Allah SWT, misalnya melalui mimpi atau mengalami suatu kejadian yang pada akhirnya menuntun orang tersebut menjadi mualaf. Hidayah Allah datang karena


(46)

36

manusia itu sendiri ingin merubah dirinya sendiri menjadi manusia yang lebih baik, dan Allah akan memilih hamba yang benar-benar ingin bertaubat dan atas kehendaknya.55 Mualaf merupakan suatu bagian proses penyebaran agama Islam, dimana secara alamiah Islam memang perlu untuk disebar luaskan. Hal tersebut sudah berlangsung sejak zaman Rasulullah. Jalan yang dipilih untuk menyebarkan agama Islam adalah dengan berdakwah dan berjihad.56 Jalan dakwah mulai ditempuh dengan cara

mengirimkan surat kepada para pemimpin negara-negara lain yang lain yang ada di dalam surat berisi tawaran dari Rasulullah bagi mereka yang mau menerima Islam dan tunduk kepada kemimpinan negara Islam kala itu.

Sedangkan jalan jihad ditempuh dengan melakukan peperangan terhadap negara-negara yang menolak tawaran dari Rasulullah SAW meskipun mereka telah diberikan tenggang waktu. Akan tetapi peperangan tersebut hanya dilakukan di medan peperangan tanpa adanya unsur perusakan sarana-sarana umum. Dan dalam perang tersebut dilarang untuk membunuh warga sipil yang tidak ikut berperang seperti wanita dan anak-anak.57 Perang tersebut juga dilarang untuk merusak lingkungan maupun tanaman yang tumbuh di sekitar tempat berperang. Dengan kedua metode itulah akhirnya Islam mulai dikenal oleh masyarakat di seluruh dunia, dan sebagian dari merekapun akhirnya memutuskan untuk memeluk agama Islam.

C. Profil Saint Michael Collage

Saint Michael College adalah sebuah perguruan tinggi Katolik yang terletak di Colchester, Vermont, Amerika Serikat. Saint Michael College menyediakan beberapa program perkuliahan salah satunya adalah program studi agama. Program studi agama di Saint Michael College memberikan sejumlah pilihan karir yang baik untuk para

55 http://dalamislam.com/dasar-islam/mualaf diakses pada 18 Agustus pukul 20.14 56 http://dalamislam.com/dasar-islam/mualaf diakses pada 18 Agustus pukul 20.18

57


(47)

37

sarjananya. Sesuai dengan misi sebagai perguruan tinggi Katolik, Saint Michael College menggunakan pendekatan studi agama dengan dasar pengembangan, pengertian, dan relevansi budaya tradisi Kristen.58 Saint Michael College pada program studi agama juga mendorong para siswa untuk menjelajahi tradisi keagamaan lainnya seperti Yahudi, Islam, Hindu dan Budha .

Pada akhirnya, program studi agama ini memberikan kontribusi untuk para siswa mengenal lebih baik tentang kemanusiaan dari diri mereka sendiri dan membantu mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan analisis yang penting untuk karir, studi lebih lanjut dan kehidupan pelayanan. Studi agama adalah studi akademis dari berbagai perspektif menggunakan berbagai disiplin ilmu yang berbeda. Program Studi Agama menawarkan berbagai macam rangkaian pelajaran yang mempelajari tradisi agama Kristen yang lebih luas dan tradisi Katolik Roma.

Program Studi Agama juga menawarkan berbagai pelajaran dalam studi Yahudi, Islam, Hindu, dan Buddha. Selain itu, program-program kami mengatasi masalah yang lebih luas secara filosofis dan budaya mengenai fenomena agama. Beberapa siswa memilih untuk membuat fokus utama mereka seperti pada tradisi dan pemikiran Kristen, Agama-agama di dunia, Etika, Studi Kristen awal, atau studi tentang Alkitab .

Program studi agama belajar untuk berpikir kritis dan mengevaluasi tentang klaim yang dibuat oleh berbagai kelompok agama. Mereka mendapatkan pengetahuan rinci tentang sejarah tradisi keagamaan di dunia dan mereka diharapkan untuk mengembangkan pemahaman empatik di dunia kepada pandangan orang lain. Lulusan kami lebih memahami interaksi kompleks antara agama dan aspek-aspek lain dari masyarakat dan

58


(48)

38

mereka belajar bagaimana orang-orang yang hidup di jaman dahulu sampai sekarang keluar dari kehidupan spiritual mereka.


(49)

39

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Analisis Penetrasi Sosial Steven Indra Wibowo di Mualaf Center Indonesia

Penelitian ini menarik karena ditengah nama baik agama Islam disandingkan dengan isu teroris, aliran radikalisme yang dituduhkan muncul seorang tokoh yang tadinya non muslim memutuskan untuk masuk Islam dimana Steven Indra Wibowo adalah mantan seorang Frather (Imam gereja katolik) di Paroki, Jakarta Utara yang padahal sebelumnya dia sangat minim pengetahuan tentang dakwah Islam. Akan tetapi, dia memulai dengan belajar Islam secara bertahap sampai mendirikan Mualaf Center Indonesia (MCI) dan lebih memilih strategi dakwah fardiyah dibandingkan dengan metode dakwah yang dilakukan seperti pada khotbah jumat, ceramah-ceramah agama di majelis-majelis dan pengajian.

Kita mulai bisa menuntun syahadat di tahun 2004 dan 2005. Mulai banyak, mulai dari kuping ke kuping. Terus legalisasinya kemana? Masih ke masjid. Seperti di masjid istiqlal, sunda kelapa, al azhar. Pokonya ke masjid-masjid besar.

Terus berjalan dan berjalan. Makin lama, semakin banyak orang yang datang... ratusan. Kita gabisa kepegang. Kita angkat admin lain untuk membantu. Kita cari anak-anak muda. Kita cari temen-temen yang bisa membantu. Dan mulai lah kita ada moderatornya dan punya 7 orang sebagai status volunteer. Masih generasi awal itu ditahun 2004. Tahun 2004 aku umroh lagi. Lalu disana banyak ketemu temen-temen yang bisa mengajar dengan baik. Kita mengajak orang untuk pindah ke islam. Kita selalu kasih pengertian, dan alasan-alasanya. Dan kalau sudah mau untuk diajak masuk ke Islam, kita titip ke masjid. Karena kita gapunya orang, kapasitasnya minim.

Dan mulai saat itu kita memutuskan, Mualaf Center Indonesia memberikan konseling dan memberikan segala ajaran sampai masuk Islam, gratis. Kita gapunya legalisasi untuk ngurus dokumen. Tapi pada tahun 2005 baru kefikiran untuk membuat legalisasi dan kita join sama Hijrah Center ada di Jeddah. Pada tahun 2004 Hijrah Center itu sudah ada sih. Kita coba untuk tanya-tanya segala macam, bagaimana sih caranya untuk mengurusi segala macam. Kita dikasih contoh surat dalam bahasa inggris. Yang kita translate ke dalam 3 bahasa, Dan akhirnya kita buat surat baku ini yang masih dipakai sampai sekarang. Walaupun surat itu masih


(50)

40

dipakai sampai sekarang, surat itu masih selalu ada perbaikan seperti sekarang kita membuat note kalau surat keterangan masuk islam ini bukan untuk mencari sumbangan di masjid atau di lembaga manapun”.

Dalam wawancara pribadi dengan Steven Indra Wibowo diatas, Steven menjelaskan aktifitas di dalam Mualaf Center Indonesia tersebut. Dari mulai menuntun pengucapan syahadat, membantu dalam membuat legalisasi dokumen dan memberikan konseling serta memberikan segala ajaran pengetahuan tentang Islam.

Dari hasil penelitian penulis dalam wawancara dengan Steven Indra Wibowo dan mualaf yang telah ditetapkan, ditemukan bahwa proses komunikasi yang terjadi pada Steven Indra Wibowo dan mualaf antara lain adalah komunikasi interpersonal dengan tatap muka dan dilakukan 1-2 orang antara komunikator dan komunikan. Komunikasi interpersonal melibatkan dua orang dalam situasi berinteraksi. Steven Indra Wibowo menjadi komunikator yang menjadi sumber pesan, lalu menyampaikan kepada mualaf dan mualaf tersebut akan memaknai pesan yang disampaikan oleh Steven Indra Wibowo. Hal ini terjadi diantara Steven Indra Wibowo dan mualaf selama pembinaan di Mualaf Center Indonesia, seperti bertanya atau bahkan saling bertukar cerita satu sama lain. Hal ini menjadikan Steven Indra Wibowo dan mualaf dapat mengenal satu sama lain.

Penetrasi sosial merupakan proses bertahap, dimulai dari komunikasi basa-basi yang tidak akrab hingga berbagi informasi menyangkut topik pembicaraan yang lebih pribadi, seiring dengan berkembangnya hubungan disini orang akan membiarkan orang lain untuk mengenal dirinya secara bertahap.59 Teori penetrasi sosial berupaya mengidentifikasi proses peningkatan keterbukaan dan keintiman seseorang dalam menjalin hubungan orang lain. Penetrasi sosial memiliki hubungan yang diatur oleh


(51)

41

seperangkat kekuatan yang kompleks dan harus dikelola secara terus menerus oleh para pihak yang terlibat.

a. Tahap Pertama (Orientation Stage) yang dilakukan dalam penetrasi sosial adalah tahap orientasi. Di dalam tahap orientasi komunikasi yang terjadi tidak pribadi. Para individu yang terlibat hanya menyampaikan informasi yang bersifat sangat umum saja. Sebagaimana perkenalan pertama Steven Indra Wibowo dan mualaf dimulai dari tahap orientasi atau mulai membuka sedikit informasi tentang superfisial seperti nama, alamat atau umur.

“Awal bertemu ada yang dari web dan ada yang dari mulut ke mulut. Dan

ada yang memperkenalkan. Saya tanya “ngapain anda datang ke saya?” dan

akhirnya kita berkenalan satu sama lain”.60

Hal ini juga diucapkan dari mualaf di Mualaf Center Indonesia bernama Eduard Van der Elst yang juga sekarang menjadi dewan pembina Mualaf Center Indonesia.

“Awal bertemu Steven saya dari internet. Sebelumnya saya searching untuk mencari organisasi mualaf dan saya menemukan situs Mualaf Center Indonesia. Langsung saya hubungi untuk bisa bertemu dan berkenalan

dengannya”.61

Dan juga ucapan dari Hanny Kristianto mualaf di Mualaf Center Indonesia:

“Pertama kali saya menemukan info mualaf center indonesia dari internet. Saya cari kontak yang ada disana. Dan kebetulan itu kontak dari Steven sendiri. Langsung saja saya hubungi dia untuk bisa bertemu untuk bisa ngobrol-ngobrol

dulu awalnya”.

Berdasarkan hal diatas dapat dipastikan bahwa Steven Indra Wibowo dan mualaf berada pada tahap orientasi. Hanya sedikit proses perkenalan Steven dan mualaf secara terbuka pada tahap ini karena selama tahap ini pernyataan-pernyataan yang dibuat biasanya hanya hal-hal klise dan mereflesikan aspek superfisial dari seorang individu.

60 Wawancara Pribadi dengan Steven Indra Wibowo di Warung Lombok Blok M Plaza, Jakarta, 9

September 2016.


(52)

42

Dapat disimpulkan pada tahap ini baik Steven maupun mualaf masih sangat berhati-hati untuk menyampaikan sesuatu sehingga yang dibicarakanpun hanyalah hal yang bersifat umum saja. Jika pada tahap ini mereka sudah merasa cukup, maka mereka akan melanjutkannya ke tahap berikutnya yaitu tahap kedua (Exploration Stage).

b. Tahap kedua(Exploration Stage) adalah tahap dimana muncul gerakan menuju ke arah keterbukaan yang lebih dalam. Memperluas area publik dari diri dan terjadi ketika aspek-aspek dari kepribadian individu sudah muncul. Apa yang tadinya privat menjadi publik. Seperti tahap-tahap lainnya, tahap ini juga melibatkan perilaku verbal dan nonverbal. Orang mungkin mulai untuk menggunakan beberapa frase yang hanya dapat dimengerti oleh mereka yang terlibat di dalam hubungan. Tahap ini merupakan tahap ekspansi awal dari informasi dan perpindahan ke tingkat pengungkapan yang lebih dalam dari tahap pertama. Dalam tahap ini, diantara dua orang yang berkomunikasi, mulai bergerak mengeksplorasi ke soal informasi yang berupaya menjajagi apa kesenangan masing-masing.

Komunikasi yang terjadi antara Steven Indra Wibowo dan mualaf berjalan dengan efektif dan dapat kesempatan yang lebih besar untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya dimana aspek-aspek pribadi mulai bermunculan. Seperti ucapan Steven Indra Wibowo dan mualaf di bawah ini.

“Yang sudah pasti itu saya tanya “mau ngapain temuin saya?” apa yang

mau kamu tau dari Islam? Agama mu apa? Kamu tau ga tentang agama? Sudah berapa tahun jadi agama itu? Umur kamu berapa? Apa yang kamu tau dari

agamamu itu? Siapa tuhan kamu? Misal dia jawab “tuhan saya yesus”. Saya tanya balik “dari mana taunya? Pernah bertemu?”. Ada yang bilang “saya pernah bermimpi bertemu dia (yesus)”. Saya tanya balik “mukanya kaya siapa?”. Dia jawab “aduh... mukanya itu susah digambarkan lah”. “coba cari di web multiple face of yesus” saya kasih semua gambarnya disana kan banyak tuh. Banyakan


(1)

DAFTAR WAWANCARA

Penetrasi sosial dakwah fardiyah Steven Indra Wibowo dalam pembinaan mualaf di Mualaf Center Indonesia Waktu wawancara : Selasa, 13 September 2016

Tempat wawancara : (Via Email)

Pewawancara : Agun Akbar Tabrani

Interviwer : Eduard A van der Elst (Dewan Pembina Mualaf Center Indonesia)

1. Bagaimana bapak bisa mengetahui tentang keberadaan Mualaf Center Indonesia? Awal bertemu Steven saya dari internet. Sebelumnya saya searching untuk mencari organisasi mualaf dan saya menemukan situs Mualaf Center Indonesia. Langsung saya hubungi untuk bisa bertemu dan berkenalan dengannya.

2. Apa pendapat bapak tentang sosok Steven Indra Wibowo?

Luar biasa... Beliau berasal dari agama yang sama dengan saya dahulu yaitu Katholik. Beliau adalah ahli filsafat Katholik dan mengerti bahasa Ibrani. Untuk agama Islam, beliau rela untuk berkorban.

3. Sebelum bapak menjadi mualaf, apakah bapak nyaman untuk menceritakan masa lalu bapak kepada Steven?

Saya sangat nyaman dalam menceritakan semua yang saya rasakan. Kenapa tidak? dia sama-sama Katholik dahulu dengan saya. Dan dia sudah tahu latar belakang saya dahulu.

4. Sejak kapan bapak menjadi mualaf? Sejak tahun 2012.

5. Dalam kurun waktu berapa lama sejak bapak berkenalan dengan Steven sehingga bapak memutuskan untuk menjadi mualaf?

Saya kenal Steven setelah saya bergabung dengan Mualaf Center Indonesia. 6. Seperti apa pendekatan Steven dalam membina bapak menjadi mualaf?

Selama Steven mendampingi saya, dia membina saya dengan sangat baik. Selalu approaching dengan contoh nyata dan tidak se-mata-mata Kitabiah (Quraniah). Dasarnya memang Al Qur’an tapi penjelasannya dipakai dengan hal-hal yang nyata. 7. Apa saja pengetahuan tentang Islam yang diterapkan Steven kepada bapak?

Sangat banyak pengetahuan tentang Islam yang diberitahu dari Oleh Steven. Tapi karena Islam itu luas, dasar-dasarnya dahulu, seperti Sholat-Pemahaman Qur’an -Aqidah Islam.

8. Apa saja hambatan bapak untuk menjadi mualaf?

Hambatan utama tidak ada. Tapi antipasti pasti datang dari Ibu dan adik-adik saya. 9. Kegiatan apa saja yang dilakukan bapak dalam mempelajari Islam di Mualaf Center

Indonesia?

Menghadiri rapat, pengajiam dan ceramah serta membahas aqidah.

10.Tugas apa saja yang diberikan selama bapak dibina menjadi mualaf dalam mempelajari Islam?


(2)

Mempelajari Islam dari dasar-dasar terlebih dahulu dan Jadilah Muslim yang tidak sekedar baik, tapi lebih dari itu.


(3)

DAFTAR WAWANCARA

Penetrasi sosial dakwah fardiyah Steven Indra Wibowo dalam pembinaan mualaf di Mualaf Center Indonesia Waktu wawancara :Minggu, 18 September 2016

Tempat wawancara : (Via Email)

Pewawancara : Agun Akbar Tabrani

Interviwer : Hanny Kristianto (Mualaf)

1. Bagaimana bapak bisa mengetahui tentang keberadaan Mualaf Center Indonesia? Pertama kali saya menemukan info mualaf center indonesia dari internet. Saya cari kontak yang ada disana. Dan kebetulan itu kontak dari Steven sendiri. Langsung saja saya hubungi dia untuk bisa bertemu untuk bisa ngobrol-ngobrol dulu awalnya. 2. Apa pendapat bapak tentang sosok Steven Indra Wibowo?

Sangat menarik karena latar belakang Steven juga sangat kental agama yang dulu dianutnya. Yang kebetulan itu saya dan dia dari agama yang sama. Steven banyak berkorban dan berjuang untuk keyakinan yang dianut sekarang ini.

3. Sebelum bapak menjadi mualaf, apakah bapak nyaman untuk menceritakan masa lalu bapak kepada Steven?

Nyaman.... yang jelas saya dan dia umurnya tidak jauh beda jadi tidak ada rasa sungkan di antara kami. Saya dan Steven sebelumnya sama-sama menganut katholik. Saya menceritakan masa lalu saya ke dia dan dia pun juga turut menceritakan masa lalunya. Jadi saya merasakan seperti ngobrol dengan teman akrab saja.

4. Sejak kapan bapak menjadi mualaf?

Saya bisa dibilang baru untuk masuk Islam. Alhamdulillah saya masuk Islam sudah 3 tahun. Tepatnya di tahun 2013

5. Dalam kurun waktu berapa lama sejak bapak berkenalan dengan Steven sehingga bapak memutuskan untuk menjadi mualaf?

Saya cukup lama jika dihitung sejak pertama kali kita ketemu karna banyak pertimbangan juga dari saya untuk memantapkan diri sebelum masuk Islam.

6. Seperti apa pendekatan Steven dalam membina bapak menjadi mualaf?

Steven memberikan penjelasan tentang islam kepada saya melalui hal-hal yang rasional dan bisa dicerna dalam kepala saya. Mungkin karna basic Steven adalah filsafat sehungga dia memberikan penjelasan dengan seperti itu. Bukan semata-semata hanya penjelasan tanpa dasar tapi penjelasannya didasari oleh ajaran Islam.

7. Apa saja pengetahuan tentang Islam yang diterapkan Steven kepada bapak?

Pertama saya dikenalkan dengan kewajiban seorang muslim yaitu solat lima waktu kemudian dasar-dasarnya seperti membaca al quran dan dengan mengajari tentang aqidah islam

8. Apa saja hambatan bapak untuk menjadi mualaf?

Hambatan utama saya menjadi mualaf sangat berat. Karena sampai saat ini keluarga saya masih tidak bisa menerima keputusan saya untuk masuk islam.


(4)

9. Apa saja yang dilakukan kegiatan yang dilakukan bapak di Mualaf Center Indonesia? Saya turut dalam pengajian dan pembinaan membahas aqidah.

10.Tugas apa saja yang diberikan selama bapak dibina menjadi mualaf dalam mempelajari Islam?

Tugasnya tidak hanya mempelajari saja tapi turut mempratekkan pengetahuan tentang islam ke dalam hidup saya.


(5)

(6)