Pengukuran Konsentrasi Immunoglobulin G IgG Analisis Data

3.2.3 Pengukuran Konsentrasi Immunoglobulin Y IgY

Pengukuran konsentrasi IgY dilakukan dengan menggunakan metode EGGstract® IgY Purrification System PROMEGA. IgY yang akan diukur konsentrasinya dilarutkan dalam PBS dengan perbandingan volume 1:10. Selanjutnya dimasukkan dalam kuvet spektrofotometer dan sebagai kontrol pembanding, digunakan aquades pada kuvet yang lain. Pengukuran konsentrasi dilakukan pada panjang gelombang 280 nm untuk mendapatkan nilai absorbansi. Setelah nilai absorbansi didapatkan, dilakukan perhitungan sesuai dengan ketentuan perhitungan EGGstract® IgY Purification System PROMEGA yaitu: Konsentrasi IgY mgml = nilai absorbansi OD 280 x 10 1.36

3.2.4 Pengukuran Konsentrasi Immunoglobulin G IgG

Pengukuran konsentrasi IgG dilakukan dengan metode Bradford. Reagen Bradford terdiri dari 100 mg Commasie Briliant Blue yang dilarutkan dalam 50 ml etanol 95 dan ditambahkan 100 ml asam fosfat 85 wv. Larutan kemudian diencerkan dengan aquabides hingga volume larutan mencapai 1 liter dan disaring menggunakan kertas saring. Reagen Bradford kemudian diencerkan dengan dua kali pengenceran menggunakan aquades dengan perbandingan 1:4 dan 1:9. Larutan protein standar yang digunakan adalah Bovine Serum Albumin BSA. Sebanyak 1 mg BSA dilarutkan ke dalam 1 ml aquades dan dihomogenkan. Kemudian 11 tabung reaksi steril disiapkan dan diisi dengan larutan BSA serta aquabides steril Tabel 1. Setelah dihomogenkan, diam bil 100 µl dari setiap tabung dan dimasukkan ke tabung baru yang sebelumnya telah diisi 5 ml larutan Bradford. Larutan protein BSA digunakan untuk membuat grafik konsentrasi protein standar, yang diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 595 nm sebelum mengukur konsentrasi sampel. Sampel berupa antigen ES yang akan diperiksa dibuat duplo. Pembacaan konsentrasi sampel dilakukan dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 595 nm. Tabel 1 Pengenceran larutan BSA dengan aquabides steril Tabung Larutan BSA Aquabides steril 1 0 µl 1000 µl 2 100 µl 900 µl 3 200 µl 800 µl 4 300 µl 700 µl 5 400 µl 600 µl 6 500 µl 500 µl 7 600 µl 400 µl 8 700 µl 300 µl 9 800 µl 200 µl 10 900 µl 100 µl 11 1000 µl 0 µl

3.2.5 Pengujian ELISA

Pengujian ELISA dilakukan dengan dua konformasi lembar kerja yang bertujuan untuk optimasi hasil kedua konformasi sehingga diketahui konformasi yang terbaik Gambar 3. Perbedaan kedua konformasi yang digunakan terletak pada antibodi penangkap dan antibodi pendeteksi yang digunakan. Pada ELISA konformasi pertama menggunakan IgY sebagai antibodi penangkap dan IgG sebagai antibodi pendeteksi. Sebaliknya pada ELISA konformasi kedua menggunakan IgG sebagai antibodi penangkap dan IgY sebagai antibodi pendeteksi. A B Gambar 3 Konformasi pengujian ELISA: A Konformasi pertama, B Konformasi kedua. IgG antibodi pendeteksi Substrat Konjugat anti- rabbit Microplate IgY antibodi penangkap Antigen ES Fasciola gigantica IgY antibodi pendeteksi Microplate IgG antibodi penangkap Substrat Konjugat anti- chicken Antigen ES Fasciola gigantica

3.2.5.1 Konformasi 1: IgY sebagai Antibodi Penangkap dan IgG sebagai Antibodi Pendeteksi

IgY anti-Fasciola gigantica domba yang telah diukur konsentrasinya, diencerkan dalam larutan buffer bicarbonate dengan perbandingan 1:1000. Setiap sumur microplate diisi dengan 100 µl IgY dan diinkubasi selama semalam pada suhu 4 ºC. Microplate yang telah diinkubasi dibilas sebanyak tiga kali dengan 300 µl PBS Tween 0,05 dan dikeringkan. Tahap selanjutnya adalah blocking menggunakan PBS-skim 5. Setiap sumur diisi dengan 100 µl susu skim dan diinkubasi pada suhu 37 o C selama 1 jam. Microplate yang telah diinkubasi dicuci kembali dengan 300 µl PBS Tween sebanyak tiga kali dan dikeringkan. Antigen ekskretori sekretori Fasciola gigantica yang diperoleh dari penelitian Satrija et al. 2009, diencerkan ke dalam larutan PBS dengan perbandingan 1:100. Antigen kemudian dimasukkan 100 µl ke dalam sumur sesuai lembar kerja dan diinkubasi selama 1 jam pada suhu 37 ºC dan kemudian microplate d icuci dengan 300 µl PBS Tween 0,05 sebanyak tiga kali lalu dikeringkan. Antibodi pendeteksi yang digunakan adalah IgG anti-Fasciola gigantica domba. IgG diencerkan dengan konsentrasi 1:100, 1:1000, dan 1:10000. Sebanyak 100 µlml IgG anti-Fasciola gigantica domba yang telah diencerkan, dimasukkan ke dalam setiap sumur sesuai dengan lembar kerja dan diinkubasi selama 1 jam pada suhu 37 ºC. Setiap sumur microplate dicuci kembali dengan 300 µl PBS Tween 0,05 sebanyak tiga kali lalu dikeringkan Microplate kemudian diisi dengan konjugate anti-rabbit yang telah diencerkan dengan pengenceran 1:10000 pada setiap sumur. Selanjutnya microplate diinkubasi selama 1 jam pada suhu 37 ºC . Setiap sumur microplate kemudian dicuci ke mbali dengan 300 µl PBS Tween 0,05 lalu dikeringkan dan diisi dengan substrat TMB pada setiap sumur dalam keadaan gelap. Selanjutnya diinkubasi kembali selama 30 menit pada suhu ruang. Terakhir dilakukan pembacaan hasil ELISA dengan menggunakan ELISA reader.

3.2.5.2 Konformasi 2: IgG sebagai Antibodi Penangkap dan IgY sebagai Antibodi Pendeteksi

IgG anti-Fasciola gigantica domba yang telah diukur konsentrasinya, diencerkan dalam larutan buffer bicarbonate dengan perbandingan 1:1000. Setiap sumur microplate diisi dengan 100 µl IgG dan diinkubasi selama semalam pada suhu 4 ºC. Microplate yang telah diinkubasi dibilas sebanyak tiga kali dengan 300 µl PBS Tween 0,05 dan dikeringkan. Tahap selanjutnya adalah blocking menggunakan PBS-skim 5. Setiap sumur diisi dengan 100 µl susu skim dan diinkubasi pada suhu 37 o C selama 1 jam. Microplate yang telah diinkubasi dicuci kembali dengan 300 µl PBS Tween sebanyak tiga kali dan dikeringkan. Antigen ekskretori sekretori Fasciola gigantica yang diperoleh dari penelitian Satrija et al. 2009, diencerkan ke dalam larutan PBS dengan perbandingan 1:100. Antigen kemudian dimasukkan 100 µl ke dalam sumur sesuai lembar kerja dan diinkubasi selama 1 jam pada suhu 37 ºC dan kemudian microplate dicuci dengan 300 µl PBS Tween 0.05 sebanyak tiga kali lalu dikeringkan. Antibodi pendeteksi yang digunakan adalah IgY anti-Fasciola gigantica domba. IgY diencerkan dengan konsentrasi 1:100, 1:1000, dan 1:10000. Sebanyak 100 µlml IgY anti-Fasciola gigantica domba yang telah diencerkan, dimasukkan ke dalam setiap sumur sesuai dengan lembar kerja dan diinkubasi selama 1 jam pada suhu 37 ºC. Setiap sumur microplate dicuci kembali dengan 300 µl PBS Tween 0,05 sebanyak tiga kali lalu dikeringkan Microplate kemudian diisi dengan konjugate anti-chicken yang telah diencerkan dengan pengenceran 1:10000 pada setiap sumur. Selanjutnya microplate diinkubasi selama 1 jam pada suhu 37 ºC . Setiap sumur microplate kemudian dicuci ke mbali dengan 300 µl PBS Tween 0,05 lalu dikeringkan dan diisi dengan substrat TMB pada setiap sumur dalam keadaan gelap. Selanjutnya diinkubasi kembali selama 30 menit pada suhu ruang. Terakhir dilakukan pembacaan hasil ELISA dengan menggunakan ELISA reader.

3.2.6 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan membandingkan nilai absorbansi dari konformasi pengujian ELISA dengan nilai cut off masing-masing pengujian. Ratio = rata-rata absorbansi pengujian nilai cut off Cut off adalah batas nilai absorbansi positif dan negatif dari suatu pengujian. Nilai cut off ditentukan dengan rata-rata absorbansi kontrol negatif masing-masing pengujian ditambah dengan tiga kali nilai standar deviasi Ath 1995. Hasil uji yang memiliki nilai perbandingan ratio yang paling besar merupakan pengujian yang terbaik.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsentrasi immunoglobulin Y IgY yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 9,57 mgml dan immunoglobulin G IgG adalah 3,75 mgml. Pada penelitian ini, antibodi yang dilapiskan diencerkan 1:1000, sehingga besarnya protein IgY yang dilapiskan adalah 9, 57 µgml dan IgG sebesar 3,75 µgml. Pelapisan antibodi dengan pengenceran 1:1000 tersebut merupakan konsentrasi yang cukup, karena menurut Stewart et al. 1990 konsentrasi suatu antibodi yang dilapiskan coating pada permukaan microplate berkisar 1- 10 µgml. Konformasi pertama uji ELISA dilakukan dengan menggunakan IgY sebagai antibodi penangkap antigen ekskretori sekretori ES Fasciola gigantica diikuti IgG sebagai antibodi pendeteksi. Uji ELISA konformasi kedua menggunakan IgG sebagai antibodi penangkap ES Fasciola gigantica diikuti IgY sebagai antibodi pendeteksi. Pada kedua uji tersebut, batas nilai penentuan deteksi antigen ES Fasciola gigantica positif terdeteksi, dilihat dari perbedaan cut off pada masing-masing uji. Nilai cut off pada masing-masing uji dihitung dari rataan nilai absorbansi kontrol negatif yang ditambahkan dengan tiga kali nilai standar deviasi. Kontrol negatif yang digunakan adalah larutan PBS yang tidak menggunakan antigen ES Fasciola gigantica. Rataan nilai absorbansi hasil pengujian yang lebih besar dari nilai cut off merupakan hasil pengujian yang bernilai positif. Sebaliknya, rataan nilai absorbansi hasil pengujian yang lebih kecil dari nilai cut off merupakan hasil pengujian yang bernilai negatif. Nilai cut off pada ELISA konformasi pertama adalah 0,1026, yang didapatkan dengan menjumlahkan nilai absorbansi 0,0735 dengan 3 kali standar deviasi 0,0097. Nilai cut off pada ELISA konformasi kedua dengan IgG sebagai antibodi penangkap dan IgY sebagai antibodi pendeteksi adalah 0,1172, yang didapatkan dengan menjumlahkan nilai absorbansi 0,0648 dengan tiga kali standar deviasi 0,0175. Nilai cut off masing-masing pengujian dijabarkan pada Tabel 2.

Dokumen yang terkait

Antigen ekskretori/sekretori stadium L3 ascaridia galli sebagai pemicu pembentukan imunoglobin yolk (IgY) pada ayam petelur

1 17 224

Antigen ekskretori sekretori stadium L3 ascaridia galli sebagai pemicu pembentukan imunoglobin yolk (IgY) pada ayam petelur

0 17 107

Produksi Antibodi Poliklonal Antiekskretori/Sekretori (E/S) Fasciola gigantica Isolat Asal Domba Dan Kerbau Pada Kelinci

3 21 79

Produksi Immunoglobulin Y (Ig Y) anti -Ekskretori/Sekretori (E/S) Fasciola gigantica pada Ayam Petelur

1 4 69

Antigen Ekskretori-Sekretori Cacing Jantung (Dirofilaria immitis) Jantan dan Betina yang Berpotensi Sebagai Marka Diagnosis.

0 1 9

produksi dan aplikasi antibodi monoklonal anti ekskretori-sekretori Fasciola gigantika untuk melacak Fasciolosis pada sapi.

0 0 3

15. KONSENTRASI PROTEIN ANTIGEN EKSKRETORI SEKRETORI DAN SOMATIK PADA Fasciola gigantica DAN Eurytrema pancreaticum The Protein Concentration of Excretory Secretory and Somatic Antigen from Fasciola gigantica and Eurytrema pancreaticum | Hambal | Jurnal M

0 2 3

ID deteksi antigen ekskretori sekretori schistosoma japonicum dengan metode elisa p

0 0 6

KARAKTERISASI KOMPONEN ANTIGENIK CAIRAN EKSKRETORI SEKRETORI (ES) CACING Fasciola gigantica YANG DIPISAHKAN DENGAN POLYETHILEN GLICOL (PEG)

0 0 15

SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS ELISA MENGGUNAKAN KOMPONEN CAIRAN EKSKRETORI SEKRETORI CACING Fasciola gigantica UNTUK DETEKSI FASCIOLOSIS PADA SAPI PUBLIKASI ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN JURUSAN T

0 0 12