19 Gambar 14 Perbandingan estimasi ketebalan dan volume gambut Stahlhut dan Rieley 2007.
4.4 Tantangan dalam Pembangunan dan Pengembangan MRV di Indonesia
Secara makro pengembangan sistem MRV pada dasarnya diarahkan pada pembangunan
sistem audit nasional yang terintegrasi yang memverifikasi program atau kegiatan secara
administratif maupun verifikasi kegiatan langsung di lapangan. Dengan demikian, tiga
hal
utama dalam
langkah tindak
pengembangan MRV adalah: konsensus mengenai MRV, pengembangan kerangka
sistem MRV, dan implementasi atau exercise kegiatan mitigasi dalam kerangka sistem
MRV di lapangan.Konsensus mengenai MRV yang masih belum ada kejelasan menjadi
kendala utama yang harus segera diselesaikan. Segera setelah terbentuknya suatu konsensus
mengenai
MRV beserta
perangkat pendukungnya,
isu lain
yang menjadi
perhatian adalah exercise dari pelaksanaan MRV.
Penerapan sistem MRV di Indonesia, khususnya pada RAN-GRK dan kegiatan aksi
mitigasi perubahan iklim lainnya masih akan dihadapkan pada berbagai kendala. Kendala
yang utama yang dihadapi adalah mengenai konsensus mengenai MRV seperti apa
sistem, mekanisme serta bentuk dari lembaga MRV yang masih belum jelas, teknis
pelaksanaan MRV pada setiap tahapannya, serta
belum adanya
inisiatif untuk
implementasiexercise dari pelaksanaan MRV di lapangan.
• Mekanisme MRV
Sistem MRV yang dimulai dengan tahapan pengukuran, menjadi kendala utama dalam
penerapannya di RAN-GRK. Hal tersebut dikarenakan apabila terdapat kendala pada
tahapan ini, seperti adanya perbedaan hasil pengukuran emisi, kendala tersebut akan terus
berulang pada tahapan selanjutnya. Sebagai contoh, perbedaan hasil pengukuran emisi
yang terjadi pada lahan gambut akan menyebabkan kendala pada tahapan verifikasi
dari pelaporan kegiatan yang dilakukan di lahan gambut tersebut yang seharusnya dapat
diselesaikan pada tahapan sebelumnya.
Kendala tersebut terjadi bukan hanya pada sektor kehutanan dan lahan gambut saja,
melainkan dapat terjadi pula pada sektor- sektor lainnya dalam RAN-GRK.Perbedaan
diantaranya adalah dalam teknis pengukuran masing-masing sektor.Pada sektor energi dan
transportasi misalnya, potensi yang dapat menimbulkan
kendala berada
pada perhitungan audit energi, pengukuran emisi
dari transportasi
emisi sumber
begerak.Potensi lain yang dapat menjadi kendala pada sektor lain diantaranya adalah
perhitungan emisi
dari sektor
limbah, pertanian, dan industri.
Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa kendala dalam tahapan pengukuran dapat
disebabkan dari beberapa faktor.Faktor-faktor tersebut
diantaranya adalah
perbedaan pendekatan, metode, model, dan asumsi
pengukuran yang digunakan. Solusi dalam mengurangi potensi terjadinya kendala dalam
tahapan pengukuran ini dapat dilakukan dengan standardisasi proses perhitungan emisi
dari
masing-masing sektor
penggunaan asumsi, pendekatan, metode, dan model yang
digunakan, kolaborasi dan koordinasi yang baikdalam jaringan penelitian atau proyek
dalam bidang pengukuran tertentu, serta pelaporan yang terekam dengan baik dari hasil
kajian atau proyek yang berkaitan.
Potensi yang dapat timbul sebagai kendala dalam tahapan berikutnya, yakni pelaporan
hasil dari tahapan pengukuran yang dilakukan, diantaranya adalah ketidaksamaan format
pelaporan, kelengkapan
dari parameter
laporan, ketepatan
waktu penyelesaian
laporan, serta pengelolaan laporan-laporan yang masuk dalam sistem MRV ini.Potensi-
potensi yang dapat menjadi kendala tersebut dapat
diminimalisir dengan
melakukan konsolidasi format dan parameter laporan,
prosedur dan batasan waktu pelaporan, serta manajemen pengelolaan pelaporan yang
sistematis dan
terstruktur. Selain
dari pengelolaan laporan yang baik, akses terhadap
laporan yang sudah ada tersebut akan lebih baik
apabila dapat
diakses oleh
KementerianLembaga lain yang terkait, asosiasakademisi
yang membutuhkan,
maupun organisasi non-pemerintah LSM nasionalinternasional
dan publik
pada umumnya.
Tahapan terakhir dalam mekanisme MRV yang dibangun adalah verifikasi kegiatan yang
dilakukan dalam
RAN-GRK. Apabila
dilakukan identifikasi
terhadap potensi-
potensi yang dapat menjadi kendala pada verifikasi ini, beberapa potensi kendala
tersebut diantaranya
adalah:kebutuhan verifikasi lebih lanjut seperti pengecekan
langsung dilapangan di beberapa sektor dalam RAN-GRK kehutanan dan lahan
gambut misalnya, keterbatasan data untuk
20 proses verifikasi hanya dapat memverifikasi
data sekunder, sifat data yang dikhawatirkan subjektif. Selain dari teknis verifikasi, kendala
lain yang dapat muncul dalam tahapan ini berasal dari lembagainstansi yang melakukan
verifikasi, yakni adanya konflik kepentingan. Dalam upaya pencegahan terjadinya kendala
tersebut, beberapa hal yang dapat dilakukan diantaranya
adalah penggunaan
data penginderaan jauh dengan menggunakan citra
hyperspectral ataupun foto udara resolusi tinggi, mengadakan asistensi oleh para
verifikator di tahapan pengukuran, serta memiliki lembaga verifikasi yang terpisah
secara struktur dari lembaga MRV yang dibangun.
• Teknis Pelaksanaan MRV
Selain isu mengenai mekanisme MRV yang harus dihadapi, isu lain yang tidak kalah
pentingnya adalah
mengenai teknis
penyelenggaraan MRV. Secara garis besar, teknis penyelenggaraan MRV dapat dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu ketersediaan dan akses data, pengumpulanakuisisi data, serta
pengolahan dan pengelolaan data.
Ketersediaan dan akses data merupakan tahapan
awal yang
dilakukan untuk
inventarisasi dan pemenuhan data-data yang diperlukan.Dalam
tahapan ini,
berbagai pilihan pemenuhan data untuk MRV perlu
dilakukan mengingat keterbatasan pasokan data dan teknologi yang diterapkan. Pilihan
pemenuhan itu dapat dilakukan antara lain dengan: memobilisasi sumber data lain di luar
kapasitan yang dimiliki, mengombinasikannya dengan pengamatan in-situ, atau melalui
peningkatan kapasitas capacity building lembaga-lembaga pendukung.
Setelah ketersediaan data terpenuhi data spasial dan non-spasial, aksesibilitas terhadap
data, serta
mekanisme dan
standar pertukarannya perlu dikonsolidasikan.Untuk
selanjutnya, data-data tersebut diseragamkan format dan skalanya, kemudian dikumpulkan
dalam sebuah sistem manajemen pangkalan data database management system – DBMS
dan
diintegrasikan ke
dalam jaringan
insrastruktur pangkalan data nasional. Peningkatan
kapasitas perlu
juga dilakukan dalam pengolahan dan pengelolaan
data MRV,
pembangunan infrastruktur
teknologi informasi pendukung misalnya. Peningkatan kapasitas tersebut juga dilakukan
dengan mengadakan pelatihan teknis yang komprehensif dan berkesinambungan dari
tingkatan manajerial hingga operator teknis, memfasilitasi berbagai dialog teknis dalam
pengelolaan dan pengolahan datainformasi di tingkat nasional maupun internasional.
Keseluruhan isu teknis dan rekomendasi yang diusulkan tersebut tidak akan terbentuk
apabila tidak didukung dengan adanya dukungan pendanaan yang baik. Pendanaan
tersebut dapat berasal dari anggaran yang ada di pemerintah maupun dari bantuan dan
kerjasama bilateral atau multilateral dengan negara-negara donor.Selain itu, peran serta
dari pendanaan yang berasal dari sektor publik atau investasi sektor swasta dapat diarahkan
untuk
mendukung penyusunan,
pengembangan, serta implementasi kebijakan yang diputuskan.
• Kelembagaan MRV
Dari berbagai rangkaian dialog yang difasilitasi oleh DNPI,pembangunan sistem
MRV nasional
mengarah kepada
pembangunan sistem audit yang mampu melihat capaian target penurunan emisi dari
berbagai program yang digulirkan seiring dengan pengelolaan pembangunan secara
keseluruhan. Dengan demikian,kelembagaan MRV mencakup bukan saja lembagainstansi
yang terkait langsung dengan perubahan iklm, akan tetapi mencakup lembaga pengawas.
Dengan kata lain, pemisahan yang tegas perlu dilakukan antara lembaga pelaksana kegiatan
dengan lembaga yang ditugaskan untuk melakukan
verifikasi terhadap
performa program yang dilaksanakan. Hal tersebut
penting dalam suatu lebaga verifikasi yang bebas dari berbagai konflik kepentingan.
Peran rinci dari berbagai lembaga ini, baik dari lembaga pengawas maupun lembaga
pelaksana, perlu dirumuskan lebih lanjut untuk kemudian diputuskan kelembagaan
MRV seperti apa yang akan diterapkan di Indonesia.Penetapan
konsensus tersebut
berlaku pula pada cakupan tugas dan fungsinya, mekanisme kerja antar lembaga,
serta bentuk
kebijakan dan
pelaksanaannya.Setelah konsensus mengenai cakupan tugas dan fungsi serta mekanisme
kerja antar lembaga dan kebijakan dapat ditetapkan, lembaga MRV yang dibangun
dapat memberikan usulan berbagai kebijakan terkait pelaksanaan dan pengawasan program-
program dalam RAN-GRK ataupun aksi-aksi mitigasi lainnya.Kebijakan yang dikeluarkan
oleh lembaga MRV tersebut untuk kemudian dapat berperan sebagai umpan balik terhadap
hasil verifikasi dan pengecekan silang cross check terhadap kegiatan yang diusulkan dan
realisasinya dilapangan. Sehingga kinerja dari masing-masing sektor kedepannya diharapkan
21 akan semakin baik setelah kebijakan yang
tepat diputuskan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Upaya mitigasi perubahan iklim di Indonesia salah satunya dilakukan dengan
menetapkan dan melaksanakan rencana aksi penurunan emisi gas rumah kaca GRK
secara sukarela pada sektor-sektor penghasil emisi
utama.Target penurunan
emisi GRKyang ditetapkan oleh pemerintah dalam
rencana aksi nasional penurunan emisi gas rumah kaca RAN-GRK adalah sebesar 26
dengan pendanaan domestik dan 41 dengan
tambahan pendanaan
dari internasional.RAN-GRK
tersebutmemerlukan suatu sistem pemantauan yang terukur, terlaporkan dan terverifikasi
measurable, reportable and verifiable – MRV yang bersifat transparan dan dapat
diakui secara internasional.
DNPI dalam mengembangkan satu sistem MRV melakukan pendekatan secara ekstensif
dan inklusif dengan melibatkan para pihak kunci pemerintah, non-pemerintah, sehingga
teridentifikasi berbagai elemen-elemen kunci, baik aspek teknis maupun non-teknis.Evaluasi
terhadap pengembangan dan penerapan sistem MRV membutuhkan mekanisme pengukuran,
pelaporan dan verifikasi yang komprehensif terkait dengan adanya potensi kendala
tersendiri pada masing-masing sektor.Setiap tahapan
dalam sistem
MRV, yakni
pengukuran, pelaporan dan verifikasi akan memberikan kendala yang spesifik dan
berantai. Tahapan pengukuran pada sektor kehutanan dan lahan gambut misalnya,
memerlukan mekanisme pengukuran yang detail dan akurat terkait dengan adanya
kesulitan pada pengukuran kedalaman dan volume dari suatu wilayah gambut.Hal
tersebut berlaku juga pada sektor-sektor lainnya dalam RAN-GRK.
Kendala teknis
tersebut dapat
diminimalisir dengan adanya mekanisme komprehensif dan terstandardisasi dalam
melakukan kegiatan pengukuran, pelaporan, dan verifikasi dari pelaksanaan program-
program
RAN-GRK.Selain itu,
adanya transfer teknologi, pendanaan internasional,
serta penguatan kapasitas kelembagaan MRV juga perlu dibangun dalam memberikan
arahan, tuntutan, dan rekomendasi teknis pelaksanaan MRV yang akurat, efisien,
lengkap, serta
konsisten dan
dapat dibandingkan.
5.2 Saran
Kedepannya, sistem dan lembaga MRV yang dibangun diharapkan bukan hanya
melingkupi kegiatan di bidang perubahan iklim saja, melainkan melingkupi berbagai
kegiatan lainnya di luar isu perubahan iklim kegiatan pembangunan dan perekonomian,
program kemanusiaan dan kesejahteraan masyarakat,
kegiatan penanggulangan
terhadap suatu bencana, serta isu lainnya yang menyangkut hajat hidup masyarakat secara
luas.Sehingga berbagai program pemerintah yang direncanakan dapat terlaksana sesuai
dengan rencana awal.Hasil penelitian ini dapat dijadikan tahap awal untuk menuju ke arah
tersebut.
Keterbatasan-keterbatasan yang ada pada kajian ini dapat dielaborasi dan dianalisis
lebih lanjut dalam kajian yang lebihmendalam mengenai komponen-komponen yang ada
dalam sistem MRV.Beberapa komponen MRV
yang direkomendasikanuntuk
dielaborasi diantaranya adalah mengenai penggunaan data spasial dalam mendukung
sistem MRV, pengukuran perhitungan emisi GRK dari sektor lainnya, pengembangan
metodologi dan analisis MRV, verifikasi hasil pada tahapan pengukuran dalam MRV, serta
topik-topik kajian lainnya yang bersifat teknis dan sesuai dengan bidang keilmuan.