- Melaksanakan danatau mengkoordinasi- Konsep Measurable, Reportable and VerifiableMRV yang Berkembang di

12 • Proposalkonsep MRV Kementerian Lingkungan Hidup Kementerian Lingkungan Hidup KLH juga membuat sebuah mekanisme pelaporan pelaksanaan MRV.Mekanisme tersebut meliputi kegiatan yang dilakukan serta peranan dari institusilembaga yang terkait. Dalam alur pelaksanaannya, secara umum mekanisme yang diusulkan oleh KLH memiliki tiga tahapan, yaitu terdiri dari kegiatan inventarisasi emisi GRK, perencanaan mitigasi perubahan iklim secara nasional, pelaporan pelaksanaan mitigasi dan pencapaian rencana aksi, serta membuat laporan tersebut dalam bentuk National Communicationsetiap dua tahun dan laporan pencapaian target penurunan emisi sampai pada tahun 2020 terlihat pada Gambar 7. Selain mengenai NAMAs, dalam pelaksanaannya MRV harus mengikuti prinsip-prinsip yang berlaku dalam Konvensi dan Protokol Kyoto, yaitu kewajiban semua negara untuk ikut serta dalam upaya stabilisasi GRK di atmosfir denganmengindahkan prinsip common but differentiated responsibilities and respective capablities serta historical responsibilities dari emisi GRK setiap negara. Dengan demikian untuk mendukung MRV nasional diperlukan national GHGInventory System SIGN: Sistem Inventarisasi GRK Nasional. Sistem Inventarisasi GRK Nasional atau SIGN, merupakan satu sistem mengenai inventarisasi GRK secara nasional yang diusulkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Sistem ini memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut KLH 2010: - Melaksanakan danatau mengkoordinasi- kan proses inventarisasi GRK di tingkat nasional, regional dan lokasi; - Memantau tingkat dan status emisi GRK nasional; - Mengevaluasi rencana aksi dan implementasi dari pengurangan emisi nasional; Melaporkan status emisi GRK.Sistem Inventarisasi GRK Nasional atau SIGN, merupakan satu sistem mengenai inventarisasi GRK secara nasional yang diusulkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Sistem ini memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut KLH

2010: - Melaksanakan danatau mengkoordinasi-

kan proses inventarisasi GRK di tingkat nasional, regional dan lokasi; - Memantau tingkat dan status emisi GRK nasional; - Mengevaluasi rencana aksi dan implementasi dari pengurangan emisi nasional; - Melaporkan status emisi GRK. Gambar 7 Pelaporan pelaksanaan MRV melalui national communication KLH 2010. 13 Gambar 8 Alur inventarisasi GRK nasional yang diusulkan KLH 2010. Dalam penerapannya, diperlukan unit-unit kerja di setiap sektor dan daerah untuk mengumpulkan data aktivitas terkait dengan inventarisasi GRK secara berkala, misalnya luasan wilayah reboisasi hutan, jumlah timbunan sampah domestik, konsumsi bahan bakar fosil, dan kegiatan lainnya yang menghasilkan atau menyerap emisi GRK. Hasil pengumpulan dan analisis data aktivitas dari sektor dan daerah diolah menjadi status emisi GRK tingkat daerah profil emisi kotakabupaten dan nasional.Status emisi GRK tersebut nantinya digunakan sebagai bahan penyusunan National Communication.Alur dari inventarisasi GRK secara nasional dapat dilihat pada Gambar 8. Pelaporan pelaksanaan MRV melalui National Communication meliputi peran dari berbagai institusi terkait dan kegiatan yang dilakukannya.Pelaporan tersebut merupakan lanjutan dari alur yang diusulkan sebelumnya.Status emisi dan hasil dari inventarisasi emisi GRK yang dilakukan pada alur yang telah dijelaskan sebelumnya ditambah dengan proyeksi emisi GRK 10 tahun mendatang, menjadi masukan dalam perencanaan mitigasi perubahan iklim nasional di masing-masing sektor. Rencana mitigasi tersebut tertuang dalam RAN-GRK yang dikompilasi oleh Bappenas serta diverifikasi oleh suatu lembaga independen. Hasil dari pelaksanaan mitigasi dan pencapaian penurunan emisi tersebut dilaporkan secara nasional, kemudian dikembangkan menjadi laporan national communication setiap dua tahunan dan laporan pencapaian target penurunan emisi sebesar 26 di tahun 2020 dalam kerangka MRV. • Proposalkonsep MRV Satgas Pembentukan Kelembagaan REDD+ Berbeda dengan proposalkonsep yang telah dijelaskan sebelumnya, proposalkonsep mengenai MRV yang dirumuskan oleh Satgas Pembentukan Kelembagaan REDD+ lebih menitikberatkan kepada usulan bentuk kelembagaan MRV.Satuan Tugas Pembentukan kelembagaan REDD+ Satgas REDD+ yang dibentuk oleh Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bulan September tahun lalu, merumuskan beberapa konsep kelembagaan MRV berikut dengan analisis tingkat independensinya serta struktur organisasinya dapat terlihat pada Gambar 9 dan 10. Konsep kelembagaan yang diusulkan oleh Satgas REDD+mengindikasikan bahwa tingkat independensi lembaga MRV memiliki nilai yang tinggi apabila lembaga MRV yang dibangun melaporkan kinerjanya kepada publik, tidak berupa suatu unit dalam suatu Kementerian ataupun sebagai Lembaga yang melaporkan langsung kepada presiden. Namun, pada proses pembentukan dan pelaksanaannya, lembaga MRV yang dibangun dan kemudian menyampaikan laporan kinerjanya langsung kepada publik, 14 cukup sulit untuk dibangun dan dilaksanakan. Hal tersebut dikarenakan pada proses pembentukan misalnya, ada kekhawatiran bahwa struktur organisasi dan pejabatnya tidak cukup kuat dan berpengaruh untukmemberikan arahan kepada KementerianLembaga pelaksana kegiatan ketika muncul suatu rekomendasi tertentu terhadap kegiatan yang sedang dilaksanakan.Sehingga bentukdiLembaga MRV yang lebih feasible untuk dibangun adalah lembaga yang melaporkan kinerjanya langsung kepada presiden, namun secara bersamaan melaporkannya juga kepada publik. Peran dariketuakepala dari lembaga MRV pada lembaga tersebut adalah mengoordinasikan Kementerian-kementerian dan Lembagainstansi lain yang terkait dengan kegiatan MRVterhadap suatu rekomendasi atau kebijakan tertentu, kemudian bekerja bersama-sama dengan unit kerja khusus dalam lembaga MRV yang ada dan Kementerian lembaga terkait dalam pelaksanaannya. Dalam menjaga tingkat independensi dan penilaian dari unit verifikasi dalam lembaga tersebut, lembaga ini diharapkan memiliki unit verifikasi tersendiri yang keberadaanya terdapat di luar sistem.Secara lebih singkat, usulan bentuk kelembagaan dan stuktur organisasi yang diusulkan digambarkan pada Gambar 9 dan 10. Lembaga MRV yang terbentuk pada akhirnya harus mampu menjalankan fungsi- fungsi esensialnya serta memiliki sistem informasi yang terintegrasi dalam pengolahan, Gambar 9 Konsep kelembagaan MRV Satgas Pembentukan Kelembagaan REDD+ 2010. 15 Gambar 10 Stuktur organisasi MRV Satgas Pembentukan Kelembagaan REDD+ 2010. pengarsipan, analisis, maupun visualisasi informasi yang dapat menggambarkan performa kegiatan tiap sektor yang melaksanakan kegiatan mitigasi perubahan iklim yang transparan dan diakui secara nasional dan internasional. Selain itu, lembaga tersebut juga diharapkan mampu mengevaluasi kinerja dari program-program dalam RAN-GRK tersebut dengan satuan tugas verifikasi terpisah dari sistem kelembagaan. Adapun prinsip-prinsip yang ada dalam sistem MRV mengacu kepada enam prinsip yang ada, yaitu: akurasi accuracy, kelengkapan completeness, konsistensi consistency, efisiensi efficiency, transparansi transparancy, dan dapat dibandingkan comparability. • Proposalkonsep MRV Universitas Hokkaido Salah satu proposalkonsep mengenai MRV lainnya adalah berasal dari Universitas Hokkaido, Jepang. Proposalkonsep MRVyang sedang dikembangkan bersama oleh tim ahli dari Universitas Hokkaido dengan DNPI dan berbagai KementeianLembaga terkait lainnya lebih mengelaborasi kepada teknis pelaksanaan dan aplikasi MRV pada salah satu sektor yang ada dalam RAN-GRK, yaitu sektor kehutanan dan lahan gambut. Pada tahapan pengukuran measure dalam proposalkonsep MRV yang dibangun, mengintegrasikan berbagai instrumen penginderaan jauh dan teknologi pengukuran emisi langsung di wilayah kajian dalam kegiatan pengukuran dan pemantauan sumber emisi baik di wilayah hutan, maupun di lahan gambut. Instrumen-instrumen yang digunakan dan kegiatan yang dilakukan dalam sistem MRV tersebut ditempatkan dalam tiga lapisan vertikal utama dari permukaan, yaitu: - lapisan terjauh: satelit GOSAT, TerraAqua MODIS, Landsat, SPOT, Quickbird, TerraSAR, ANVIR-2, Hisui, PALSAR, dan AMSR-E; - lapisan menengah: Unmanned Aerial VehicleUAV – kendaraan udara tanpa awak dan Light Detection and Ranging Platform LiDAR Platform– wahana udara yang dapat mengukur data topografi serta komposisi dan konsentrasi zat kimia; - lapisan permukaan: DGPS, menara dan bilik pengukur fluks CO 2 vertikal, penggalian, Fiber Etalon Spectrometer measurement of CO 2 FES-C – alat pengukur CO 2 , dan pengukuran ketinggian air water gauge. Gambar 11 Konsep sistem penginderaan komprehensif pada lahan gambut Osaki et al2010. 16 Gambar 12 Sistem MRV lahan gambut yang diusulkan Osaki et al2010. Dalam sistem tersebut, terdapat delapan parameter utama yang dapat diukur. Kedelapan parameter yang diukur dan instrumen-instrumen pengukurnya antara lain Osaki et al 2010: 1. Konsentrasi CO 2 : GOSAT, UAV, FES-C, serta menara dan bilik pengukur. 2. Kebakaran dan titik api: TerraAqua MODIS. 3. Deforestasi, degradasi hutan dan pemetaan spesies: Landsat, SPOT, Quickbird, TerraSAR, ANVIR-2, Hisui, dan UAV. 4. Perubahan biomassa hutan: PALSAR, AMSR-E, dan LIDAR. 5. Penurunan ketinggian gambut: PALSAR, AMSR-E, LiDAR, dan DGPS. 6. Ketinggian air, kelembaban tanah: PALSAR, AMSR-E, dan water gauge. 7. Kubah dan ketebalan gambut: penggalian. 8. Karbon organik larut air: Landsat, SPOT, Quickbird, TerraSAR, ANVIR-2, dan Hisui. Pengukuran konsentrasi CO 2 pada sistem dibantu melalui penginderaan jauh dengan memanfaatkan data dari satelit GOSAT.TheGreenhouse Gases Observing Satellite,atau yang disingkat dengan GOSAT, merupakan satelit pertama di dunia yang dapat mengukur konsentrasi karbon dioksida CO 2 dan metana CH 4 yang diluncurkan pada Januari 2009. Satelit ini berada di ketinggian kurang lebih 666 km dari permukaan bumi dengan waktu satu revolusi sekitar 100 menit dan akan kembali melewati titik yang sama yang dilewatinya dalam tiga hari. Dengan adanya satelit tersebut, pengukuran CO 2 dan CH 4 dapat menjadi lebih mudah dan efisien.Pengukuran parameter selanjutnya yang dapat dilakukan dengan satelit adalah estimasi kadar kelembaban tanah dengan menggunakan citra ALOSPALSAR. Mekanisme ekstraksi data kadar kelembaban tanah tersebut berasal dari kapasitas konduktif spesifik pada tanah, yang menggambarkan berbagai tingkatan kekuatan hamburan balik backscatter strength dari berbagai jenis kadar air water content. Setelah dilakukannya berbagai pengukuran dan analisis terhadap parameter-parameter tersebut, hasil dari analisis yang dilakukan dapat dibuat menjadi beberapa practical carbon budget terpadu, seperti sebaran dan konsentrasi dari emisi karbon dari kebakaran gambut, kehilangan karbon melalui air, emisi karbon dari degradasi mikroorganisme, atau pertumbuhankematian tanaman, yang kemudian diikuti dengan pembuatan laporan, verifikasi serta sertifikasi seperti pada Gambar 12. Konsep penginderaan jauh tersebut dapat pula diaplikasikan pada bidang dalam RAN- GRK yang memerlukan perhatian khusus lainnya LULUCF misalnya, karena pada umumnya sistem karbon pada lahan gambut lebih kompleks dibandingkan dengan sistem karbon di lahan kering dry land.Sehingga apabila diaplikasikan, beberapa parameter pengukuran spesifik pada lahan gambut ketebalan gambut, penurunan gambut, dan 17 karbon organik yang terlarut dalam air tidak diperlukan.

4.3 Studi Kasus Implementasi MRVpada Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut