obat dan makanan yang beresiko terhadap kesehatan, dan 5 membangun organisasi pembelajar learning organization.
Untuk pengawasan keamanan pangan, Badan POM dalam hal ini yang melaksanakan tugasnya yaitu Deputi III Bidang Pengawasan Keamanan Pangan
dan Bahan Berbahaya yang terdiri dari Direktorat Penilaian Keamanan Pangan, Direktorat Standardisasi Produk Pangan, Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi
Produk Pangan, Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan, dan Direktorat Pangawasan Produk dan Bahan Berbahaya. Prinsip pengawasan
keamanan pangan yang dilakukan Badan POM dengan pengawasan full spectrum yaitu pengawasan pre-market dan pengawasan post- market.
2.3.1.1 Pengawasan Pre-Market
Badan POM melakukan pengawasan pre-market sebagai tindakan preventif terhadap keamanan produk pangan yang beredar di masyarakat.
Kegiatan ini dilakukan sebelum produk pangan diedarkan yaitu pada saat produk tersebut didaftarkan di Badan POM
. Kriteria dan tata laksana penilaian produk
pangan ini mengacu pada Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor : HK. 0005.1.2569 tentang Kriteria dan Tata Laksana
Penilaian Produk Pangan tahun 2004. Pendaftaran produk pangan dilakukan oleh produsen, importir dan atau
distributor di Direktorat Penilaian Keamanan Pangan, Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, Badan POM Jakarta untuk memperoleh
nomor pendaftaran dengan kode MD untuk makanan dan minuman yang diproduksi di dalam negeri dan kode ML untuk makanan dan minuman produk
impor. Pendaftar wajib mengisi formulir pendaftaran dalam rangka mengajukan
permohonan penilaian produk pangan secara tertulis dan melampirkan dokumen- dokumen sebagai syarat kelengkapan pendaftaran.
Keputusan Kepala Badan terhadap permohonan pendaftar dapat berupa persetujuan, permintaan tambahan data atau penolakan. Produk pangan yang
mendapat persetujuan akan memperoleh nomor pendaftaran produk pangan disertai rancangan label yang disetujui. Surat persetujuan pendaftaran berlaku 5
lima tahun selama masih memenuhi ketentuan yang berlaku, apabila telah habis masa berlakunya maka produsen wajib melakukan pendaftaran ulang
.
2.3.1.2 Pengawasan Post-Market
Sesuai dengan lingkup tugasnya Badan POM melakukan kegiatan post- market
yang merupakan tindakan pengawasan yang dilakukan terhadap produk pangan olahan yang beredar di pasaran. Kegiatan yang dilakukan meliputi
pemeriksaan sarana produksi pangan, sarana distribusi pangan, sampling dan pengujian laboratorium, monitoring label dan iklan pangan serta penyidikan dan
penegakan hukum .
Pengawasan dilakukan secara rutin oleh Balai BesarBalai POM yang ada di Indonesia, baik terhadap sarana produksi yang berskala
menengah ke atas maupun yang berskala industri rumah tangga. Badan POM menunjuk petugas Balai BesarBalai POM untuk melakukan
tugas pengawasan yang dikenal sebagai petugas pengawas pangan. Pengawas pangan merupakan salah satu unsur dalam sistem pengawasan pangan yang sangat
besar peranannya dalam mendukung kelangsungan dan kelancaran kegiatan pengawasan pangan. Tugas dari pengawas pangan adalah sebagai berikut :
1. memeriksa berbagai jenis sarana pengolahan apakah sudah memenuhi
persyaratan sanitasi dan hygiene serta cara berproduksi pangan yang baik; 2.
memeriksa kelayakan suatu produk untuk dipasarkan secara meluas dan komersial;
3. mengambil sampel untuk tujuan analisis dan pemastian kesesuaian dengan
standar, baik yang sifatnya rutin maupun yang sifatnya khusus karena adanya suatu kasus tertentu;
4. menelusuri keluhan dari konsumen tentang keamanan pangan serta
keluhan-keluhan terhadap kemungkinan adanya pelanggaran terhadap perundang-undangan dan peraturan-peraturan tentang pangan;
5. melakukan pengawasan rutin dan penarikan terhadap produk pangan yang
berbahaya atau bisa menyebabkan penyakit, membahayakan kesehatan atau dilarang untuk diedarkan di pasar;
6. mencari penyebab terjadinya kasus-kasus keracunan pangan;
7. memberikan bimbingan atau penyuluhan terhadap produsen maupun
konsumen tentang keamanan pangan dan cara-cara menangani, mengolah, dan menyajikan pangan yang aman untuk dikonsumsi.
III. METODE PENELITIAN