Badan POM melakukan sampling pangan rutin sebagai bentuk pengawasan terhadap produk pangan yang beredar untuk menjamin masyarakat
dari peredaran produk pangan yang beresiko terhadap kesehatan, produk pangan cacat atau dengan mutu substandard dan atau mengandung unsur penipuan.
Pelanggaran keamanan pangan meliputi penggunaan bahan kimia yang dilarang untuk pangan, penggunaan Bahan Tambahan Pangan BTP melebihi batas
maksimal, pangan mengandung cemaran kimia, mikroba, fisik dan penggunaan bahan baku yang mengandung cemaran kimia, mikroba, fisik.
Prioritas produk untuk sampling rutin yaitu produk dengan kriteria : produk yang mempunyai kemungkinan resiko tinggi dan banyak diminati masyarakat,
sebagai tindak lanjut dari suatu produk yang terbukti TMS berdasarkan hasil sampling sebelumnya, sebagai tindak lanjut dari hasil inspeksi sarana produksi
yang belum menerapkan CPMB dan program nasional fortifikasi Gartini 2009.
Pelaksanaan sampling sekurang-kurangnya satu tahun sekali dilakukan pada sarana produksi maupun sarana distribusi.
4.2. Implementasi Sistem Pengawasan Keamanan Pangan oleh Badan POM
4.2.1. Implementasi Pengawasan Pre-Market
Pengawasan pre-market dilakukan pada saat registrasi produk terhadap kelengkapan persyaratan yang diajukan oleh produsendistributorimportir
pangan. Produk pangan olahan yang telah dinilai dan memenuhi persyaratan akan diberikan surat persetujuan pendaftaran produk pangan yang di dalamnya terdapat
nomor pendaftaran. Nomor pendaftaran produk pangan adalah nomor yang diberikan untuk pangan olahan dalam rangka peredaran pangan yang terdiri dari
12 dua belas digit dan dalam setiap digit berisi kode dari produk tersebut. Pendaftaran produk pangan MD dan ML diklasifikasikan berdasarkan
kategori pangan. Pada tahun 2006 s.d. 2010 jumlah produk pangan terdaftar dengan nomor pendaftaran MD sebanyak 22,967 produk dan 16,947 produk
dengan nomor pendaftaran ML Gambar 2. Produk dengan nomor pendaftaran MD tahun 2006-2010 yang terbanyak pada kategori pangan 14 minuman, tidak
termasuk susu dan produk dengan nomor pendaftaran ML yang terbanyak pada kategori pangan 6 serealia dan produk serealia.
Gambar 2. Jumlah produk pangan terdaftar di Badan POM tahun 2006-2010
Hasil keputusan penilaian produk selain persetujuan untuk memperoleh nomor pendaftaran, dapat pula berupa penolakan produk dikarenakan tidak
memenuhitidak sesuai dengan persyaratan saat registrasi. Gambar 3 memperlihatkan jumlah produk MD dan ML tahun 2010 yang ditolak pada saat
pendaftaran yaitu sebanyak 184 produk 8 produk MD dan 176 produk ML. Pendaftar yang berkasnya tidak memenuhi persyaratan, berkas pendaftaran
dikembalikan untuk dilengkapi atau berkas ditolak dengan alasan keamanan pangan.
Pengawasan pre-market berkaitan dengan mutu pelayanan yang diberikan oleh petugas evaluator pangan pada saat melakukan penilaian produk. Menurut
Ratminah 2009 dari keseluruhan unsur penilaian indeks kepuasan masyarakat IKM yang dilakukan di unit pelayanan Badan POM Pusat yang terdiri dari unsur
prosedur pelayanan, persyaratan pelayanan, kejelasan petugas pelayanan, tanggung jawab petugas pelayanan, kecepatan pelayanan, keadilan mendapatkan
pelayanan, kemampuan petugas pelayanan, kesopanan dan keramahan petugas, kewajaran biaya pelayanan, kepastian jadwal pelayanan, kenyamanan lingkungan
dan keamanan lingkungan unit penyelenggara layanan maupun sarana yang digunakan; unsur yang memperoleh nilai A sangat baik adalah unsur kepastian
biaya pelayanan, sedangkan unsur yang mendapat penilaian mutu pelayanan C kurang baik terdapat pada unsur prosedur pelayanan, kecepatan pelayanan dan
kepastian jadwal pelayanan.
Gambar 3. Jumlah produk MD dan ML yang ditolak tahun 2010 Berdasarkan data registrasi produk tahun 2006-2010, bahwa selama
periode 5 tahun pengawasan jumlah produk yang terdaftar sebanyak 30 produkhari. Jumlah ini cukup besar, sehingga diperlukan jumlah SDM petugas
penilai pangan yang memadai sehingga sistem pengawasan yang dilakukan menjadi efektif dan efisien.
Selain melakukan pengawasan pre-market pada produk MD dan ML, Badan POM juga berperan dalam melakukan pembinaan terhadap Industri Rumah
Tangga Pangan IRTP bekerjasama dengan Dinas Kesehatan setempat. Pembinaan yang dilakukan Badan POM yaitu pembinaan keamanan pangan
melalui penyuluhan keamanan pangan dalam rangka Sertifikasi Produksi Pangan IRTP SPP-IRT.
Berdasarkan data yang dilaporkan Balai POMBalai Besar POM di 26 provinsi di Indonesia, jumlah IRTP yang ada di provinsi tahun 2003-2010 yaitu
sejumlah 33,796 IRTP. Dari jumlah tersebut IRTP yang mengikuti penyuluhan
keamanan pangan dalam rangka sertifikasi produksi pangan IRTP SPP-IRT sejumlah 20,906 61.86, dengan nomor PIRT yang telah diterbitkan Dinas
Kesehatan sebanyak 14,621 43.26. Data tersebut menunjukkan bahwa IRTP yang sudah memperoleh nomor PIRT masih sangat rendah 50. Rendahnya
perolehan nomor PIRT ini kemungkinan salah satunya tidak terpenuhinya persyaratan Cara Produksi Pangan yang Baik-Industri Rumah Tangga CPPB-
IRT dengan hasil penilaian pemeriksaan sarana produksi minimal cukup.
4.2.2. Implementasi Pengawasan Post-Market