2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Kebutuhan Dasar Manusia Rasa Nyaman Nyeri
2.2.1 Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai ketika pasien melaporkan adanya nyeri yang dialami pasien, walaupun dalam
observasi perawat tidak menemukan adanya cedera atau luka. Setiap nyeri yang dilaporkan oleh klien adalah nyata Prasetyo, 2010.
1. Karakteristik Nyeri metode P, Q, R, S, T
a. Faktor pancetus P : provacate : perawat mengkaji tentang penyebab
atau stimulus-stimulus nyeri pada klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi bagian-bagian tubuh yang mengalami cedera.
Apabila perawat mencurigai adanya nyeri psikogenik maka perawat harus dapat mengeksplore perasaan klien dan menanyakan perasaan-
perasaan apa saja yang mencetuskan nyeri Prasetyo, 2010.
b. Kualitas Q : quality : kualitas nyeri merupakan suatu yang subjektif
yang diungkapkan oleh klien, seringkali klien mendeskripsikan dalam kalimat-kalimat: tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah seperti
tertindih, perih, tertusuk, dll. Dimana setiap klien mungkin berbeda-beda
dalam melaporkan kualitas nyeri yang ddirasakan Prasetyo, 2010.
c. Lokasi R: region : untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta
klien menunjukan semua bagiandaerah yang dirasakan tidak nyaman oleh klien. Dalam mendokumentasikan hasil pengkajian tentang lokasi
nyeri, perawat hendaknya menggunakan bahasa anatomi atau istilah yang lebih deskriptif. Sebagai contoh pernyataan “nyeri terdapat diikuadran
Universitas Sumatera Utara
abdomen kanan atas” adalah pernyataan yang lebih spesifik dibandingkan “klien menyatakan bahwa nyeri terasa pada bagian
abdomen” Prasetyo, 2010.
d. Keparahan S: severe : tingkat keparahan pasien tentang nyeri
merupakan karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri
ringan, sedang dan berat Prasetyo, 2010.
e. Durasi T: time : perawat menanyakan pada klien menentukan awitan,
durasi, dan rangkaian nyeri. Perawat dapat menanyakkan “kapan nyeri dirasakan?, apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada waktu yang sama
setiap hari?, seberapa sering nyeri kambuh?, atau yang lainnya dengan
kata yang semakna Prasetyo, 2010.
2. Prinsip-Prinsip Pengkajian Nyeri Pada Anak
Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional, beberapa strategi pengkajian harus digunakan untuk mendapatkan informasi tentang nyeri salah
satu pendekatan terhadap pengkajian nyeri pada anak-anak adalah QUEST Wong, 2009.
a. Question the child tanyakan pada anak : anak-anak mungkin tidak
mengetahui apa itu arti kata nyeri dan membutuhkan bantuan untuk menjelaskannya dengan bahasa yang dikenal. Meminta anak untuk
menunjukkan lokasi nyeri juga sangat berguna, bermain dapat menjadi cara lain untuk membantu anak mengungkapkan rasa tidak nyaman
Wong, 2009.
Universitas Sumatera Utara
b. Use a pain rating scale gunakan skala nyeri : penggunaan skala nyeri
pada anak-anak merupakan tindakan berifat kuantitatif. Agar anak-anak tidak bingun dengan instruksi yang diberikan terlebih dahulu
mengenalkan skala tersebut pada anak dengan memfasilitasi penggunaanya pada saat anak tersebut benar-benar mengalami nyeri
Wong, 2009. c.
Evalute behavioral and physiologic changes evaluasi perubahan- perubahan sikap dan fisiologis : perubahan perilaku merupakan
indikator umum nyeri dan sangat bermanfaat dalam mengkaji nyeri pada anak-anak. Respon perilaku anak terhadap nyeri berubah sejalan dengan
pertambahan usia Wong, 2009. d.
Secure parent’s involvement pastikan keterlibatan orang tua : orang tua harus memainkan peranan utama dalam pengkajian nyeri yang dialami
anak mereka. Beberapa orang tua mungkin tidak pernah melihat anaknya dalam keadaan nyeri berat. Peran orang tua sangat penting untuk
mengkaji nyeri anak secara lebih baik, perawat dapat mewawancari orang tua tentang pengalaman nyeri anak sebelumnya Wong, 2009.
e. Take the cause of pain into account pertimbangkan penyebab nyeri :
pada saat anak-anak menunjukan perilaku atau petunjuk lain yang mengisyaratkan adanya nyeri, alasan untuk ketidaknyamanan tersebut
harus diselidiki. Kondisi patologik dapat memberikan petunjuk tentang intensitas dan jenis nyeri Wong, 2009.
f. Take action evaluate results lakukan tindakan dan evaluasi hasilnya :
evaluasi akhir merupakan hal yang sang penting. Tidak ada satu pun
Universitas Sumatera Utara
teknik pengurangan nyeri efektif untuk semua anak. Oleh karena itu catatan pengkajian nyeri digunakan untuk memantau efektivitas
intervensi Wong, 2009. 2.2.2 Analisa Data
Analisis data mencakup mengenali pola atau kecenderungan, membandingkan pola ini dengan kesehatan yang normal dan menarik konklusi
tentang respon klien. Perawat memperhatikan pola kecendrungan sambil memeriksa kelompok data. Kelompok data terdiri atas batas karakteristik Potter
Perry, 2005. Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan keperawatan dan kesehatan lainnya. Pengumpulan informasi merupakan tahap
awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang tekumpul, didapatkan dat dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar itu
digunakan untuk menentukan diagnonis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tidakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien.
Pengumpulan data dimulai sejak pasien masuk rumah sakit, selama klien dirawat secara terus menerus, serta pengkajian ulang untuk menambahmelengkapi data
Prasetyo, 2010. Tujuan Pengumpulan Data
1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien
2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien.
3. Untuk meenilai keadaan kesehatan klien
Universitas Sumatera Utara
4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah
berikutnya.
Karakteristik Data menurut Wilkinson, 2007.
Data Subjektif Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan nyeri dengan isyarat.
Data Objektif 1.
Posisi untuk menghidari nyeri 2.
Perubahan tonus otot dengan rentang dari lemas tidak bertenaga sampai kaku
3. Respon autonomik misalnya, diaforsis, perubahan tekanan darah,
pernafasan, atau nadi, dilatasi pupil 4.
Perubahan selera makan 5.
Prilaku distraksi misalnya, mondar-mandir, mencari orang dan aktivitas lain, aktivitas berulang
6. Perilaku ekspresif misalnya, gelisah, merintih, menangis, kewaspadaan
berkebihan, peka terhadap rangsang, dan menghela nafas panjang 7.
Perilaku menjaga atau sikap melindungi 8.
Fokus menyempit misalnya, gangguan persepsi waktu, gangguan proses piker, interaksi dengan orang lain atau lingkungan menurun
9. Bukti nyeri yang dapat diamatai
10. Berfokus pada diri sendiri.
11. Gangguan tidur mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur atau tidak
menentu.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Rumusan Masalah