2.1.1 Klasifikasi Nyeri
Nyeri diklasifikasikan atas dua bagian, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis Berger, 1992.
1. Nyeri Akut
Nyeri akut biasan mempunyai awitan yang tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera
telah terjadi. Jadi kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadinya penyembuhan. Nyeri akut
umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Cedera atau penyakit yang menyebabkan nyeri akut dapat sembuh secara spontan
atau memerlukan pengobatan Smeltzer Bare, 2001. 2.
Nyeri Kronik Nyeri kronik merupakan nyeri berulang yang menetap dan terus menerus
yang berlangsung selama enam bulan atau lebih. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk diobati
karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respons terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Meskipun tidak diketahui mengapa banyak orang
menderita nyeri kronis setelah suatu cedera atau proses penyakit, hal ini diduga bahwa ujung ujung saraf yang normalnya tidak mentransmisikan nyeri menjadi
mampu untuk memberikan sensasi nyeri, atau ujung-ujung saraf yang normalnya hanya mentransmisikan stimulus yang sangat nyeri menjadi mampu
mentransmisikan stimulus yang sebelumnya tidak nyeri sebagai stimulus yang sangat nyeri Smeltzer Bare, 2001.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Nyeri
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi nyeri. Seorang perawat harus menguasai dan memahami faktor-faktor tersebut dengan memberikan pendekatan
yang tepat dalam pengkajian dan perawatan terhadap klien yang mengalami masalah nyeri Prasetyo, 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri antara
lain: 1.
Usia Usia adalah variabel penting yang mempengaruhi nyeri terutama pada anak
dan oranag dewasa. Perbedaan perkembangan yang ditemukan antara kedua kelompok umur ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan orang dewasa
bereaksi terhadap nyeri. Anak-anak yang belum mempunyai kosakata yang banyak, mempunyai kesulitan mendeskripsikan secara verbal dan
mengekspresikan nyeri pada orang tua atau perawat. Sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak Prasetyo, 2010.
2. Jenis Kelamin
Laki-laki dan wanita tidak mempunyai perbedaan secara signifikan mengenai respon mereka terhadap nyeri. Masih diragukan bahwa jenis kelamin merupakan
faktor yang berdiri sendiri dalam ekspresi nyeri. Misalnya anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis dimana seorang wanita dapat menangis dalam
waktu yang sama Prasetyo, 2010. 3.
Budaya Banyak yang berasumsi bahwa cara berespon pada setiap individu dalam
masalah nyeri adalah sama, sehingga mencoba mengira bagaimana pasien berespon terhadap nyeri Prasetyo, 2010.
Universitas Sumatera Utara
4. Makna Nyeri
Makna nyeri pada seseorang mempengaruhi penglaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Seorang wanita yang merasakan nyeri saat
bersalin akan mempersepsikan nyeri secara berbeda dengan wanita lainya yang nyeri karena dipukul suaminya Prasetyo, 2010.
5. Lokasi dan Tingkat Keparahan Nyeri
Nyeri yang dirasakan bervarasi dalam intesintas dan tingkat keparahan pada masing-masing individu. Nyeri yang dirasakan mungkin terasa ringan,sedang atau
jadi merupakan nyeri yang berat Prasetyo, 2010. 6.
Ansietas Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas yang
dirasakan seseorang seringkali meningkatkan presepsi nyeri, akan tetapi nyeri juga dapat menimbulkan perasaan ansietas Prasetyo, 2010.
7. Keletihan
Keletihan atau kelelahan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan sensasi nyeri dan menurunkan kemampuan koping individu Prasetyo, 2010.
8. Pengalaman Sebelumnya
Seringkali individu yang lebih berpengalaman dengan nyeri yang dialaminya, akan tetapi pengalaman yang telah dirasakan individu tersebut akan mudah dalam
menghadapi nyeri pada masa mendatang. Seseorang yang terbiasa merasakan nyeri akan lebih siap dan mudah mengantisipasi nyeri daripada individu yang
mempunyai pengalaman sedikit tentang nyeri Prasetyo, 2010.
Universitas Sumatera Utara
9. Dukungan Keluarga dan Suport Sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali membutuhkan dukungan, bantuan dan perlindungan dari anggota keluarga lain. Walaupun nyeri masik dirasakan
oleh klien, kehadiran orang terdekat akan meminimalkan kesepian dan ketakutan Prasetyo, 2010.
2.1.3 Etiologi Nyeri