5.7 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 201

L a p o r a n K e b i j a k a n M o n e t e r | 31 Investasi PMTB diprakirakan tumbuh moderat di level 4,8-5,2 Tabel 2.2. Prospek pertumbuhan investasi terutama disumbangkan oleh investasi bangunan. Hal ini terkait dengan masih besarnya kebutuhan infrastruktur untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Pemerintah telah meningkatkan alokasi anggaran untuk investasi infrastruktur dari Rp184,3 triliun di tahun 2013, menjadi Rp206,6 triliun di tahun berikutnya. Namun, perkiraan pertumbuhan investasi tersebut relatif moderat terkait dengan perilaku wait and see dari pelaku usaha terkait dengan pelaksanaan pemilu. Pertumbuhan impor juga diperkirakan terbatas, meskipun masih lebih tinggi dari tahun lalu. Prakiraan tersebut sejalan dengan masih termoderasinya kegiatan ekspor di tengah permintaan domestik yang masih tumbuh. Sejalan dengan perkiraan pertumbuhan investasi yang moderat, pertumbuhan impor barang modal dalam bentuk mesin dan perlengkapan juga diprakirakan relatif terbatas. Sementara itu, kegiatan produksi yang diprakirakan masih tetap kuat, antara lain untuk memenuhi permintaan dalam negeri dan ekspor, mendorong permintaan impor akan bahan baku mengalami peningkatan. Impor barang konsumsi juga diprakirakan masih akan tetap tumbuh sejalan dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang masih cukup kuat. Secara sektoral, pengaruh ekspor yang tidak sekuat perkiraan tersebut tergambar pada prospek sektor Pertambangan yang diprakirakan tumbuh terbatas, sekitar 0,3-0,7 di 2014, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 1,3-1,7 Tabel 2.3. Dari sisi domestik, prospek ini antara lain disebabkan oleh pemberlakuan UU No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara Minerba pada 12 Januari 2014. Meskipun demikian, kebijakan pelonggaran bea keluar bagi perusahaan yang berkomitmen membangun smelter diperkirakan mampu mengkompensasi potensi perlambatan tersebut. Dari sisi eksternal, prakiraan harga komoditas nonmigas internasional yang masih terkoreksi diperkirakan berakibat pada tertahannya kinerja sektor pertambangan. Namun, di tengah prospek sektor pertambangan yang masih terbatas, kinerja subsektor Migas diperkirakan meningkat ditopang kegiatan produksi yang membaik. Di samping itu, sejumlah proyek hulu yang didominasi sektor gas diperkirakan akan mampu mendorong kinerja sektor ini. Dari komoditas batubara, prospek ke depan diperkirakan berada pada tingkat moderat. Semakin tingginya pasokan di pasar internasional mendorong berlanjutnya penurunan harga batubara. Di tengah prakiraan turunnya harga tersebut, terdapat kemungkinan pelarangan Tiongkok terhadap impor batubara kualitas rendah, termasuk yang berasal dari Indonesia. Di tengah kinerja sektor tambang yang menurun tersebut, secara sektoral maka sektor industri pengolahan, sektor PHR, serta sektor pengangkutan dan komunikasi masih menjadi sektor utama yang mendorong perekonomian pada 2014. Ketiga sektor dengan pangsa besar tersebut diperkirakan akan mencatat pertumbuhan yang cukup baik pada 2014. Selain itu, pelonggaran bea keluar dalam penerapan kebijakan UU Minerba dan tambahan produksi migas diperkirakan mampu memperbaiki kinerja sektor Pertambangan.Sementara itu, dampak pemilu pada pertumbuhan ekonomi domestik melalui belanja iklan di sektor Jasa Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan diperkirakan lebih rendah dibanding perkiraan sebelumnya Tabel 2.3.