12.56 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 201

L a p o r a n K e b i j a k a n M o n e t e r | 22 Grafik 1.39. Pertumbuhan M2 dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Industri Perbankan Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga ditopang oleh industri perbankan yang solid sehingga mendukung proses moderasi pertumbuhan ekonomi. Risiko kredit, risiko likuiditas dan risiko pasar di industri perbankan masih tetap terkendali. Selain itu, ketahanan industri perbankan juga terpelihara, ditopang oleh modal yang masih kuat. Pertumbuhan kredit masih dalam tren melambat sejalan dengan moderasi permintaan domestik. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, pada akhir triwulan I 2014 kredit tumbuh 19,1 yoy, melambat dibandingkan pertumbuhan akhir triwulan IV 2013 yang sebesar 21,4 yoy Grafik 1.40. Perlambatan kredit utamanya disumbang oleh perlambatan Kredit Modal Kerja KMK, yang memiliki pangsa hingga 48 dari total kredit, menjadi 16,3 yoy dibandingkan akhir triwulan sebelumnya 20,2 yoy. Sementara itu, pertumbuhan Kredit Investasi KI dan Kredit Konsumsi KK tercatat menurun masing-masing menjadi 33,5 yoy dan 13,0 yoy dibandingkan pertumbuhan akhir triwulan sebelumnya yang sebesar 34,3 yoy dan 13,8 yoy. Secara sektoral, perlambatan kredit dikontribusi oleh perlambatan di sektor-sektor utama seperti perdagangan dan industri pengolahan. Pertumbuhan kredit pada sektor-sektor tersebut melambat menjadi masing-masing 23,5 yoy dan 25,5 yoy dari 28,6 yoy dan 29,3 yoy pada triwulan sebelumnya Grafik 1.41. Grafik 1.40. Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Grafik 1.41. Pertumbuhan Kredit Menurut Sektor Ekonomi 5 6 7 8 9 10 11 12 ‐10 ‐3 4 11 18 25 32 39 Jan ‐08 Mar ‐08 Me i‐ 08 Ju l‐ 08 Sep ‐08 No p‐ 08 Jan ‐09 Mar ‐09 Me i‐ 09 Ju l‐ 09 Sep ‐09 No p‐ 09 Jan ‐10 Mar ‐10 Me i‐ 10 Ju l‐ 10 Sep ‐10 No p‐ 10 Jan ‐11 Mar ‐11 Me i‐ 11 Ju l‐ 11 Sep ‐11 No p‐ 11 Jan ‐12 Mar ‐12 Me i‐ 12 Ju l‐ 12 Sep ‐12 No p‐ 12 Jan ‐13 Mar ‐13 Me i‐ 13 Ju l‐ 13 Sep ‐13 No p‐ 13 Jan ‐14 Mar ‐14 Total KMK KI KK BI Rate RHS yoy per Mar 2014 L a p o r a n K e b i j a k a n M o n e t e r | 23 Pada akhir triwulan I 2014, pertumbuhan DPK juga melambat sejalan dengan kenaikan suku bunga dan perlambatan ekonomi. DPK 4 tumbuh 10,3 yoy, lebih rendah daripada pertumbuhan akhir triwulan sebelumnya yang sebesar 13,0 yoy. Perlambatan DPK ini terjadi pada seluruh jenis simpanan. Deposito tumbuh melambat menjadi 12,3 yoy dari 13,9 yoy pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, tabungan dan giro masing-masing tumbuh 10,2 yoy dan 6,2 yoy, melambat dibandingkan pertumbuhan Desember 2013 yang sebesar 12,4 yoy dan 12,2 yoy Grafik 1.42. Grafik 1.42. Pertumbuhan DPK Di tengah tren moderasi permintaan domestik, ketahanan perbankan terkait unsur permodalan perbankan masih meningkat dan dibarengi risiko kredit yang terjaga. Pada Maret 2014, rasio kecukupan modal Capital Adequacy RatioCAR masih tinggi sebesar 19,83, jauh di atas ketentuan minimum 8. Angka ini juga meningkat dibandingkan dengan CAR akhir triwulan sebelumnya yang sebesar 18,36. Kondisi ini mencerminkan daya tahan perbankan yang masih kuat untuk mengatasi tekanan dan gejolak termasuk berlanjutnya tren kenaikan suku bunga. Sementara itu, rasio kredit bermasalah Non Performing LoanNPL tetap rendah dan stabil di level 2,00 Tabel 1.6. Tabel 1.6 Kondisi Umum Perbankan 4 Perhitungan pertumbuhan DPK sebesar 10,3 yoy pada triwulan I 2014 menggunakan konsep moneter yaitu simpanan milik pihak ketiga, baik dalam rupiah maupun valas, pada Bank Umum dan BPR tidak termasuk kantor cabang bank yang beroperasi di luar wilayah Indonesia dalam bentuk tabungan, giro, dan simpanan berjangka. DPK menurut konsep moneter tidak termasuk simpanan milik Pemerintah Pusat dan simpanan milik bukan penduduk. Sementara itu, DPK menurut konsep perbankan pada triwulan I 2014 mencatat pertumbuhan sebesar 11,56 yoy. DPK menurut konsep perbankan adalah simpanan milik pihak ketiga, baik dalam rupiah maupun valas, pada Bank Umum termasuk kantor cabang bank yang beroperasi di luar wilayah Indonesia dalam bentuk tabungan, giro, dan simpanan berjangka. DPK menurut konsep perbankan meliputi pula simpanan milik Pemerintah Pusat dan simpanan milik bukan penduduk. Indikator Utama Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Total Aset T Rp 4,313.8 4,367.8 4,418.7 4,461.8 4,510.3 4,581.1 4,737.3 4,717.0 4,817.8 4,954.5 4,880.5 4,888.8 4,933.0 DPK T Rp 3,243.1 3,299.4 3,349.7 3,374.4 3,392.9 3,440.2 3,526.2 3,520.9 3,563.4 3,664.0 3,594.7 3,603.6 3,618.1 Kredit T Rp 2,768.4 2,824.2 2,887.5 2,959.1 3,021.1 3,067.4 3,147.2 3,159.5 3,214.4 3,292.9 3,258.4 3,267.8 3,306.9 LDR 85.36 85.60 86.20 87.69 89.04 89.20 89.25 89.74 90.21 89.70 90.65 90.68 91.40 NPLs Bruto 1.97 1.96 1.95 1.88 1.87 2.00 1.86 1.91 1.88 1.77 1.90 1.99 2.00 CAR 18.92 18.61 18.39 17.98 17.95 17.90 18.00 18.36 18.60 18.36 19.63 19.78 19.83 NIM 5.41 5.42 5.41 5.43 5.46 5.50 5.48 5.50 5.51 4.89 4.11 4.12 4.28 ROA 2.99 2.92 2.96 2.98 3.00 3.00 3.01 3.03 3.04 3.08 2.85 2.74 2.94 without channeling 2014 2013 L a p o r a n K e b i j a k a n M o n e t e r | 24 Pasar Saham dan Pasar Surat Berharga Negara Perbaikan fundamental ekonomi meningkatkan optimisme investor yang kemudian mendorong perbaikan kinerja pasar saham. IHSG pada triwulan I 2014 mencapai level 4.768,28 28 Maret 2014 atau naik 11,6 qtq dibandingkan level triwulan IV-2013 yang sebesar 4,274,18. Kinerja IHSG tercatat di atas kinerja bursa saham Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina. Indeks sempat mencapai level tertinggi sepanjang 2014 sebesar 4.878,64 14 Maret meski kemudian terkoreksi ke level 4.698,97 20 Maret. Perkembangan April 2014 menunjukkan penguatan di bursa saham masih berlanjut. Pada April 2014, IHSG mengalami peningkatan sebesar 1,5 menjadi sebesar 4.840,15 dibandingkan bulan Maret 2014 yang sebesar 4.768,28. Penguatan IHSG tersebut lebih tinggi daripada yang terjadi di bursa saham Vietnam dan Malaysia Grafik 1.43. Sektor pertambangan mengalami penguatan terbesar dengan naik 7,0 diikuti sektor pertanian yang menguat 6,2. Sektor lainnya menguat di kisaran 1,5-2,9 kecuali sektor industri dasar, aneka industri dan properti yang mengalami pelemahan Grafik 1.44. Grafik 1.43. IHSG dan Indeks Bursa Global April 2014 Grafik 1.44. Indeks Sektoral April 2014 Perbaikan kinerja pasar saham tidak terlepas dari pengaruh perilaku investor asing. Selama triwulan I-2014, investor asing membukukan net beli lebih besar dibandingkan triwulan sebelumnya seiring dengan positifnya kondisi global dan optimisme investor terhadap perekonomian domestik. Pada triwulan I 2014, investor asing mengalami net beli sebesar Rp24,62 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2014 yang mengalami net beli sebesar Rp11,11triliun. Sampai dengan triwulan I-2014 posisi kepemilikan saham oleh non residen sebesar 64 dan lokal sebesar 36. Perkembangan terkini menunjukkan bahwa selama April 2014, investor asing masih melanjutkan tren positif bulan-bulan sebelumnya dengan membukukan net beli sebesar Rp8,67 triliun Grafik 1.45. Grafik 1.45. Kinerja IHSG dan Net BeliJual Asing L a p o r a n K e b i j a k a n M o n e t e r | 25 Penguatan di pasar saham juga terjadi di pasar Surat Berharga Negara SBN. Selama triwulan I-2014, yield SBN menurun 40,22 bps menjadi 7,89 dibandingkan triwulan IV-2013 yang sebesar 8,29. Yield jangka pendek, menengah dan panjang menurun masing-masing sebesar 31,55 bps, 40,08 bps dan 52,07 bps menjadi sebesar 7,31, 7,93 dan 8,56. Pada April 2014, yield SBN kembali menurun 2,35 bps dibandingkan yield bulan sebelumnya sehingga menjadi 7,86 Grafik 1.46. Yield jangka pendek dan menengah turun masing-masing sebesar 2,35 bps dan 4,82 bps menjadi 7,28 dan 7,89. Sementara itu, yield jangka panjang meningkat sebesar 2,57 bps menjadi 8,59. Sejalan dengan situasi di pasar saham, penguatan pasar SBN juga didukung oleh berlanjutnya tren pembelian oleh investor asing. Selama triwulan I-2014, investor asing membukukan net beli sebesar Rp37,08 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan IV- 2013 yang membukukan net beli sebesar Rp29,69 triliun. Selama triwulan I-2014, kepemilikan SBN oleh perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank mengalami peningkatan, sementara kepemilikan SBN oleh Bank Indonesia menurun. Investor asing cenderung melakukan pembelian SBN di tenor pendek dan menengah. Dengan perkembangan tersebut, porsi kepemilikan asing di SBN meningkat menjadi 32,56 dibandingkan akhir triwulan IV-2013 yang sebesar 31,54. Perkembangan April 2014 menunjukkan tren pembelian oleh investor asing masih berlanjut. Selama April 2014, investor asing masih membukukan net beli sebesar Rp16,10 triliun, meningkat dibandingkan kondisi bulan sebelumnya yang mencatat net beli sebesar Rp15,77 triliun Grafik 1.47. Pada periode yang sama, kepemilikan SBN oleh perusahaan asuransi dan Bank Indonesia mengalami peningkatan, sementara kepemilikan oleh dana pensiun dan bank menurun. Dengan perkembangan tersebut, kepemilikan investor asing di SBN pada April 2014 tercatat sebesar 33,50, meningkat dibandingkan kondisi bulan Maret 2014 yang sebesar 32,56. Pembelian oleh investor asing umumnya terjadi pada tenor pendek dan panjang. Grafik 1.46. Perubahan Yield Bulanan mtm Grafik 1.47. Yield SBN dan Net JualBeli Asing Bulanan Pembiayaan Non Bank Pembiayaan ekonomi non bank masih berada dalam tren melambat sejalan dengan dampak moderasi pertumbuhan ekonomi. Pada triwulan I 2014, total pembiayaan tercatat Rp14,1 triliun atau tumbuh negatif 0,13 yoy, menurun dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan IV 2013 yang mencatat kontraksi 0,07 yoy Tabel 1.7. Berdasarkan komponennya, pembiayaan nonbank pada triwulan I 2014 banyak disumbang oleh obligasi yakni sebanyak Rp8,5 triliun. Sementara itu, saham tercatat Rp4,0 triliun L a p o r a n K e b i j a k a n M o n e t e r | 26 dimana sampai dengan Maret 2014 tercatat enam perusahaan telah melakukan initial public offering IPO dari total 13 perusahaan yang direncanakan IPO pada tahun ini. Perkembangan pada April 2104 menunjukkan bahwa total pembiayaan melalui penerbitan saham perdana, right issue, obligasi korporasi, medium term notes, promissory notes dan instrumen keuangan lainnya mencapai Rp2,8 triliun atau tumbuh negatif -0.69 yoy, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 0.18 yoy. Berdasarkan komponennya, pembiayaan nonbank pada April 2014 didominasi oleh obligasi yakni sebanyak Rp1,9 triliun. Tabel 1.7. Pembiayaan Non Bank Sumber: OJK, BEI, diolah Perkembangan Sistem Pembayaran Perkembangan sistem pembayaran di kelompok uang tunai secara umum sejalan dengan perkembangan ekonomi domestik. Rata-rata harian Uang Kartal yang Diedarkan UYD pada triwulan I-2014 adalah sebesar Rp450,0 triliun atau tumbuh 13,2 yoy, menurun dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 13,4 yoy. Penurunan ini tidak terlepas dari pengaruh menurunnya permintaan uang sejalan moderasi pertumbuhan ekonomi Grafik 1.48. Grafik 1.48 Perkembangan UYD yoy Di tengah tren perlambatan UYD tersebut, Bank Indonesia terus berupaya meningkatkan kelayakan uang yang beredar. Dalam kaitan dengan upaya ini, selama triwulan I 2014, sejumlah 1,3 miliar lembarkeping Uang Tidak Layak Edar UTLE senilai Rp28,6 triliun telah dimusnahkan dan diganti dengan uang rupiah yang layak edar. Jumlah pemusnahan UTLE tersebut lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 1,7 miliar lembarkeping atau senilai Rp41,3 triliun. Hal ini terjadi karena Rp Triliun TW I TW II TW III TW IV Total TW I TW II TW III TW IV Total Jan Feb Mar Apr TW I Total Non Bank 13.6 47.3 10.8

37.2 108.9 16.3 58.3 3.6

34.7 112.9 3.4 4.9 5.9 2.8 14.1 16.9

Saham 2.4 5.6 1.8 11.2 21.0 2.8 29.3 2.8 22.7 57.5 2.7 0.0 1.2 0.4 4.0 4.3 wo Emiten Sektor Keuangan 0.0 2.3 0.7 0.0 3.1 0.3 6.0 1.2 9.1 16.6 0.4 0.0 0.0 0.0 0.4 0.4 Obligasi 9.6 41.0 7.1 20.1 77.7 12.7 27.7 0.3 9.9 50.5 0.0 4.8 3.7 1.9 8.5 10.5 wo Emiten Sektor Keuangan 8.3 26.2 4.8 14.4 53.7 9.9 13.5 0.0 7.5 30.8 0.0 3.2 3.2 0.4 6.4 6.8 MTN dan Promissory Notes + NCD 1.6 0.8 1.9 5.9 10.1 0.8 1.3 0.6 2.2 4.9 0.6 0.1 0.9 0.5 1.6 2.1 wo Emiten Sektor Keuangan 1.3 0.1 0.6 0.1 2.1 0.7 1.3 0.1 1.1 3.2 0.6 0.0 0.6 0.3 1.2 1.5 2013 2014 2012 16.3 17.4 18.2 16.8 14.2 16.616.116.4 15.6 12.7 11.1 13.413.2 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 Q ‐I Q‐II Q‐III Q‐IV Q‐I Q‐II Q‐III Q‐IV Q‐I Q‐II Q‐III Q‐IV Q‐I 2011 2012 2013 2014 Rp triliun Nominal Rp. triliun Pertumbuhan yoy L a p o r a n K e b i j a k a n M o n e t e r | 27 pada periode perayaan Natal dan liburan akhir tahun lalu, Bank Indonesia banyak mengedarkan uang tunai berkualitas baik yang kemudian kembali ke Bank Indonesia pada periode laporan, sejalan dengan arus balik dana perbankan, dalam kondisi masih layak edar. Sejalan dengan perkembangan sistem pembayaran kelompok tunai, transaksi sistem pembayaran non tunai juga melambat sejalan moderasi perekonomian domestik. Selama triwulan I-2014, volume transaksi sistem pembayaran non tunai tercatat Rp1.065 juta atau tumbuh 17,24 yoy, menurun dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 25,69 yoy Tabel 1.8. Namun demikian, nilai transaksi sistem pembayaran non tunai secara total cenderung stabil dengan tumbuh sebesar 29,99 yoy Tabel 1.9. Perlambatan utamanya terjadi pada kelompok Alat Pembayaran Menggunakan Kartu seperti kartu kredit dan kartu ATM yang tercatat tumbuh melambat baik secara volume maupun nilai. Tabel 1.8 Perkembangan Volume Sistem Pembayaran Non Tunai Kendati volume transaksi mengalami perlambatan, sistem pembayaran non tunai tetap dapat berjalan lancar menopang kegiatan ekonomi. Ketersediaan sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement BI-RTGS sebagai setelmen dana, BI-SSSS sebagai setelmen surat berharga pemerintah dan Bank Indonesia, serta SKNBI mencapai 100 pada triwulan I-2014. Transaksi yang aman dan lancar juga terjadi pada Alat Pembayaran Menggunakan Kartu APMK seperti kartu ATM, kartu ATMdebet, kartu kredit dan uang elektronik yang tidak mengalami gangguan signifikan selama triwulan I-2014. Tabel 1.9 Perkembangan Nilai Sistem Pembayaran Non Tunai Volume Ribu 2012 2014 Q ‐IV Q ‐I Q ‐II Q ‐III Q ‐IV Q ‐I BI ‐RTGS 4,719.10 4,250.03 4,499.0 4,263.5 4,621.0 4,171.3 BI ‐SSSS

39.14 34.16

34.2 28.5

35.1 36.2

Kliring 28,193.28 24,341.27 25,946.4 26,270.7 27,751.1 25,179.2 Debet 10,585.89 10,615.23 10,902.1 10,596.9 10,504.3 10,012.1 Kredit 17,607.39 13,726.04 15,044.2 15,673.8 17,246.7 15,167.1 APMK 816,490.61 849,409.97 917,524.3 945,361.6 1,037,011.3 998,153.6 Kartu Kredit 56,786.93 56,667.47 59,557.7 61,329.4 61,543.9 59,160.3 Kartu ATM dan ATMDebet 759,703.68 792,742.50 857,966.6 884,032.2 975,467.4 938,993.3 Uang Elektronik 30,875.31 30,728.04 34,259.6 35,850.1 37,063.1 37,924.3 Total 880,317.45 908,763.47 982,263.4 1,011,774.4 1,106,481.6 1,065,464.6 Transaksi Sistem Pembayaran Non Tunai 2013 Nilai triliun Rp 2012 2014 Q ‐IV Q ‐I Q ‐II Q ‐III Q ‐IV Q ‐I BI ‐RTGS 19,972.81 18,778.31 21,410.4 26,369.5 24,403.8 23,817.8 BI ‐SSSS 5,456.24 4,939.05 5,299.7 8,259.9 8,233.4 7,173.6 Kliring 573.89 547.87 605.7 680.8 708.0 667.8 Debet 397.99 394.76 414.8 421.2 425.6 399.1 Kredit 175.90 153.11 190.8 259.6 282.4 268.7 APMK 871.72 917.78 989.6 1,039.4 1,073.9 1,077.3 Kartu Kredit 52.47 51.44 55.2 57.1 59.6 56.9 Kartu ATM dan ATMDebet 819.24 866.34 934.4 982.4 1,014.3 1,020.5 Uang Elektronik

0.65 0.59

0.7 0.9

0.7 0.7 Total 26,875.31 25,183.59 28,306.1 36,350.5 34,419.8 32,737.2 Transaksi Sistem Pembayaran Non Tunai 2013