112.9 3.4 4.9 5.9 2.8 14.1 16.9 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 201

L a p o r a n K e b i j a k a n M o n e t e r | 27 pada periode perayaan Natal dan liburan akhir tahun lalu, Bank Indonesia banyak mengedarkan uang tunai berkualitas baik yang kemudian kembali ke Bank Indonesia pada periode laporan, sejalan dengan arus balik dana perbankan, dalam kondisi masih layak edar. Sejalan dengan perkembangan sistem pembayaran kelompok tunai, transaksi sistem pembayaran non tunai juga melambat sejalan moderasi perekonomian domestik. Selama triwulan I-2014, volume transaksi sistem pembayaran non tunai tercatat Rp1.065 juta atau tumbuh 17,24 yoy, menurun dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 25,69 yoy Tabel 1.8. Namun demikian, nilai transaksi sistem pembayaran non tunai secara total cenderung stabil dengan tumbuh sebesar 29,99 yoy Tabel 1.9. Perlambatan utamanya terjadi pada kelompok Alat Pembayaran Menggunakan Kartu seperti kartu kredit dan kartu ATM yang tercatat tumbuh melambat baik secara volume maupun nilai. Tabel 1.8 Perkembangan Volume Sistem Pembayaran Non Tunai Kendati volume transaksi mengalami perlambatan, sistem pembayaran non tunai tetap dapat berjalan lancar menopang kegiatan ekonomi. Ketersediaan sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement BI-RTGS sebagai setelmen dana, BI-SSSS sebagai setelmen surat berharga pemerintah dan Bank Indonesia, serta SKNBI mencapai 100 pada triwulan I-2014. Transaksi yang aman dan lancar juga terjadi pada Alat Pembayaran Menggunakan Kartu APMK seperti kartu ATM, kartu ATMdebet, kartu kredit dan uang elektronik yang tidak mengalami gangguan signifikan selama triwulan I-2014. Tabel 1.9 Perkembangan Nilai Sistem Pembayaran Non Tunai Volume Ribu 2012 2014 Q ‐IV Q ‐I Q ‐II Q ‐III Q ‐IV Q ‐I BI ‐RTGS 4,719.10 4,250.03 4,499.0 4,263.5 4,621.0 4,171.3 BI ‐SSSS

39.14 34.16

34.2 28.5

35.1 36.2

Kliring 28,193.28 24,341.27 25,946.4 26,270.7 27,751.1 25,179.2 Debet 10,585.89 10,615.23 10,902.1 10,596.9 10,504.3 10,012.1 Kredit 17,607.39 13,726.04 15,044.2 15,673.8 17,246.7 15,167.1 APMK 816,490.61 849,409.97 917,524.3 945,361.6 1,037,011.3 998,153.6 Kartu Kredit 56,786.93 56,667.47 59,557.7 61,329.4 61,543.9 59,160.3 Kartu ATM dan ATMDebet 759,703.68 792,742.50 857,966.6 884,032.2 975,467.4 938,993.3 Uang Elektronik 30,875.31 30,728.04 34,259.6 35,850.1 37,063.1 37,924.3 Total 880,317.45 908,763.47 982,263.4 1,011,774.4 1,106,481.6 1,065,464.6 Transaksi Sistem Pembayaran Non Tunai 2013 Nilai triliun Rp 2012 2014 Q ‐IV Q ‐I Q ‐II Q ‐III Q ‐IV Q ‐I BI ‐RTGS 19,972.81 18,778.31 21,410.4 26,369.5 24,403.8 23,817.8 BI ‐SSSS 5,456.24 4,939.05 5,299.7 8,259.9 8,233.4 7,173.6 Kliring 573.89 547.87 605.7 680.8 708.0 667.8 Debet 397.99 394.76 414.8 421.2 425.6 399.1 Kredit 175.90 153.11 190.8 259.6 282.4 268.7 APMK 871.72 917.78 989.6 1,039.4 1,073.9 1,077.3 Kartu Kredit 52.47 51.44 55.2 57.1 59.6 56.9 Kartu ATM dan ATMDebet 819.24 866.34 934.4 982.4 1,014.3 1,020.5 Uang Elektronik

0.65 0.59

0.7 0.9

0.7 0.7 Total 26,875.31 25,183.59 28,306.1 36,350.5 34,419.8 32,737.2 Transaksi Sistem Pembayaran Non Tunai 2013 L a p o r a n K e b i j a k a n M o n e t e r | 28 PROSPEK PEREKONOMIAN Bank Indonesia memperkirakan ke depan stabilitas ekonomi tetap terjaga dan ditopang penyesuaian perekonomian yang masih terkendali. Pertumbuhan ekonomi 2014 diperkirakan mencapai 5,1-5,5, lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya 5,5-5,9. Proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut dipengaruhi oleh kinerja ekspor yang tidak sekuat perkiraan sebelumnya akibat dampak kebijakan pembatasan ekspor mineral mentah serta pertumbuhan ekonomi Tiongkok dan harga komoditas global yang lebih lemah dari proyeksi semula. Pada tahun 2015, pertumbuhan ekonomi diperkirakan kembali membaik pada kisaran 5,4-5,8, meskipun lebih rendah dari proyeksi semula 5,8-6,2. Sejalan dengan moderasi pertumbuhan ekonomi tersebut, inflasi diperkirakan lebih rendah dibandingkan dengan inflasi 2013 dan berada dalam kisaran sasaran inflasi 2014 sebesar 4,5+1. Pada tahun 2015, kebijakan moneter yang terukur dan didukung koordinasi dengan kebijakan Pemerintah diperkirakan dapat kembali mendorong inflasi menurun di kisaran 4,0+1. Proses penyesuaian ekonomi yang terkendali diharapkan dapat turut mendorong prospek defisit transaksi berjalan dan pertumbuhan kredit 2014 ke level yang sehat bagi perekonomian secara keseluruhan. Sejalan dengan moderasi pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan kredit diperkirakan tetap berada pada kisaran 15-17 pada tahun 2014 sehingga konsisten dengan upaya mengarahkan ekonomi menjadi lebih sehat dan seimbang. Sementara itu, defisit transaksi berjalan diperkirakan tetap dapat ditekan di bawah 3,0 dari PDB, meskipun pada triwulan II dan III 2014 diperkirakan meningkat sesuai pola musiman. Peningkatan defisit pada triwulan II dan III 2014 tersebut antara lain dipengaruhi peningkatan impor menjelang puasa dan hari raya serta repatriasi pendapatan dan pembayaran bunga, meskipun secara keseluruhan tahun 2014. Bank Indonesia akan terus mencermati beberapa risiko yang dapat meningkatkan tekanan pada stabilitas ekonomi dan mengganggu upaya menurunkan defisit transaksi berjalan ke level yang sehat. Dari global, risiko berkaitan dengan potensi penurunan harga komoditas dan perlambatan ekonomi Tiongkok yang berpotensi untuk meningkatkan kembali defisit transaksi berjalan. Risiko ketidakpastian normalisasi kebijakan The Fed juga mendapat perhatian karena dapat mengganggu prospek penanaman modal asing. Dari domestik, risiko yang perlu mendapat perhatian ialah potensi tekanan harga terkait tekanan penyesuaian administered prices dan peningkatan harga pangan akibat efek tunda banjir dan dampak El Nino yang dapat menyebabkan musim kemarau di beberapa daerah. Prospek Perekonomian Global Sesuai proyeksi sebelumnya, pemulihan ekonomi global diperkirakan masih berlanjut, namun dengan perkembangan yang tidak merata. Pertumbuhan ekonomi global 2014-2015 diperkirakan masih sama dengan proyeksi sebelumnya sebesar 3,6 pada 2014 dan 3,9 pada 2015. Pertumbuhan tersebut didukung perkembangan ekonomi negara-negara maju yang membaik sejalan dengan masih berlanjutnya stimulus moneter, sementara tekanan fiskal relatif mereda. Namun, pemulihan ekonomi tersebut 2