Syarat-Syarat Berdirinya Perseroan Terbatas

37

B. Syarat-Syarat Berdirinya Perseroan Terbatas

Mengenai pendirian perseroan terbatas dapat dilihat kembali ke masa lalu pada saat masih berlakunya peraturan lama mengenai Perseroan Terbatas yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Buku Kesatu Bab III Bagian 3, mulai Pasal 36 sampai dengan Pasal 56 tentang Perseroan Terbatas. Seharusnya ada dua pasal lagi, namun Pasal 57 dan 58 telah dihapuskan dengan Staatblad 1938 no. 278. Berdasarkan undang-undang tersebut, mendirikan suatu perusahaan yang berbentuk PT, diperlukan suatu proses atau tahap-tahap yang harus ditempuh. 47 Apabila semua tahapan tersebut telah dilalui, artinya telah dipenuhi sesuai dengan ketentuan persyaratan yang berlaku, maka barulah suatu perusahaan berdiri dan memperoleh status sebagai badan hukum yang sah. Bila dianologkan misalnya seperti bayi yang baru lahir, pada tahap awal, dia dibuatkan akta kelahiran sebagai bukti tentang keberadaannya. Hal ini penting untuk menentukan bahwa di kemudian hari setelah berusia tertentu, bisa dinyatakan dewasa dalam pengertian hukum dan sebagai subjek hukum. Demikian juga dengan perseroan terbatas yang baru didirikan atau baru lahir, maka sebagai artificial person atau person in law yang merupakan orang dalam pengertian hukum, diperlukan Akta Pendirian yang dibuat oleh Notaris. 48 Menurut Kitab Undang-undang Hukum Dagang Akta pendirian suatu perusahaan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 49 47 I.G. Rai Widjaja, Hukum Perusahaan…op. cit., hal. 148. 48 Ibid., hal. 148-149. 49 Ibid., hal. 149. Marianne Magda Ketaren : Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. USU e-Repository © 2008. 38 a Dibuat dalam bentuk otentik sesuai dengan Pasal 38 Kitab Undang-undang Hukum Dagang. 50 b Memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman RI menurut Pasal 36 Kitab Undang-undang Hukum Dagang. 51 c Didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri di daerah hukum tempat kedudukan perseroan, dan d Diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia, sesuai dengan Pasal 38 Kitab Undang-undang Hukum Dagang. Pasal 7 ayat 6 UUPT Nomor 40 Tahun 2007 menyatakan dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat 5 telah dilampaui, pemegang saham tetap kurang dari 2 orang, pemegang saham bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan dan kerugian perseroan, dan atas permohonan pihak yang berkepentingan, Pengadilan Negeri dapat membubarkan perseroan tersebut. Persyaratan jumlah pemegang saham dan waktu enam bulan tersebut, juga sama dengan yang dikenal di Singapura. Hanya saja di sana dimungkinkan bahwa mereka yang bertindak sebagai nominee atau lembaga bisa isteri, anak, atau teman. 50 Lihat, Pasal 38 KUHD, Akta perseroan tersebut harus dibuat dalam bentuk otentik, atas ancaman kebatalannya. Para pesero diwajibkan mendaftarkan akta itu seluruhnya beserta pengesahan yang diperolehnya dalam register umum yang disediakan untuk ini dikepaniteraan Pengadilan Negeri yang mana dalam daerah hukumnya perseroan itu mempunyai tempat kedudukannya, sedangkan mereka diwajibkan pula mengumumkannya dalam Berita Acara. Segala sesuatu yang tersebut, di atas berlaku juga terhadap segala perubahan dalam syarat pendiriannya, atau dalam hal waktu perseroan diperpanjangnya. Ketentuan pasal 25 berlaku juga dalam hal ini. 51 Lihat, Pasal 36 KUHD, Perseroan terbatas tak mempunyai sesuatu firma, dan tak memakai nama salah seorang atau lebih dari para peseronya namun diambilnyalah nama perseroan itu dari tujuan perusahaannya semata-mata. Sebelum suatu perseroan terbatas bisa berdiri dengan sah, maka akta pendiriannya atau naskah dari akta tersebut harus disampaikan terlebih dahulu kepada Menteri Kehakiman, untuk mendapat pengesahannya. Untuk tiap-tiap perubahan dalam syarat-syarat pendiriannya, dan dalam hal perpanjangan waktu, harus diperoleh pengesahan yang sama. Marianne Magda Ketaren : Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. USU e-Repository © 2008. 39 Karena yang diharuskan atau dipersyaratkan hanyalah keharusan untuk mencantumkan dua nama pendiri pada saat pendaftaran. 52 Perseroan memperoleh status badan hukum setelah Akta Pendirian perseroan disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM. Dalam pembuatan Akta Pendirian, pendiri dapat diwakili oleh orang lain berdasarkan surat kuasa, 53 misalnya notaris. 1 Akta pendirian Pasal 8 UUPT Nomor 1 Tahun 1995 sebagaimana telah direvisi dengan UUPT Nomor 40 Tahun 2007 menyatakan : 1 Akta Pendirian memuat Anggaran Dasar dan keterangan lain berkaitan dengan pendirian perseroan. 2 Keterangan lain sebagaimana dimaksud pada ayat 1 membuat sekurang- kurangnya : a. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal dan kewarganegaraan pendiri perseorangan, atau nama, tempat kedudukan dan alamat lengkap serta nomor dan tanggal keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum dari pendiri perseroan. b. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, kewarganegaraan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang pertama kali diangkat. 52 Ibid., hal. 15. 53 Lihat, Pasal 7 ayat 6 dan 7 UUPT No.1 Tahun 1995. Marianne Magda Ketaren : Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. USU e-Repository © 2008. 40 c. nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian jumlah saham, dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan disetor. 3 Dalam pembuatan Akta Pendirian, pendiri dapat diwakili oleh orang lain berdasarkan surat kuasa. 54 Pada dasarnya badan hukum Indonesia yang berbentuk perseroan didirikan oleh warga negara Indonesia, namun demikian kepada warga negara asing diberi kesempatan untuk mendirikan badan hukum Indonesia yang berbentuk perseroan sepanjang undang-undang yang mengatur bidang usaha perseroan tersebut memungkinkan, atau pendirian perseroan tersebut diatur dengan undang-undang tersendiri. 55 Syarat-syarat mengajukan permohonan pembuatan Akta Pendirian Perseroan Terbatas adalah : 1 Membuat Akta Pendirian Perseroan Terbatas di hadapan Notaris 2 Membuat atau mengurus NPWP Perseroan Terbatas pada Kantor Pajak setempat. 3 Membayar Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP dan Tambahan Berita Negara TBN Republik Indonesia. Dalam prakteknya penandatanganan Akte Pendirian Perseroan Terbatas dilaksanakan dengan terlebih dahulu Notaris yang bersangkutan mengecek nama Perseroan Terbatas yang diajukan melalui sistem administrasi badan hukum atau 54 Ratnawati W. Prasodjo, op.cit., hal. 1. 55 I.G.Widjaya, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, op. cit., hal. 16. Marianne Magda Ketaren : Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. USU e-Repository © 2008. 41 Sisminbakum, setelah dilakukan disetujui korektor barulah Akta Pendirian Perseroan Terbatas tersebut dapat ditandatangani oleh para penghadap dan notaris. Setelah akta pendirian Perseroan Terbatas selesai dibuat maka selanjutnya adalah mengajukan permohonan ke Menteri Hukum dan HAM untuk memperoleh pengesahan, agar Perseroan Terbatas memperoleh status badan hukum. Dalam akta pendirian pada umumnya memuat anggaran dasar, yang mengatur hal-hal antara lain, Pertama, nama perusahaan. Kedua, tujuan perusahaan. Ketiga, kegiatan usaha. Keempat, lokasi kantor pusat. Kelima, jumlah direksi dan komisaris. Dan Keenam, struktur permodalan. Perseroan terbatas atau Naamloze Vennootschap adalah sesuatu perseroan yang modalnya terbagi atas suatu jumlah surat andil atau sero, yang lazimnya disediakan untuk orang yang hendaknya turut. Perkataan terbatas ditujukan pada tanggung jawab atau resiko dari para pesero atau pemegang andil, yang hanya terbatas pada harga surat andil atau sero yang mereka ambil. 56 H.M.N. Purwosutjipto berpendapat bahwa perseroan terbatas adalah persekutuan yang berbentuk badan hukum. Badan hukum ini tidak disebut persekutuan tetapi perseroan, sebab modal badan hukum itu terdiri dari sero-sero atau saham-saham. Istilah terbatas tertuju pada tanggung jawab persero atau pemegang saham yang luasnya terbatas pada nilai nominal semua saham yang dimilikinya. 57 56 Subekti, Pokok Pokok Hukum Perdata, Jakarta, Intermasa, 1987, hal.202 – 203. 57 H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 2, Jakarta, Djambatan, 1991, hal. 90. Marianne Magda Ketaren : Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. USU e-Repository © 2008. 42 Ali Rido berpendapat bahwa perseroan terbatas adalah suatu bentuk perusahaan yang berbentuk badan hukum yang menjalankan perusahaan, didirikan dengan suatu perbuatan hukum bersama oleh beberapa orang dengan modal tertentu yang terbagi atas saham-saham di mana para anggota dapat memiliki satu atau lebih saham dan bertanggung jawab terbatas sampai bagian saham yang dimiliki. 58 Agus Budiarto berpendapat bahwa perseroan terbatas adalah suatu badan usaha yang mempunyai unsur-unsur : a. Adanya kekayaan yang terpisah. b. Adanya pemegang saham. c. Adanya pengurus. 59 I.G. Rai Widjaya berpendapat bahwa Perseroan Terbatas merupakan badan hukum atau legal entity, yaitu badan hukum mandiri atau persona standi in judicio yang memiliki sifat dan ciri khusus yang berbeda dari bentuk usaha yang lain, yang dikenal sebagai karakteristik suatu Perseroan Terbatas yaitu sebagai berikut : 1. Sebagai asosiasi modal. 2. Kekayaan dan utang Perseroan Terbatas adalah terpisah dari kekayaan dan utang Pemegang Saham. 3. Pemegang Saham : a. bertanggung jawab hanya pada apa yang disetorkan, atau tanggung jawab terbatas atau limited liability. 58 Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf, Bandung, Alumni, 1983, hal.214. 59 Agus Budiarto, Kedudukan Hukum Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2002, hal. 26. Marianne Magda Ketaren : Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. USU e-Repository © 2008. 43 b. tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan terbatas PT melebihi nilai saham yang telah diambilnya; c. tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan. 4. Adanya pemisahan fungsi antara Pemegang Saham dan Pengurus atau Direksi. 5. Memiliki Komisaris yang berfungsi sebagai pengawas. 6. Kekuasaan tertinggi berada pada Rapat Umum Pemegang Saham atau RUPS. 60 Disamping itu, ada juga yang memberikan arti perseroan terbatas sebagai suatu asosiasi pemegang saham atau bahkan seorang pemegang saham jika dimungkinkan untuk itu oleh hukum di Negara tertentu yang diciptakan oleh hukum dan diberlakukan sebagai manusia semu atau artificial person oleh pengadilan, yang merupakan badan hukum karenanya sama sekali terpisah dengan orang-orang yang mendirikannya, dengan mempunyai kapasitas untuk bereksistensi yang terus menerus, dan sebagai suatu badan hukum, perseroan terbatas bewenang untuk menerima, memegang atau mengalihkan harta kekayaan, menggugat atau digugat, dan melaksanakan kewenangan-kewenangan lainnya yang diberikan oleh hukum yang berlaku. 61 60 I.G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan Undang- undang dan Peraturan Pelaksanaan di Bidang Usaha, Jakarta, Kesaint Blanc, 2003, hal. 142 – 143. 61 Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1984, hal. 100. Marianne Magda Ketaren : Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. USU e-Repository © 2008. 44 Berdasarkan rumusan–rumusan dapatlah disimpulkan bahwa unsur–unsur perseroan terbatas adalah sebagai berikut : 1. Perseroan terbatas adalah badan hukum. 2. Selalu menjalankan perusahaan. 3. Didirikan dengan suatu perbuatan hukum oleh beberapa orang. 4. Modal terdiri atas atau dibagi dalam saham-saham. 5. Para pesero bertanggung jawab terbatas. 6. Adanya pengurus. 62 Anggaran dasar juga dapat mengatur hal-hal berikut: 63 a. Preemptive rights, pemegang saham memiliki hak untuk membeli terlebih dahulu atas saham yang dikeluarkan perusahaan berikutnya. b. Hak untuk menilai, komisaris dapat menilai tambahan dana yang disetor pemegang saham. c. Aturan lainnya yang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan. Pertanyaan ini muncul ketika pihak di luar perusahaan atau misalnya kreditur ingin menembus tirai perusahaan atau corporate shield dan meminta tanggungjawab 62 Bandingkan dengan Munir Fuady, Ibid., hal. 3 – 4, dikatakan “Setidak – tidaknya ada 15 lima belas elemen yuridis dari suatu perseroan terbatas. Ke -15 Elemem yuridis dari perseroan terbatas tersebut adalah sebagai berikut: 1. Dasarnya adalah perjanjian; 2. Adanya para pendiri; 3. Pendiripemegang saham bernaung di bawah suatu nama bersama; 4. Merupakan asosiasi dari pemegang saham atau hanya seorang pemegang saham; 5. Merupakan badan hukum atau manusia semu atau badan intelektual; 6. Diciptakan oleh hukum; 7. Mempunyai kegiatan usaha; 8. Berwenang melakukan kegiatan usaha; 9. Kegiatannya termasuk dalam ruang lingkup yang ditentukan oleh perundang – undangan yang berlaku; 10. Adanya modal dasar dan juga modal ditempatkan dan modal setor; 11. Modal perseroan dibagi ke dalam saham – saham; 12. Eksistensinya terus berlangsung, meskipun pemegang sahamnya silih berganti; 13. Berwenang menerima, mengalihkan dan memegang aset – asetnya; 14. Dapat menggugat dan digugat di pengadilan; 15. Mempunyai organ perusahaan.” 63 Pasal 12 Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas Marianne Magda Ketaren : Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. USU e-Repository © 2008. 45 pribadi pemegang saham atas kewajiban perseroan. Terdapat dua konsep berkenaan dengan masalah ini yaitu : 64 a. Perseroan de jure. Suatu perseroan yang telah melengkapi seluruh ketentuan formal untuk pendirian secara hukum telah menjadi badan hukum. Hal-hal apa saja yang dikategorikan sebagai kewajiban atau mandatory dan hal yang bagaimana dikategorikan sebagai pedoman atau directory tergantung aturan yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan. b. Perseroan de facto. Teori ini mengajarkan bahwa meskipun suatu perseroan belum memenuhi seluruh kewajiban untuk mendapatkan status de jure, perseroan tersebut dapat dianggap telah cukup untuk mendapatkan status sebagai badan hukum apabila berhadapan dengan pihak ketiga atau kecuali pemerintah. Untuk mendapatkan status de facto, suatu perseroan harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Pertama, iktikad baik untuk memenuhi persyaratan perundang-undangan. Kedua, iktikad baik dalam menjalankan perseroan seakan-akan perseroan telah berdiri. Misalnya suatu perseroan belum memenuhi seal sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang atau tidak memberikan alamat yang benar. Apabila suatu perseroan telah mendapatkan status de facto maka semua pihak harus memperlakukannya sebagai badan hukum. Hanya saja pemerintah tetap berwenang menyatakan perseroan tersebut tidak sah. 65 64 I.G. Rai Widjaja, Log.Cit 65 I.G. Rai Widjaya, op.cit., hal. 144. Marianne Magda Ketaren : Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. USU e-Repository © 2008. 46 Perseroan sebagai badan hukum memiliki hak dan tanggung jawab terpisah dengan pemegang sahamnya. Sebagai badan hukum memiliki utang dan kewajiban lainnya atas namanya sendiri dan bukan tanggung jawab pemegang saham. Sebaliknya perseroan tidak bertanggung jawab terhadap utang dan kewajiban para pemegang saham. Ketentuan ini dapat dikecualikan apabila telah terjadi suatu situasi yang dikenal dengan piercing the corporate veil. Situasi tersebut adalah. 66 Pertama, terdapatnya fraud atau ketidakadilan bagi pihak ketiga atau misalnya kreditur dalam pengelolaan perusahaan. Kedua, pemegang saham tidak memperlakukan perusahaan sebagai badan yang terpisah akan tetapi menggunakannya untuk tujuan pribadi. Misalnya, tidak melaksanakan pembukuan dengan baik, tidak melaksanakan Rapat Umum Pemegang saham sebagaimana telah ditentukan dan pengelolaan keuangan secara sembrono. Ketiga, perseroan kekurangan modal dibandingkan dengan utang dan kewajiban lainnya sehingga secara rasional risiko menjadi tinggi. Keempat, situasi lainnya yang menimbulkan ketidakadilan atau fair apabila perseroan tetap diakui sebagai badan hukum. 67 Di dalam beberapa teori hukum dan teori-teori bisnis yang berkenaan dengan perseroan sepakat bahwa suatu perseroan haruslah memiliki tujuan. Akan tetapi tidak tercapai kesepakatan tentang bagaimana persisnya tujuan tersebut. Teori bisnis cenderung menjelaskan tujuan sebagai strategi. Strategi adalah penentuan tujuan 66 Ibid., hal. 45. 67 Munir Fuady, Op.Cit., hal. 45. Marianne Magda Ketaren : Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. USU e-Repository © 2008. 47 dasar jangka panjang dari perseroan, langkah tindakan dan alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Strategi menyangkut hal-hal berikut: 68 a. Pemilihan target pasar, definisi produk-produk dasar untuk menjawab permintaan pasar dan penentuan sistem distribusi. b. Pencocokan sumber daya dan kemampuan perusahaan dengan sumber daya dan kemampuan yang diinginkan sesuai dengan kesempatan pasar. Setelah dilakukan pilihan pasar disusun perencanaan alokasi sumber daya dan kemampuan. c. Pemilihan keinginan dan nilai yang dibutuhkan dan d. Penentuan segmen sesuai dengan pandangan pengurus. Pada awalnya masalahnya adalah apakah perusahaan telah melampaui kewenangan yang ditentukan dalam anggaran dasar. Masalahnya kemudian berkembang menjadi apakah perseroan masih dalam batas tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan. Sehingga tujuan masalah terkait dengan masalah kewenangan. Dalam hukum perusahaan seringkali ditetapkan tindakan-tindakan yang dapat dilakukan oleh suatu perseroan. Jika perusahaan melakukan kegiatan tidak sesuai dengan tujuan atau kewenangan maka secara hukum perusahaan telah ultra vires atau diluar kewenangan perseroan. 69 Setiap tindakan di luar kewenangan perusahaan adalah ultra vires. Suatu perbuatan atau tindakan dikatakan ultra vires apabila melampaui kewenangan 68 Ibid., hal. 51. 69 I.G. Rai Widjaya, Op.Cit., hal. 147. Marianne Magda Ketaren : Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. USU e-Repository © 2008. 48 perusahaan, baik kewenangan yang secara tegas maupun implisit atau dilakukan tanpa ijin RUPS. Oleh karena itu, tiga konsekwensi hukum apabila terjadi ultra vires adalah ganti rugi, pidana dan perjanjian. Umumnya ultra vires tidak dapat digunakan sebagai pembelaan atas tuntutan ganti rugi terhadap perusahaan akibat tindakan salah seorang karyawannya yang bertindak dalam cakupan pekerjaannya. Demikian pula halnya dalam hal terjadi dakwaan pidana. Sementara itu, dalam situasi tertentu tradisi common law membolehkan diajukannya gugatan ultra vires atas dasar kontrak yang dilakukan perusahaan. Meskipun hal ini tidak begitu diinginkan karena dapat mengganggu transaksi komersial. Penggunaan alasan ultra vires dibatasi. Gugatan ultra vires misalnya tidak dapat dilakukan apabila kontrak sudah dijalankan. Namun demikian perusahaan atau pemegang saham melalui gugatan derivatif dapat menggugat direksi dengan dasar direksi telah bertindak melampaui kewenangan. Sedangkan tindakan illegal bukan merupakan ultra vires dan perusahaan bertanggung jawab atas tindakan tersebut. 70 Undang-undang memungkinkan perseroan untuk mengambil alih kegiatan dan pertanggung jawaban dari: 1. Perseroan dalam rencana atau atas segala kegiatan dan pertanggung jawaban dari badan usaha lainnya, baik itu orang-orang perorangan, persekutuan perdata, persekutuan dengan firma, persekutuan komanditer dan bentuk-bentuk usaha lainnya, baik yang telah berbadan hukum maupun yang belum atau tidak 70 Munir Fuady, Op.Cit., hal. 48. Marianne Magda Ketaren : Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. USU e-Repository © 2008. 49 berbadan hukum, yang hendak mengubah bentuk usahanya menjadi perseroan terbatas. 2. Perseroan dalam masa pendirian atau perseroan terbatas yang telah didirikan namun belum memperoleh pengesahan sebagai badan hukum yang oleh menteri kehakiman. 71 Dalam hal ini setiap perbuatan hukum yang dilakukan dengan mengatas namakan perseroan belum mengikat perseroan secara hukum, melainkan hanya mengikat pengurus dan atau pendiri perseroan yang melakukan perbuatan hukum tersebut. Undang-undang mewajibkan diadakannya pengukuhan oleh perseroan atas setiap dan seluruh perbuatan hukum yang dilakukan oleh para pengurus dan atau pendiri perseroan sebelum perseroan memperoleh pengesahan, segera setelah perseroan memperoleh pengesahan. Perbuatan hukum yang tidak dikukuhkan akan menjadi tanggung jawab pribadi sepenuhnnya dari masing-masing pengurus dan atau pendiri yang melakukannya. Pasal 12 ayat 1 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa, perbuatan hukum yang berkaitan dengan kepemilikan saham dan penyetorannya yang dilakukan oleh calon pendiri sebelum Perseroan didirikan, harus dicantumkan dalam akta pendirian. 72 Ketentuan ini pada prinsipnya mengakomodasikan kepentingan para pendiri mengenai besarnya penyertaan dari semua pihak dalam perseroan. Perbuatan hukum 71 Agus Budiarto, Op.Cit., hal. 32. 72 Ratnawati W. Prasodjo, Op.Cit., hal. 2. Marianne Magda Ketaren : Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. USU e-Repository © 2008. 50 ini biasanya disertai atau diikuti dengan dokumen tertulis berupa perjanjian kerja sama usaha, atau yang lebih dikenal dengan nama joint venture Agreement, yang antara lain memuat keterangan mengenai kesepakatan atau persetujuan dari para pendiri untuk melakukan penyetoran saham selain dengan atau dalam bentuk uang tunai atau seperti dijelaskan dalam penjelasan Pasal 12 ayat 1 tersebut. Selanjutnya ketentuan Pasal 12 ayat 2 UU Nomor 40 Tahun 2007 mensyaratkan bahwa dalam hal perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dinyatakan dengan akta yang bukan akta otentik, akta tersebut dilekatkan pada akta pendirian. Dengan pengertian bahwa dokumen yang memuat perbuatan hukum yang terkait dengan pendirian tersebut harus ditempatkan sebagai satu kesatuan dengan akta pendirian. Ketentuan ini memperjelas akan hak dan kewajiban serta komitmen dari masing-masing pendiri terhadap perseroan, segera setelah perseroan tersebut didirikan dan disahkan oleh pejabat yang berwenang. 73 Dalam hal ketentuan dalam kedua ayat 1 dan 2 Pasal 12 tersebut tidak dipenuhi, maka perbuatan hukum tersebut tidak menerbitkan hak dan kewajiban bagi perseroan Pasal 12 ayat 3 UU Nomor 40 Tahun 2007. Ini berarti, selama perbuatan hukum tersebut tidak dicantumkan dalam akta pendirian dan dokumen pendukung tidak dilampirkan, maka perbuatan hukum tersebut tidak mengikat perseroan, kecuali jika perbuatan hukum tersebut kemudian dikukuhkan menurut ketentuan dalam Pasal 13 UU Nomor 40 Tahun 2007 tersebut. Artinya pengurus perseroan berhak untuk tidak menerima segala macam penyetoran saham dari pemegang saham selain dengan 73 Ibid., hal. 5. Marianne Magda Ketaren : Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. USU e-Repository © 2008. 51 uang tunai jika menurut penilaiaannya hal tersebut dapat merugikan perseroan, kecuali jika penyertaan yang demikian telah disebutkan secara tegas dalam dokumen yang menyertai akta pendirian atau anggaran dasar perseroan. 74 Pasal 13 UU Nomor 40 Tahun 2007, memungkinkan setiap perbuatan hukum yang dilakukan oleh para pendiri untuk kepentingan perseroan sebelum perseroan disahkan, mengikat perseroan setelah perseroan tersebut disahkan menjadikan badan hukum apabila, a. Perseroan secara tegas menyatakan menerima semua perjanjian yang dibuat oleh pendiri atau orang lain yang di tugaskan pendiri dengan pihak ketiga. b. Perseroan secara tegas menyatakan mengambil alih semua hak dan kewajiban yang timbul dari perjanjian yang dibuat pendiri atau orang lain yang ditugaskan pendiri, walaupun perjanjian tidak dilakukan atas nama perseroan; atau c. Perseroan mengukuhkan secara tertulis semua perbuatan hukum yang dilakukan atas nama perseroan Seperti yang telah disebut terdahulu dalam bagian pendahuluan ketentuan ini mempertegas kembali tata cara yang harus ditempuh oleh para pengurus maupun pendiri perseroan untuk mengalihkan kepada perseroan, segala hak dan atau tanggung jawab yang terbit dari perbuatan hukum para pengurus maupun pendiri perseroan yang dilakukan setelah perseroan didirikan namun belum disahkan menjadi badan hukum yaitu dengan cara mewajibkan perseroan melakukan pengukuhan 74 Ibid., hal. 14. Marianne Magda Ketaren : Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. USU e-Repository © 2008. 52 secara tegas atas pengambilalihan hak serta tanggung jawab tersebut atau penjelasan Pasal 13 ayat 1 UU Nomor 40 Tahun 2007. 75 Jika di lihat kedua ketentuan dalam Pasal 12 dan 13 UU No. 40 Tahun 2007 memang tidak secara tegas ditemui adanya ketentuan yang mengatur mengenai pengambil alihan oleh perseroan atas perbuatan hukum lainnya atau selain yang disebut dalam Pasal 12 yang dilakukan oleh pendiri perseroan sebelum perseroan didirikan, pada saat didirikan maupun pada saat perseroan memperoleh pengesahan dari pihak yang berwenang. Walaupun demikian jika di simak ketentuan yang termuat dalam, a. Pasal 12 ayat 3 Undang-Undang Perseroan Terbatas b. Pasal 13 ayat 1 huruf b Undang-Undang Perseroan Terbatas c. Pasal 122 ayat 3 Undang-Undang Perseroan Terbatas mengenai sifat pengalihan demi hukum atas semua aktiva dan pasiva, yang meliputi perbuatan-perbuatan hukum, hak-hak, kewajiban-kewajiban, dan harta kekayaan, dari perseroan yang menggabungkan diri maupun meleburkan diri kepada perseroan hasil penggabungan maupun peleburan. 76

C. Pengesahan Perseroan Terbatas Oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia