102
terdakwa memakai homepage-nya tanpa seizin pemiliknya. Dalam memutus perkara ini, Hakim mendengar banyak saksi ahli dan menggunakan alat bukti, salah satunya
berupa print-out pendaftaran nama Domain yang dilakukan terdakwa. Setelah mendengar para saksi ahli, Hakim memutuskan bahwa terdakwa tidak bersalah dan
sampai pada Mahkamah Agung dalam Peninjauan Kembali PK, terdakwa tidak bersalah.
142
Dalam hal ini dapat diketahui bahwa, meskipun belum ada undang-undang yang mengatur tentang Cyber-Law di Indonesia baik di bidang Perdata maupun
Pidana, namun Hakim tetap bisa memutuskan perkara yang diajukan kepadanya.
B. KEKUATAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK SEBAGAI ALAT BUKTI
Hukum Acara Perdata mengenal 3 macam surat, yaitu: surat biasa, akta di bawah tangan dan akta otentik. Dibandingkan dengan surat biasa dan akta di bawah
tangan, akta otentik merupakan bukti yang cukup atau bukti yang sempurna, artinya bahwa isi fakta tersebut oleh hakim dianggap benar, kecuali apabila diajukan bukti
lawan yang kuat. Hal mana berarti bahwa hakim harus mempercayai apa yang tertulis dalam akta tersebut, dengan perkataan lain apa yang termuat dalam akta tersebut
harus dianggap benar selama ketidak benarannya tidak dibuktikan terhadap pihak ketiga.
143
142
Ibid., hal. 80.
143
Ibid., hal. 96.
Marianne Magda Ketaren : Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.
USU e-Repository © 2008.
103
Tanda Tangan otentik berkekuatan hanya sebagai bukti bebas, artinya penilaiannya diserahkan kepada kebijaksanaan hakim. Dalam hal ini dapat dilihat
keabsahan dari akta otentik yang mempunyai 3 macam kekuatan pembuktian, yaitu: kekuatan pembuktian formal, kekuatan pembuktian material dan kekuatan mengikat.
Sementara itu kekuatan pembuktian akta di bawah tangan dinyatakan dalam Ordonansi tahun 1867 nomor 29 yang intinya menyatakan bahwa barang siapa yang
terhadapnya diajukan suatu tulisan di bawah tangan, diwajibkan secara tegas mengakui atau menyangkal tanda tangannya, tetapi bagi para ahli warisnya atau
orang-orang yang mendapat hak daripadanya, cukuplah jika mereka menerangkan tidak mengakui tulisan atau tanda tangan itu sebagai tulisan atau tanda tangan orang
yang mereka wakili. Akta di bawah tangan yang diakui isi dan tandatangannya, dalam kekuatan pembuktian hampir sama dengan akta otentik, bedanya terletak pada
kekuatan bukti keluar, yang tidak dimiliki oleh akta di bawah tangan. Surat-surat lain selain akta mempunyai nilai pembuktian sebagai bukti bebas.
144
Setelah ada kejelasan mengenai kekuatan pembuktian dari surat, baik surat biasa, akta di bawah tangan maupun akta otentik, selanjutnya kita coba mengkaji
apakah akta elektronik mempunyai kekuatan pembuktian yang sama dengan akta yang lajim kita kenal selama ini sebagaimana tersebut di atas. Suatu hal yang dapat
kita simpulkan dari uraian terdahulu adalah keabsahan dari suatu akta elektronik merupakan sesuatu yang tidak perlu diragukan lagi, sifat tertulis dari akta elektronik
144
Ibid., hal. 97.
Marianne Magda Ketaren : Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.
USU e-Repository © 2008.
104
juga terpenuhi, keabsahan tanda tangan elektronik atau tanda tangan digital-pun teruji.
Kekuatan pembuktian dari akta elektronis diperlakukan sama dengan akta yang non elektronis sepanjang dipenuhinya syarat-syarat tertentu, hal itupun masih
disertai dengan beberapa catatan. Kekuatan akta elektronis sebagai alat bukti sebenarnya juga didukung atau melalui penafsiran oleh berbagai peraturan
perundangan nasional, antara lain Undang-undang Nomor 8 tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan, yang secara tegas menyebutkan bahwa dokumen perusahaan
yang telah dimuat dalam microfilm atau media lainnya dan atau hasil cetaknya merupakan alat bukti yang sah, Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana, di mana surat termasuk dalam salah satu alat bukti.
145
Undang-undang Nomor 15 tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang yang menegaskan bahwa alat bukti pemeriksaan tindak pidana
pencucian uang berupa informasi yang disimpan secara elektronik atau yang terekam secara elektronik, Undang-undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang menyatakan bahwa alat bukti yang sah dalam bentuk petunjuk, khusus
untuk tindak pidana korupsi juga dapat berupa alat bukti lain yang berupa informasi yang diucapkan, dikirim, diterima atau disimpan secara elektronik.
146
145
Ibid., hal. 98.
146
Ibid., hal. 99.
Marianne Magda Ketaren : Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.
USU e-Repository © 2008.
105
Dalam hal hakim masih ragu-ragu dalam mengambil keputusan sehubungan dengan tidak adanya Undang-Undang khusus di bidang Cyber Law yang mengatur
mengenai alat bukti akta elektronik, sudah selayaknya apabila hal itu dapat diatasi hakim dengan melakukan penemuan hukum atau melakukan penafsiran secara
analogis atau ekstensif dari ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku atau existing laws. Dengan demikian atas permasalahan-permasalahan hukum yang timbul tetap
dapat diambil keputusan yang adil dan dapat dipertanggungjawabkan, tanpa harus menunggu lahirnya Undang-Undang di bidang Cyber Law.
Alat-alat bukti yang diakui dalam peradilan perdata Indonesia diatur dalam HIR Pasal 164 dan Kitab Undang-undang Hukum Perdata pada Pasal 1866, yang bisa
dipergunakan ada 5 macam, namun yang paling akurat adalah alat bukti surat yang berupa akta otentik, dimana terdapat 2 macam akta yaitu akta relass dan akta partij,
dimana dalam akta relaas, bila para pihak tidak menandatangani akta ini maka akta tersebut tidak kehilangan otentisitasnya, karena akta ini dibuat oleh pejabat umum,
sedangkan dalam akta partij, tanda tangan merupakan syarat mutlak karena akta ini dibuat dihadapan pejabat umum. Fungsi akta disini merupakan pernyataan secara
tertulis adanya suatu perbuatan hukum dan dapat dipakai sebagai alat bukti.
147
Selain daripada apa yang telah disebutkan diatas HIR masih mengenai alat pembuktian yaitu hasil pemeriksaan setempat, seperti yang ditentukan dalam pasal-
pasal berikut ini :
147
Ibid., hal. 100.
Marianne Magda Ketaren : Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.
USU e-Repository © 2008.
106
Pasal 154 1 HIR yang berbunyi : ”Jika ditimbang perlu atau ada faedahnya, maka ketua boleh mengangkat satu atau
dua orang komisaris daripada dewan itu yang dengan bantuan panitera pengadilan akan melihat keadaan tempat atau menjalankan pemeriksaan di tempat itu, yang dapat
menjadi keterangan kepada Hakim”. Pasal 155 HIR yang berbunyi :
”Jika pengadilan negeri menimbang, bahwa perkara itu dapat lebih terang, jika diperiksa atau dilihat orang ahli, maka dapatlah ia mengangkat ahli itu, baik atas
permintaan kedua belah pihak maupun karena jabatannya”.
148
Alat bukti tulisan ini menurut doktrin ilmu hukum dan undang-undang secara garis besar dibagi 2 macam, yaitu tulisan biasa dan tulisan berupa akta. Tulisan yang
berupa akta ini terbagi lagi menjadi 2, yaitu akta di bawah tangan dan akta otentik. Pembuktian dalam hukum acara pidana tentunya tidak dapat meninggalkan
ketentuan hukum mengenai alat bukti dan barang bukti yang ada di dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata, mengingat alat bukti dan barang bukti menjadi
dasar dalam memutus perkara pidana. Alat-alat bukti ini diatur menjadi dasar dalam memutus perkara pidana. Alat-alat bukti ini diatur dalam Pasal 183-189 Kitab
Undang-undang Hukum Perdata, dan barang bukti dalam Pasal 39 Kitab Undang- undang Hukum Perdata.
149
Apabila melihat pada ketentuan dalam Pasal 164 HIR 238 RBG atau Pasal 1866 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, tanda tangan secara elektronik tidak
dimungkinkan untuk digunakan sebagai alat bukti atau akan ditolak oleh hakim maupun pihak lawan, karena pembuktian yang dikehendaki, berdasarkan ketentuan
148
Ibid., hal. 101.
149
Ibid., hal. 102.
Marianne Magda Ketaren : Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.
USU e-Repository © 2008.
107
dalam Pasal tersebut diatas, mensyaratkan bahwa alat bukti itu berupa tulisan, sementara tanda tangan elektronik sifatnya tanpa kertas.
Akan tetapi dalam hukum acara perdata di Indonesia, berdasarkan asas ius curia novit, hakim tidak boleh menolak perkara yang diajukan kepadanya karena
hakim mempunyai keleluasaan untuk melakukan penemuan hukum, dengan catatan hakim mempunyai pengetahuan tentang sistem transaksi secara elektronik. Dalam
menilai suatu pembuktian, Hakim dapat bertindak bebas atau diikat oleh undang- undang, dimana terdapat 3 teori yaitu teori pembuktian bebas, teori pembuktian
terikat dan teori pembuktian gabungan.
150
Hakim dapat menggunakan suatu metode penemuan hukum yaitu metode interpretasi analogis, dimana interpretasi analogis merupakan penemuan hukum yang
dilakukan oleh hakim dengan cara memberi penafsiran pada suatu peraturan hukum dengan memberi kias pada kata-kata dalam peraturan tersebut sesuai asas hukumnya
dan menggunakan interprestasi ekstensif maka makna tertulis sebagaimana yang dimaksudkan dalam ketentuan alat bukti menurut hukum acara Indonesia dapat di
perluas.
151
Untuk dapat diklasifikasikan dalam bentuk tertulis dapat dengan membuat suatu print-out dari pesan yang masih berbentuk elektronik. Hal ini dapat ditemukan
dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan yang berbunyi :
150
Ibid., hal. 102.
151
Riyeke Ustadiyanto, Op.cit., hal. 125.
Marianne Magda Ketaren : Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.
USU e-Repository © 2008.
108
1. Dokumen perusahaan dapat dialihkan ke dalam microfilm atau media lainnya
2. Pengalihan dokumen perusahaan ke dalam microfilm atau media lainnya
sebagaimana dimaksud ke dalam ayat 1 dapat dilakukan sejak dokumen tersebut dibuat atau diterima oleh perusahaan yang bersangkutan
3. Dalam pengalihan dokumen perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1,
pimpinan perusahaan wajib mempertimbangkan kegunaan naskah asli dokumen yang perlu tetap disimpan karena mengandung nilai tertentu demi kepentingan
perusahaan atau kepentingan nasional. 4.
Dalam hal dokumen perusahaan yang dialihkan ke dalam microfilm atau media lainnya adalah naskah asli yang mempunyai pembuktian otentik dan masih
mengandung kepentingan hukum tertentu, pimpinan perusahaan wajib tetap menyimpan naskah asli tersebut.
Setelah proses pengalihan ini dilakukan diperlukan proses legalisasi agar suatu dokumen dapat mempunyai kekuatan sebagai alat bukti. Pengaturan legalisasi
ini terdapat pada ketentuan Pasal 13 dan 14 undang-undang ini, dan setelah proses pengalihan dan legalisasi maka dokumen perusahaan tersebut dinyatakan sebagai alat
bukti yang sah. Hal ini didasarkan pada Pasal 15 undang-undang ini.
152
Walaupun undang-undang ini tidak mengatur masalah pembuktian, namun undang-undang ini telah memberi kemungkinan bahwa dokumen perusahaan yang
mengalami peralihan yang sangat ditentukan dengan adanya proses legalisasi,
152
Lihat Undang-undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan.
Marianne Magda Ketaren : Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.
USU e-Repository © 2008.
109
sehingga apabila tanda tangan elektronik ini dapat dilakukan print-out kemudian dilegalisasi maka tanda tangan elektronik ini dapat menjadi alat bukti.
Sebagai bahan perbandingan, di negara Belanda telah ada aturan pada Pasal 186 BRV bahwa keabsahan tanda tangan dapat dilakukan dengan cara apa saja, maka
dihubungkan dengan syarat-syarat bahwa suatu surat dapat dikatakan akta jelaslah bahwa tanda tangan elektronik ini dapat dikatakan sah meskipun penandatangan
dilakukan secara elektronik. Dalam hal transaksi elektronik tidak ada alat bukti lain selain data elektronik yang berupa tanda tangan elektronik, dengan demikian tanda
tangan elektronik pada dasarnya dapat dipersamakan sebagai tulisan. Tanda tangan elektronik ini memang belum diatur dalam hukum Pembuktian
di Indonesia, namun sudah jelas bahwa secara tidak langsung tanda tangan ini mempunyai fungsi yang sama dengan tanda tangan tradisional, karena dalam
peradilan di Indonesia Hakim tidak boleh menolak perkara yang diajukan kepadanya, maka Hakim secara hukum bisa menggunakan tanda tangan elektronik sebagai alat
bukti dalam memutus suatu perkara, dengan bantuan seorang ahli dalam bidang teknologi, karena suatu tanda tangan elektronik dapat memberikan jaminan yang
lebih terhadap keamanan suatu data elektronik, dibandingkan tanda tangan biasa, karena penerima pesan dapat memeriksa kembali apakah pesan yang datang dari
pengirim adalah benar dari pengirim.
153
153
Ibid., hal. 126.
Marianne Magda Ketaren : Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.
USU e-Repository © 2008.
110
C. Keabsahan Tanda Tangan Elektronik Dalam Pengesahan Perseroan Terbatas