Aspek Hukum Tanda Tangan Elektronik

BAB IV KEABSAHAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK DALAM MENENTUKAN

KEABSAHAN PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS

A. Aspek Hukum Tanda Tangan Elektronik

Teknologi dikembangkan untuk mempermudah aktivitas manusia. Proses perdagangan saat ini tidak lagi membutuhkan pertemuan secara fisik. Salah satunya dengan cara penjual cukup menayangkan produknya di web, dimana pembeli bisa melihat spesifikasinya. Bila setuju pembeli membayar lewat transfer baru penjual mengirim barangnya. 135 Dalam suatu transaksi manual di kenal tanda tangan sebagai suatu bentuk pengesahan, hal ini menimbulkan pertanyaan bagaimana penerapan tanda tangan pada transaksi elektronik atau kontrak elektronik, dan bagaimana bila terjadi suatu masalah serta bagaimana aspek hukumnya. Tanda tangan elektronik dapat juga berfungsi sebagai alat pengesahan dari suatu transaksi elektronik. Namun harus diingat bahwa hukum terbentuk karena peristiwa sosial dalam masyarakat. Tanda tangan elektronik merupakan hal baru dalam hukum di Indonesia. Dalam Hukum di Indonesia atau hukum pidana tidak mengenal mengenai data elektonik didalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. Namun dalam pasal 39 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana dikenal 135 E.N. Tamatjita, Aspek Hukum Tanda Tangan Elektronik, Jakarta, Hukum Online.Com, 2007, hal. 1. 96 Marianne Magda Ketaren : Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. USU e-Repository © 2008. 97 barang bukti dalam arti khusus, dan hal itu merupakan kesempatan untuk memberikan tempat kepada data elektronik sebagai alat bukti yang sempurna. Dalam undang-undang dokumen perusahaan telah diakui penyimpanan dokumen secara elektronik dengan terlebih dahulu dilakukan legalisasi dokumen yang akan di konversikan ke bentuk elektronik. Dengan demikian bilamana terjadi sengketa baik perdata maupun pidana dokumen elektronik dapat menjadi alat bukti. Transaksi elektronik dengan menggunakan tanda tangan elektronik walaupun masih dimungkinkan untuk dimanipulasi namun lebih aman daripada transaksi yang tidak menggunakan tanda tangan elektronik. 135 Dokumen elektronik dengan tanda tangan elektronik bilamana terjadi sengketa dapat menjadi suatu alat bukti yang lebih kuat dibandingkan dengan dokumen elektronik tanpa tanda tangan elektronik. Pada beberapa negara bilamana terjadi suatu sengketa dari suatu transaksi elektronik maka akan dilakukan uji pembuktian dengan melakukan :

a. Real Evidence.

Hasil rekaman langsung dari aktivitas elektronik seperti rekaman transaksi, hasil analisa atau perhitungan suatu sistem komputer contohnya adalah Log ATM dan data video camera ATM.

b. Hearsay Evidence

Salinan kertas dari suatu proses transaksi seperti Cek bank. 135 Ibid., hal. 2. Marianne Magda Ketaren : Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. USU e-Repository © 2008. 98

c. Derived Evidence

Kombinasi dari kedua contoh bukti diatas, dengan dilakukannya ketiga pendekatan yang dilakukan terhadap bukti data elektronik seperti diatas maka akan membantu hakim dalam memutuskan suatu perkara. 136 Beberapa masalah yang mungkin timbul di dalam praktek dari sistem tanda tangan elektronik ini terkait dengan sistem hukum yang sudah ada beberapa negara, disyaratkan bahwa suatu transaksi haruslah disertai dengan bukti tertulis, dengan pertimbangan kepastian hukum atau permasalahan lain yang timbul berkaitan dengan dokumen yang asli dan dokumen salinan. Berkaitan dengan hal ini, sudah menjadi prinsip umum bahwa : 1. Dokumen asli mestilah dalam bentuk perjanjian tertulis yang ditandatangani oleh para pihak yang melaksanakan perjanjian. 2. Dokumen asli hanya ada satu dalam setiap perjanjian, dan 3. Semua produksi dari perjanjian tersebut merupakan salinan 137 Dalam sistem perdagangan elektronik, tidak ada alat bukti lain yang dapat digunakan selain data elektronik atau digital yang berupa electronic signature. Dengan demikian electronic signature pada dasarnya dapat dipersamakan sebagai tulisan. Apalagi akta otentik, kekuatan pembuktiannya sempurna. Di samping itu akta otentik mempunyai kekuatan mengikat dan hakim harus percaya. 136 Ibid., hal. 4. 137 Ibid., hal. 4. Marianne Magda Ketaren : Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. USU e-Repository © 2008. 99 Beberapa pakar hukum berpendapat bahwa tanda tangan elektronik harus diterima keabsahannya sebagai tanda tangan dengan alasan sebagai berikut yaitu 138 a. Tanda tangan elektronik merupakan tanda-tanda yang bisa dibubuhkan oleh seseorang atau beberapa orang yang diberikan kuasa oleh orang lain yang berkehendak untuk diikat secara hukum b. Sebuah tanda tangan elektronik dapat dimasukkan dengan menggunakan peralatan mekanik, sebagaimana tanda tangan tradisional c. Sebuah tanda tangan elektronik sangat mungkin bersifat lebih aman atau lebih tidak aman sebagaimana kemungkinan itu terjadi pada tanda tangan tradisional d. Pada waktu membubuhkan tanda tangan elektronik, niat si penandatangan yang menjadi keharusan juga bisa dipenuhi sebagaimana pada tanda tangan tradisional e. Sebagaimana tanda tangan tradisional, tanda tangan elektronik dapat diletakkan di bagian mana saja dokumen itu dan tidak harus berada di bagian bawah dokumen, kecuali hal tersebut disyaratkan oleh mekanisme legalisasi Pembuktian menurut Pitlo adalah suatu cara yang dilakukan oleh suatu pihak atas fakta dan hak yang berhubungan dengan kepentingannya. Subekti berpendapat bahwa yang dimaksud dengan membuktikan adalah meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil atau dalil yang dikemukakan dalam suatu persengketaan. 139 Dengan memberikan electronic signature pada dua elektronik yang dikirimkan maka akan dapat ditunjukkan dari mana data elektronis tersebut sesungguhnya berasal. 138 M. Arsyad Sanusi, E-Commerce : Hukum dan Solusinya, Mizan Grafika Sarana, Cetakan I, Juni 2001, hal. 77. 139 Riyeke Ustadiyanto, Op.cit., hal. 124. Marianne Magda Ketaren : Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. USU e-Repository © 2008. 100 Penggunaan e-sign yang diaplikasikan pada data elektronik yang dikirimkan dapat menjamin bahwa pesan elektronik tersebut tidak mengalami perubahan. Jaminan authencity ini dapat dilihat dari adanya hash function dalam sistim e-sign, dimana penerima data dapat melakukan perbandingan hash value. Apabila hash value-nya sama dan sesuai. Maka data tersebut benar-benar otentik, tidak pernah terjadi tindakan yang sifatnya mengubah atau modify dari data tersebut pada saat pengiriman, sehingga terjamin authencity-nya. Sebaliknya bila hash value-nya berbeda, maka dapat disimpulkan bahwa data yang diterima telah dimodifikasi. Keberadaan suatu pesan yang berhubungan dengan orang yang mengirim pesan tidak dapat disangkal atau Non Repudiation karena tanda tangan elektronik menggunakan enkripsi asimetris atau asymetric encryption, yang melibatkan kunci privat dan kunci publik seperti yang telah dikemukakan. Contoh yang bisa didapat dalam praktek adalah tanda tangan elektronik yang dilakukan pada jenis sistem pembayaran melalui kartu debet, 140 dimana seseorang akan melakukan penandatanganan pada suatu alat secara elektronik namun baik pihak pemegang kartu ataupun bank yang bersangkutan juga pihak penjual, masing-masing akan mendapatkan hasil print-out sebagai bukti pembayaran sekaligus pembuktian bahwa seseorang membolehkan bank untuk memotong dana yang terdapat pada rekening miliknya. 140 Kartu Debet adalah bagian dari alat pembayaran berupa kartu-kartu beridentitas unik yang diterbitkan oleh lembaga perbankan kepada nasabah tabungan pada bank yang bersangkutan berdasarkan kontrak, yang digunakan oleh pengguna untuk alat pembayaran dalam transaksi elektronik ekonomi dan atas penggunaan kartu debet tersebut, maka tabungan yang dimiliki oleh si pengguna ini, dipotong langsung oleh bank, menyatakan mengurangi saldo tabungan yang dimilikinya. Marianne Magda Ketaren : Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. USU e-Repository © 2008. 101 Walaupun masih sedikit kasus yang menggunakan bukti elektronik sebagai alat bukti di pengadilan, itu dikarenakan rentannya kemauan dari hakim untuk mempelajari hal-hal baru. Khususnya berkaitan dengan pemanfaatan teknologi informasi dalam urusan privat maupun publik. Sebagai contoh kasus yang terjadi sehubungan dengan bidang teknologi secara elektronik adalah beberapa waktu yang lalu, telah diputus satu kasus pidana di Pengadilan Negeri Jakarta Timur yang mengetengahkan bukti e-mail sebagai salah satu alat bukti. Dalam kasus tersebut, hakim memvonis terdakwa dengan hukuman satu tahun penjara karena terbukti telah melakukan tindakan cabul berupa penyebaran tulisan dan gambar. Hakim kemudian menghadirkan saksi ahli untuk menjelaskan, apakah bukti e-mail tersebut bisa dimanipulasi. Keterangan ahli tersebut digunakan oleh hakim untuk memastikan apakah dalam transfer data melalui internet e-mail tersebut telah terjadi tindakan manipulatif. Setelah mendengar keterangan dari saksi ahli, kemudian hakim memutus terdakwa telah terbukti melanggar Pasal 282 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. Terlepas dari salah tidaknya terdakwa, hakim telah menggunakan nalarnya untuk menggunakan bukti tersebut yang disamakan sebagai alat bukti surat yang diatur di dalam Pasal 184 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. 141 Selain kasus diatas, di Pengadilan Jakarta Pusat, juga telah diputus satu kasus pidana mengenai nama Domain salah satu merek terkenal di Indonesia, dimana 141 Lia Yuliasari Puspita Dewi, Tinjauan Yuridis Tanda Tangan Elektronik Electronic Signature Dalam Sistem Hukum Pembuktian, Bandung, Tesis pada Program Pascasarjana Universitas Padjajaran, 2004, hal. 7. Marianne Magda Ketaren : Keabsahan Tanda Tangan Secara Elektronik dalam Proses Pendirian Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. USU e-Repository © 2008. 102 terdakwa memakai homepage-nya tanpa seizin pemiliknya. Dalam memutus perkara ini, Hakim mendengar banyak saksi ahli dan menggunakan alat bukti, salah satunya berupa print-out pendaftaran nama Domain yang dilakukan terdakwa. Setelah mendengar para saksi ahli, Hakim memutuskan bahwa terdakwa tidak bersalah dan sampai pada Mahkamah Agung dalam Peninjauan Kembali PK, terdakwa tidak bersalah. 142 Dalam hal ini dapat diketahui bahwa, meskipun belum ada undang-undang yang mengatur tentang Cyber-Law di Indonesia baik di bidang Perdata maupun Pidana, namun Hakim tetap bisa memutuskan perkara yang diajukan kepadanya.

B. KEKUATAN TANDA TANGAN ELEKTRONIK SEBAGAI ALAT BUKTI