Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai efektivitas obat kumur yang mengandung ekstrak kapulaga dibanding
dengan klorheksidin terhadap penurunan akumulasi plak.
1.2 Permasalahan
Apakah terdapat perbedaan efektivitas obat kumur yang mengandung ekstrak kapulaga 2,5 dibandingkan dengan klorheksidin 0,12 terhadap penurunan
akumulasi plak pada mahasiswa FKG USU angkatan 2013?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui efektivitas obat kumur yang mengandung ekstrak kapulaga 2,5 terhadap penurunan akumulasi plak pada mahasiswa FKG USU
angkatan 2013. 2. Untuk mengetahui efektivitas obat kumur yang mengandung klorheksidin
0,12 terhadap penurunan akumulasi plak pada mahasiswa FKG USU angkatan 2013. 3. Untuk mengetahui perbedaan efektivitas obat kumur yang mengandung
ekstrak kapulaga 2,5 dibanding dengan klorheksidin 0,12 terhadap penurunan akumulasi plak pada mahasiswa FKG USU angkatan 2013.
1.4 Hipotesis Penelitian
Terdapat perbedaan efektivitas obat kumur yang mengandung ekstrak kapulaga 2,5 dibanding dengan klorheksidin 0,12 terhadap penurunan akumulasi plak pada
mahasiswa FKG USU angkatan 2013.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan atau kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penerapannya, khususnya di
bidang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
Universitas Sumatera Utara
1.5.2 Manfaat Praktis
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat menjadi data atau informasi bagi masyarakat luas mengenai efektivitas obat kumur yang mengandung ekstrak kapulaga
dibanding dengan klorheksidin terhadap penurunan akumulasi plak.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plak Dental
Plak merupakan penyebab utama dalam penyakit periodontal.
2,3
Plak dental atau plak bakteri merupakan deposit lunak yang membentuk biofilm yang menumpuk
ke permukaan gigi atau permukaan keras lainnya di rongga mulut seperti restorasi lepasan dan cekat. Biofilm dapat terbentuk melalui interaksi bakteri dengan gigi. Oleh
karena itu, bakteri dapat ditemukan dalam biofilm plak yang sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan eksternal dimana pejamu merupakan perantaranya. Kesehatan
periodonsium merupakan suatu keseimbangan dimana populasi bakteri berdampingan dengan pejamu tanpa menimbulkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki oleh pejamu
maupun bakteri tersebut. Terganggunya keseimbangan jaringan periodonsium menyebabkan gangguan pada pejamu dan bakteri biofilm yang dapat mengakibatkan
kerusakan terutama pada jaringan ikat perodonsium.
3
2.1.1 Struktur dan Komposisi Plak Dental
Plak dental tersusun dari mikroorganisme. Jumlah bakteri yang terkandung dalam 1 gram plak yaitu sekitar 2 x 10
11
bakteri. Dalam suatu studi penelitian, ditemukan sekitar 500 spesies mikroba dalam dental plak. Terkadang, dapat ditemukan
mikroorganisme non-bakteri di dalam plak meliputi spesies Mycoplasma, protozoa, virus dan ragi. Mikroorganisme tersebut dapat diantara matriks intraseluler, yang juga
mengandung sedikit sel jaringan seperti sel-sel epitel, makrofag dan leukosit.
3
Terdapat sekitar 70-80 dari plak merupakan mikroba dan sisanya merupakan matriks intraseluler. Matriks intraseluler plak yang berjumlah 20-30 dari massa plak,
Universitas Sumatera Utara
terdiri atas materi organik dan anorganik yang berasal dari saliva, cairan sulkular, produk bakteri. Bahan organiknya mencakup materi polisakarida, protein, glikoprotein
dan lemak. Glikoprotein dari saliva merupakan komponen penting dari pelikel yang menempel pada permukaan gigi, dan juga terlibat dalam perkembangan biofilm plak.
Polisakarida yang diproduksi oleh bakteri terdiri dari dekstran dan albumin. Lemak terdiri dari debris membran bakteri yang hancur, sel-sel pejamu dan kemungkinan
debris makanan. Sedangkan bahan anorganiknya mencakup kalsium, fosfor, sisa magnesium, natrium, kalium dan fluorida.
3
2.1.2 Proses Pembentukan Plak
Proses pembentukan plak dapat dibagi dalam 3 tahap, yaitu sebagai berikut. a. Pembentukan pelikel
Beberapa detik setelah pembersihan gigi, pelikel akan terbentuk berupa lapisan tipis dari protein saliva; sebagian besar glikoprotein, yang terdeposit pada permukaan
gigi atau permukaan keras lain di rongga mulut. Beberapa menit setelahnya, ditemukan populasi bakteri pada pelikel tersebut. Sel-sel bakteri secara berkelanjutan ditransport
menuju lapisan pelikel yang menyelubungi gigi melalui saliva, berhubungan dengan diet, atau kontak lain dengan lingkungan luar.
13
Pelikel berfungsi sebagai penghalang protektif, yang akan bertindak sebagai pelumas permukaan dan mencegah pengeringan
jaringan. Selain itu, pelikel merupakan substrat kemana bakteri sekitarnya akan melekat.
3
b. Kolonisasi awal bakteri Dalam waktu beberapa jam, bakteri yang pertama-tama mengkoloni permukaan
gigi yang telah dibalut pelikel adalah didominasi oleh mikroorganisme fakultatif Gramm-positif, seperti Actinomyces viscosus dan Streptococcus sanguis. Pengkolonian
awal tersebut melekat ke pelikel dengan bantuan adhesion, yaitu molekul spesifik yang berada pada permukaan bakteri. Adhesin akan berinteraksi dengan reseptor pada
pelikel dental. Massa plak kemudian mengalami pematangan bersamaan dengan pertumbuhan bakteri yang telah melekat, maupun kolonialisasi dan pertumbuhan
spesies lainnya. Dalam perkembangannya terjadi perubahan ekologi pada biofilm,
Universitas Sumatera Utara
yaitu peralihan dari lingkungan awal yang aerob dengan spesies bakteri fakultatif Gramm positif menjadi lingkungan yang memiliki sedikit oksigen dimana yang
dominan adalah mikroorganisme anaerob Gramm negatif.
3
c. Kolonisasi sekunder dan pematangan plak Kolonisasi sekunder adalah mikroorganisme yang tidak turut dalam kolonisasi
awal pada permukaan gigi bersih. Beberapa mikroorganisme tersebut adalah Prevotella intermedia, Prevotella leoscheii, Capnocytophaga sp., Fusobacterium nucleatum, dan
Porphyromonas gingivalis. Mikroorganisme tersebut melekat ke bakteri yang telah berada dalam massa plak. Kemampuan spesies yang berbeda dengan mikroorganisme
pada plak untuk melekatkan diri satu sama lain dinamakan koagregasi. Beberapa contoh koagregasi pengkoloni sekunder ke pengkoloni awal terjadi antara
Fusobacterium nucleatum dengan Streptococcus sanguis, Prevotella loescheii dengan Actinomyces viscus dan Capnocytophaga ochracea dengan Actinomyces viscosus.
Beberapa penelitian mengatakan bahwa koagregasi terjadi khususnya antar bakteri Gramm positif yang berbeda dan antara bakteri Gramm positif dengan Gramm negatif.
Pada stadium akhir pembentukan plak, bakteri yang dominan melakukan koagregasi adalah Fusobacterium nucleatum dengan Porphyromonas gingivalis.
3
2.2 Kontrol Plak
Kontrol plak merupakan suatu upaya pembuangan dental plak secara teratur dan upaya pencegahan akumulasi plak pada gigi dan sekitar permukaan gingiva. Tanpa
prosedur kontrol plak secara teratur, akumulasi plak akan terjadi yang akan mengakibatkan timbulnya penyakit periodontal. Kontrol plak yang teratur dan upaya
pembuangan plak sehari-hari dapat mengurangi plak supragingiva, mengurangi sejumlah bakteri yang ada di poket periodontal dan sangat bermanfaat dalam
mengurangi sejumlah bakteri plak subgingiva, seperti Porphyromonas gingivalis. Oleh karena itu, kontrol plak merupakan suatu cara yang efektif untuk merawat dan
sekaligus mencegah penyakit periodontal.
14
Kontrol plak dapat dibagi dalam dua cara, yaitu secara mekanis dan kimiawi. Kontrol plak secara mekanis merupakan metode pencegahan yang paling diterima
Universitas Sumatera Utara
dalam bidang periodonsia, baik dilakukan oleh personal maupun profesional. Kontrol plak secara mekanis dapat berupa tindakan penyikatan gigi dan pembersihan
interdental. Kontrol plak secara kimiawi umumnya dilakukan sebagai penunjang setelah dilakukan kontrol plak secara mekanis untuk mengoptimalkan pembuangan
plak. Bentuk kontrol plak secara kimiawi yaitu penggunaan obat kumur.
15
2.3 Obat Kumur