Klasifikasi Distribusi Kandungan Kapulaga

2.3.2 Ekstrak Herbal

Pemanfaatan bahan herbal sebagai komponen aktif mulai dikembangkan dalam kedokteran gigi seiring semangat back to nature saat ini. Bahan herbal dianggap masyarakat relatif lebih aman dibanding bahan sintetis. 17 Banyak penelitian yang telah menunjukkan efek dari penggunaan ekstrak obat kumur herbal, seperti Cinnamon, Capparis spinosa, Quereucus infectoria, Myrtus communis, Sanguinaria dan lain-lain dalam mencegah akumulasi olak dental dan mengurangi inflamasi pada gingiva. Penggunaan tanaman tertentu pada obat kumur dilakukan karena efektivitas anti bakterinya yang telah terbukti dan serta dengan beberapa alasan seperti aroma dan rasa. 18

2.4. Kapulaga

Kapulaga Elettaria cardamomum merupakan salah satu jenis tanaman rempah-rempah yang dapat digunakan sebagai obat. 19 Kapulaga dikenal sebagai ratu dari segala rempah- rempah atau yang sering disebut dengan “Queen of all spices.” Biji kapulaga mengandung volatile oil yang digunakan sebagai perasa kue, kari, roti, kopi dan berbagai aneka masakan lainnya. 12 Kapulaga juga dikenal dengan nama latin Amomum cardamomum Willd, Amomum kapulaga Sprague, Amomum compactum Solad ex Maton, Alpinia striata Horst, Cardamomum minum Rumph dan Elettaria major Smith. 20 Kapulaga memiliki banyak khasiat sebagai obat-obatan tradisional untuk mengatasi gangguan pada pencernaan, pernafasan dan saraf. Studi menunjukkan bahwa kapulaga juga memiliki sifat anti kanker dan anti mikroba. Di India, kapulaga digunakan sebagai obat asma, bronkhitis, batu ginjal dan anorexia. 21

2.4.1 Klasifikasi

Taksonomi dari tanaman kapulaga kapol : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Universitas Sumatera Utara Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae Genus : Elettaria Spesies : E. cardamomum 20 Gambar 1. Elettaria cardamomum 21

2.4.2 Distribusi

Tanaman ini tumbuh liar di hutan primer dan hutan jati, di daerah pegunungan yang rendah dan tanahnya agak basah, bercurah hujan tinggi, atau di daerah yang selalu berawan, pada ketinggian 200-1000m di atas permukaan laut. Tanaman ini tersebar hampir di seluruh Indonesia, terutama di Jawa Barat dan Sumatera Selatan. Selain di Indonesia, kapulaga banyak ditemukan di Sri Lanka, India, Guatemala, Tanzania, Papua Nugini dan Malabar. 20

2.4.3 Kandungan

Kapulaga mengandung minyak atsiri yang terutama mengandung sineol, terpineol dan borneol. Disamping itu buah kapulaga banyak mengandung saponin, flavonoid, tanin, senyawa-senyawa polifenol, alkaloid, mangan, pati, gula, lemak, protein dan silikat. 10,20,22 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Prathima Shetty pada Universitas Sumatera Utara tahun 2013, kapulaga juga mengandung terpenoid yang berfungsi sebagai bahan anti bakteri. 22 Saponin memiliki sifat anti mikroba dengan cara merusak protein dan enzim tertentu dari sel bakteri. 10 Flavonoid dan tanin dapat membentuk ikatan hidrogen dengan karbohidrat dan protein melalui penghambatan beberapa enzim dalam sel sehingga mengahambat pertumbuhan mikroorganisme bakteri patogen. 10,22,23 Flavonoid juga menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara denaturasi dan koagulasi protein sel bakteri. Tanin memiliki daya antibakteri dengan cara mengkerutkan dinding sel dan membran sel bakteri. Akibat terganggunya permeabilitas, bakteri tidak dapat melakukan aktivitas hidupnya sehingga pertumbuhannya terhambat atau lama kelamaan akan mati. 24 Senyawa polifenol atau fenol mempunyai kemampuan untuk mengikat protein dari bakteri pathogen sehingga merusak struktur sel dan mendenaturasi protein dari bakteri itu sendiri. Senyawa fenol juga menghambat metabolisme biosintesis protein dengan cara merusak asam nukleat bakteri. 22 Alkaloid efektif membunuh mikroorganisme karena kemampuannya melekat pada dinding sel dan DNA bakteri. Terpenoid berfungsi sebagai penghancur dinding sel bakteri. 23 Terpenoid yang bersifat lipofilik dapat mengganggu permeabilitas membran sel bakteri dengan mengikat senyawa fosfolipid pada membrane sel sehingga mengurangi permeabilitas membran. Berkurangnya permeabilitas membrane dapat menyebabkan kebocoran sehingga komponen penting di dalam sel seperti protein, asam nukleat, nukleotida dan sebagainya dapat mengalir keluar sel bakteri. Hal ini mengakibatkan terhambatnya aktivitas hidup dan pertumbuhan bakteri atau bahkan kematian bakteri. 24 Universitas Sumatera Utara

2.5 Kerangka Teori

Dokumen yang terkait

Efektivitas Ekstrak Daun Teratai (Nelumbo Nucifera) 2% Sebagai Obat Kumur Terhadap Akumulasi Plak Pada Mahasiswa Fkg Usu Angkatan 2011

4 95 78

Pengaruh Obat Kumur Yang Mengandung Ekstrak Kulit Daun Lidah Buaya 5% Terhadap Akumulasi Plak Mahasiswa Angkatan 2009 FKG USU

5 55 68

Pengaruh Ekstrak Gambir 1% Dalam Bentuk Obat Kumur Dibanding Klorheksidin 0,12% Terhadap Penurunan Akumulasi Plak Pada Mahasiswa FKG USU Angkatan 2013

0 3 67

Pengaruh Ekstrak Gambir 1% Dalam Bentuk Obat Kumur Dibanding Klorheksidin 0,12% Terhadap Penurunan Akumulasi Plak Pada Mahasiswa FKG USU Angkatan 2013

0 0 14

Pengaruh Ekstrak Gambir 1% Dalam Bentuk Obat Kumur Dibanding Klorheksidin 0,12% Terhadap Penurunan Akumulasi Plak Pada Mahasiswa FKG USU Angkatan 2013

0 0 4

Pengaruh Ekstrak Gambir 1% Dalam Bentuk Obat Kumur Dibanding Klorheksidin 0,12% Terhadap Penurunan Akumulasi Plak Pada Mahasiswa FKG USU Angkatan 2013

0 2 9

Pengaruh Ekstrak Gambir 1% Dalam Bentuk Obat Kumur Dibanding Klorheksidin 0,12% Terhadap Penurunan Akumulasi Plak Pada Mahasiswa FKG USU Angkatan 2013

0 0 2

Pengaruh Ekstrak Gambir 1% Dalam Bentuk Obat Kumur Dibanding Klorheksidin 0,12% Terhadap Penurunan Akumulasi Plak Pada Mahasiswa FKG USU Angkatan 2013

0 0 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plak Dental - Efektivitas Obat Kumur Yang Mengandung Ekstrak Kapulaga 2,5% Dibanding Dengan Klorheksidin 0,12% Terhadap Penurunan Akumulasi Plak Pada Mahasiswa Fkg Usu Angkatan 2013

0 1 9

EFEKTIVITAS OBAT KUMUR YANG MENGANDUNG EKSTRAK KAPULAGA 2,5 DIBANDING DENGAN KLORHEKSIDIN 0,12 TERHADAP PENURUNAN AKUMULASI PLAK PADA MAHASISWA FKG USU ANGKATAN 2013

0 0 15