BAB III PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA
A. Pemilihan Umum
Pemilihan Umum merupakan suatu sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam mengisi jabatan-jabatan di lembaga-lembaga baik itu eksekutif
maupun legislatif. Tiap-tiap negara yang mengklaim dirinya sebagai negara yang demokratis akan menyelenggarakan pemilu sebagai lambang dari suatu
demokrasi. Hal ini sejalan pula dengan pandangan Moh. Mahfud MD tentang sistem politik yang demokratis yang mana menyatakan bahwa sistem politik yang
demokratis adalah sistem yang menunjukkan dimana kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat
dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik, dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan berpolitik.
64
A.S.S Tambunan mendefienisikan bahwa pemilu merupakan sarana pelaksanaan asas kedaulatan rakyat pada hakikatnya merupakan pengakuan dan
perwujudan daripada hak-hak politik rakyat dan sekaligus merupakan pendelegasian hak-hak tersebut oleh rakyat kepada wakil-wakilnya untuk
menjalankan pemerintahan.
65
Sementara itu, HM. Laica Marzuki berpendapat bahwa Pemilu merupakan mekanisme penentuan pendapat rakyat melalui sistem
64
Dedi Mulyadi, Op.Cit Halaman. 1
65
Titik Triwulan Tutik,Op.Cit Halaman 331
Universitas Sumatera Utara
langsung,umum,bebas,rahasia,jujur,dan adil.
66
Oleh sebab itu, dapatlah disimpulkan bahwa pada hakekatnya pemilihan umum merupakan suatu proses
pendelegasian kekuasaan secara sah oleh rakyat kepada orang-orang yang kemudian akan mengisi jabatan-jabatan politik di pemerintahan yang akan
mewakilinya, sehingga orang-orang tersebut dapat bertindak atas nama rakyat karena mendapatkan suatu mandat yang sah dari rakyat.
Pemilihan umum itu sendiri bertujuan untuk melakukan pengisian jabatan- jabatan tertentu yang pemilihannya dilakukan oleh rakyat, selain itu
memungkinkan terjadinya pergantian pejabat di dalam pemerintahan, memunculkan pemimpin-pemimpin baru dan juga membuka kesempatan bagi
siapa saja untuk ikut serta melakukan pengelolaan terhadap negara. Arbi Sanit, menyimpulkan bahwa pada dasarnya pemilu memiliki empat fungsi utama yaitu,
pembentukan legitimasi penguasa dan pemerintah, pembentukan perwakilan politik rakyat, sirkulasi elit penguasa, dan pendidikan politik.
67
Selain itu, fungsi pokok pemilu menurut Aurel Croissant ada tiga yaitu :
68
1. Fungsi keterwakilan dalam arti kelompok-kelompok masyarakat
memiliki perwakilan ditinjau dari aspek geografis, fungsional,dan deskriptif
2. Fungsi Integrasi, dalam arti terciptanya penerimaan partai terhadap
partai lain dan masyarakat terhadap partai 3.
Fungsi Mayoritas, yang cukup besar untuk mejamin stabilitas pemerintah dan kemampuannya untuk memerintah
Berdasarkan pendapat dari Aurel Croissant ini dapat dikatakan bahwa pemilu tersebut memiliki tujuan sebagai sarana untuk mewakili
66
Dedi Mulyadi, Op.Cit.Halaman. 229
67
Titik Triwulan Tutik, Op.Cit.Hlm. 333
68
Dedi Mulyadi Op.Cit.Halaman. 230
Universitas Sumatera Utara
kelompok-kelompok masyarakat serta menjadi sarana integrasi antara partai politik yang satu dengan yang lainnya dan juga dengan
masyarakat serta menciptakan suatu pemerintahan yang satbil. Pemilihan umum penting dilakukan baik bagi warga negara dan juga partai
politik. Bagi warga negara pemilihan umum merupakan suatu haknya untuk mewujudkan kedaulatannya serta memungkinkan tiap warga negara tersebut
untuk masuk kedalam badan perwakilan. Bagi partai politik maka pemilihan umum ini penting untuk menunjukkan sebagaimana besarnya dukungan terhadap
partai politik tersebut dan menjadi sarana untuk menjalankan program-program partai politik tersebut. Selain penting dilakukan untuk warga negara dan partai
politik, ternyata pemilu juga penting dilakukan kepada pejabat penyelenggara negara. Melalui pemilu, pejabat penyelenggara negara atau wakil rakyat dapat
mengukur legitimasi atau tingkat dukungan dan kepercayaan masyarakat kepadanya.
69
Pemilihan umum dilakukan secara berkala dalam jangka waktu tertentu yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan tiap-tiap negara.
Pemilihan umum yang dilakukan secara berkala tersebut dilakukan untuk memungkinkan terjadinya suatu pergantian atau peralihan kekuasaan secara sah
walaupun tidak selamanya hasil dari pemilihan umum tersebut menyebabkan peralihan kekuasaan.
69
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Pentingnya pemilihan umum dilakukan secara berkala juga dikarenakan oleh beberapa sebab, diantaranya :
70
1. Pendapat atau aspirasi rakyat mengenai berbagai aspek kehidupan
bersama dalam masyarakat bersifat dinamis, berkembang dari waktu ke waktu, dalam jangka waktu tertentu, bisa jadi bahwa sebagian besar
sudah berubah pendapatnya mengenai suatu kebijakan
2. Di samping pendapat rakyat berubah dari waktu ke waktu, kondisi
kehidupan bersama dalam masyarakat juga dapat berubah, baik karena dinamika dunia internasional atau karena faktor dalam negeri sendiri
3. Perubahan-perubahan aspirasi dan pendapat rakyat juga dimungkinkan
terjadi karena pertambahan jumlah penduduk dewasa. Mereka itu karena terutama para pemilih baru atau pemilih pemula belum tentu mempunyai
sikap yang sama dengan orang tua mereka
4. Pemilihan umum perlu diadakan secara teratur untuk menjamin
terjadinya proses pergantian kepemimpinan negara juga secara teratur.
Untuk mencapai tujuan-tujuan dari pemilu itu, maka pemilu harus diadakan dengan jujur dan adil, karena hanya pemilihan yang dilakukan secara
jujurlah yang kemudian menghasilkan suatu hasil yang benar-benar berasal dari kehendak rakyat yang sesuai dengan kehendak hati nuraninya. Secara konsepsual,
terdapat dua mekanisme yang dapat dilakukan untuk menciptakan pemilu yang bebas dan adil, yaitu :
71
1. Menciptakan seperangkat metode untuk mentransfer suara pemilih ke
dalam suatu lembaga perwakilan rakyat secara adil. 2.
Menjalankan pemilu sesuai dengan aturan main dan prinsip-prinsip demokrasi.
70
Ibid.Halaman. 233
71
Titik Triwulan Tutik, Op.Cit ,Halaman 335
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu, Ciri-ciri suatu pemilu yang benar-benar bebas, menurut RANNEY adalah :
72
1. Diselenggarakan secara reguler
2. Pilihan yang benar-benar berarti
3. Kebebasan menempatkan calon
4. Kebebasan mengetahui dan mendiskusikan pilihan-pilihan
5. Hak pilih orang dewasa yang universal
6. Perlakuan yang sama dalam pemberian suara
7. Pendaftaran pemilih yang bebas
8. Penghitungan dan pelaporan hasil yang tepat.
Selain terdapat mekanisme dan ciri-ciri, maka tiap-tiap negara juga memimiliki sistem pemilihan umumnya masing-masing. Sistem pemilu
merupakan suatu cara bagaimana mentransfer suara rakyat ke dalam kursi-kursi yang ada dalam suatu badan perwakilan. Secara umum, sistem pemilu ini terbagi
menjadi dua macam, yaitu Sistem Pemilu Mekanis dan Sistem Pemilu Organis. Sistem pemilu mekanis merupakan sistem pemilu yang mencerminkan
pandangan yang bersifat mekanis yang melihat rakyat sebagai massa individu- individu yang sama. Sistem ini berpandangan bahwa individu sebagai pengendali
hak pilih aktif dan memandang rakyat sebagai suatu massa individu-individu yang masing-masing mengeluarkan satu suara suara dirinya sendiri di dalam setiap
pemilihan.
73
Aliran-aliran yang menganut sistem pemilihan mekanis ini adalah aliran liberalisme,sosialisme,dan komunisme. Perbedaan diantara aliran-aliran ini adalah
72
Ibid.
73
Ibid. Halaman. 337
Universitas Sumatera Utara
bahwa dalam aliran liberalisme, individu dipandang sebagai suatu kesatuan yang otonom dan masyarakat dipandang sebagai suatu kompleks hubungan-hubungan
antara individu dengan individu yang bersifat kontraktual, dan sosialisme terkhusus komunisme mengecilkan peran individu dan lebih mengutamakan
totalitas kolektif suatu masyarakat. Secara substansial, sistem pemilihan mekanis memiliki ciri-ciri antara lain
:
74
1. Partai-partai yang mengorganisir pemilihan-pemilihan dan memimpin
pemilih berdasarkan sistem Bi Partai atau multi Partai liberalisme,sosialisme atau uni partai komunisme
2. Badan Perwakilan Rakyat bersifat badan perwakilan kepentingan
umum rakyat seluruhnya 3.
Badan Perwakilan yang dihasilkan disebut parlemen 4.
Wakil-wakil yang duduk di badan perwakilan rakyat langsung dipilih. Sistem pemilihan umum mekanis ini sendiri kemudian terbagi lagi
menjadi dua jenis yaitu sistem pemilihan distrik dan sistem pemilihan proporsional. Sistem pemilihan distrik merupakan suatu sistem pemilihan yang
membagi wilayah negara kedalam distrik-distrik di dalam pelaksanaan pemilihan umum yang mana jumlah distrik tersebut sama dengan jumlah kursi parlemen
yang akan diisi. Sistem pemilihan distrik ini disebut pula sebagai sistem pemilihan mayoritas karena untuk menentukan siapa-siapa yang dipilih sebagai wakil rakyat
dari suatu distrik ditentukan oleh siapa yang memperoleh suara terbanyak mayoritas dan tidak perlu mayoritas mutlak.
75
74
Ibid.
75
Ibid. Halaman 338
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu, Sistem pemilihan mekanis proporsional merupakan sistem dimana presentasi kursi di badan perwakilan rakyat yang di bagi pada tiap-tiap
partai politik, disesuaikan dengan presentase jumlah suara yang diperoleh tiap-tiap partai politik itu.
76
secara umum mekanisme sistem pemilihan proporsional ini dilaksanakan dengan dua cara kerja yaitu menentukan alokasi jumlah kursi pada
satu daerah pemilihan atau provinsi serta menentukan besarnya kuota untuk menentukan berapa suara yang dibutuhkan partai politik agar mendapat satu kursi
di parlemen yang mana besarnya kuota bergantung pada jumlah penduduk dan jumlah kursi yang diperbutkan.
77
Selain sistem mekanis yang kemudian terbagi menjadi dua yakni sistem mekanis distrik dan sistem mekanis proporsional, ada pula sistem pemilihan yang
lain yaitu sistem pemilihan organis. Dalam sistem pemilihan organis, rakyat ditempatkan sebagai individu yang hidup secara bersama-sama di dalam suatu
persekutuan hidup, yang kemudian persekutuan-persekutuan ini yang memiliki dan mengendalikan hak pilih. Dengan perkataan lain, persekutuan-persekutuan
itulah yang mempunyai hak pilih untuk mengutus wakil-wakilnya kepada badan perwakilan rakyat.
78
Pemilihan organis secara substansial memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
79
1. Organis, partai-partai politik itu tidak perlu dikembangkan, karena
pemilihan diselenggarakan dan dipimpin oleh tiap-tiap persekutuan hidup dilingkungan masing-masing
76
Ibid.Halaman 339
77
Ibid.
78
Jimly Asshiddiqie,Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara,Rajawali Pers,Jakarta,2013.Halaman.423
79
Titik Triwulan Tutik.Op.Cit Halaman 343
Universitas Sumatera Utara
2. Badan Perwakilan bersifat badan perwakilan kepentingan-kepentingan
khusus persekutuan hidup itu 3.
Pemilihan organis menghasilkan dewan korporatif 4.
Wakil-wakil dalam badan perwakilan berdasarkan pengangkatan
B. Sejarah Pemilihan Umum di Indonesia