33 Tindakan Kelas PTK. Dengan menggunakan metode penelitian ini diharapkan
terjadi peningkatan terhadap aspek prestasi belajar siswa yang diharapkan.
2. Desain Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas PTK memiliki bermacam-macam model yaitu: model Kurt Lewin, model Kemmis Mc Taggart, model John Elliot, model Hopkins,
model Mc Kernan, model Ebbutt dan model Stringer Akbar, 2009: 27-33. Masing- masing penelitiannya memiliki desain tersendiri, namun secara umum dapat
meliputi perencanaan planning, tindakan acting, dan refleksi reflecting. Pada penelitian ini, peneliti mengambil model PTK menurut Kemmis Mc Taggart.
Penelitian tindakan kelas menggunakan model yang dikembangkan Kemmis dan Taggart ini terdiri atas beberapa siklus sebagaimana diilustrasikan dalam
gambar 3. Setiap siklus terdiri atas beberapa tindakan. Setiap tindakan terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan yakni perencanaan planning, tahap
tindakanpelaksanaan acting, tahap pengamatan observing, dan tahap refleksi reflecting. Pada penelitian tindakan ini, peneliti merencanakan 2 dua kali siklus.
Siklus pertama terdiri dari tiga pertemuan, sedangkan siklus kedua terdiri dari tiga pertemuan. Apabila dua siklus atau dengan enam pertemuan belum mencapai
kriteria keberhasilan tindakan, maka penelitian pun dilanjutkan pada siklus selanjutnya atau siklus ketiga. Sebaliknya apabila dalam satu siklus kriteria
keberhasilan tindakan telah tercapai, maka penelitian tetap dilaksanakan selama dua siklus untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dari pada siklus
pertama ke siklus kedua. Selain untuk mengetahui peningkatan dari prestasi belajar, hal tersebut dilakukan juga untuk menghindari kemungkinan faktor
eksternal yang mempengaruhi peningkatan prestasi belajar yang secara drastis.
34 Gambar 3. Model Siklus yang Dikembangkan Kemmis Mc. Taggart Akbar,
2009: 28 Adapun penjelasan dari masing-masing tahapan dari penelitian adalah
sebagai berikut. 1. Perencanaan planning
Tahap perencanaan planning merupakan tahap dimana data-data mengenai proses pembelajaran dikumpulkan. Pada tahap ini, data yang diperoleh
digunakan untuk mengidentifikasi sisi kelemahan dalam pembelajaran yang menghambat peningkatan prestasi belajar siswa. Faktor kelemahan tersebut
kemudian diatasi dengan penelitian tindakan kelas yaitu menggunakan model
1. Planning- 1
2. Acting Observing- 1
3. Reflecting-1 4. Revise Plan- 1
Siklus-2 Siklus-1
1. Planning- 2
2. Acting Observing- 2
3. Reflecting- 2 4. Revise Plan- 2
Siklus-3 dst.
35 pembelajaran kontekstual atau CTL dan media pembelajaran modul cetak untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa. Tahap persiapan pada penelitian ini dilakukan dengan berbagai tindakan.
Tindakan tersebut diantaranya adalah pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, pembuatan media pembelajaran modul cetak, pembuatan
lembar observasi kerja dan aktivitas siswa, dan pembuatan soal tes. Perangkat- perangkat yang disebutkan sebelumnya adalah perangkat yang pada tahap
selanjutnya digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. 2. Pelaksanaan tindakan acting
Tahap tindakan acting merupakan tahap pelaksanaan dari perlakuan treatment yang digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Pada
tahap ini, peneliti melakukan kegiatan pembelajaran mata pelajaran sistem SCADA di kelas XI program keahlian Teknik Otomasi Industri SMK N 2 Depok
menggunakan model pembelajaran kontekstual dengan media modul cetak. Penggunaan model pembelajaran kontekstual atau CTL dengan media
pembelajaran modul cetak diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah yang ditemui dalam proses kegiatan belajar mengajar agar prestasi belajar siswa
meningkat. 3. Pengamatan observing
Tahap observasi ini dilakukan dengan mengamati, mencatat, dan mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama tindakan treatment dilakukan.
Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam penerapan model pembelajaran kontekstual dan media
pembelajaran modul cetak untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
36 4. Refleksi reflecting
Tahap refleksi merupakan tahap terakhir dalam satu siklus tindakan. Tahap ini digunakan untuk mengevaluasi berdasarkan hasil pengamatan yang telah
dilakukan. Kekurangan yang dialami pada siklus pertama digunakan sebagai acuan untuk tahap persiapan pada siklus selanjutnya.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian