Pembelajaran Matematika Landasan Teori

9 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran berasal dari kata dasar belajar. Belajar artinya suatu aktivitas yang dilakukan masing-masing individu untuk mengembangkan potensi diri, meliputi aspek kognitif intelektual, afektif sikap sikap, keyakinan, dan kebiasaan, konatif motif, minat, dan cita-cita, serta psikomotorik keterampilan. Masing-masing individu melakukan upaya untuk mengembangkan potensi diri melalui interaksi dengan lingkungan sekitar Syamsu Yusuf, 2006: 138. Selanjutnya Hamzah, dkk. 2007: V berpendapat bahwa pembelajaran adalah upaya mempengaruhi siswa agar belajar sesuatu yang mereka tidak akan mempelajari tanpa adanya tindakan pembelajaran atau mempelajari sesuatu dengan cara yang lebih efisien. Anthony Robbins 2007 mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu pengetahuan yang sudah dipahami dan sesuatu pengetahuan yang baru. Dari definisi ini dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu : 1 penciptaan hubungan, 2 sesuatu pengetahuan yang sudah dipahami, dan 3 belajar sesuatu pengetahuan yang baru. Jadi belajar bukan berangkat dari pengetahuan yang benar-benar belum diketahui nol, tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan penge tahuan yang baru. Dalam pandangan kontruktivisme “ belajar” 10 bukanlah semata-mata mentransfer pengetahuan yang ada di luar dirinya, tetapi belajar lebih bagaimana otak memproses dan menginterpretasikan pengalaman yang baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dalam format yang baru. Biggs Muhibbin Syah, 1997: 91 mendefinisikan belajar dalam tiga rumusan, yaitu rumusan kuantitatif, rumusan institusional dan rumusan kualitatif. Secara kuantitatif, belajar berarti proses pengembangan kemampuan kognitif dengan sumber sebanyak-banyaknya. Secara institusional belajar dipandang sebagai proses pengukuhan terhadap penguasaan siswa atas ilmu pengetahuan yang telah dipelajari. Secara kualitatif, belajar merupakan proses yang dilakukan oleh siswa untuk memperoleh pemahaman tentang bagaimana menafsirkan dunia di sekelilingnya. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi, dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil optimal. Matematika menurut James dan James Erman Suherman, 2001: 18 matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, 11 dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Sementara itu, Reys dkk Erman Suherman, 2001: 19 mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat. Matematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang pola keteraturan dan struktur-struktur yang terorganisasikan. Konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistematis, mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks Erman Suherman dkk, 2003: 22. Soedjadi 2000: 11 menyajikan beberapa definisi matematika berdasarkan sudut pandang pembuatnya sebagai berikut: 1 Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik. 2 Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. 3 Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logika dan berhubungan dengan bilangan. 4 Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah ruang dan bentuk. 5 Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. 6 Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. 12 Depdiknas 2008: 135 menyatakan bahwa mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1 Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2 Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3 Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4 Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk mempelajari keadaan atau masalah. 5 Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan suatu ilmu tentang penalaran yang logis, terstruktur, sistematis, berhubungan dengan bilangan, dan bertujuan untuk menggembangkan pola pikirkonsep matematika dalam menyelesaikan persoalan matematis, serta dapat mengaplikasaikan dalam kehidupan sehari- hari. 13 Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan aktifitas mengkonstruksi ilmu pengetahuan matematika sebagai proses pembentukan pola pikir dalam memahami konsep matematika secara sistematis yang bertujuan agar siswa dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari –hari maupun membantu dalam mempelajari ilmu pengetahuan lain. Proses pembelajaran tersebut meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dalam tahap perencanaan guru merancang bagaimana pembelajaran dilakukan agar bisa terarah dan mencapai tujuan. Dalam tahap pelaksanaan, terjadi timbal balik antara guru dan siswa. Guru sebagai fasilitator jalannya pembelajaran dan siswa sebagai pelaku utama yang harus aktif dalam pembelajaran. Setelah pembelajaran, dilakukan evaluasi oleh guru terhadap hasil belajar yang sudah didapat siswa.

2. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Saintifik

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF MELALUI MODEL SSCS DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA SISWA KELAS VIII SKRIPSI

8 111 483

KOMPARASI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII ANTARA PEMBELAJARAN MODEL TAI DAN CIRC

0 24 235

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DI KELAS VIII-1 SMP NASRANI 1 MEDAN.

0 6 23

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR Eksperimen Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kontekstual dan Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Mo

0 2 13

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN PENDEKATAN SAINTIFIK Eksperimen Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kontekstual dan Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Siswa Kelas VIII

0 2 16

BAB I PENDAHULUAN Eksperimen Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kontekstual dan Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Siswa Kelas VIII SMP Al-Islam Kartasura Tahun Ajaran 2016/2017.

0 3 6

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL.

0 1 20

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENDEKATAN METAKOGNITIF BERBASIS MASALAH KONTEKSTUAL DAN PENDEKATAN SAINTIFIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMA.

0 0 113

Efektivitas Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 9 Padang

0 0 8

STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN SAVI DENGAN PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP

0 0 16