13 Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika merupakan
aktifitas mengkonstruksi
ilmu pengetahuan
matematika sebagai proses pembentukan pola pikir dalam memahami konsep matematika secara sistematis yang bertujuan agar siswa dapat
menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari –hari maupun membantu
dalam mempelajari ilmu pengetahuan lain. Proses pembelajaran tersebut meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi. Dalam tahap perencanaan guru merancang bagaimana pembelajaran dilakukan agar bisa terarah dan mencapai tujuan. Dalam tahap
pelaksanaan, terjadi timbal balik antara guru dan siswa. Guru sebagai fasilitator jalannya pembelajaran dan siswa sebagai pelaku utama yang harus
aktif dalam pembelajaran. Setelah pembelajaran, dilakukan evaluasi oleh guru terhadap hasil belajar yang sudah didapat siswa.
2. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Saintifik
Menurut Daryanto 2014: 51, pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar
peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati untuk mengidentifikasikan atau menemukan
masalah, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman
14 kepada pesera didik dalam mengenal, memahami berbagai materi
menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh
karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui
observasi dan bukan hanya diberi tahu. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan
keterampilan proses, seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-
proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi, bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau
semakin tingginya kelas siswa. Metode saintifk sangat relevan dengan tiga teori belajar, yaitu teori
Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar
Bruner Carin Sund, 1975. Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua,
dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatu
penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki
kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan
15 penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal diatas
bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran menggunakan saintifik.
Teori Piaget menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan skema jamak skemata. Skema adalah suatu struktur
mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasikan lingkungan sekitarnya Baldwin, 1967.
Skema tidak pernah berhenti berubah, skemata seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya
perubahan skemata disebut dengan adaptasi. Proses terbentuknya adaptasi dapat terjadi melalui dua cara, yaitu asimilasi dan adaptasi. Asimilasi
merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan stimulus yang dapat berubah persepsi, konsep, hukum prinsip, ataupun
pengalam baru ke dalam skema yang sudah ada didalam pikirannya. Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang dapat cocok dengan
ciri-ciri rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam pembelajaran
diperlukan adanya penyeimbang atau ekuilibrasi antara asimilasi dan adaptasi. Vygotsky Nur dan Wikandari, 2000: 4 dalam teorinya menyatakan
bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih
berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu berada dalam zone of
16 proximal development,
yaitu daerah yang terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai kemampuan
pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
Langkah –langkah pendekatan ilmiah scientific approach dalam
pembelajaran dengan pendekatan ilmiah saintifik meliputi : menggali informasi
melalui observing
pengamatan, questioning
bertanya, experimenting
percobaan, kemudian
mengolah data
atau informasi,
menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, associating
menalar, kemudian menyimpulkan, dan menciptakan serta membentuk jaringannetworking.
a Mengamati Observing
Metode observasi adalah salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual dan media asli dalam rangka
membelajarkan siswa yang mengutamakan kebermaknaan proses belajar. Dengan metode observasi, siswa akan merasa tertantang mengekplorasi rasa
keingintahuannya tentang fenomena dan rahasia alam yang senantiasa menantang. Metode observasi mengedepankan pengamatan langsung pada
objek yang akan dipelajari sehingga siswa mendapatkan fakta berbentuk data yang objektif yang kemudian dianalisis sesuai tingkat perkembangan siswa.
Item yang dianalisis siswa kemudian digunakan sebagai bahan penyusun evaluasi bagi siswa. Jadi mengamatiobserving adalah kegiatan studi yang
17 disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gajala-gejala psikis
dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Pengertian metode observasi menurut para ahli, merupakan teknik
pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan Riduwan,
2004: 104. Sebelum observasi itu dilaksanakan, pengobservasi observer hendaknya telah menetapkan terlebih dahulu aspek-aspek apa yang akan
diobservasi dari tingkah laku seseorang. Aspek-aspek tersebut hendaknya telah dirumuskan secara operasional, sehingga tingkah laku yang akan dicatat
nanti dalam observasi hanyalah apa-apa yang telah dirumuskan tersebut.
b Menanya Questioning
Menanya questioning adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk
mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan bersifat hipotetik. Kompetensi yang
dikembangkan adalah kreatifitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan
belajar sepanjang hayat. Bertanya merupakan salah satu pintu masuk untuk memperoleh pengetahuan. Karena itu, bertanya dalam kegiatan pembelajaran
merupakan kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Demikian pula, bertanya merupakan bagian
penting dalam melaksanakan pembelajaran inquiry, yaitu menggali informasi,
18 mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada
aspek yang belum diketahui. Dijelaskan oleh Sudirman 1987: 119 bahwa tanya jawab ini dapat dijadikan sebagai pendorong dan pembuka jalan bagi
siswa untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut dalam rangka belajar dengan berbagai sumber belajar, seperti buku, majalah, surat kabar, kamus,
ensiklopedi, laboratorium, video, masyarakat , alam, dan sebagainya.
c Mengumpulkan Informasi
Kegiatan mengumpulkan informasi merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek
yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013,
aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objekkejadian, aktivitas wawancara
dengan narasumber dan sebagainya. Kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain,
kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan
belajar dan belajar sepanjang hayat.
19
d Menalar Associating
Kegiatan mengasosiasimengolah informasimenalar dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a
Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkaneksperimen maupun hasil dari
kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan
kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada
yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan
informasi tersebut. Kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan
prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat
diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran dengan pendekatan ilmiah banyak
merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide
20 dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya
menjadi penggalan memori.
e Mengkomunikasikan Pembelajaran
Pendekatan scientific, guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari.
Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan
menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.
Kegiatan mengkomunikasikan dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah
menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Adapun kompetensi yang diharapkan
dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan
jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
3. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kontekstual