PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar Lampung T.P. 2013/2014)

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN

KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar Lampung T.P. 2013/2014)

Oleh ANNISSAWATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN

KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar Lampung T.P. 2013/2014)

Oleh ANNISSAWATI

Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Think Pair Share terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah posttest only control group design. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri 28 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014. Sampel penelitian dipilih dua kelas dari delapan kelas dengan teknik purpossive random sampling. Data penelitian diperoleh melalui tes pemahaman konsep matematis siswa. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan model Think Pair Share berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa di SMP Negeri 28 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.


(3)

(4)

(5)

(6)

vii DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 9

2.1. Pemahaman Konsep Matematis ... 9

2.2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share ... 11

2.3. Teori Belajar Konstruktivisme ... 14

B. Kerangka Pikir ... 16

C. Anggapan Dasar ... 18

D. Hipotesis ... 18

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 19

B. Desain Penelitian ... 21

C. Prosedur Penelitian ... 21

D. Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 22 Halaman


(7)

viii

1. Data Penelitian ... 22

2. Teknik Pengumpulan Data ... 23

E. Instrumen Penelitian ... 23

1. Validitas ... 24

2. Reliabilitas Tes ... 27

3. Daya Pembeda ... 28

4. Tingkat Kesukaran ... 30

F. Analisis Data ... 31

1. Uji Normalitas ... 31

2. Uji Homogenitas ... 33

3. Uji Hipotesis ... 34

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 36

1. Uji Hipotesis ... 37

2. Pencapaian Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep ... 40

B. Pembahasan ... 42

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 47

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 49


(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mendapatkan pendidikan merupakan hak setiap manusia di muka bumi ini, karena pendidikan merupakan kebutuhan dasar yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk memperoleh hasil maksimal. Hal senada juga pernah di-ungkapkan Tim Dosen Unila (2007: 16) :

Pendidikan bukan semata-mata sebagai sarana untuk persiapan hidup masa mendatang, tetapi juga untuk menghadapi gelombang globalisasi dengan masyarakat yang cenderung bersikap konsumerisme. Pada masa sekarang ini, pendidikan harus mampu menghadapi suatu masyarakat mega kompetisi. Masyarakat mega kompetisi meminta manusia terus menerus berubah, tahan banting, siap mengejar kualitas dan keunggulan

Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, tentunya diperlukan peningkatan kualitas pendidikan dalam berbagai aspek salah satunya adalah pada aspek pembelajaran matematika. Matematika merupakan salah satu ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern dan penting dalam berbagai disiplin ilmu serta mampu mengembangkan daya pikir manusia. Bagi dunia keilmuan, matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan terwujudnya komunikasi secara cermat dan tepat. Penguasaan matematika yang


(9)

2

kuat, diperlukan siswa untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan.

Pentingnya pembelajaran matematika sendiri tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Satuan Pendidikan pasal 1 ayat 1, disebutkan bahwa salah satu di antara mata pelajaran pokok yang diajarkan kepada siswa adalah mata pelajaran matematika. Oleh karena itu, mata pelajaran matematika perlu diajarkan di setiap jenjang pendidikan. Tujuannya adalah untuk membekali siswa agar memiliki pola pikir yang sistematis dan rasional serta punya ketajaman penalaran sehingga dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, Permendiknas No. 22 Tahun 2006 menyatakan salah satu tujuan pendidikan matematika pada pendidikan menengah adalah agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat. Pemahaman terhadap suatu konsep matematika sangat penting karena apabila siswa menguasai konsep materi prasyarat maka siswa akan mudah untuk memahami konsep materi selanjutnya. Selain itu, siswa yang menguasai konsep dapat mengidentifikasi dan mengerjakan soal baru yang lebih bervariasi.

Apabila kita tinjau dalam kegiatan pembelajaran matematika di Indonesia saat ini masih berkonsentrasi pada hal-hal yang prosedural dan mekanistik. Siswa ter-biasa dilatih untuk menyelesaikan banyak soal tanpa pemahaman yang mendalam. Kemampuan siswa di Indonesia dalam pembelajaran matematika pada tingkat internasional juga sangat memprihatinkan. Berdasarkan hasil survei yang


(10)

3

dipublikasikan oleh TIMSS pada tahun2012, rata-rata skor pencapaian prestasi matematika Indonesia tahun 2011 adalah 386, turun 11 poin dari rata-rata skor pencapaian prestasi matematika Indonesia tahun 2007 yaitu 397. Dalam studi ini, standar rata-rata pencapaian prestasi yang digunakan TIMSS adalah 500.

Rendahnya skor matematika siswa di Indonesia diduga karena faktor evaluasi atau soal yang diberikan hanya terbiasa dengan soal-soal yang bersifat rutin. Sementara itu, soal tes berstandar internasional TIMSS tidak hanya soal yang mengukur kemampuan menyelesaikan soal rutin, tetapi juga mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal nonrutin. Tes menggunakan soal nonrutin bertujuan untuk melihat kemampuan siswa dalam menganalisis, mem-formulasikan, dan mengomunikasikan gagasan kepada orang lain. Sedangkan untuk dapat menyelesaikan soal-soal yang bersifat nonrutin siswa harus memiliki kemampuan pemahaman konsep matematika yang mendalam terlebih dahulu.

Kondisi tentang kurangnya pemahaman konsep matematis siswa juga terjadi di SMP Negeri 28 Bandar Lampung. Hal ini didapat berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi matematika SMP Negeri 28 Bandar Lampung pada bulan April 2012. Hasil wawancara menunjukkan bahwa pembelajaran yang diterapkan di SMP Negeri 28 Bandar Lampung masih terpusat ke Guru. Selain itu hasil analisis ujian semester genap siswa hanya sekitar 36% siswa yang mendapatkan nilai diatas 65.

Salah satu faktor yang mengakibatkan rendahnya hasil ujian belajar tersebut adalah kurangnya kontribusi siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru masih menunjukkan


(11)

4

pembelajaran yang lebih terpusat pada guru. Hal ini terjadi akibat siswa yang cenderung pasif karena mereka hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Akibatnya, pengetahuan siswa hanya bergantung dari apa yang disampaikan oleh guru sehingga sebenarnya siswa hanya berada pada tahap mengetahui konsep, tetapi siswa kurang memahami konsep tersebut. Maka tak mengherankan ketika diberikan soal test yang berkaitan dengan konsep yang telah dijelaskan, hasil dari test tersebut sangat jauh dari harapan karena siswa hanya sekedar mengetahui tanpa memahami konsepnya, sehingga diperlukan model pembelajaran yang mampu merubah kondisi kelas menjadi aktif sekaligus dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa.

Pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien, dan tepat. Pemahaman terhadap suatu konsep sangat penting karena apabila siswa menguasai konsep materi prasyarat maka siswa akan mudah untuk memahami konsep materi selanjutnya. Oleh sebab itu, guru harus mampu mengupayakan pembelajaran yang baik dengan menggunakan model-model pembelajaran yang ada saat ini. Perubahan perlu dilakukan pada proses pembelajaran yang masih terlihat sebagai proses transfer pengetahuan bersifat verbalistik dan hanya bertumpu pada kepentingan guru daripada kepentingan siswa. Guru seharusnya tidak hanya sekedar mentransfer pengetahuan, tetapi juga mendorong berkembangnya pemahaman konsep matematika siswa sehingga tumbuh daya nalarnya berpikir logis, kritis, kreatif, terbuka, dan rasa ingin tahu serta mampu mengemukakan pendapatnya dihadapan orang lain.


(12)

5

Adapun kondisi yang memungkinkan untuk munculnya hal-hal tersebut yaitu dengan cara belajar dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang disebut pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dirasa lebih me-mungkinkan untuk membuat siswa lebih aktif, lebih bebas mengemukakan pendapat, mendiskusikan berbagai pendapat, serta bersama-sama menyelesaikan suatu masalah untuk memperoleh pengetahuan baru.

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa tipe, salah satu tipe kooperatif adalah model pembelajaran Think Pair Share. Menurut Ibrahim dkk (2005: 26) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Selain itu, menurut Underwood (2000: 87), model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share adalah model yang secara proaktif akan membuat siswa lebih aktif pada saat pembelajaran melalui proses diskusi secara berpasangan yang kemudian dilanjutkan dengan mempresentasikan hasil yang dimilikinya di depan kelas. Dengan demikian, siswa secara tidak langsung akan terlatih untuk berfikir, berbicara, dan menuliskan kembali informasi yang berkenaan dengan suatu materi yang telah diberikan.

Berdasarkan uraian tersebut, perlu diadakan penelitian tentang pengaruh model pembelajaran Think Pair Share terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa di SMP Negeri 28 Bandar Lampung.


(13)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Apakah model pembelajaran Think Pair Share berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar Lampung?”

Masalah tersebut akan diajukan melalui pertanyaan penelitian “Apakah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan model pembelajaran Think Pair Share lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan model pembelajaran konvensional?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Think Pair Share terhadap pemahaman konsep matematis pada siswa kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014”.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dalam pendidikan matematika berkaitan dengan model pembelajaran Think Pair Share serta hubungannya dengan kemampuan pemahaman konsep matematis.


(14)

7

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah, dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

b. Bagi guru dan calon guru, untuk menambah wawasan dalam pembelajaran matematika sebagai metode alternatif yaitu dengan menggunakan model pembelajaran TPS dan keterkaitannya dalam pemahaman konsep matematis siswa.

c. Bagi Peneliti, dapat menjadi sarana bagi pengembangan diri, menambah pengalaman, wawasan baru dan pengetahuan peneliti terkait dengan penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS serta sebagai acuan atau referensi untuk peneliti lain (peneliti yang relevan) dan pada penelitian yang sejenis.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Dengan memperhatikan judul penelitian, ada beberapa istilah yang perlu di-jelaskan agar tidak terjadi perbedaan persepsi antara peneliti dengan pembaca.

1. Pengaruh adalah perubahan terhadap pemahaman konsep matematis siswa yang disebabkan pemberian model pembelajaran kooperatif tipe TPS dalam pembelajaran matematika kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar Lampung. Pendekatan ini dikatakan berpengaruh apabila pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran TPS lebih tinggi daripada pemahaman konsep matematis siswa dengan model pembela-jaran konvensional.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share adalah model pembelajaran dengan pola diskusi kelas yang memberi kesempatan kepada


(15)

8

pada untuk siswa untuk bekerja sendiri sebelum bekerja sama dengan orang lain. TPS diawali dengan proses Think yaitu siswa terlebih dahulu berfikir secara individu terhadap masalah yang disajikan oleh guru, kemudian dilanjutkan oleh tahap Pair yaitu siswa diminta untuk berpasangan untuk mendiskusikan dengan pasangannya tentang apa yang telah dipikirkannya secara individu, dan bisa dilanjutkan berdiskusi dengan pasangan lainnya dan kemudian diakhiri dengan share. Setelah tercapai kesepakatan tentang pikirannya, maka salah satu pasangan membagikan kepada seluruh kelas apa yang menjadi kesepakatan dalam diskusinya kemudian dilanjutkan dengan pasangan lain hingga sebagian pasangan dapat melaporkan mengenai berbagai pengalaman atau pengetahuan yang telah dimilikinya.

3. Pemahaman konsep matematis siswa merupakan kemampuan siswa dalam menerjemahkan, menafsirkan, dan menyimpulkan suatu konsep berdasarkan kemampuan menyatakan ulang suatu konsep, mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika, menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, serta mengaplikasikan konsep.


(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori

2.1. Pemahaman Konsep Matematis

Menurut Soedjadi (2000:14), konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek yang biasanya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata. Konsep berhubungan erat dengan definisi. Dengan adanya definisi, orang dapat membuat ilustrasi atau gambaran atau lambang dari konsep yang didefinisikan sehingga menjadi jelas apa yang dimaksud konsep tertentu. Sementara itu, Ernawati (2003:8) mengemukakan bahwa pemahaman adalah kemampuan untuk menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan dalam bentuk lain.

Menurut Suherman (2008:29), pemahaman dalam taksonomi Bloom bersifat lebih kompleks daripada tahap pengetahuan. Untuk dapat mencapai tahap pemahaman terhadap suatu konsep matematika, siswa harus mempunyai pengetahuan yang baik tentang konsep tersebut. Dengan kata lain tahap pemahaman bersifat inklusif terhadap pengetahuan.


(17)

10

Skemp (dalam Muaddap, 2010) membedakan pemahaman menjadi dua yaitu pemahaman instruksional (instructional understanding) dan pemahaman re-lasional (relational understanding). Pada pemahaman instruksional, siswa hanya sekedar tahu mengenai suatu konsep tapi belum memahami mengapa hal itu bisa terjadi. Sedangkan pada pemahaman relasional, siswa telah memahami mengapa hal tersebut bisa terjadi dan dapat menggunakan konsep dalam memecahkan masalah-masalah sesuai dengan kondisi yang ada.

Kemampuan pemahaman konsep matematis adalah salah satu tujuan penting da-lam pembelajaran karena materi matematika yang diajarkan kepada siswa tidak hanya sebagai hafalan. Dengan pemahaman yang baik, siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman matematis juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan.

Apabila ditinjau dari segi fungsi, Sulton dan Hasyo (dalam Wanhar, 2008) menyatakan bahwa konsep matematis terbagi menjadi tiga golongan, yaitu konsep yang memungkinkan siswa dapat mengklasifikasikan obyek-obyek, konsep yang memungkinkan siswa untuk dapat menghubungkan konsep satu dengan yang lainnya, dan konsep yang memungkinkan siswa untuk menjelaskan fakta.

Dalam penelitian ini, hasil belajar diperoleh berdasarkan hasil tes pemahaman konsep matematis. Dalam kaitan tersebut, pada penjelasan teknis Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang penilaian diuraikan bahwa indikator siswa memahami konsep matematis adalah mampu :


(18)

11

“1. Menyatakan ulang suatu konsep.

2. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai de-ngan konsepnya.

3. Memberi contoh dan non contoh dari konsep.

4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. 5. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep. 6. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. 7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.”

Hal senada juga diungkapkan oleh Wardhani (2008) bahwa indikator yang me-nunjukkan suatu pemahaman konsep adalah sebagai berikut :

1. Menyatakan ulang suatu konsep.

2. Mengklasifikasikan obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu. 3. Memberi contoh dan noncontoh dari konsep.

4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. 5. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

6. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu 7. Mengaplikasikan konsep.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis adalah kemampuan siswa dalam penguasaan materi dan dapat menyatakan ulang materi ke dalam bentuk lain yang lebih mudah dimengerti. Pemahaman konsep yang kuat akan membuat siswa tidak hanya mengerti untuk dirinya sendiri, tetapi juga dapat menjelaskan kepada orang lain.

2.2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

Menurut Lie (2004: 57) TPS merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana yang memberi kesempatan kepada pada untuk siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan model pembelajaran


(19)

12

ini, yaitu mampu mengoptimalkan partisipasi siswa. Sedangkan menurut Kagan (dalam Eggen, 2012: 134) TPS adalah strategi kerja kelompok yang meminta siswa individual di dalam pasangan belajar untuk pertama-tama menjawab pertanyaan dari guru dan kemudian berbagi jawaban itu dengan seorang rekan.

Menurut Nurhadi dkk (2004: 67), langkah-langkah pembelajaran dalam TPS adalah sebagai berikut: (1) Berpikir (Thinking), guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berkaitan dengan pelajaran dan siswa diberi waktu sekitar satu menit untuk berpikir sendiri mengenai jawaban atau isu tersebut. Tahap ini membantu siswa mengontruksi pengetahuan awal mereka secara tertulis; (2) Berpasangan (Pairing), guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban ide bersama jika isu khusus telah diidentifikasi. Selain itu, tahap ini memungkinkan terjadinya lebih banyak diskusi di antara siswa tentang jawaban yang diberikan. Guru hanya memberi waktu tidak lebih dari 5 menit untuk berpasangan; (3) Berbagi (Sharing), pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai yang telah mereka bicarakan. Langkah ini akan efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau lebih dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor. Tahap akhir dari pembelajaran kooperatif tipe TPS ini memiliki beberapa keuntungan bagi siswa, diantaranya mereka dapat melihat kesamaan konsep yang diungkapkan dengan cara yang berbeda.


(20)

13

Adapun beberapa kelebihan metode pembelajaran TPS menurut Ibrahim (2000:6) adalah: (1) Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, (2) Memperbaiki ke-hadiran, (3) Angka putus sekolah berkurang, (4) Sikap apatis berkurang, (5) Penerimaan terhadap individu lebih besar, (6) Hasil belajar lebih mendalam, (7) Meningkatkan kebaikan budi. Dengan berbagai kelebihan TPS tersebut, di-harapkan kontribusi siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode ini dapat meningkat. Sebab pada pembelajaran konvensional, siswa cenderung pasif karena mereka hanya mendapatkan informasi tentang materi pembelajaran dari guru yang bersangkutan.

Keberhasilan dan kualitas dari kegiatan pembelajaran kooperatif tipe TPS sangat tergantung dari kualitas pertanyaan atau permasalahan yang diberikan pada tahap pertama. Jika pertanyaan atau permasalahan yang diberikan merangsang pe-mikiran siswa secara utuh, maka keutuhan pepe-mikiran siswa secara signifikan dapat menciptakan keberhasilan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

Pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat membuat siswa saling berinteraksi sehingga siswa lebih aktif dan dapat merekonstruksi ilmu pengetahuan yang sedang dipelajari dan lebih mudah dalam memahami konsep dibandingkan belajar sendiri. Hal ini karena setiap permasalahan matematika yang ada dapat mereka diskusikan bersama pasangannya dan saling berbagi ide sehingga setiap per-masalahan matematika yang umumnya dipandang sulit oleh para siswa terlihat lebih mudah. Setiap pasangan terdiri dari siswa dengan kemampuan matematika bervariasi, ada yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Disini keter-gantungan positif juga dikembangkan, siswa yang berkemampuan lemah dan


(21)

14

enggan bertanya pada guru dapat bertanya kepada pasangannya yang lebih mampu. Siswa yang paling lemah diharapkan sangat antusias dalam memahami permasalahan dan jawabannya karena merasa merekalah yang akan ditunjuk oleh guru.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan langkah-langkah pembelajaran dengan model kooperatif tipe TPS adalah sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan sekilas materi pembelajaran.

2. Guru memberikan permasalahan kepada siswa dalam bentuk LKS.

3. Siswa diminta untuk menyelesaikan permasalahan dalam LKS secara mandiri untuk beberapa saat.

4. Siswa mendiskusikan hasil pemikirannya sendiri dengan pasangannya, sehingga didapatkan jawaban soal yang merupakan hasil diskusi dalam pasangan yang nantinya akan digunakan sebagai bahan sharing dengan kelompok besar (kelas).

5. Guru memberi kesempatan kepada beberapa pasangan untuk melaporkan hasil diskusinya di depan kelas, diikuti dengan pasangan lain yang memperoleh hasil yang berbeda sehingga terjadi proses sharing pada diskusi kelas.

6. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil akhir dari diskusi kelas.

2.3. Teori Belajar Kontruktivisme

Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam proses pembelajaran adalah teori belajar konstruktivisme. Menurut Brooks, Leinhardt dan Brown (dalam Nur, 2004: 2) teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menjadikan informasi yang didapatnya itu milik sendiri.


(22)

15

Berdasarkan teori tersebut, seorang siswa harus melihat secara terus-menerus memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan aturan-aturan lama dan merevisi aturan-aturan tersebut jika tidak sesuai.

Piaget (dalam Dahar, 1989: 159) berpendapat bahwa pengetahuan yang dibangun dalam pikiran anak, selama anak tersebut terlibat dalam proses pembelajaran merupakan akibat dari interaksi secara aktif dengan lingkungannya. Selain Piaget, dikenal pula Vygotzky sebagai ahli konstruktivisme sosial. Vygotzky (dalam Slavin, 2000:17) menyatakan bahwa perkembangan intelektual seorang anak yang sedang mengalami proses pembelajaran juga dipengaruhi oleh faktor sosial. Selain itu, Vygotsky (dalam Nur, 2004: 3) percaya bahwa perkembangan intelek-tual terjadi saat individu berhadapan dengan pengalaman baru yang menantang dan ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan.

Dalam proses pembelajaran, secara lebih khusus konstruktivisme mempunyai pandangan bahwa seseorang pada umumnya melalui empat tahap dalam belajar sesuai yang dikemukakan Horsley (1990: 59) yaitu: (1) Tahap apersepsi, tahap ini berguna untuk mengungkapkan konsepsi awal siswa dan digunakan untuk membangkitkan motivasi belajar; (2) Tahap eksplorasi, tahap ini berfungsi sebagai mediasi pengungkapan ide-ide atau pengetahuan dalam diri siswa; (3) Tahap diskusi dan penjelasan konsep, pada tahap ini siswa diupayakan untuk bekerjasama dengan temannya, berusaha menjelaskan pemahamannya kepada orang lain dan mendengar, bahkan menghargai temuan temannya; (4) Tahap pengembangan dan aplikasi konsep, tahap ini merupakan tahap untuk mengukur


(23)

16

sejauh mana siswa telah memahami suatu konsep dengan menyelesaikan permasalahan.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa teori belajar konstruktivisme adalah ide ataupun pengetahuan yang diperoleh siswa dengan sendirinya ketika berhadapan dengan pengalaman baru yang menantang saat memecahkan masalah yang dimunculkan lalu menjadikan ide tersebut sebagai milik sendiri.

B. Kerangka Pikir

Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dalam sebuah kelompok sehingga siswa berperan aktif dalam pem-belajaran. Siswa dapat bertukar pikiran mengenai pokok permasalahan yang sedang diberikan dengan bekerja dalam sebuah kelompok, Dengan demikian akan semakin banyak pula informasi yang didapat oleh siswa mengenai pokok permasalahan tersebut.

Model pembelajaran tipe TPS memiliki strategi kerja kelompok yang melibatkan pasangan untuk menyelesaikan masalah atau tugas yang diberikan oleh guru. Didalam pelaksanaannya, TPS mempunyai tiga unsur penting yakni thinking, pairing, dan sharing. Ketiga hal tersebut sangat cocok untuk diterapkan dalam membangun pemahaman konsep karena diawali dari berfikir sendiri lalu berbagi dengan pasangan dan diakhiri dengan diskusi kelas.

Tahap Thinking, siswa diberikan waktu berpikir secara individu. Pada tahap ini siswa membangun pemahamannya sendiri terhadap materi yang disampaikan guru dengan cara memikirkan langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah yang


(24)

17

diberikan. Tujuannya agar pada saat tahap pairing siswa tidak hanya berdiskusi tetapi juga mereka sudah memiliki pemahaman sendiri yang bisa didiskusikan dengan pasangannya. Dengan kata lain, saat diskusi dengan pasangannya, setiap siswa telah memiliki bekal yang akan didiskusikan kelak. Pada tahap pairing, siswa menyatakan ulang dan mendiskusikan ide-ide yang sudah dipikirkan sebelumnya dengan pasangan masing-masing. Pada tahap ini siswa akan saling memperbaiki jika ada pemahaman yang keliru sehingga semakin membuka kemungkinan untuk diraihnya konsep yang diharapkan dengan lebih baik. Pada tahap akhir yaitu tahap sharing, siswa berbagi dengan seluruh kelas, mengambil kesimpulan dari materi yang telah dipelajari secara bersama-sama. Hal ini tentunya akan lebih memperkuat pemahaman konsep tentang materi yang telah diajarkan. Selain itu, siswa juga akan mendiskusikan berbagai aneka pemikiran yang ada untuk meraih konsep tentunya dengan bimbingan guru. Guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber ilmu. Justru siswalah yang dituntut untuk dapat menemukan dan memahami konsep-konsep baru melalui lembar kerja yang telah disediakan.

Di sisi lain, guru memantau dan memotivasi keterlibatan siswa dalam diskusi agar selalu berpartisipasi aktif dalam kelompoknya sehingga mampu menciptakan siswa menjadi aktif, interaktif, pantang menyerah karena mereka mengalami sendiri semua aktifitas itu pada saat pembelajaran berlangsung. Ketika siswa merasakan semua aktivitas itu, maka mereka akan mampu untuk membangun pengetahuannya sendiri sehingga diharapkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dapat meningkat. Dengan demikian, penerapan model


(25)

18

pembelajaran TPS ini memungkinkan untuk membangun kemampuan pemahaman konsep matematis yang lebih baik pada siswa.

C. Anggapan Dasar

Penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut :

1. Semua siswa kelas VIII di SMP Negeri 28 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013-2014 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

2. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan pemahaman konsep matematis siswa selain model pembelajaran diabaikan.

D. Hipotesis

Hipotesis umum dari penelitian ini adalah model pembelajaran Think Pair Share berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar Lampung.

Hipotesis kerja dari penelitian adalah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan model pembelajaran Think Pair Share lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan model pembelajaran konvensional.


(26)

19

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 28 Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII yang terdistribusi ke dalam delapan kelas, yaitu kelas VIII.A, VIII.B, VIII.C, VIII.D, VIII.E, VIII.F, VIII.G, dan VIII.H. Berikut ini disajikan distribusi kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.

Tabel 3.1 Distribusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar Lampung

No. Kelas Jumlah Siswa

1 VIII.A 24

2 VIII.B 24

3 VIII.C 24

4 VIII.D 24

5 VIII.E 23

6 VIII.F 24

7 VIII.G 24

8 VIII.H 23

Jumlah siswa 190

Sumber : Dokumentasi SMP Negeri 28 Bandar Lampung

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive random sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.


(27)

20 Pertimbangan yang dimaksud adalah siswa dari populasi yang ada diajar oleh guru yang sama. Selain itu pertimbangan lain yang digunakan yaitu karena di sekolah tersebut tidak adanya kelas unggulan. Random karena setelah melakukan pertimbangan tersebut, maka pengambilan sampel dilakukan secara undian. Tahap-tahap pengambilan sampel ini adalah sebagai berikut.

1. Mencari data awal (nilai ujian semester genap) dari guru kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar Lampung

2. Menghitung rata-rata nilai ujian semester genap untuk setiap kelas

3. Menentukan dua kelas dengan nilai rata-rata kelas yang relatif sama. Dari dua kelas tersebut, satu kelas dipilih sebagai kelas yang menerapkan Think Pair Share dan satu kelas lagi dipilih sebagai kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional.

4. Diasumsikan bahwa kelas dengan nilai rata-rata yang relatif sama memiliki kemampuan awal yang sama.

Adapun data rata-rata nilai ujian semester genap siswa kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar Lampung sebagai berikut.

Tabel 3.2 Data Rata-Rata Nilai Ujian Semester Genap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar Lampung

No Kelas Nilai Rata-rata

1 VIII.A 41.84

2 VIII.B 40.28

3 VIII.C 40.21

4 VIII.D 41.18

5 VIII.E 41.34

6 VIII.F 38.96

7 VIII.G 35.73

8 VIII.H 34.59


(28)

21 Berdasarkan data rata-rata nilai ujian semester siswa kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar Lampung diperoleh bahwa rata-rata nilai ujian semester genap siswa kelas VIII adalah 39,02. Dari rata-rata nilai kelas tersebut diperoleh bahwa kelas VIII.B dipilih sebagai kelas yang menggunakan pembelajaran Think Pair Share, kelas VIII.C sebagai kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional, dan kelas VIII.F sebagai kelas uji coba instrumen tes. Apabila ditinjau dari hasil ujian semester genap kelas, VIII.F memiliki rata-rata yang jauh di bawah kelas VIII.B dan VIII.C. Namun, kelas VIII.F memulai pembelajaran lebih awal dari kelas lainnya. Hal ini tentu mengakibatkan kelas VIII.F juga menyelesaikan materi pembelajaran lebih awal pula dibandingkan kelas lainnya. Oleh karena itu, kelas VIII.F dinilai lebih layak secara teknis untuk dijadikan kelas uji coba sebab materi yang akan diujikan dalam soal telah mereka pelajari.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah posttest only control group design. Pada penelitian ini, diberikan perlakuan berupa Think Pair Share pada kelas eksperimen yang kemudian rata-rata nilai hasilnya dibandingkan dengan kelas kontrol yang diberikan perlakuan berupa pembelajaran konvensional. Posttest only control group designmenurut Furchan (1982 : 368) adalah sebagai berikut.

Tabel 3.3 Skema Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Posttest

Eksperimen Think Pair Share Y1


(29)

C. Prosedur Penelitian

22 Adapun prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Obseravasi awal, yaitu melihat kondisi di lapangan seperti jumlah kelas yang ada, jumlah siswa, dan cara mengajar guru matematika.

2. Menentukan sampel penelitian.

3. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas yang mengikuti Think Pair Share dan kelas yang mengikuti pembelajaran konvensional.

4. Menyiapkan instrumen tes penelitian berupa tes kemampuan pemahaman konsep matematis dengan terlebih dahulu membuat kisi-kisi posttest sesuai dengan indikator pembelajaran dan indikator kemampuan pemahaman konsep. Adapun indikator kemampuan pemahaman konsep matematis menurut

5. Menyiapkan lembar kerja kelompok pada kelas yang mengikuti Think Pair Share.

6. Melakukan validasi instrumen tes. 7. Melakukan uji coba instrumen tes.

8. Melakukan perbaikan instrumen tes bila diperlukan.

9. Melaksanakan perlakuan pada kelas yang mengikutiThink Pair Share.

10. Mengadakan posttest pada kelas yang mengikuti Think Pair Share dan kelas yang mengikuti pembelajaran konvensional.

11. Menganalisis data. 12. Membuat laporan.


(30)

D. Teknik dan Teknik Pengumpulan Data

23 1. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data berupa nilai yang diperoleh melalui tes kemampuan pemahaman konsep matematis yang dilakukan setelah dilakukan pembelajaran Faktorisasi Aljabar.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes yang digunakan berupa tes kemampuan pemahaman konsep matematis yang berbentuk uraian pada pokok bahasan faktorisasi aljabar. Pemberian tes ini bertujuan untuk mengetahui rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada kelas yang mengikuti Think Pair Share dan kelas yang mengikuti pembelajaran konvensional. Selanjutnya data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang diperoleh pada kelas yang mengikuti Think Pair Share dan kelas yang mengikuti pembelajaran konvensional dibandingkan untuk mengetahui pengaruh dari model pembelajaranThink Pair Share.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes uraian. Tes ini dilakukan satu kali, yaitu tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa (posttest). Penyusunan perangkat tes ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Melakukan pembatasan materi yang diujikan. Pada penelitian ini materi yang diujikan adalah Faktorisasi Aljabar.


(31)

24 2. Menentukan tipe soal.

3. Menentukan jumlah butir soal. Dalam penelitian ini jumlah butir soal yang digunakan untuk tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa sebanyak sembilan butir soal.

4. Menentukan waktu mengerjakan soal.

5. Membuat kisi-kisi soal berdasarkan indikator pembelajaran.

6. Menuliskan petunjuk mengerjakan soal, kunci jawaban, dan penentuan skor. 7. Menulis butir soal.

8. Mengujicobakan soal.

9. Menganalisis validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.

Adapun pedoman penyekoran tes kemampuan pemahaman konsep diadaptasi dari Sartika yang telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan indikator pemahaman konsep matematis siswa yang digunakan pada materi yang diajarkan. Pedoman penyekoran tes kemampuan pemahaman konsep matematis ini disajikan pada lampiran B.2. Untuk mendapatkan data yang akurat, maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang baik, yaitu memiliki validitas tes, reliabilitas tes, daya pembeda butir tes, dan tingkat kesukaran butir tes.

1) Validitas Instrumen

Validitas tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi dan validitas butir soal.


(32)

a). Validitas Isi

25 Validitas isi merupakan validitas yang diperhitungkan melalui pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional. Menurut Wakhinuddin (2010), pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah sejauh mana item-item dalam suatu alat ukur harus komprehensif isinya akan tetapi harus pula memuat hanya isi yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan ukur.

Validitas isi dari suatu instrumen pemahaman konsep matematis dapat diketahui dengan jalan membandingkan antara butir soal dalam instrumen dengan indikator pemahaman konsep matematis dan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah hal-hal yang tercantum dalam indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran sudah terwakili dalam tes kemampuan pemahaman konsep matematis tersebut atau belum terwakili.

Dengan asumsi bahwa guru mata pelajaran matematika mengetahui dengan benar kurikulum SMP, maka validitas instrumen tes ini didasarkan pada penilaian guru mata pelajaran matematika. Berdasarkan penilaian guru mitra, soal yang di-gunakan telah dinyatakan valid (lihat pada Lampiran B.4)

b) Validitas Butir Soal

Validitas butir soal yaitu ketepatan butir tes dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Teknik yang digunakan untuk menguji validitas butir soal dilakukan dengan menggunakan rumus koefisien korelasi product moment, dengan angka kasar sebagai berikut:


(33)

(dalam Widoyoko, 2012: 137)

dengan:

= Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N = Jumlah Siswa

= Jumlah skor siswa pada setiap butir soal = Jumlah total skor siswa

= Jumlah hasil perkalian skor siswa pada setiap butir dengan total skor Penafsiran harga korelasi dilakukan dengan membandingkan dengan harga kritik untuk validitas butir instrumen, yaitu 0,3. Artinya apabila lebih besar atau sama dengan 0,3, nomor butir tersebut dikatakan valid dan memuaskan (Widoyoko, 2012:143). Berdasarkan perhitungan data hasil uji coba (Lampiran C.1) diperoleh validitas setiap butir soal yang disajikan dalam Tabel 3.4 :

Tabel 3.4 Validitas Butir Item Soal Nomor

Item Soal 1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b

5 rxy 0,81 0,76 0,63 0,70 0,72 0,82 0,70 0,75 0,73

Interpretasi Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

2) Reliabilitas

Setelah perangkat tes dinyatakan valid, kemudian instrumen tes diujicobakan pada kelas di luar sampel. Uji coba instrumen tes ini ditujukan untuk mengetahui ting-kat reliabilitas tes. Perhitungan reliabilitas instrumen tes dalam penelitian ini menggunakan reliabilitas total dari semua butir soal. Perhitungan ini didasarkan pada pendapat Sudijono (2011 : 208-209) yang menyatakan bahwa untuk meng-hitung reliabilitas dapat digunakan rumus Alpha, yaitu :


(34)

* + [ ] Keterangan :

= Reliabilitas yang dicari

= Jumlah varians skor tiap-tiap item = Varians total

= Banyaknya item angket Dengan,

Keterangan :

( )

= Jumlah kuadrat skor total = Skor total

= Banyaknya responden

Menurut Sudijono (2011 : 209), apabila koefisien tes (r11) lebih besar atau sama

dengan 0,70 maka instrumen tes yang diujikan memiliki reliabilitas yang tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen tes, diperoleh bahwa nilai koefisien reliabilitas tes adalah 0,80. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen tes yang diujicobakan memiliki reliabilitas yang tinggi sehingga instrumen tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Tingginya reliabilitas tes yang didapat karena sebelum dilaksanakannya uji coba, soal tes diperlihatkan kepada guru dan kelas yang akan dipakai untuk uji coba diberitahu terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar guru bisa memberi masukan apabila ada soal yang dinilai kurang layak untuk diujikan dan siswa bisa mempelajari kembali materi-materi yang akan diujikan didalam tes tersebut. Hasil perhitungan reliabilitas uji coba soal dapat dilihat pada Lampiran C.1.


(35)

28 3) Daya Pembeda (DP)

Teknik yang digunakan untuk menghitung daya pembeda bagi tes bentuk uraian adalah dengan menghitung perbedaan dua buah rata-rata yaitu antara rata-rata kelas atas dengan rata-rata kelas bawah untuk tiap-tiap item. Rumus yang digu-nakan adalah sebagai berikut.

Keterangan :

= Daya Pembeda

= Rata-rata skor kelompok atas pada butir soal yang diolah = Rata-rata skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah = Skor maksimum butir soal yang diolah

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasikan berdasarkan klasifikasi sebagai berikut.

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

NegatifDP0.9 Sangat Buruk

0.10DP0.19 Buruk

0.20DP0.29 Agak baik, perlu direvisi

0.30DP0.49 Baik

DP0.50 Sangat Baik

To (dalam Noer, 2010) Kriteria yang digunakan dalam instrumen tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa adalah soal dengan daya pembeda 0,30. Hasil perhitungan daya pembeda butir item soal yang telah diujicobakan disajikan pada Tabel 3.6. Dengan melihat hasil perhitungan daya pembeda butir item soal yang diperoleh, maka instrumen tes yang sudah diujicobakan telah memenuhi kriteria daya


(36)

29 pembeda soal yang sesuai dengan kriteria yang diharapkan. Hasil perhitungan daya pembeda butir item soal dapat dilihat pada Lampiran C.2.

Tabel 3.6 Daya Pembeda Butir Item Soal

No. Butir Item Nilai DP Interpretasi

1a 0,33 Baik

1b 0,36 Baik

2a 0,38 Baik

2b 0,33 Baik

3a 0,43 Baik

3b 0,40 Baik

4a 0,42 Baik

4b 0,87 Sangat baik

5 0,44 Baik

4). Tingkat Kesukaran (TK)

Sudijono (2008 : 372) mengungkapkan bahwa untuk menghitung tingkat kesukar-an suatu butir soal digunakkesukar-an rumus berikut.

Keterangan :

= Tingkat kesukaran butir tes ke-i = Rataan skor siswa pada butir ke-i

= Skor maksimum butir ke-i

Interpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal dalam penelitian ini menggunakan kriteria sebagai berikut.


(37)

Tabel 3.7 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran Soal

Nilai Interpretasi

Sangat Sukar Sukar Sedang

Mudah Sangat Mudah

Sudijono (2008 : 372) Untuk keperluan pengambilan data dalam penelitian ini, digunakan butir-butir soal dengan tingkat kesukaran 0,16 ≤ TK0,85. Hasil perhitungan tingkat kesukaran uji coba soal, diperoleh hasil tingkat kesukaran yang disajikan pada Tabel 3.8. Dengan melihat hasil indeks tingkat kesukaran yang diperoleh, semua butir item soal memiliki indeks tingkat kesukaran lebih dari 0,16 dan kurang dari atau sama dengan 0,85. Hal ini berarti bahwa butir item soal tes kemampuan pemahaman konsep memiliki interpretasi mulai dari mudah, sedang, dan sukar. Oleh karena itu, instrumen tes dapat digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Hasil perhitungan tingkat kesukaran butir item soal dapat dilihat pada Lampiran C.2.

Tabel 3.8 Tingkat Kesukaran Butir Item Soal

No. Butir Item Indeks TK Interpretasi

1a 0,81 Mudah

1b 0,65 Sedang

2a 0,63 Sedang

2b 0,63 Sedang

3a 0,63 Sedang

3b 0,70 Sedang

4a 0,56 Sedang

4b 0,58 Sedang


(38)

31 F. Teknik Analisis Data

k

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata yaitu, uji t. Sebelum melakukan uji t,terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat berupa uji normalitas dan uji homogenitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang diambil dari sampel penelitian yang terpilih merepresentasikan populasinya atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat. Menurut Sudjana (2005: 273), langkah-langkah uji normalitas adalah sebagai berikut.

a) Hipotesis

H0: data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1: data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

b) Taraf Signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan,

c) Statistik Uji

OE

2

x2 i i

i1 Ei Keterangan :

x2 = Harga Chi-Kuadrat Oi = Frekuensi pengamatan

Ei = Frekuensi yang diharapkan k = Banyaknya kelas interval


(39)

32 d) Keputusan Uji

Tolak H0jika dengan taraf = 5% dan dk = (k –3). Terima

H0jika sebaliknya.

Hasil perhitungan uji normalitas diberikan pada Tabel 3.9 di bawah ini. Tabel 3.9 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Pemahaman Konsep

Kelas Keputusan Uji

TPS 4,4456

7,8150 H0diterima

PK 6,5093 H0diterima

Dari hasil perhitungan uji normalitas di atas, diperoleh bahwa pada kedua kelas lebih kecil dari nilai dengan taraf signifikan α = 5%, yang berarti terima H0. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti Think Pair Share dan kelas yang mengikuti pembelajaran konvensional berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada Lampiran C.5 dan C.6.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok populasi memiliki varian yang sama (homogen) atau tidak. Uji homogenitas varian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji F. Berikut ini adalah langkah-langkah uji homogenitas menurut Sudjana (2005: 249).

a) Hipotesis

H0: (varian kedua kelompok populsi homogen)


(40)

33 b) Taraf Signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan

c) Statistik Uji

Untuk menguji hipotesis digunakan statistik:

d) Keputusan Uji

Tolak H0jika , dengan didapat dari daftar distribusi

F dengan peluang1/2αdan derajat kebebasan masing-masing sesuai dengan dk pembilang dan penyebut.

Hasil perhitungan uji homogenitas data kemampuan pemahaman konsep pada kelas yang menggunakan Think Pair Share dan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional disajikan pada Tabel 3.10 berikut.

Tabel 3.10 Uji Homogenitas Data Kemampuan Pemahaman Konsep

Kelas Varians (s2) Dk Kriteria

TPS 283,21 23

1,11 2,01 H0 diterima

PK 315,65 23

Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas yang telah dilakukan, diperoleh bahwa lebih kecil dari , yang berarti terima H0. Dengan demikian, hasil perhitungan uji homogenitas menunjukkan bahwa data kemampuan pe-mahaman konsep matematis siswa dari kedua kelompok populasi memiliki varian yang sama atau homogen. Perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada Lam-piran C.7.


(41)

34 3. Uji Hipotesis

Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas data, diperoleh bahwa data dari kedua sampel berdistribusi normal dan memiliki varian yang sama. Menurut Sudjana (2005 : 243), apabila data dari kedua sampel berdistribusi normal dan memiliki varian yang sama maka analisis data dilakukan dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata, yaitu ujit.

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

H0:μ1=μ2 (kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas yang

pembelajarannya Think Pair Share sama dengan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas yang pem-belajarannya konvensional)

H1:μ1≠ μ2 (kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas yang

pembelajarannya Think Pair Share tidak sama dengan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas yang pembelajarannya konvensional)

Untuk menguji hipotesis menggunakan statistik uji sebagai berikut.

dengan

n 1

s2 

n 1

s 2

s2  1 1 2 2

n1n2 2

Keterangan:


(42)

35 = rata-rata skor posttest pada kelas kontrol

n1 = banyaknya subyek kelas eksperimen n2 = banyaknya subyek kelas kontrol

= varians kelompok eksperimen = varians kelompok kontrol = varians gabungan

Dengan kriteria pengujian: terima H0 jika thitungt1 dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2–2) dengan taraf signifikan . Untuk nilai t lainnya H0 di-tolak.

JikaH1diterima, maka pengujian dilanjutkan dengan hipotesis sebagai berikut. (kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan model pembelajaran Think Pair Share kurang dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas dengan konvensional)

(kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan model pembelajaran Think Pair Share lebih dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan model pembelajaran konvensional)


(43)

(44)

48

V. SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh simpulan bahwa model pembelajaran Think Pair Share berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar Lampung. Hal ini dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut:

1. Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan model pembelajaran Think Pair Share lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan model pembelajaran konvensional.

2. Pencapaian setiap indikator kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan model pembelajaran Think Pair Share lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman konep matematis siswa dengan model pembelajaran konvensional.

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan, dikemukakan saran-saran sebagai berikut.

1. Guru menerapkan model pembelajaran Think Pair Share sebagai alternatif pada pembelajaran matematika dalam rangka mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.


(45)

49 2. Peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sebaiknya melakukan penelitian dalam jangka waktu yang lebih lama agar kondisi kelas sudah kondusif saat dilakukan pengambilan data, sehingga data dapat menggambarkan kemampuan siswa secara optimal.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Budiningsih, C. Asri. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Eka.

Dahar, R.W. 1989. Teori – teori Belajar. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, P2LPTK

Depdiknas. 2004. Peraturan tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik SMP No. 506/C/Kep?PP/2004 Tanggal 11 November 2004. Ditjen Dikdasmen Depdiknas. Jakarta

Eggen, Paul., Don Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran: Mangajarkan Konten Dan Keterampilan Berpikir. Jakarta: Indeks.

Ernawati. 2003. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMU Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. (Skripsi) Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI : Tidak diterbitkan.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Horsley, Jack. 1990. Teori dan Hakikat Pembelajaran. Jakarta : Sinar Jaya. Ibrahim, dkk. (2005). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : UNESA Press.

Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning. Jakarta:Gramedia Widiasarana Indonesia.

Muaddab, Hafis. 2010. Pemahaman Siswa. [on line]. Tersedia:

http://hafismuaddab.wordpress.com/2010/01/13/pemahaman-siswa/ (diakses pada tanggal 25 April 2013)

Noer, Sri Hastuti. 2010. Jurnal Pendidikan MIPA. Jurusan P.MIPA. Bandar Lampung: UNILA.

Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Konstekstual (Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas). Jakarta : Gramedia Widiasarana.


(47)

51

Nur, Muhamad., Wikandari, Prima Retno. 2004. Pengajaran Berpusat Pada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: UNESA-University Press.

Peraturan Menteri Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan. Sartika, Dewi. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Siswa.(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 29 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011). (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning : Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Maematika di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: PT Tasito Edisi keenam.

Suherman, E. 2008. Belajar dan Pembelajaran Matematika. Hand Out. Bandung: Tidak diterbitkan

Tim Dosen Unila. 2007. Mata Kuliah Landasan-Landasan Pendidikan. Bandar Lampung : Universitas Lampung..

Underwood, Mary. 2000. Pengelolaan Kelas yang Efektif. Jakarta: Arean. Wanhar. 2008. Hubungan antara Pemahaman Konsep Matematis dengan

Kemampuan Menyelesaikan Soal-soal Fisika. [on line]. Tersedia: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/13093035.pdf. (15 Januari 2013) Wakhinuddin, Ali. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta : Rineka Eka

Wardhani, Sri. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs Untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Jakarta : Depdiknas.


(48)

SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMP Negeri 28 Bandar Lampung

Kelas : VIII (Delapan) Mata Pelajaran : Matematika Semester : I (satu) ALJABAR

Standar Kompetensi : 1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus

Kompetensi Dasar

Materi

Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

Indikator Pencapaian Kompetensi Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar

Teknik Bentuk Contoh Instrumen

1.1 Melakukan operasi aljabar

Bentuk aljabar

Mendiskusikan koefisien, variabel, konstanta, suku satu, suku dua, dan suku tiga dalam variabel yang sama atau berbeda

 Menentukan koefisien, variabel, konstanta, suku satu, suku dua, dan suku tiga dalam variabel yang sama atau berbeda

Tes tertulis Uraian

Tentukan koefisien, variabel, konstantadan jumlah suku bentuk aljabar berikut: 3x + 4y - 5

1x40mnt Buku teks: Matematika 2A: Untuk SMP Kelas VIII Semester 1. Jakarta: Erlangga. Mendiskusikan hasil

operasi tambah, kurang pada bentuk aljabar

 Menyelesaikan operasi tambah dan kurang pada bentuk aljabar.

Tes tertulis Uraian

Sederhanakanlah :

(2x + 3) + (-5x – 4) 1x40mnt

Mendiskusikan hasil operasi kali, bagi dan pangkat pada bentuk aljabar.

 Menyelesaikan operasi kali, bagi dan pangkat pada bentuk aljabar

Tes tertulis Uraian Sederhanakanlah :


(49)

55

Kompetensi Dasar

Materi

Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

Indikator Pencapaian Kompetensi Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar

Teknik Bentuk Contoh Instrumen

1.2 Mengurai- kan bentuk aljabar ke dalam faktor-faktornya Bentuk aljabar Menentukan faktor-faktor bentuk aljabar dengan cara menguraikan bentuk aljabar tersebut.

 Menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktor-faktornya

Tes tertulis Uraian Faktorkanlah

6a - 3b + 12 2x40mnt

Buku teks:

Matematika 2A: Untuk SMP Kelas VIII Semester 1. Jakarta: Erlangga. Menguraikan faktorisasi

bentuk ax2 + bx + c.

 Menguraikan faktorisasi bentuk ax2 + bx + c

Tes tertulis Uraian

Faktorkanlah: x2 + 6x + 9 2x2– 3x – 2

2x40mnt 1.3. Melakukan Operasi Pecahan Bentuk Aljabar Pecahan Bentuk aljabar Mendiskusikan operasi tambah, kurang, kali, bagi, dan pangkat pada pecahan bentuk aljabar.

Menyelesaikan operasi tambah, kurang, kali, dan bagi pada pecahan bentuk aljabar.

Tes tertulis Uraian

Tentukan hasil dari :

x

2x40mnt

Buku teks:

Matematika 2A: Untuk SMP Kelas VIII Semester 1. Jakarta: Erlangga.

Menyelesaikan operasi pangkat pada pecahan bentuk aljabar.

Tes tertulis Uraian

Tentukan hasil dari :

1x40mnt

Menyederhanakan Pecahan Bentuk aljabar

Menyederhanakan Pecahan Bentuk aljabar

Tes tertulis Uraian

Sederhanakan bentuk aljabar ini


(50)

56

B.Lampung, 20 Juli 2013

Guru Mitra Peneliti

Rini Setyowati, S.Pd Annissawati

NIP. 19740528 200604 2 004 NPM. 0913021083

Mengetahui,

Kepala SMPN 28 Bandar Lampung

Drs. M. Hutasoit, M.M NIP. 19590617 198003 1 003


(51)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP-1)

Sekolah : SMP Negeri 28 Bandarlampung Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VIII/1

Alokasi waktu : 2 x 40 menit (1 kali pertemuan)

Standar Kompetensi : Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus.

Kompetensi Dasar : Melakukan operasi aljabar A. Indikator

1. Kognitif

a. Menentukan koefisien, variabel, konstanta, dan bentuk suku aljabar dalam variabel yang sama atau berbeda.

b. Menyederhanakan operasi tambah dan kurang dari suku satu dan suku dua. 2. Afektif

a. Karakter 1) Teliti 2) Kreatif

3) Pantang menyerah 4) Rasa ingin tahu

b. Kreatif Keterampilan sosial: 1) Bertanya

2) Memberikan ide atau pendapat 3) Menjadi pendengar yang baik 4) Kerja sama

B. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif

a. Jika diberi bentuk aljabar, maka siswa dapat menentukan koefisien, variabel, konstanta, dan bentuk suku aljabar dalam variabel yang sama atau berbeda dengan tepat.

b. Jika diberikan operasi tambah dan kurang dari suku satu dan suku dua, maka siswa dapat menyederhanakan operasi tersebut dengan benar.

RPP Think Pair Share


(52)

58 2. Afektif

a. Karakter

1) Siswa dilatih untuk dapat teliti dan pantang menyerah dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

2) Siswa dilatih untuk meningkatkan rasa ingin tahunya dalam proses pembelajaran.

3) Siswa dilatih untuk kreatif dalam proses pembelajaran. b. Keterampilan Sosial

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa, dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menentukan keterampilan sosial:

1) Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif mengajukan pertanyaan. 2) Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif memberikan ide atau

pendapat.

3) Dalam proses pembelajaran di kelas, siswa dapat menjadi pendengar yang baik.

4) Dalam diskusi kelok, siswa dapat bekerja sama dalam menyederhanakan tugas kelompok.

C. Materi Pembelajaran

1. Pengertian variabel, koefisien, konstanta dan bentuk suku aljabar dalam variabel yang sama atau berbeda.

2. Operasi hitung bentuk aljabar (operasi penjumlahan dan pengurangan). D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Awal (10 menit)

No Kegiatan Karakter Alokasi

Waktu 1. Guru memberikan salam dan

mengecek kehadiran siswa - 2 menit

2. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran

Menjadi

pendengar yang baik

2 menit

3.

Guru mengajukan beberapa

pertanyaan mengenai bentuk aljabar dan mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya : Ibu membeli 2 jenis buah yaitu jeruk dan apel masing-masing sebanyak 3. Tuliskan dalam bentuk aljabar

Rasa ingin tahu, memberikan ide atau pendapat


(53)

59

4.

Guru melakukan apersepsi dengan mengingatkan tentang materi bentuk aljabar sewaktu kelas VII sehingga siswa mendapatkan informasi tentang materi yang akan dipelajari.

Menjadi

pendengar yang baik, rasa ingin tahu,

memberikan ide atau pendapat

3 menit

Kegiatan inti (60 menit)

No Kegiatan Karakter Alokasi

Waktu 1 Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap siswa.

* LKS-1 terlampir

- 3 menit

2.

Siswa mengerjakan LKS secara individu. Guru memperhatikan dan memotivasi siswa.

Teliti, pantang menyerah,dan kreatif

3.

Guru menginformasikan bahwa waktu pengerjaaan LKS telah selesai, kemudian siswa diminta untuk berkelompok. Satu kelompok terdiri dari dua orang siswa

(berpasangan). Menjadi pendengar yang baik 2 menit 4.

Siswa mendiskusikan hasil pekerjaan LKS masing-masing dengan pasangannya sehingga didapatkan jawaban soal yang merupakan hasil diskusi kelompok. Guru memperhatikan, memotivasi, dan memberikan bantuan apabila dibutuhkan.

Teliti, kreatif, dan pantang

menyerah 20 menit

5.

Guru menginformasikan bahwa waktu berdiskusi telah habis, lalu guru meminta kesediaan beberapa pasangan untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Beberapa pasangan mempresentasikan hasil diskusinya, sementara pasangan lain bertanya ataupun menanggapi.

Pantang menyerah, teliti, kreatif dan rasa ingin tahu

20 menit

6.

Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi sehingga didapatkan jawaban soal yang merupakan kesimpulan dari setiap kelompok.

Kreatif dan rasa


(54)

60

Kegiatan Penutup (10 menit)

No. Kegiatan Karakter Alokasi

Waktu 1.

Guru mengondisikan siswa agar mempelajari/membaca materi untuk pertemuan berikutnya

Pantang menyerah dan

rasa ingin tahu 10 menit 2. Guru menutup pelajaran hari ini dan

memberikan salam -

E. Alat/ Bahan/ Sumber Pembelajaran - Buku Matematika SMP Kelas VIII :

Adinawan, M. Cholik, Sugijono. 2006: hal. 3 – 7. Matematika 2A: Untuk SMP Kelas VIII Semester 1. Jakarta: Erlangga

- Lembar Kerja Siswa (LKS-1 terlampir) - White Board, spidol,dan alat tulis lainnya F. Penilaian

Teknik penilaian : Tes Tertulis Bentuk Instrumen : Uraian Soal terlampir

B.Lampung, 20 Juli 2013

Guru Mitra Peneliti

Rini Setyowati, S.Pd Annissawati NIP. 19740528 200604 2 004 NPM. 0913021083

Mengetahui,

Kepala SMPN 28 Bandar Lampung

Drs. M. Hutasoit, M.M NIP. 19590617 198003 1 003 7.

Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, maupun isyarat terhadap keberhasilan kelompok.

Kreatif dan rasa ingin tahu


(55)

61

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP-2)

Sekolah : SMP Negeri 28 Bandarlampung Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VIII/1

Alokasi waktu : 2 x 40 menit (1 kali pertemuan)

Standar Kompetensi : Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus.

Kompetensi Dasar : Melakukan operasi aljabar A. Indikator

1. Kognitif : Menyelesaikan operasi kali, bagi dan pangkat dari suku satu dan suku dua.

2. Afektif a. Karakter

1) Teliti 2) Kreatif

3) Pantang menyerah 4) Rasa ingin tahu

b. Kreatif Keterampilan sosial: 1) Bertanya

2) Memberikan ide atau pendapat 3) Menjadi pendengar yang baik 4) Kerja sama

B. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif

Jika diberikan operasi kali, bagi dan pangkat dari suku satu dan suku dua, maka siswa dapat mendiskusikan hasil operasi dengan benar.

2. Afektif a. Karakter

1) Siswa dilatih untuk dapat teliti dan pantang menyerah dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

2) Siswa dilatih untuk meningkatkan rasa ingin tahunya dalam proses pembelajaran.

RPP Think Pair Share


(56)

62 3) Siswa dilatih untuk kreatif dalam proses pembelajaran.

b. Keterampilan Sosial

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa, dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam

menunjukkan keterampilan sosial:

1) Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif mengajukan pertanyaan. 2) Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif memberikan ide atau

pendapat.

3) Dalam proses pembelajaran di kelas, siswa dapat menjadi pendengar yang baik.

4) Dalam diskusi kelompok, siswa dapat bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok.

C. Materi Pembelajaran

Operasi hitung bentuk aljabar (operasi perkalian, pembagian, dan perpangkatan). D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Awal (10 menit)

No Kegiatan Karakter Alokasi

Waktu 1. Guru memberikan salam dan

mengecek kehadiran siswa - 2 menit

2. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran

Menjadi

pendengar yang baik

2 menit

3.

Guru mengajukan beberapa pertanyaan mengenai bentuk aljabar. “Jika Adi memiliki uang senilai a rupiah dan Bondan memiliki uang senilai b rupiah, maka hasil kali uang Andi dan Bondan sebesar . . . rupiah”

Rasa ingin tahu, memberikan ide atau pendapat

3 menit

4.

Guru melakukan apersepsi dengan mengingatkan tentang perkalian, pembagian, dan perpangkatan bilangan sehingga siswa mendapatkan informasi tentang materi yang akan dipelajari

Menjadi

pendengar yang baik, rasa ingin tahu,

memberikan ide atau pendapat


(57)

63 Kegiatan inti (60 menit)

No Kegiatan Karakter Alokasi

Waktu 1. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap siswa.

* LKS-2 terlampir

- 3 menit

2.

Siswa mengerjakan LKS secara individu. Guru memperhatikan dan memotivasi siswa. Teliti, pantang menyerah,dan kreatif 10 menit 3.

Guru menginformasikan bahwa waktu pengerjaaan LKS telah selesai, kemudian siswa diminta untuk berkelompok. Satu kelompok terdiri dari dua orang siswa

(berpasangan). Menjadi pendengar yang baik 2 menit 4.

Siswa mendiskusikan hasil pekerjaan LKS masing-masing dengan

pasangannya sehingga didapatkan jawaban soal yang merupakan hasil diskusi kelompok. Guru

memperhatikan, memotivasi, dan memberikan bantuan apabila dibutuhkan.

Teliti, kreatif, dan pantang

menyerah 20 menit

5.

Guru menginformasikan bahwa waktu berdiskusi telah habis, lalu guru meminta kesediaan beberapa pasangan untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Beberapa pasangan mempresentasikan hasil diskusinya, sementara pasangan lain bertanya ataupun menanggapi.

Pantang menyerah, teliti, kreatif dan rasa ingin tahu

20 menit

6.

Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi sehingga didapatkan jawaban soal yang merupakan kesimpulan dari setiap kelompok.

Kreatif dan rasa ingin tahu

5 menit 7.

Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, maupun isyarat terhadap keberhasilan kelompok.

Kreatif dan rasa ingin tahu


(58)

64 Kegiatan Penutup (10 menit)

No. Kegiatan Karakter Alokasi

Waktu 1.

Guru mengondisikan siswa agar mempelajari/membaca materi untuk pertemuan berikutnya

Pantang menyerah dan

rasa ingin tahu 10 menit 2. Guru menutup pelajaran hari ini dan

memberikan salam -

E. Alat/ Bahan/ Sumber Pembelajaran - Buku Matematika SMP Kelas VIII :

Adinawan, M. Cholik, Sugijono. 2006: hal. 7 – 15. Matematika 2A: Untuk SMP Kelas VIII Semester 1. Jakarta: Erlangga

- Lembar Kerja Siswa (LKS-2 terlampir) - White Board, spidol,dan alat tulis lainnya F. Penilaian

Teknik penilaian : Tes Tertulis Bentuk Instrumen : Uraian Soal terlampir

B.Lampung, 24 Juli 2013

Guru Mitra Peneliti

Rini Setyowati, S.Pd Annissawati NIP. 19740528 200604 2 004 NPM. 0913021083

Mengetahui,

Kepala SMPN 28 Bandar Lampung

Drs. M. Hutasoit, M.M NIP. 19590617 198003 1 003


(59)

65

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP-3)

Sekolah : SMP Negeri 28 Bandarlampung Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VIII/1

Alokasi waktu : 2 x 40 menit (1 kali pertemuan)

Standar Kompetensi : Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus.

Kompetensi Dasar : Menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktor- faktornya

A. Indikator

1. Kognitif : Menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktor- faktornya (memfaktorkan bentuk aljabar). 2. Afektif

a. Karakter 1) Teliti 2) Kreatif

3) Pantang menyerah 4) Rasa ingin tahu

b. Kreatif Keterampilan sosial: 1) Bertanya

2) Memberikan ide atau pendapat 3) Menjadi pendengar yang baik 4) Kerja sama

B. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif

Jika diberikan suatu bentuk aljabar, maka siswa dapat menentukan faktor-faktor bentuk aljabar dengan benar.

2. Afektif a. Karakter

1) Siswa dilatih untuk dapat teliti dan pantang menyerah dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

RPP Think Pair Share


(60)

66 2) Siswa dilatih untuk meningkatkan rasa ingin tahunya dalam proses

pembelajaran.

3) Siswa dilatih untuk kreatif dalam proses pembelajaran. b. Keterampilan Sosial

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa, dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam

menunjukkan keterampilan sosial:

1) Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif mengajukan pertanyaan.

2) Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif memberikan ide atau pendapat.

3) Dalam proses pembelajaran di kelas, siswa dapat menjadi pendengar yang baik.

4) Dalam diskusi kelompok, siswa dapat bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok.

C. Materi Pembelajaran Faktorisasi suku aljabar

D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal (10 menit)

No Kegiatan Karakter Alokasi

Waktu 1. Guru memberikan salam dan

mengecek kehadiran siswa - 2 menit

2. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran Menjadi pendengar yang baik 2 menit 3.

Guru mengajukan beberapa pertanyaan mengenai faktorisasi aljabar dan mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya : Sebutkan faktor dari 20

Rasa ingin tahu, memberikan ide atau pendapat

3 menit

4.

Guru melakukan apersepsi dengan mengingatkan materi tentang

pemfaktoran bilangan sehingga siswa mendapatkan informasi tentang materi yang akan dipelajari

Menjadi

pendengar yang baik, rasa ingin tahu,

memberikan ide atau pendapat


(61)

67 Kegiatan inti (60 menit)

No Kegiatan Karakter Alokasi

Waktu 1.

Guru memberikan pengarahan tentang langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran Think Pair Share

Menjadi pendengar yang baik

3 menit 2. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap siswa.

* LKS-3 terlampir

-

3.

Siswa mengerjakan LKS secara individu. Guru memperhatikan dan memotivasi siswa. Teliti, pantang menyerah,dan kreatif 10 menit 4.

Guru menginformasikan bahwa waktu pengerjaaan LKS telah selesai, kemudian siswa diminta untuk berkelompok. Satu kelompok terdiri dari dua orang siswa

(berpasangan). Menjadi pendengar yang baik 2 menit 5.

Siswa mendiskusikan hasil pekerjaan LKS masing-masing dengan

pasangannya sehingga didapatkan jawaban soal yang merupakan hasil diskusi kelompok. Guru

memperhatikan, memotivasi, dan memberikan bantuan apabila dibutuhkan.

Teliti, kreatif, dan pantang

menyerah 20 menit

6.

Guru menginformasikan bahwa waktu berdiskusi telah habis, lalu guru meminta kesediaan beberapa pasangan untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Beberapa pasangan mempresentasikan hasil diskusinya, sementara pasangan lain bertanya ataupun menanggapi.

Pantang menyerah, teliti, kreatif dan rasa ingin tahu

20 menit

7.

Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi sehingga didapatkan jawaban soal yang merupakan kesimpulan dari setiap kelompok.

Kreatif dan rasa


(62)

68

Kegiatan Penutup (10 menit)

No. Kegiatan Karakter Alokasi

Waktu 1.

Guru mengondisikan siswa agar mempelajari/membaca materi untuk pertemuan berikutnya

Pantang menyerah dan

rasa ingin tahu 10 menit 2. Guru menutup pelajaran hari ini dan

memberikan salam -

E. Alat/ Bahan/ Sumber Pembelajaran - Buku Matematika SMP Kelas VIII :

Adinawan, M. Cholik, Sugijono. 2006: hal. 16 - 22. Matematika 2A: Untuk SMP Kelas VIII Semester 1. Jakarta: Erlangga

- Lembar Kerja Siswa (LKS-3 terlampir) - White Board, spidol,dan alat tulis lainnya F. Penilaian

Teknik penilaian : Tes Tertulis Bentuk Instrumen : Uraian Soal terlampir

B.Lampung, 27 Juli 2013

Guru Mitra Peneliti

Rini Setyowati, S.Pd Annissawati NIP. 19740528 200604 2 004 NPM. 0913021083

Mengetahui,

Kepala SMPN 28 Bandar Lampung

Drs. M. Hutasoit, M.M NIP. 19590617 198003 1 003 8.

Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, maupun isyarat terhadap keberhasilan kelompok.

Kreatif dan rasa ingin tahu


(63)

69

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP-4)

Sekolah : SMP Negeri 28 Bandarlampung Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VIII/1

Alokasi waktu : 2 x 40 menit (1 kali pertemuan)

Standar Kompetensi : Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus.

Kompetensi Dasar : Menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktor- faktornya

A. Indikator

1. Kognitif : Menguraikan faktorisasi bentuk ax2 + bx + c. 2. Afektif

a. Karakter 1) Teliti 2) Kreatif

3) Pantang menyerah 4) Rasa ingin tahu

b. Kreatif Keterampilan sosial: 1) Bertanya

2) Memberikan ide atau pendapat 3) Menjadi pendengar yang baik 4) Kerja sama

B. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif

Jika diberikan bentuk ax2 + bx + c, maka siswa dapat memfaktorkan bentuk tersebut.

2. Afektif a. Karakter

1) Siswa dilatih untuk dapat teliti dan pantang menyerah dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

RPP Think Pair Share


(64)

70 2) Siswa dilatih untuk meningkatkan rasa ingin tahunya dalam proses

pembelajaran.

3) Siswa dilatih untuk kreatif dalam proses pembelajaran. b. Keterampilan Sosial

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa, dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam

menunjukkan keterampilan sosial:

1) Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif mengajukan pertanyaan.

2) Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif memberikan ide atau pendapat.

3) Dalam proses pembelajaran di kelas, siswa dapat menjadi pendengar yang baik.

4) Dalam diskusi kelompok, siswa dapat bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok.

C. Materi Pembelajaran

Faktorisasi suku aljabar bentuk ax2 + bx + c D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal (10 menit)

No Kegiatan Karakter Alokasi

Waktu 1. Guru memberikan salam dan mengecek kehadiran siswa - 2 menit 2. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran

Menjadi pendengar yang baik

3 menit

3.

Guru melakukan apersepsi dengan

mengingatkan materi tentang pemfaktoran bentuk aljabar sehingga siswa

mendapatkan informasi tentang materi yang akan dipelajari

Menjadi pendengar yang baik, rasa ingin tahu, memberikan ide atau pendapat

5 menit

Kegiatan inti (60 menit)

No Kegiatan Karakter Alokasi

Waktu 1. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap siswa.

* LKS-4 terlampir


(65)

71

Kegiatan Penutup (10 menit)

No. Kegiatan Karakter Alokasi

Waktu

1.

Guru mengondisikan siswa agar mempelajari/membaca materi untuk pertemuan berikutnya

Pantang menyerah dan rasa ingin tahu

10 menit 2.

Siswa mengerjakan LKS secara individu. Guru memperhatikan dan memotivasi siswa. Teliti, pantang menyerah,dan kreatif 10 menit 3.

Guru menginformasikan bahwa waktu pengerjaaan LKS telah selesai,

kemudian siswa diminta untuk berkelompok. Satu kelompok terdiri dari dua orang siswa (berpasangan).

Menjadi

pendengar yang baik

2 menit

4.

Siswa mendiskusikan hasil pekerjaan LKS masing-masing dengan

pasangannya sehingga didapatkan jawaban soal yang merupakan hasil diskusi kelompok. Guru

memperhatikan, memotivasi, dan memberikan bantuan apabila dibutuhkan.

Teliti, kreatif, dan pantang

menyerah 20 menit

5.

Guru menginformasikan bahwa waktu berdiskusi telah habis, lalu guru meminta kesediaan beberapa pasangan untuk mempresentasikan hasil

diskusinya. Beberapa pasangan mempresentasikan hasil diskusinya, sementara pasangan lain bertanya ataupun menanggapi.

Pantang menyerah, teliti, kreatif dan rasa ingin tahu

20 menit

6.

Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi sehingga didapatkan jawaban soal yang

merupakan kesimpulan dari setiap kelompok.

Kreatif dan rasa ingin tahu

5 menit 7.

Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, maupun isyarat terhadap keberhasilan kelompok.

Kreatif dan rasa ingin tahu


(66)

72

2. Guru menutup pelajaran hari ini dan

memberikan salam -

E. Alat/ Bahan/ Sumber Pembelajaran - Buku Matematika SMP Kelas VIII :

Adinawan, M. Cholik, Sugijono. 2006: hal. 23 - 27. Matematika 2A: Untuk SMP Kelas VIII Semester 1. Jakarta: Erlangga

- Lembar Kerja Siswa (LKS-4 terlampir) - White Board, spidol,dan alat tulis lainnya F. Penilaian

Teknik penilaian : Tes Tertulis Bentuk Instrumen : Uraian Soal terlampir

B.Lampung, 21 Agustus 2013

Guru Mitra Peneliti

Rini Setyowati, S.Pd Annissawati NIP. 19740528 200604 2 004 NPM. 0913021083

Mengetahui,

Kepala SMPN 28 Bandar Lampung

Drs. M. Hutasoit, M.M NIP. 19590617 198003 1 003


(67)

73

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP-5)

Sekolah : SMP Negeri 28 Bandarlampung Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VIII/1

Alokasi waktu : 2 x 40 menit (1 kali pertemuan)

Standar Kompetensi : Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus.

Kompetensi Dasar : Melakukan operasi hitung pada pecahan bentuk aljabar

A. Indikator

1. Kognitif : Menyelesaikan operasi tambah, kurang, kali, dan bagi pada pecahan bentuk aljabar

2. Afektif a. Karakter

1) Teliti 2) Kreatif

3) Pantang menyerah 4) Rasa ingin tahu

b. Kreatif Keterampilan sosial: 1) Bertanya

2) Memberikan ide atau pendapat 3) Menjadi pendengar yang baik 4) Kerja sama

B. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif

Jika diberikan suatu persoalan mengenai operasi tambah, kurang, kali, dan bagi pada pecahan bentuk aljabar, maka siswa dapat menyelesaikannya dengan benar.

2. Afektif a. Karakter

RPP Think Pair Share


(68)

74 1) Siswa dilatih untuk dapat teliti dan pantang menyerah dalam

me-ngerjakan tugas yang diberikan.

2) Siswa dilatih untuk meningkatkan rasa ingin tahunya dalam proses pembelajaran.

3) Siswa dilatih untuk kreatif dalam proses pembelajaran. b. Keterampilan Sosial

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa, dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam me-nunjukkan keterampilan sosial:

1) Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif mengajukan pertanyaan.

2) Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif memberikan ide atau pendapat.

3) Dalam proses pembelajaran di kelas, siswa dapat menjadi pendengar yang baik.

4) Dalam diskusi kelompok, siswa dapat bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok.

C. Materi Pembelajaran

Operasi Hitung Pecahan Bentuk Aljabar

D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal (10 menit)

No Kegiatan Karakter Alokasi

Waktu 1. Guru memberikan salam dan

mengecek kehadiran siswa - 2 menit

2. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran

Menjadi

pendengar yang baik

2 menit

3.

Guru mengajukan beberapa

pertanyaan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya: Dora memiliki P pena dan Tina memiliki Q pena. Ternyata pena Dora

merupakan pena milik Tina. Berapakah banyak pena Tina ?

Rasa ingin tahu, memberikan ide atau pendapat

3 menit

4.

Guru melakukan apersepsi dengan mengingatkan materi tentang operasi hitung bentuk pecahan sehingga siswa mendapatkan informasi tentang materi

Menjadi

pendengar yang baik, rasa ingin tahu,


(69)

75 yang akan dipelajari. memberikan ide

atau pendapat

Kegiatan inti (60 menit)

No Kegiatan Karakter Alokasi

Waktu 1. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap siswa.

* LKS-5 terlampir

- 3 menit

2.

Siswa mengerjakan LKS secara individu. Guru memperhatikan dan memotivasi siswa. Teliti, pantang menyerah,dan kreatif 10 menit 3.

Guru menginformasikan bahwa waktu pengerjaaan LKS telah selesai, kemudian siswa diminta untuk berkelompok. Satu kelompok terdiri dari dua orang siswa

(berpasangan). Menjadi pendengar yang baik 2 menit 4.

Siswa mendiskusikan hasil pekerjaan LKS masing-masing dengan

pasangannya sehingga didapatkan jawaban soal yang merupakan hasil diskusi kelompok. Guru

memperhatikan, memotivasi, dan memberikan bantuan apabila dibutuhkan.

Teliti, kreatif, dan pantang

menyerah 20 menit

5.

Guru menginformasikan bahwa waktu berdiskusi telah habis, lalu guru meminta kesediaan beberapa pasangan untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Beberapa pasangan mempresentasikan hasil diskusinya, sementara pasangan lain bertanya ataupun menanggapi.

Pantang menyerah, teliti, kreatif dan rasa ingin tahu

20 menit

6.

Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi sehingga didapatkan jawaban soal yang merupakan kesimpulan dari setiap kelompok.

Kreatif dan rasa ingin tahu

5 menit 7.

Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, maupun isyarat terhadap keberhasilan kelompok.

Kreatif dan rasa ingin tahu


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 10 52

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sekampung Udik TP 2012/2013)

1 10 43

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 5 38

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar Lampung T.P. 2013/2014)

1 26 152

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Seputih Raman Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 10 51

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 20 Bandar Lampung T.P. 2013/2014)

1 12 51

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Baradatu Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 10 50

EVEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Ketapang TP 2013/2014)

0 20 40

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 5 54

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 20 44