PENGARUH KINERJA KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA (KPMD)TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERDESAAN DI DESA SUMANDA KECAMATAN PUGUNG KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN 2015

(1)

PENGARUH KINERJA KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA (KPMD)TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI

MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERDESAAN DI DESA

SUMANDA KECAMATAN PUGUNG KABUPATEN TANGGAMUS

TAHUN 2015

Oleh M. Zaenuri Nur

Fokus penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan mengalisis pengaruh kinerja Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Sumanda, Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus tahun 2015.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif asosiatif. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 300 KK, sehingga sampel yang diambil sebanyak 10% dari populasi yaitu 30 KK. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket. Teknik analisis data menggunakan rumus Chi Kuadrat.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada kinerja Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Sumanda, Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus tahun 2015. Oleh karena itu agar program PNPM Mandiri Perdesaan dapat terlaksana dengan baik dan tepat sasaran, diperlukan kerjasama yang baik antara Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dengan masyarakat.

Kata kunci : Kinerja Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD),

Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan, Tingkat Partisipasi Masyarakat


(2)

PNPM MANDIRI PERDESAAN DI DESA SUMANDA KECAMATAN PUGUNG

KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN 2015

Oleh

M. ZAENURI NUR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

Penulis dilahirkan dalam keluarga yang sederhana di desa yang begitu asri yang bernama Desa Sendang Baru dengan kecamatan Sendang Agung dan Kabupaten Lampung Tengah. Tepatnya pada tanggal 05 Desember 1993, yang merupakan anak ketiga dari empat bersaudara buah cinta kasih dari pasangan Bapak Sis Woyo dengan Ibu Ngadinem.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Sendang Baru, tamat pada tahun 2005, kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Ma’arif 8 Sendang Asri, tamat pada tahun 2008, dan melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri 2 Tanjung Karang, tamat pada tahun 2011.

Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Program Studi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan melalui jalur PMPAP.


(7)

Dengan kerendahan hati dan rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT, Kupersembahkan karya ini

kepada :

Kedua orang tuaku, Mamak Bapak yang sangat Kucintai, Kusayangi, dan Kubanggakan, terimakasih atas kasih sayang, do a, dukungan, semangat, dan pengorbanan demi

keberhasilanku.

Terima kasih telah menjadi motivasi terbesar dalam hidupku.

Ayundaku tercinta yang selalu mendukungku untuk meraih impianku, kanda, adinda, dan keluarga besarku yang terus memberikan dukungan dan do a dan menanti keberhasilanku

Seluruh Dosen yang telah dengan sabar membimbing dan mengarahkan aku hingga aku berhasil


(8)

Jadilah Pribadi Yang Jujur (Jujur Hatinya, Fikirannya Dan Perbuatannya) Dimanapun Engkau Berada Karena

Dengan Kejujuran Kepercayaan Akan Datang (Nasihat Ibunda)

Apalah Arti Sebuah Mimpi Jika Kita Hanya Diam Dan Bermimpi

(M. Zaenuri Nur)

Allah Meninggikan Orang Yang Beriman Diantara Kamu Dan Orang-Orang Yang Diberi Ilmu Pengetahuan Beberapa

Derajat


(9)

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “PENGARUH KINERJA KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA (KPMD) TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERDESAAN DI DESA SUMANDA KECAMATAN PUGUNG KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN 2015. Skripsi ini dibuat guna memenuhi syarat sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada berbagai pihak atas segala bantuan baik berupa pemikiran, fasilitas, motivasi dan lain-lain demi terselenggaranya penulisan skripsi ini dari awal sampai akhir terutama kepada Bapak Drs. Holilulloh, M.Si., selaku pembimbing akademik sekaligus pembimbing I dan Ibu Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II, sekaligus Ketua Program Studi PPKn Bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. serta ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerja Sama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;


(10)

4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

6. Bapak Dr. Irawan Suntoro, M.S. selaku pembahas I, dan Bapak Tubagus Ali Rachman Puja Kusuma, S.Pd., M.Pd., selaku pembahas II terima kasih atas saran dan masukannya;

7. Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd. Bapak M. Mona adha, S.Pd., M.Pd., Bapak Susilo, S.Pd., M.Pd. dan Bapak Rohman, S.Pd., M.Pd. serta Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung terimakasih atas segala ilmu yang telah diberikan, saran, masukan serta segala bantuan yang diberikan;

8. Kepala Desa Sumanda, Sekertaris Desa Sumanda, Ketua RW dan RT Desa Sumanda, serta masyarakat sumanda yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian.

9. Kedua orang tuaku tercinta serta kakanda, ayunda dan adindaku serta seluruh keluarga besarku dan sahabatku tercinta (Ahmad, Fat’hul, Agung) terimakasih atas doa, senyum, air mata, bahagia, dukungan, kasih sayang


(11)

10. Seluruh Bapak Ibu Guruku terimakasih atas segala yang telah kalian ajarkan, yang mendewasakanku dalam bertutur, berfikir dan bertindak; 11. Sahabat terbaikku (Tora, Leni, Rika, Agnes, Minarti), sahabat touring

(Viki, Rio, Wayan, Koko, Eka, Wegi, Randi, Pai, Haris, Juanda, Made), ketua angkatan (Aan), sahabat yang selalu memberikanku keceriaan (Dian, Dio, Evi, Elfina, Desiana Hanifan dan Yulita Sari), sahabat KKN, adik tingkatku yang paling gokil (Ana) dan Teman-teman seperjuanganku di Prodi PPKn angkatan 2011 baik ganjil maupun genap serta Kakak tingkat dan adik tingkat, dari angkatan 2009–2014 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan yang kalian berikan;

12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan penyajiannya. Akhirnya penulis berharap semoga dengan kesederhanaanya skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandar Lampung, April 2015 Penulis

M. Zaenuri Nur NPM 1113032038


(12)

Halaman

ABSTRAK ...i

HALAMAN JUDUL ...ii

HALAMAN PERSETUJUAN ...iii

HALAMAN PENGESAHAN...iv

SURAT PERNYATAAN ...v

RIWAYAT HIDUP ...vi

PERSEMBAHAN...vii

MOTTO ...viii

SANWACANA ...ix

DAFTAR ISI...xii

DAFTAR TABEL ...xv

DAFTAR GAMBAR ...xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...xviii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Identifikasi Masalah ...11

C. Pembatasan Masalah ...11

D. Rumusan Masalah ...12

E. Tujuan penelitian dan Kegunaan Penelitian ...12

1. Tujuan Penelitian...12

2. Kegunaan Penelitian...13

a. Kegunaan Teoritis...13

b. Kegunaan Praktis...13

F. Ruang Lingkup Penelitian ...14

1. Ruang Lingkup Ilmu ...14

2. Ruang Lingkup Objek ...14

3. Ruang Lingkup Subjek ...14

4. Ruang Lingkup Wilayah ...14

5. Ruang Lingkup Waktu ...15

II. TINJUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis ...16

1. Kinerja Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD)...16


(13)

c.2. Strategi Pemberdayaan ...24

d. Pengertian Masyarakat ...27

d.1. Ciri-ciri dan Unsur-unsur Masyarakat ...30

e. Pengertian Desa ...32

f. Pengertian Kinerja Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa ...34

2. Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan PNPM MP ...39

a. Pengertian Partisipasi Masyarakat ...39

a.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat ...42

b. Pengertian PNPM MP...45

B. Kerangka Pikir ...50

C. Hipotesis ...53

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ...54

B. Populasi dan Sampel ...55

1. Populasi ...55

2. Sampel...56

C. Variabel Penelitian ...58

D. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional...58

1. Definisi Konseptual ...58

2. Definisi Operasional...59

E. Pengukuran Variabel ...60

1. Variabel bebas ...60

2. Variabel terikat...60

F. Teknik Pengumpulan Data...61

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ...61

1. Uji Validitas ...61

2. Uji Reliabilitas ...62

H. Pelaksanaan Uji Coba Angket...63

1. Analisis Uji Coba Angket ...63

2. Analisis Uji Coba Reliabilitas ...64

I. Teknik Analisis Data ...67

J. Langkah-langkah Penelitian ...71

1. Persiapan Pengajuan Judul...71

2. Penelitian Pendahuluan ...71

3. Pengajuan Rencana Penelitian ...72

4. Pelaksanaan Penelitian ...73

a. Persiapan Administrasi...73

b. Penyusunan Alat Pengumpul Data...73

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...75

1. Sejarah Desa Sumanda, Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus...75

2. Letak Administrasi ...77


(14)

Tanggamus ...78

4. Sarana Dan Prasarana Desa...79

B. Deskripsi Data ...80

1. Pengumpulan Data ...80

2. Penyajian Data ...80

a. Indikator Perencanaan Program PNPM Mandiri Perdesaan ...81

b. Indikator Pelaksanaan Program PNPM Mandiri Perdesaan...84

c. Indikator Pelestarian Program PNPM Mandiri Perdesaan ...86

d. Variabel (X) Kinerja Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) 89 e. Indikator Menghadiri Setiap Pertemuan Musyawarah ...92

f. Indikator Bergotong Royong Dalam Membangun Sarana Dan Prasarana ...94

g. Indikator Turut Memelihara Sarana Dan Prasarana Yang Telah Dibangun ...96

h. Variabel (Y) Tingkat Partisipasi Masyarakat...98

C. Pengujian Hipotesis ...101

1. Pengujian Pengaruh...101

2. Pengujian Tingkat Keeratan Pengaruh...104

D. Pembahasan ...106

1. Indikator Perencanaan Program PNPM Mandiri Perdesaan ...109

2. Indikator Pelaksanaan Program PNPM Mandiri Perdesaan ...112

3. Indikator Pelestarian Program PNPM Mandiri Perdesaan...113

4. Indikator Menghadiri Setiap Pertemuan Musyawarah...116

5. Indikator Bergotong Royong Dalam Membangun Sarana Dan Prasarana..117

6. Indikator Turut Memelihara Sarana Dan Prasarana Yang Telah Dibangun...119

E. Keterbatasan Penelitian ...121

1. Variabel Yang Diteliti ...121

2. Instrumen Penelitian ...122

3. Kecermatan Dalam Menjawab Angket ...122

4. Populasi Penelitian ...122

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...123

B. Saran ...124 DAFTAR PUSTAKA


(15)

1. Surat Keterangan Penelitian Pendahuluan

2. Surat Izin Melaksanakan Penelitian Pendahuluan

3. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Pendahuluan 4. Surat Izin Melaksanakan Penelitian

5. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian 6. Kisi-Kisi Angket

7. Angket Penelitian

8. Distribusi Skor Hasil Angket Tentang Perencanaan Program PNPM Mandiri Perdesaan

9. Distribusi Skor Hasil Angket Tentang Pelaksanaan Program PNPM Mandiri Perdesaan

10. Distribusi Skor Hasil Angket Tentang Pelestarian Program PNPM Mandiri Perdesaan

11. Distribusi Skor Hasil Angket Tentang Menghadiri Setiap Pertemuan Musyawarah

12. Distribusi Skor Hasil Angket Tentang Bergotong Royong Dalam Membangun Sarana Dan Prasarana

13. Distribusi Skor Hasil Angket Tentang Turut Memelihara Sarana dan Prasarana Yang Telah Dibangun

14. Distribusi Skor Hasil Tes Kinerja Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD)

15. Distribusi Skor Hasil Tes Tingkat Partisipasi Masyarakat

16. Daftar Tingkat Perbandingan Jumlah Responden Mengenai Pengaruh Kinerja Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) Terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan


(16)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Jumlah Masyarakat di Desa Sumanda Kecamatan Pugung Kabupaten

Tanggamus ... 56 Tabel 3.2 Jumlah Sampel Penelitian di Desa Sumanda Kecamatan Pugung

Kabupaten Tanggamus ... 57 Tabel 3.3 Hasil Uji Coba Angket ke-10 Orang Di Luar Responden Tentang

Kinerja Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) Terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan Untuk Item Ganjil (X) ... 64 Tabel 3.4 Hasil Uji Coba Angket ke-10 Orang Di Luar Responden Tentang

Kinerja Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) Terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan Untuk Item Genap (Y) ... 65 Tabel 3.5 Distribusi Antara Item Soal Kelompok Ganjil (X) Dengan Item Genap

(X) ... 65 Tabel 4.1 Regenerasi Sistem Kepemimpinan Kepala Desa di Desa Sumanda,

Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus Dari Tahun 1938

-Sekarang ... 76 Tabel 4.2 Data Jumlah Penduduk Desa Sumanda, Kec. Pugung, Kab.

Tanggamus ... 78 Tabel 4.3 Data Penduduk Berdasarkan Profesi Di Desa Sumanda, Kec. Pugung,

Kab. Tanggamus... 79 Tabel 4.4 Sarana Dan Prasarana Di Desa Sumanda, Kec.Pugung, Kab.

Tanggamus ... 79 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Indikator Perencanaan Program PNPM Mandiri

Perdesaan ... 82 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Indikator Pelaksanaan Program PNPM Mandiri

Perdesaan ... 85 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Indikator Pelestarian Program PNPM Mandiri

Perdesaan ... 87 Tabel 4.8 Distribusi Frekuansi Variabel (X) Kinerja Kader Pemberdayaan

Masyaraka Desa (KPMD) ... 90 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Indikator Menghadiri Setiap Pertemuan

Musyawarah ... 93 Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Indikator Bergotong Royong Dalam Membangun


(17)

Tabel 4.13 Daftar Kontingensi Pengaruh Kinerja Kader Pemberdayaan

Masyarakat Desa (KPMD) Terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan ... 101 Tabel 4.14 Daftar Kontingensi Perolehan Data Mengenai Pengaruh Kinerja Kader

Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) Terhadap Tingkat


(18)

Halaman Gambar Paradigma 2.1. Paradigma Penelitian ... 52 Gambar Bagan 3.1. Bagan Stratifikasi Desa ... 55 Gambar Histagram 4.1. Kinerja Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) .. 91 Gambar Histagram 4.2. Tingkat Partisipasi Masyarakat ... 100


(19)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang indonesia terus melakukan upaya-upaya untuk menjadi negara maju, yaitu dengan terus melaksanakan pembangunan dalam segala bidang kehidupan salah satunya dalam bidang perekonomian. Seiring dengan majunya teknologi yang memudahkan memperoleh informasi dan semakin pesatnya laju pembangunan, perkembangan perekonomian di indonesia pun terus membaik meskipun belum maksimal, meski demikian hal ini akan lebih baik lagi apabila tersedianya sarana dan prasarana yang mampu menunjang keberhasilan pembangunan perekonomian di Indonesia.

Indonesia tidak akan mampu melaksanakan pembangunan tanpa adanya sarana dan prasarana yang mendukung dalam pembangunan baik itu sarana dan prasaran untuk pengelolaan sumber daya alam maupun untuk peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Meskipun indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, hal ini belum menjamin bangsa indonesia untuk menjadi negara yang serba berkecukupan atau dikategorikan sebagai negara maju. Perlu adanya strategi serta koordinasi yang baik dari setiap wilayah dan


(20)

penduduknya. Maka dibentuklah suatu sistem pemerintahan dari setiap daerah, agar setiap daerah mampu mengelola potensi-potensi yang terdapat di daerahnya masing-masing secara menyuluruh, terpadu, dan terkoordinasi dengan baik. Sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 Tentang :

Pemerintahan Daerah yang didalamnya terkandung mengenai peraturan otonomi daerah, dimana pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota berhak mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, serta berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan lain untuk melaksanakan tugas otonomi dan tugas pembantuan.

Desa merupakan bagian dari daerah otonom yang di dalamnya terdapat suatu pemerintahan, desa juga merupakan suatu unit pemerintahan terendah dari daerah otonom yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan yang di dalamnya terdapat potensi-potensi yang dapat mendukung pembangunan. Potensi-potensi tersebut dapat berasal dari sumber daya alam ataupun dari sumber daya manusianya sendiri yang sudah terwujud maupun yang belum terwujud yang dapat diharapkan pemanfaatannya bagi kelangsungan pembangunan. Potensi-potensi inilah yang harus digali dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat desa sehingga terpenuhinya kebutuhan untuk tercapainya kesejahteraan. Dapat kita bayangkan, apabila setiap desa yang ada di indonesia dapat mengembangkan potensinya secara maksimal tentunya indonesia akan menjadi negara yang makmur dan sejahtera.

Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di desa, termasuk diantaranya kebijakan dalam


(21)

pengentasan kemiskinan yaitu PNPM Mandiri Perdesaan/Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan yang pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat desa. Program PNPM Mandiri adalah upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin yang dapat ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan hanya sebagai obyek melainkan juga sebagai subyek dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat. Agar program PNPM Mandiri Perdesaan dapat mencapai target atau sasaran dalam pembangunan desa, yaitu menjadikan desa yang memiliki tingkat klasifikasi desa swasembada atau desa yang berkembang dimana taraf hidup dan kesejahteraan masyarakatnya terus mengalami peningkatan, terpenuhinya kebutuhan esensial masyarakat, peningkatan prakarsa dan swadaya gotong royong masyarakat, pengembangan tata desa yang teratur dan serasi, pemanfaatan sumber daya manusia dan potensi alam, serta peningkatan kehidupan ekonomi yang kooperatif, maka dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri Perdesaan ini tentunya tidak dapat terlepas dari partisipasi masyarakat itu sendiri, karena memang pada dasarnya program ini adalah program pemberdayaan masyarakat. Untuk itu perlu adanya partisipasi yang menyeluruh dari masyarakat untuk tercapainya tujuan dari program PNPM Mandiri Perdesaan yang tepat sasaran.


(22)

PNPM Mandiri Perdesaan mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus, tujuan umumnya yaitu meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan, sedangkan tujuan khususnya yaitu

meliputi:

1. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan. 2. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan

mendayagunakan sumber daya lokal.

3. Mengembangkan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi pengelolaan pembangunan partisipatif.

4. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan oleh masyarakat.

5. Melembagakan pengelolaan dana bergulir.

6. Mendorong terbentuk dan berkembangnya Badan KerjaSama Antar Desa (BKAD).

7. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan.

(http://bapemas.jatimprov.go.id/index.php/pnpm-mpd)

Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan dalam pelaksanaannya dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Sosialisasi dan penyebaran informasi program

2. Proses partisipasi pemetaan RTM dan pemetaan sosial 3. Perencanaan partisipatif di tingkat dusun dan desa 4. Seleksi kegiatan di tingkat desa dan kecamatan 5. Masyarakat melaksanakan kegiatan

6. Akuntabilitas dan laporan perkembangan 7. Pemeliharaan dan keberlanjutan.


(23)

Kegiatan-kegiatan partisipasi masyarakat yang tumbuh sebagai inisiatif dan kreasi yang lahir dari rasa kesadaran dan tanggung jawab masyarakat mutlak perlu, sesuai dengan hakekat pembangunan desa yang pada prinsipnya dilakukan oleh masyarakat sendiri, dari dan untuk masyarakat dengan pengarahan, bimbingan, pembinaan, bantuan dan pengawasan dari pemerintah.

Pembangunan perekonomian dalam upaya pengentasan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan partisipasi dari berbagai pihak secara bersama-sama dan koordinasi dengan baik. Di Desa Sumanda, Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus Telah melaksanakan PNPM Mandiri Perdesaan sejak tahun 2007, dalam pelaksanaanya tidak luput dari koordinasi antara pemerintah dengan Masyarakat. Masyarakat yang merupakan objek sekaligus subjek dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan mempunyai peranan penting di dalamnya.

Sejak dilaksanakannya PNPM Mandiri Perdesaan yang dimulai dari tahun 2007, pada tahun 2007 sendiri Desa Sumanda telah terdanai oleh pemerintah melalui PNPM Mandir Perdesaan yang kemudian dana tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pembangunan jembatan di Dusun Gading, pembangunan jembatan ini dilaksanakan berdasarkan hasil musyawarah antara tim pengelola PNPM Mandiri Perdesaan dengan masyarakat yang menghasilkan kesepakatan untuk pembangunan jembatan tersebut. Dalam pelaksanaan pembangunan jembatan, masyarakat cukup antusias dan berpartisipasi sepenuhnya, dimana masyarakat selalu menghadiri musyawarah-musyawarah dalam perencanaan pembangunan dan ikut serta bergotong royong


(24)

dalam pelaksanaan pembangunan jembatan. Pada saat itu pembangunan jembatan memang sangat diperlukan demi kelancaran transportasi yang nantinya dapat menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat terutama masyarakat miskin, karena memang letak jembatan tersebut berada di dekat wilayah penghasilan masyarakat.

Pada tahun 2009 Desa Sumanda kembali terdanai oleh pemerintah melalui PNPM Mandiri Perdesaan, kali ini dana tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membangun pasar tradional, karena di desa tersebut memang belum terdapat pasar sehingga tim pengelola PNPM Mandiri Perdesaan memutuskan untuk melakukan pembangunan pasar agar memudahkan masyarakat dalam bertransaksi jual beli, baik itu jual beli kebutuhan rumah tangga maupun jual beli hasil pertanian atau perkebunan masyarakat. Meski pembangunan ini memiliki tujuan yang positif namun pembangunan ini kurang mendapat respon positif dari masyarakat dimana masyarakat tidak mau menghadiri musyawarah yang dilaksanakan oleh KPMD maupun pada saat pelaksanaan pembangunan pasar bahkan setelah pasar itu berdiri tidak ada satupun masyarakat yang memanfaatkannya untuk berdagang ataupun transaksi jual-beli di pasar tersebut. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu warga, warga tersebut menilai pembangunan pasar ini dirasa kurang tepat, karena menurutnya tidak tepat sasaran dalam menangani masalah orang miskin di Desa Sumanda yang rata-rata memiliki profesi sebagai petani, dan menurutnya dana tersebut akan lebih efektif apabila digunakan untuk meningkatkan kualitas hasil pertanian, hal inilah yang menyebabkan masayarakat enggan untuk berpartisipasi. Kemudian berdasarkan keterangan dari TPK (Tim


(25)

Pelaksana Kegiatan) PNPM Mandiri Perdesaan sendiri, keputusan pelaksanaan pembangunan pasar tersebut tidak berdasarkan keinginan masyarakat melainkan berdasarkan keputusan dari hasil musyawarah yang dilakukan oleh segenap aparatur desa dengan tim pengelola PNPM Mandiri Perdesaan yang tidak melibatkan masyarakat terutama masyarakat miskin dalam pengambilan keputusan. Meski demikian pembangunan pasar di Desa Sumanda tetap berlanjut, akan tetapi karena tidak mendapatkan respon positif dari masyarakat, pasar tersebut pada akhirnya mati dan tidak dimanfaatkan oleh masyarakat hingga saat ini.

Pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2015, Desa Sumanda terus terdanai oleh PNPM Mandiri Perdesaan untuk melaksanakan pembangunan. Dari tahun 2010 sampai tahun 2015 pembangunan berfokus pada pembanguna fisik desa yaitu perbaikan jalan sebagai sarana tranportasi desa di setiap dusun. Pada tahun 2010 perbaikan jalan dilaksanakan di Dusun Suka Senang, meski sempat mendapat respon yang kurang positif pada tahun 2009, pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Sumanda kembali mendapat respon positif dari warganya, kini masyarakat begitu antusias dalam menghadiri MD (Musyawarah Desa) yang membahas mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, serta pengelolaan pembangunan dimana masyarakat mampu memberikan ide ataupun gagasannya dalam upaya pembangunan yang nantinya akan dilaksanakan. Berdasarkan keterangan salah satu anggota KPMD, pada tahun ini pada setiap tahap pertemuan/sosialisasi dengan masyarakat terkait dengan pembangunan, musyawarah selalu dipenuhi oleh masyarakat baik bapak-bapak maupun ibu-ibunya. Pada tahun 2011 dana PNPM Mandiri


(26)

Perdesaan dimanfaatkan untuk perbaikan jalan di Dusun Kayubi, kemudian pada tahun 2012 dana PNPM Mandiri Perdesaan kembali dimanfaatkan untuk melanjutkan perbaikan jalan di Dusun Suka Senang, pada tahun ini tingkat partisipasi masyarakat masih cukup baik.

Pada tahun 2013 pemanfaatan dana PNPM Mandiri Perdesaan masih sama yaitu untuk perbaikan jalan, yang dilaksanakan di Dusun Sumanda. Pada tahun ini pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan kembali mendapat respon yang kurang baik dari masyarakat, dimana masyarakat yang menghadiri musyawarah sangat sedikit yaitu hanya sekitar 25% sampai 40% saja, sehingga KPMD cukup kesulitan untuk menggali ide masyarakat terkait hal-hal yang perlu untuk dibangun, selain itu pada saat pelaksanaan pembangunan masyarakat yang bergotong royong juga berkurang hanya sekitar 30% saja yang hadir, tidak seperti sebelum-sebelumnya dimana masyarakat yang ikut serta bergotong royong dapat mencapai 70% sampai 80%. Pembangunan melalui PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Sumanda terus berlanjut sampai tahun 2015 dan pada tahun ini pelaksanaannya tetap berfokus pada perbaikan jalan, yang dilaksanakan di Dusun Kayubi sebagai tindak lanjut dari pembangunan yang telah terlaksana pada tahun 2011. Sama halnya dengan tahun 2013, pada tahun 2015 pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan kurang mendapat perhatian dari masyarakat. Masyarakat terkesan menyerahkan sepenuhnya pelaksanaan program tersebut pada tim pengelola PNPM Mandiri Perdesaan yang memang dibentuk oleh masyarakat itu sendiri.


(27)

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa masyarakat di Desa Sumanda menyatakan bahwa pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di desanya sebenarnya terbilang baik, hal itu terlihat jelas dengan adanya pembangunan jalan di setiap tahunnya, akan tetapi program PNPM Mandiri bukan hanya diperuntukan untuk pembangunan jalan saja, melainkan dapat dipergunakan untuk pembangunan sarana dan prasarana lain yang dapat menunjang perekonomian mereka seperti pembangunan irigasi, simpan pinjam yang diperuntukan bagi kaum perempuan, maupun program lainnya yang dapat menunjang perekonomian masyarakat terutama masyarakat kecil sepertinya. Musyawarah terkait dengan program pembangunan yang akan dilaksanakan juga mulai berkurang, tidak seperti sebelumnya yang melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan terhadap pembangunan yang akan dilaksanakan, hanya sosialisasi terkait dengan keputusan pembangunan yang akan dilaksanakan yang rutin dilakukan oleh tim KPMD.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu anggota KPMD, beliau menyatakan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan memang terbilang rendah dimana seharusnya masyarakat ikut serta dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi/memelihara pembangunan, kini hanya terlihat pada pemeliharaannnya saja, tidak dapat dipungkiri kesibukan pekerjaan masyarakat memang menjadi salah satu pemicu terhadap tingkat partisipasi ini, selain itu anggapan masyarakat yang menganggap perbaikan jalan bukanlah solusi dalam upaya pengentasan kemiskinan juga turut mempengaruhi masyarakat. Sebenarnya apapun bentuk pembangunan itu jika itu dikehendaki bersama dan masyarakat mau


(28)

menghadiri dan memberikan masukannya pada saat musyawarah desa yang membahas perencanaan pembangunan maka hasil dari musyawarah itulah yang nantinya akan diterapkan. Tugasnya sebagai pendamping masyarakat dalam sosialisasi maupun dalam perencanaan program pembangunan menurutnya telah dijalankan dengan baik.

Pemilihan pelaksanaan program PNPM Mandiri Perdesaan sebagai upaya pemecahan masalah kemiskinan memang sangat tepat. Hal ini akan lebih baik lagi apabila dalam pelaksanaanya masyarakat dapat berkoordinasi atau bekerja sama dengan baik dengan tim pengelola PNPM Mandiri Perdesaan maupun dengan seluruh aparatur desa yang merupakan bagian dari masyarakat. Namun, upaya pemecahan permasalahan tersebut selama ini cenderung kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat. Peranan dari masyarakat maupun tim KPMD juga belum maksimal. Partisipasi masyarakat yang dapat menjadi sumber penting dalam pemberdayaan dan pemecahan masalah kemiskinan juga mulai luntur. Yang menjadi pertaannya saat ini adalah apakah setiap permasalahan yang timbul dalam masyarakat Sumanda ini dipengaruhi oleh kurangnya kefektivitasan serta keoptimalan kinerja tim KPMD?. Maka dari pada itu penulis akan meneliti lebih jauh lagi mengenai “Pengaruh Kinerja Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) Terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan Di Desa Sumanda Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus Tahun 2015”.


(29)

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, menunjukan bahwa tingkat partisipasi masyarakat rendah, faktor-faktor yang terkait dengan pengaruh terhadap rendahnya partisipasi masyarakat dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Kinerja KPMD dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Sumanda, Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus yang kurang memperhatikan kehendak masyarakat.

2. Pemahaman masyarakat terhadap pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Sumanda, Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus yang masih rendah.

3. Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Sumanda, Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus yang kurang tepat sasaran dalam mengatasi masalah kemiskinan pada masyarakat.

4. Koordinasi KPMD dengan masyarakat dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Sumanda Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus yang kurang komunikatif.

C.Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah pada tujuan yang ingin dituangkan dalam penelitian serta agar penelitian ini tidak terlalu luas, maka berdasarkan identifikasi masalah, penelitian ini dibatasi pada permasalahan kinerja kader pemberdayaan masyarakat desa (KPMD) serta tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Sumanda, Kecamatan


(30)

Pugung, Kabupaten Tanggamus. Penulis memilih membatasi masalah pada kinerja KPMD dikarenakan KPMD merupakan tim utama dalam pelaksanaan PNPM Mandiri yang memiliki peran yang begitu besar dalam menentukan pembangunan serta dalam menggerakan masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan sehingga penulis tertarik untuk meneliti kinerja KPMD yang dapat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh kinerja kader pemberdayaan masyarakat desa (KPMD) terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Sumanda, Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus tahun 2015?”.

E.Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan menganalisis pengaruh kinerja kader pemberdayaan masyarakat desa (KPMD) terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Sumanda, Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus tahun 2015.


(31)

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep teori dan prosedur ilmu pendidikan khususnya dalam wilayah kajian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) yang mengkaji pendidikan nilai moral Pancasila yang terkait dengan paradigma pembangunan bangsa.

b. Kegunaan Praktis

Secara praktis penelitian ini berguna untuk :

1. Menumbuhkan sikap positif bagi kader pemberdayaan masyarakat desa (KPMD) maupun seluruh masyarakat sehingga mampu berkoordinasi dengan baik dalam melaksanakan pembangunan desa melalui PNPM Mandiri Perdesaan.

2. Sebagai sarana refleksi bagi masyarakat dalam memberikan saran dan kritik yang membangun terhadap kinerja kader pemberdayaan masyarakat desa (KPMD), sehingga KPMD dapat menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan keinginan masyarakat.

3. Sebagai sarana evaluasi bagi kader pemberdayaan masyarakat desa (KPMD) untuk meningkatkan kinerjanya secara optimal, sehingga masyarakat dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan di desa. 4. Sebagai bahan pedoman perbaikan kinerja kader pemberdayaan


(32)

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu pendidikan khususnya dalam wilayah kajian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) serta dalam kawasan pendidikan nilai moral Pancasila yang berkaitan dengan sejauh mana kinerja kader pemberdayaan masyarakat desa (KPMD) berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Sumanda, Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus.

2. Ruang Lingkup Objek

Objek dalam penelitian ini adalah kinerja kader pemberdayaan masyarakat desa (KPMD) serta tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Sumanda, Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus.

3. Ruang Lingkup Subjek

Subjek dari penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang berdomisili di Desa Sumanda, Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus.

4. Ruang Lingkup Wilayah

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sumanda, Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus.


(33)

5. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilaksanakan sejak dikeluarkannya surat izin penelitian pendahuluan dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Unuiversitas Lampung pada 13 Oktober 2014 sampai dengan selesai penelitian.


(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis

1. Kinerja Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD)

a. Pengertian Kinerja

“Kinerja adalah fungsi dari motifasi, kecakapan, dan persepsi peranan”. Stoner dalam Ismail Nawawi Uha (2013:213). “Kinerja merupakan sebuah proses dimana organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan”. Handoko dalam Ismail Nawawi Uha (2013:213). “Kinerja adalah apa yang dapat dikerjakan oleh seseorang sesuai dengan tugas dan fungsinya”. Gilbert dalam Notoatmodjo (2009:124).

Dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan sebuah proses pencapaian dari suatu pekerjaan yang dalam pelaksanaannya dapat dilihat dari motifasi, peranan ataupun dari semangat kerjanya yang kemudian dapat dievaluasi ataupun dinilai untuk menentukan prestasi kerja seseorang.


(35)

Murphy dan Cleveland dalam Ismail Nawawi Uha (2013:212) mengatakan bahwa “Kinerja adalah kualitas perilaku yang berorientasi pada tugas dan pekerjaan”. Lebih jelas dikemukakan oleh Prawirosentono dalam Ismail Nawawi Uha (2013:211) bahwa kinerja (performance) dari akar kata to perform yang mempunyai beberapa entries sebagai berikut:

1. Melakukan, menjalankan, dan melaksanakan. 2. Memenuhi, menjalankan kewajiban suatu nazar. 3. Menjalankan suatu karakter dalam suatu permainan. 4. Menggambarkan dengan suara atau alat musik.

5. Melaksanakan atau menyempurnakan suatu tanggung jawab. 6. Melakukan suatu kegiatan dalam suatu permainan.

7. Memainkan pertunjukan musik.

8. Melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau mesin.

Gibson dalam Notoatmodjo (2009:124) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang menentukan kinerja seseorang dikelompokan menjadi 3 variabel utama yakni:

1. Variabel individu, yang terdiri dari pemahaman terhadap pekerjaannya, pengalaman kerja, latar belakang keluarga, tingkat sosial ekonomi, dan faktor demografi (umur, jenis kelamin, etnis).

2. Variabel organisasi, yang antara lain terdiri dari kepemimpinan, desain pekerjaan, struktur organisasi, dan sumber daya yang lain.

3. Variabel psikologis, yang terdiri dari persepsi terhadap pekerjaan, sikap terhadap pekerjaan, motivasi, kepribadian, dan lain sebagainya.

Dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang dilakukan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab seseorang dalam menyelesaikan pekerjaannya, yang dikerjakan secara maksimal sesuai


(36)

dengan kode etik yang berlaku dalam suatu perusahaan, organisasi, ataupun yang lain sebagainya yang dapat dilihat dari faktor individu, organisasi, dan psikologi.

b. Pengertian Kader

Kader merupakan orang yang mampu menjalankan amanat, orang yang memiliki kapasitas pengetahuan dan keahlian serta kemampuan untuk memenejemen kelangsungan suatu organisasi. Menurut Nano Wijaya “kader adalah orang atau kumpulan orang yang dibina oleh suatu lembaga kepengurusan dalam sebuah organisasi, baik sipil maupun militer, yang berfungsi sebagai “pemihak” dan atau membantu tugas dan fungsi pokok organisasi tersebut”. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kader).

Kader merupakan seseorang yang diberi kepercayaan yang dipercaya memiliki kapasitas pengetahuan dan keahlian yang dapat menjalankan amanat, yang berfungsi sebagai pemihak dengan mendengarkan secara langsung segala bentuk aspirasi dari suatu anggota organisasi, membantu dalam proses perencanaan, dalam suatu kegiatan.

c. Pengertian Pemberdayaan

Istilah pemberdayaan memang sudah tidak asing lagi ditelinga kita, kata pemberdayaan sendiri sering kita ketahui sebagai upaya dari pemerintah untuk menangani masalah kemiskinan dan keterbatasan


(37)

dalam masyarakat sebagai bentuk penaggulangan dari masalah tersebut, seperti pemberdayaan masyarakat desa, pemberdayaan perempuan dan lain sebagainya. Melalui pemberdayaan ini, masyarakat atau pun pihak tertentu (yang lemah) diharapkan mampu berkembang menjadi pribadi yang lebih mandiri, memiliki pengetahuan serta pengalaman, terampil dan mampu berkarya.

Menurut Djohani dalam Oos M. Anwas (2013:49) “pemberdayaan adalah suatu proses untuk memberikan daya/kekuasaan kepada pihak yang lemah dan mengurangi kekuasaan kepada pihak yang terlalu berkuasa sehingga terjadi keseimbangan”. Begitu pula dengan Rappaport dalam Oos M. Anwas (2013:49) yang menjelaskan bahwa “pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupan”.

Pengertian di atas lebih menekankan pemberdayaan pada pemberian kekuasaan atau wewenang kepada pihak yang tidak berdaya sehingga ia mampu mengatur dirinya sendiri dan menguasai segala potensi yang ada dalam dirinya maupun lingkungannya. Pemberdayaan merupakan suatu upaya yang menjadikan yang tidak berdaya menjadi berdaya, dimana didalamnya terkandung sebuah edukasi yang akan menjadikan kaum yang tidak berdaya memiliki pengetahuan yang luas, terampil, cerdas dalam mengambil peluang, dan berdaya saing.


(38)

Parsons dalam Oos M. Anwas (2013:49) menyatakan bahwa “pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya”. Selanjutnya Ife dalam Oos M. Anwas (2013:49) “pemberdayaan adalah menyiapkan kepada masyarakat berupa sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan keahlian untuk meningkatkan kapasitas diri masyarakat di dalam menentukan masa depan mereka, serta berpartisipasi dan mempengaruhi kehidupan dalam komunitas masyarakat itu sendiri”. Selanjutnya Ife dalam Edi Suharto (2015:59) juga mengemukakan bahwa pemberdayaan memuat dua pengertian kunci, yakni kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan di sini diartikan bukan hanya menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan atau penguasaan klien atas:

1. Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup, yaitu kemampuan dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal, dan pekerjaan.

2. Pendefinisian kebutuhan, yaitu kemampuan menentukan kebutuhan selaras dengan aspirasi dan keinginannya.

3. Ide atau gagasan, yaitu kemampuan mengekspresikan dan menyumbangkan gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpa tekanan.

4. Lembaga-lembaga, yaitu kemampuan menjangkau, menggunakan, dan mempengaruhi pranata-pranata masyarakat, seperti lembaga kesejahteraan sosial, pendidikan, dan kesehatan.

5. Sumber-sumber, yaitu kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal, informal, dan kemasyarakatan.

6. Aktivitas ekonomi, yaitu kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme produksi, distribusi dan pertukaran barang serta jasa.

7. Reproduksi, yaitu kemampuan dalam kaitannya dengan proses kelahiran, perawatan anak, pendidikan dan sosialisasi.


(39)

Berdasarkan definisi di atas menunjukan bahwa pemberdayaan bukan hanya mengajarkan atau sekedar memberikan informasi semata, melainkan pemberdayaan merupakan upaya yang dilakukan dengan ketulusan hati untuk dapat mengarahkan, membina, mendidik, dan membimbing masyarakat yang tidak berdaya sehingga menjadi berdaya, menjadi masyarakat yang lebih mandiri dan mengerti dalam menata kehidupannya menuju kearah yang lebih baik.

Pemberdayaan merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi kemiskinan apabila pelaksanaannya diterapkan dengan benar. Dengan adanya pemberdayaan, masyarakat akan lebih memiliki pengetahuan yang luas untuk dapat menata kehidupannya kearah yang lebih maju. Melalui pemberdayaan, segala potensi yang ada dilingkungan masyarakat akan lebih mudah digali untuk dapat dimanfaatkan pemanfaatannya baik itu potensi sumber daya manusianya maupun potensi sumberdaya alamnya, dengan demikian pemberdyaan mempunyai peranan penting dalam upaya pembangunan.

c.1. Prinsip Pemberdayaan

Pemberdayaan lebih menekankan pada bertumbuhnya rasa percaya diri seseorang sehingga ia mampu menggali dan mengelola segala potensi-potensi yang ada yang mampu menunjang bagi kesejahteraan kehidupannya maupun


(40)

lingkungannya. Berikut ini prinsip-prinsip pelaksanaan pemberdayaan menurut Oos M. Anwas, (2013:58) :

a. Pemberdayaan dilakukan dengan cara yang demokratis dan menghindari unsur paksaan. Setiap individu memiliki hak yang sama untuk berdaya. Setiap individu juga memiliki kebutuhan, masalah, bakat, minat, dan potensi yang berbeda. Unsur-unsur pemaksaan melalui berbagai cara perlu dihindari karena bukan menunjukan ciri dari pemberdayaan.

b. Kegiatan pemberdayaan didasarkan pada kebutuhan, masalah, dan potensi klien/sasaran. Hakekatnya, setiap manusia memiliki kebutuhan dan potensi dalam dirinya. Proses pemberdayaan dimulai dengan menumbuhkan kesadaran kepada sasaran akan potensi dan kebutuhannya yang dapat di kembangkan dan diberdayakan untuk mandiri. Proses pemberdayaan juga dituntut untuk berorientasi kepada kebutuhan dan potensi yang dimiliki sasaran.

c. Sasaran pemberdayaan adalah sebagai objek atau pelaku dalam kegiatan pemberdayaan. Oleh karena itu sasaran menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan tujuan, pendekatan, dan bentuk aktivitas pemberdayaan.

d. Pemberdayaan berarti menumbuhkan kembali nilai, budaya, dan kearifan-kearifan lokal yang memiliki nilai luhur dalam masyarakat.

e. Pemberdayaan merupakan sebuah proses yang memerlukan waktu, sehingga dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan.

f. Kegiatan pendampingan atau pembinaan perlu dilakukan secara bijaksana, bertahap, dan berkesinambungan.

g. Pemberdayaan tidak bisa dilakukan dari salah satu aspek saja, tetapi perlu dilakukan secara holistik terhadap semua aspek kehidupan yang ada dalam masyarakat.

h. Pemberdayaan perlu dilakukan terhadap kaum perempuan terutama remaja dan ibu-ibu muda sebagai potensi besar dalam mendongkrak kualitas kehidupan keluarga dan pengntasan kemiskinan.

i. Pemberdayaan dilakukan agar masyarakat memiliki kebiasaan untuk terus belajar, belajar sepanjang hayat. j. Pemberdayaan perlu memperhatikan adanya keragaman

budaya.

k. Pemberdayaan diarahkan untuk menggerakan partisipasi aktif individu dan masyarakat seluas-luasnya.

l. Klien/sasaran pemberdayaan perlu ditumbuhkan jiwa kewirausahaan sebagai bekal menuju kemandirian.


(41)

m.Agen pemberdayaan atau petugas yang melaksanakan pemberdayaan perlu memiliki kemampuan (kompetensi) yang cukup, dinamis, fleksibel dalam bertindak, serta dapat mengikuti perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat.

n. Pemberdayaan perlu melibatkan berbagai pihak yang ada dan terkait dalam masyarakat, mulai dari unsur pemerintah, tokoh, guru, kader, ulama, pengusaha, LSM, relawan, dan anggota masyarakat lainnya. Semua pihak tersebut dilibatkan sesuai peran, potensi, dan kemampuannya.

Pemberdayaan, dalam pelaksanaannya lebih mengarah kepada pemberian wewenang atau kepercayaan kepada masyarakat, dengan terus memupuk rasa percaya diri dalam setiap individunya agar mereka yakin bahwa mereka dapat merubah kehidupannya kearah yang lebih baik dan menjadi lebih sejahtera, dengan terus memberikan pengarahan dan pengawasan dalam setiap pelaksanaannya. Selain itu, pemberian wewenang atau kepercayaan kepada masyarakat dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berfikir kreatif dalam mengolah potensi yang ada, dengan pemberian wewenang ini juga masyarakat akan lebih bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya.

Kegiatan pemberdayaan, dalam pelaksanaannya diperlukan partisipasi dari masyarakat, karena pemberdayaan tidak akan dapat berjalan sendiri tanpa adanya dukungan dari masyarakat. Masyarakat yang merupakan objek sekaligus pelaku dalam pemberdayaan diharapkan mampu untuk dapat berpartisipasi


(42)

dalam setiap bentuk kegiatannya baik itu dalam proses perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi.

c.2. Strategi Pemberdayaan

Agar suatu pencapaian dapat maksimal maka diperlukan strategi yang tepat. Begitu pula dengan pemberdyaan, perlu adanya strategi yang dapat mendukung tercapainya tujuan dari program pemberdayaan secara maksimal. Keberhasilan pemberdayaan tidak hanya menekankan pada hasil melainkan pada proses, dimana masyarakat dapat berpartisipasi secara menyeluruh yang berbasis pada kebutuhan dan potensi masyarakat, sehingga masyarakat dapat memperoleh pengalaman kerja yang dapat ia terapkan dikemudian hari. Dengan masyarakat berpartisipasi secara aktif berarti pemberdayaan telah berhasil menumbuhkan potensi yang ada dalam diri masyarakat, yang kemudian dapat berdampak baik pada lingkungannya.

Kegiatan pelaksanaan pemberdayaan perlu dilakukan melalui berbagai pendekatan. Suharto dalam Oos M. Anwas (2013:87), mengemukakan bahwa “penerapan pendekatan pemberdayaan dapat dilakukan melalui 5P yaitu pemungkinan, penguatan, perlindungan, penyokongan, dan pemeliharaan”. Berikut ini penjelasannya:


(43)

1. Pemungkinan yaitu, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat dari sekarat-sekarat kultural dan struktur yang menghambat.

2. Penguatan yaitu, memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang kemandirian mereka.

3. Perlindungan yaitu, melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari persaingan yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil.

4. Penyokongan yaitu, memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu menjalankan perannya dan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan. 5. Pemeliharaan yaitu, pemeliharaan kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan berusaha.

Permasalahan masyarakat yang begitu kompleks juga keadaan masyarakat yang begitu beragam dengan pola pikir yang berbeda-beda, menjadikan pengelola pemberdayaan harus mampu menyusun strategi yang tepat untuk diterapkan dalam kondisi yang demikian. Keadaan masyarakat yang penuh dengan keberagaman tentunya dapat menjadi kendala dalam pelaksanaan pemberdayaan, namun yang terpenting adalah bagaimana menjadikan keberagaman tersebut menjadi satu kesatuan yang


(44)

dapat dipadukan untuk mendukung program-program pemberdayaan.

Dubois dan Miley dalam Oos M. Anwas (2013:88) menjelaskan empat cara dalam melakukan pemberdayaan masyarakat, yaitu:

1. Membangun relasi pertolongan yang diwujudkan dalam bentuk merefleksikan respon rasa empati terhadap sasaran, menghargai pilihan dan hak klien/sasaran untuk menentukan nasibnya sendiri (self determination), menghargai perbedaan dan keunikan individu, serta menekankan kerjasama klien (client partnerships).

2. Membangun komunikasi yang diwujudkan dalam bentuk menghormati dan harga diri klien/sasaran, mempertimbangkan keragaman individu, berfokus pada klien/sasaran, serta menjaga kerahasiaan yang dimiliki oleh klien/sasaran.

3. Terlibat dalam pemecahan masalah yang dapat diwujudkan dalam bentuk memperkuat partisipasi klien dalam semua aspek proses pemecahan masalah, menghargai hak-hak klien, merangkai tantangan-tantangan sebagai kesempatan belajar, serta melibatkan klient atau sasaran dalam membuat keputusan dan kegiatan evaluasinya.

4. Merefleksikan sikap dan nilai profesi pekerjaan sosial yang diwujudkan dalam bentuk ketaatan terhadap kode etik profesi, keterlibatan dalam pengembangan profesional, melakukan riset, dan perumusan kebijakan, penerjemahan kesulitan-kesulitan pribadi ke dalam isu-isu publik, serta penghapusan segala bentuk diskriminasi dan tidak kesetaraan kesempatan.

Semua cara atau teknik di atas menunjukan perlu adanya strategi yang tepat untuk melaksanak pemberdayaan di dalam masyarakat yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Kegiatan pemberdayaan pada dasarnya merupakan kegiatan dari, oleh dan untuk masyarakat, maka dari itu untuk menentukan keberhasilan dari pemberdayaan itu sendiri berada pada masyarakatnya sendiri.


(45)

Masyarakat yang sangat heterogen tentunya memiliki pandangan yang berbeda antara satu dengan yang lain, dalam menentukan keberhasilan pemberdayaan, maka dari itu perlu adanya strategi yang tepat yang dapat menyatukan perbedaan tersebut, seperti pembentukan kader-kader pemberdayaan yang dapat menjadi wadah bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya dalam setiap bentuk kegiatan pemberdayaan.

d. Pengertian Masyarakat

Kata masyarakat dalam bahasa inggris, diterjemahkan menjadi dua pengertian, yaitu society dan community. Community menurut Arthur Hilman dalam Abdul Syani (2007:30) “a defition community must be inclusive enough to take account of the variety of both physical and social forms which community take”. Dengan kata lain, masyarakat sebagai community cukup memperhitungkan dua variasi dari suatu yang berhubungan dengan kehidupan bersama antara manusia dan lingkungan alam. Kemudian menurut Hassan Shadily dalam Abdul Syani (2007:30) “community disebut sebagai paguyuban yang memperlihatkan rasa sentimen yang sama seperti terdapat dalam Gemeninschaf dimana anggotanya mencari kepuasan berdasarkan adat kebiasaan dan sentimen (faktor primer), kemudian diikuti atau diperkuat oleh lokalitas (faktor sekunder)”.


(46)

Abdul Syani (2007:30) menjelaskan bahwa masyarakat sebagai community dapat dilihat dari dua sudut pandang:

1. Memandang community sebagai unsur statis, artinya community terbentuk dalam suatu wadah atau tempat dengan batas-batas tertentu, maka ia menunjukan bagian dari kesatuan-kesatuan masyarakat sehingga ia dapat pula disebut sebagai masyarakat setempat, misalnya kampung, dusun atau kota-kota kecil. Masyarakat setempat adalah suatu wadah dan wilayah dari kehidupan sekelompok orang yang ditandai oleh adanya hubungan sosial. Disamping itu dilengkapi pula oleh adanya perasaan sosial, nilai-nilai dan norma-norma yang timbul atas akibat dari adanya pergaulan hidup atau hidup bersama manusia.

2. Community dipandang sebagai unsur yang dinamis, artinya menyangkut suatu proses yang terbentuk melalui faktor psikologis dan hubungan antar manusia, maka didalamnya terkandung unsur-unsur kepentingan, keinginan atau tujuan-tujuan yang sifatnya fungsional.

Abdul Syani (2007:30) juga menjelaskan bahwa “perkataan masyarakat berasal dari kata musyarak (arab), yang artinya bersama-sama, kemudian berubah menjadi masyarakat, yang artinya berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi, selanjutnya mendapat kesepakatan menjadi masyarakat (indonesia)”.

Menurut Auguste Comte dalam Abdul Syani (2007:31) “masyarakat merupakan kelompok-kelompok mahluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan yang tersendiri”. Menurut Hassan Shadily dalam Abdul Syani (2007:31) “masyarakat dapat didefinisikan sebagai golongan besar atau kecil dari beberapa manusia


(47)

yang dengan atau sendirinya bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain.

Ralp Linton dalam Abdul Syani (2007:31) mengemukakan bahwa “masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu”. Sedangkan menurut J.L. Gillin dan J.P. Gillin dalam Abdul Syani (2007:32) “masyarakat adalah kelompok manusia yang tersebar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang hidup bersama dalam suatu kelompok tertentu dengan tujuan yang sama, dimana didalamnya terdapat suatu peraturan-peraturan yang dibentuk untuk mencapai tujuan-tujuan yang dikehendaki. Masyarakat merupakan kumpulan dari individu-individu di mana setiap individu tersebut saling membutuhkan dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Sebagaimana pada hakekatnya manusia adalah mahluk sosial, dimana manusia tidak akan dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain, maka atas dasar tersebutlah manusia membentuk suatu komunitas-komunitas ataupun kelompok-kelompok kehidupan sehingga mereka dapat melengkapi antara satu dengan yang lainnya, bekerjasama, tolong menolong dan saling berinteraksi.


(48)

d.1. Ciri-Ciri dan Unsur-Unsur Masyarakat

Menurut Soerjono Soekanto dalam Abdul Syani (2007:32) menyatakan bahwa sebagai suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk kehidupan bersama manusia, maka masyarakat itu mempunyai ciri-ciri pokok yaitu:

a. Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tidak ada ukuran yang mutlak maupun angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi secara teoritis, angka minimumnya ada dua orang yang hidup bersama.

b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati seperti umpamanya kursi, meja dan sebagainya. Oleh karena dengan berkumpulnya manusia, maka akan timbul manusia-manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti, mereka juga mempunyai keinginan-keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan atau perasaan-perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbullah sistem komunikasi dan timbul peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut.

c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu keasatuan. d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem

kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya.

Pada konsep ini, masyarakat lebih dicirikan pada gambaran secara teoritis dimana suatu kelompok individu dapat disebut dengan masyarakat apabila didalamnya terjadi suatu interaksi antar dua orang atau lebih, yang sepakat untuk hidup bersama dalam kurun waktu yang cukup lama, yang dengan sadar mereka menyadari bahwa mereka merupakan satu kesatuan dan merupakan sistem


(49)

hidup bersama, sehingga timbul ikatan perasaan antara satu dengan yang lainnya.

Menurut Krech dalam Elly M. Setiadi (2012:80) mengemukakan bahwa ciri atau unsur masyarakat terdiri dari:

1. Kumpulan orang

2. Sudah terbentuk dengan lama

3. Sudah memiliki sistem sosial atau struktur sosial tersendiri 4. Memiliki kepercayaan, sikap dan perilaku yang dimiliki

bersama.

Menutut Horton dan Hunt dalam Elly M. Setiadi (2012:82) masyarakat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Kelompok Manusia

2. Sedikit banyak memiliki kebebasan dan bersifat kekal 3. Menempati suatu kawasan

4. Memiliki kebudayaan

5. Memiliki hubungan dengan kelompok yang bersangkutan.

Berdasarkan konsep di atas, menunjukan bahwa masyarakat dicirikan dengan sekumpulan orang atau manusia yang sudah terbentuk dengan waktu yang cukup lama, dengan menempati suatu wilayah tertentu, dan telah memiliki sistem sosial dan struktur sosial. Dengan demikian terbentuklah suatu kebudayaan


(50)

dan kepercayaan yang dapat membentuk sikap dan perilaku sebagai suatu nilai yang dapat terus diamalkan dalam kehidupan.

e. Pengertian Desa

Menurut UU. No. 6 Tahun 2015 desa adalah:

Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisionala yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Desa merupakan suatu wilayah tempat tinggal dimana didalamnya masih terdapat keasrian, terdapat masyarakat yang masih memegang teguh nilai luhur dan kebudayaan. Masyarakat perdesaan pada umumnya dapat memenuhi kebutuhan melalui kegiatan bertani, dan berternak. Desa merupakan suatu tempat dimana di dalamnya terdapat masyarakat yang mempunyai hubungan yang erat antara satu dengan yang lainnya, serta memiliki rasa simpati dan empati yang tinggi terhadap sesamanya.

Pengertian desa menurut UU No. 5 Tahun 1979adalah:

Suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat dan hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.


(51)

Menurut UU No. 22 Tahun 1999 “desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan Nasional dan berada di daerah Kabupaten”.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 ”desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Dapat disimpulkan bahwa desa merupakan unit organisai pemerintahan terendah dari suatu daerah atau kecamatan yang berhak mengatur urusan rumah tangganya sendiri, memiliki masyarakat yang memegang teguh terhadap nilai luhur budaya, dan memiliki rasa persatuan dan kesatuan yang tinggi berdasarkan adat dan hukum adat. Memiliki ikatan yang sangat kuat baik secara lahir dan batin maupun karena persamaan kepentingan antar masyarakat, dan selalu mengutamakan musyawarah dalam setiap pengambilan keputusan dalam pemerintahannya.


(52)

f. Pengertian Kinerja Kader Pemberdayaan Masayarakat Desa

Kinerja kader pemberdayaan masyarakat desa (KPMD) merupakan sebuah proses kerja dari tim kader pemberdayaan masyarakat desa, sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Sedangkan pengertian dari KPMD sendiri adalah sebuah tim yang dibentuk oleh masyarakat melalui musyawarah desa dengan menunjuk satu orang laki-laki dan satu orang perempuan sebagai anggotanya. KPMD bertugas sebagai pendamping masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan/pelestarian dalam sebuah kegiatan pembangunan.

KPMD adalah warga desa terpilih yang memfasilitasi atau memandu masyarakat dalam mengikuti atau melaksanakan tahapan PNPM Mandiri Perdesaan di desa dan kelompok masyarakat pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pemeliharaan/pelestarian. Sebagai kader masyarakat, peran dan tugasnya dalam membantu pengelolaan pembangunan, diharapkan dapat menarik simpati dari masyarakat, bekerja sama dengan baik, serta memberikan pelayanan dengan baik agar masyarakat dapat berpartisipasi secara aktif sehingga pembangunan yang akan dilaksanakan dapat mengenai sasaran dengan tepat dan optimal.

KPMD sebagai agen pemberdyaan dituntut agar memiliki jiwa sosial yang tinggi. Sebagai kader pemberdyaan masyarakat harus dapat melayani masyarakat kapanpun dan dimanapun dengan sepenuh hati, mampu mengarahkan serta membimbing masyarakat dalam proses


(53)

pembangunan, memiliki sikap jujur serta kesukarelaan yang tinggi dalam menjalankan tugasnya. Sebagai kader pemberdayaan masyarakat yang berhubungan langsung dengan masyarakat, KPMD harus mampu mendorong serta menciptakan masyarakat yang mampu melakukan perubahan dalam dirinya sendiri sehingga menjadi pribadi yang lebih mandiri dan berdaya saing. Perubahan ini menyangkut pada aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan yang berguna untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Sebagaimana terkandung dalam UU No. 6 Tahun 2015 Tentang Desa yang menjelaskan bahwa:

Pemberdayaan masyarakat desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa.

Pemberdayaan sebenarnya tidak hanya dapat dilakukan dalam pengentasan kemiskinan saja, namun pemberdayaan seringkali diterapkan untuk menangani masalah kemiskinan. Kegiatan pemberdayaan dinilai sebagai solusi yang tepat dalam penuntasan kemiskinan, karena melalui pemberdayaan, masyarakat tidak hanya mendapatkan peningkatan pendapatannya semata, akan tetapi melalui program pemberdayaan ini masyarakat dapat memperoleh pendidikan, pengalaman, pembinaan serta aspek lain yang dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.


(54)

Program PNPM Mandiri Perdesaan dalam kegiatannya KPMD mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dipikulnya, yaitu sebagai berikut:

1. Memfasilitasi pelaksanaan pendataan RTM dan penyusunan peta sosial pada saat musyawarah dusun.

2. Mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk proses penggalian gagasan, seperti data kelompok masyarakat yang ada di desa, data penduduk miskin, hasil pendataan RTM dan data pendukung lainnya.

3. Menyebarluaskan dan mensosialisasikan PNPM Mandiri Perdesaan kepada masyarakat desa.

4. Memastikan terlaksananya tahap-tahap kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan di desa mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai pelestarian.

5. Mendorong dan memastikan penerapan prinsip-prinsip dan kebijakan PNPM Mandiri Perdesaan setiap tahapan PNPM Mandiri Perdesaan di desa, mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai pelestarian.

6. Mengikuti pertemuan bulanan dengan PL yang difasilitasi oleh Fasilitator Kecamatan untuk membahas kendala dan permasalahan yang muncul serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan.

7. Membantu dan memfasilitasi proses penyelesaian masalah perselisihan di desa.

8. Mengefektifkan penggunaan papan informasi di desa dan dusun.

9. Mendorong masyarakat untuk berperan serta dalam pelaksanaan kegiatan, termasuk dalam pengawasan.

10. Mensosialisasikan sanksi dan keputusan lainnya yang telah ditetapkan dalam Musyawarah Antar Desa dan Musyawarah Desa kepada masyarakat.

(http://upk-pnpmsurade.org/pto-pnpm/penjelasan-pto- pnpm/39-penjelasan-05-pelaku-pnpm-mp/115-kpmd-kader-pemberdayaan-masyarakat-desa.html).

Sebagai kader pemberdayaan yang ditunjuk langsung oleh masyarakat dalam sebuah musyawarah desa, KPMD yang mempunyai andil dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan harus mampu dan bersedia melaksanakan tugasnya serta mengabdi sepenuhnya kepada


(55)

masyarakat demi kemajuan masyarakat dan desanya. Sebagai kader pemberdayaan yang mempunyai tugas baik itu dalam proses perencanaan, pelaksanaan maupun pemeliharaan/pelestarian, terdapat beberapa tahapan-tahapan di dalam melaksanakan tugasnya tersebut, diantaranya:

1. Tahap perencanaan yang meliputi:

a) Menggali gagasan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraanya.

b) Mencatat dan menginventarisir gagasan masyarakat pada waktu penggalian gagasan sebagai bahan untuk pembahasan di musyawarah desa/perencanaan usulan desa. c) Membantu Tim Pengelola Kegiatan dan Kepala Desa mulai

dari persiapan sampai selesainya penyelenggaraan pertemuan musyawarah di desa.

d) Memfasilitasi pertemuan-pertemuan musyawarah desa e) Menyusun usulan desa bersama Tim Penulis Usulan.

f) Melakukan survey dan mengumpulkan data pendukung usulan, termasuk kesediaan swadaya, perkiraan jumlah penerima manfaat, perkiraan besarnya biaya kegiatan sebagai bahan penulisan usulan.

g) Menginformasikan kepada masyarakat hasil keputusan musyawarah antar desa prioritas usulan dan penetapan usulan yang didanai PNPM Mandiri Perdesaan.

h) Membantu Fasilitator Kecamatan dalam memfasilitasi proses penyusunan desain dan rencana anggaran biaya kegiatan yang masuk prioritas untuk didanai.

2. Tahap pelaksanaan yang meliputi:

a) Membantu Tim Pengelola Kegiatan dalam penyelenggaraan Musdes Pertanggung jawaban dan Musyawarah Desa Serah Terima (MDST).

b) Memfasilitasi masyarakat dalam Musdes Pertanggung jawaban dan MDST.

c) Memberikan masukan dan bimbingan teknis yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan. d) Membantu TPK dalam pembuatan administrasi yang tertib

dan benar.

e) Memfasilitasi dan mendorong masyarakat dalam memenuhi apa yang menjadi hak dan kewajibannya,


(56)

termasuk dalam kesediaan adanya swadaya dan pengembalian pinjaman dalam kaitan kelompok SPP maupun pinjaman perguliran.

f) Membantu TPK dalam melakukan pengawasan dan pengendalian mutu pelaksanaan kegiatan simpan pinjam perempuan, pendidikan, kesehatan dan pelatihan peningkatan ketrampilan usaha kelompok.

g) Membantu TPK dalam pengawasan pekerjaan di lapangan, pengendalian kualitas dan produktifitas pekerjaan kegiatan prasarana.

h) Membantu TPK untuk memfasilitasi proses pengadaan barang dan alat.

i) Membantu mengawasi pekerjaan di lapangan, terutama pengendalian kualitas dan produktifitas pekerjaan, seperti mencatat pekerjaan-pekerjaan yang tidak sesuai dan melaporkan kepada TPK dan Fasilitator Kecamatan.

3. Tahap pelestarian yang meliputi:

a) Memfasilitasi masyarakat desa dalam pengajuan usulan dari dana pengembalian pinjaman bergulir.

b) Memfasilitasi masyarakat desa agar tetap berpedoman pada prinsip dan tujuan PNPM Mandiri Perdesaan dalam memanfaatkan dana bergulir.

c) Membangkitkan motivasi masyarakat dalam pelestarian dan pengembangan hasil kegiatan.

d) Membantu TPK dalam pembentukan tim pemelihara dan kelompok pemeliharaan.

e) Memantau hasil dan operasional kegiatan serta kondisi kegiatan prasarana yang telah dibangun terutama bagian mana yang membutuhkan pemeliharaan.

f) Memfasilitasi proses pemeliharaan terhadap prasarana yang dibangun.

(http://upk-pnpmsurade.org/pto-pnpm/penjelasan-pto pnpm/39-penjelasan-05-pelaku-pnpm-mp/115-kpmd-kader-pemberdayaan-masyarakat-desa.html).

Sebagai kader pemberdayaan, KPMD didalamnya harus terdiri dari orang yang memiliki kompeten, agar tujuan dari pemberdayaan yaitu memberdyakan masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya dapat terrealisasi dengan baik. Dengan kompeten yang dimiliki diharapkan KPMD mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawababnya dengan


(57)

penuh tanggung jawab, jujur, serta mampu membimbing serta membina hubungan yang baik dengan masyarakat.

2. Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan PNPM MP

a. Pengertian Partisipasi Masyarakat

Manusia sebagai mahluk sosial senantiasa diharapkan saling berhubungan baik terhadap sesamanya, memiliki rasa kebersamaan, toleransi, menghargai dan menghormati sesama, hidup tolong menolong, saling bekerja sama dan gotong royong, serta tidak melakukan tindakan yang dapat merugikan orang lain. Begitu pula halnya dalam melaksanakan tugas kehidupan dan pembangunan bangsanya, manusia dituntut untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan. Partisipasi masyarakat merupakan unsur yang tak dapat dipisahkan dalam proses pembangunan itu sendiri, baik itu berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan, pemanfaatan, maupun dalam pengevaluasian.

Masyarakat yang partisipatif adalah masyarakat yang mampu berperan secara aktif dalam segala bentuk pembangunan dan pemerintahan yang ada di wilayah atau desa dimana ia berada, mampu mengkondisikan dirinya untuk dapat menemukan jalan terbaik atau alternatif-alternatif yang dapat mendukung pembangunan, mampu mengembangkan potensi diri dan linkungan alam, tidak egois dan


(58)

selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan sebagai pedoman dalam kehidupan bermasyarakat.

Menurut Verhangen dalam Kiki Apriandi (2012:11) “partisipasi merupakan bentuk keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu”. Keikutsertaan atau keterlibatan individu atau masyarakat disini artinya bahwa individu atau masyarakat mampu ikut berperan serta secara aktif dalam suatu kegiatan yang ada didalam suatu organisasi ataupun suatu kegiatan tertentu, dengan ikut serta atau terlibat langsung dalam proses perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi dari kegiatan tersebut.

Menurut Wazir (1999:29) “partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu”. Dengan demikian, partisipasi dapat diartikan sebagai bagian dari wujud nyata kinerja seseorang untuk kepentingan kelompoknya atau kepentingan bersama yang di lakukan dengan sungguh-sungguh yang muncul atas kemauan atau kesadaran dari dalam dirinya sendiri tanpa adanya paksaan dari orang lain. Kemudian Isbandi Rukminto Adi (2007:27) mendefinisikan partisipasi masyarakat sebagai berikut:

Partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif sosial untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya


(59)

mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses pengevaluasi perubahan yang terjadi.

Masyarakat merupakan salah satu bagian penting yang mempunyai pengaruh besar dalam pembangunan, untuk itu setiap individu dari masyarakat harus mempunyai kesadaran akan keberadaannya tersebut, sehingga timbul kesadaran untuk bersama-sama melaksanakan pembangunan bangsa. Kesadaran serta kemauan masyarakat untuk berpartisipasi merupakan modal utama dalam pelaksana pembangunan. Tanpa adanya dorongan, semangat, dukungan serta keikutsertaan masyarakat maka pembangunan tidak akan terlaksana dengan baik.

Masyarakat yang mempunyai andil yang cukup besar dalam pelaksanaan pembangunan diharapkan mampu berpartisipasi secara utuh dan menyeluruh serta bertanggung jawab dalam setiap bentuk kegiatan yang ia laksanakan, dengan tumbuhnya rasa tanggung jawab dalam diri masyarakat maka timbul perasaan bahwa tugas membangun bangsa bukan hanya tugas pemerintah semata melainkan menjadi tugas dari masyarakatnya pula.

Diana Conyers (1991:154-155) mengemukakan pentingnya partisipasi sebagai berikut:

1. Pertisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal.

2. Masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan


(60)

dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut.

3. Bahwa merupakan hak suatu demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang secara aktif dalam sebuah proses pembangunan ataupun sebuah kegiatan yang dapat diwujudkan melalui tenaga, pemikiran, pemberian harta benda dan lain sebagainya yang dapat menunjang terlaksannya sebuah kegiatan. Dengan demikian partisipasi masyarakat merupakan hal utama yang perlu diperhatikan dan perlu untuk terus ditingkatkan. Mengingat keikutsertaannya sangat mempengaruhi keberhasilan suatu program pembangunan.

a.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat

Sebuah program pembangunan dalam pelaksanaannya tidak semuanya dapat berjalan dengan baik, akan tetapi terdapat beberapa faktor yang yang dapat menunjang keberhasilan suatu program maupun fakto-faktor yang dapat menjadi penghambat dalam pelaksanaan suatu program, baik itu secara fisik, moril, dan materil. Berikut ini di kemukakan oleh Angell dalam Kiki Apriandi (2012:17) bahwa partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya:


(61)

1. Usia

Faktor usia merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat, apabila dalam suatu daerah tertentu terdapat banyak masyarakat dengan usia produktif yang cukup tinggi maka tingkat partisipasi pun akan cukup tinggi, karena pada usia produktif ini masyarakat masih mempunyai semangat kerja serta antusias yang tinggi.

2. Jenis kelamin

Dilihat dari segi kekuatan fisik kaum laki-laki memang terlihat lebih kuat sehingga pengaruhnya dalam pelaksanaan pembangunan tergolong lebih besar jika dibandingkan dengan kaum perempuan, namun pernyataan tersebut hanyalah pandangan orang-orang terdahulu yang hanya memandang dari segi fisiknya saja. Saat ini keberadaan kaum perempuan sudah mulai diperhitungkan sejak adanya kesetaraan gender dan emansipasi wanita yang memberikan kesempatan bagi kaum perempuan untuk memperoleh kedudukan yang setara dengan laki-laki.

3. Pendidikan

Pendidikan jelas sangat berpengaruh dalam proses partisipasi, melalui pendidikan seseorang akan menjadi lebih matang dalam pola pikirnya, memiliki pengetahuan yang luas serta lebih bijak dalam pengambilan suatu keputusan. Seseorang


(62)

yang memiliki pendidikan juga dianggap dapat mempengaruhi kehidupan sosial dilingkungannya secara positif. Sehingga keberadaannya sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan pembangunan.

4. Pekerjaan dan penghasilan

Setiap masyarakat mempunyai jenis pekerjaan yang berbeda-beda dengan penghasilan yang berberbeda-beda-berbeda-beda pula, yang tentunya dapat mempengaruhi tingkat partisipasi, dimana apabila perolehan penghasilan dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari maka ia sudah termasuk berpartisipasi dalam pembangunan. Untuk berpartisipasi masyarakat dapat menyalurkannya melalui harta, tenaga, pemikiran atau ide, serta waktu.

5. Lamanya tinggal

Orang yang lebih lama menetap disuatu daerah tentunya ia akan lebih banyak mempunyai pengalaman serta lebih memiliki pengetahuan tentang seluk beluk lingkunannya. Semakin lama seseorang tinggal maka rasa memilikinya akan semaking tinggi sehingga hal tersebut tetunya berpengaruh terhadap proses partisipasi.


(1)

74

Perdesaan di Desa Sumanda, Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus Tahun 2015.

3. Melakukan konsultasi angket yang akan digunakan untuk meneliti kepada pembimbing I dan pembimbing II guna mendapatkan persetujuan.

4. Setelah angket disetujui oleh pembimbing I dan pembimbing II, kemudian angket siap disebarkan, selanjutnya peneliti mengadakan uji coba kepada 10 (sepuluh) orang responden di luar sampel yang sebenarnya.

5. Setelah angket dinyatakan dapat untuk digunakan untuk melakukan penelitian, selanjutnya angket disebar kepada 30 responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini.


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kinerja Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Sumanda Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus Tahun 2015.

Hal ini dapat di lihat berdasarkan hasil pengujian pada variabel kinerja Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) melalui beberapa indikator yang meliputi indikator perencanaan program PNPM Mandiri Perdesaan menyatakan kinerja Keder Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) masuk dalam kategori Kurang Baik, pada indikator pelaksanaan program PNPM Mandiri Perdesaan menyatakan kinerja Keder Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) masuk dalam kategori Kurang Baik, dan pada indikator pelestarian program PNPM Mandiri Perdesaan juga menyatakan kinerja Keder Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) masuk dalam kategori Kurang Baik.


(3)

124

Berdasarkan hasil pengujian pada variabel tingkat partisipasi masyarakat melalui beberapa indikator yang meliputi menghadiri setiap pertemuan musyawarah menyatakan bahwa tingkat partisipasi masyarakat masuk dalam kategori sedang, pada indikator bergotong royong dalam membangun sarana dan prasarana masuk dalam kategori rendah, dan pada indikator turut memelihara sarana dan prasarana masuk dalam kategori sedang.

Berdasarkan analisis data menunjukkan terdapat pengaruh antara kinerja Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Sumanda, Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus Tahun 2015, ini dibuktikan dengan hasil perhitungan yang menggunakan rumus Chi Kuadrat. Maka diperoleh hasil x² = 18,79 dengan koefisien kontigensi C = 0,61 dan Cmaks = 0,81 dan terletak pada keeratan 0,60 – 0,79 (kategori kuat) sehingga dari hasil pengujian tersebut diketahui bahwa terdapat pengaruh antara kinerja Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Sumanda, Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus Tahun 2015.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas dan berdasarkan pengamatan penulis, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Kepada Tim Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) diharapkan untuk dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan tugas dan tanggung


(4)

125

jawabnya. Dapat membimbing masyarakat dengan baik serta dapat bekerja sama dengan Tim PNPM Mandiri Perdesaan yang lain dengan baik, bersikap terbuka dan demokratis.

2. Kepada seluruh masyarakat diharapkan mampu berkontribusi sepenuhnya dalam upaya pembangunan melalui PNPM Mandiri Perdesaan baik berkontribusi melalui materi, tenaga, maupun pemikiran. Bersikap kritis dan demokratis.

3. Kepada aparatur desa diharapkan dapat bekerjasama dengan baik dengan seluruh Tim PNPM Mandiri Perdesaan dan masyarakat serta dapat mendukung sepenuhnya terkait dengan program pembangunan yang akan disepakati bersama.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 2007.Sosiologi, Skematik, Teori, Dan Terapan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Adi, isbandi Rukminto. 2007.Perencanaan Partisipatoris Berbasis Aset Komunitas: dari Pemikiran Menuju Penerapan. FISIP UI Press. Depok. Anwas, Oos M. 2013.Pemberdayaan Masyarakat Di Era Global. Bandung: Alfa

Beta.

Apriandi, Kiki. 2012.Pengaruh Pandangan Matrealistis Dan Sikap Individualistis Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan

Kegiatan Gotong Royong Di Kelurahan Way Halim Permai RT 08 Kecamatan Sukarame Bandar Lampung Tahun 2012. Tidak diterbitkan

Arikunto, Suharsimi. 2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

………. 1998.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bina Aksara.

Conyers, Diana. 1991.Perencanaan Sosial di Dunia ketiga. UGM Pers. Yogyakarta.

Gomes, Faustino C. 2005.Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Andi. Yogyakarta.

http://bapemas.jatimprov.go.id/index.php/pnpm-mpd http://id.wikipedia.org/wiki/Kader

http://upk-pnpmsurade.org/pto-pnpm/penjelasan-pto-pnpm/39-penjelasan-05-pelaku-pnpm-mp/115-kpmd-kader-pemberdayaan-masyarakat-desa.html Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. 2004.Manajemen Sumber Daya Manusia

Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Martono, Nanang. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif (Analisis Isi dan Data Sekunder). Jakarta: PT Rajawali Pers.


(6)

Notoatmodjo. 2009.Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta. Rineka Cipta.

Setiadi, Elly M. 2012.Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Prenada Media Group. Sugiono. 2004.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suharto, Edy. 2014.Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan

Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Tim Redaksi Nuansa Aulia. 2014.Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Desa. Bandung: CV Nuansa Aulia.

Uha, Nawawi Ismail. 2013.Budaya Organisasi Kepemimpinan Dan Kinerja, Proses Terbentuk, Tumbuh Kembang, Dinamika, Dan Kinerja Organisasi. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Wazir Ws. 1999.Panduan Penguatan Menejemen Lembaga Swadaya Masyarakat. Sekretariat Bina Desa. Jakarta.


Dokumen yang terkait

PENGARUH TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN PEMBANGUNAN MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) DI KECAMATAN LAGUBOTI TOBA SAMOSIR

0 65 7

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Kampung Bilah Kecamatan Bilah Hilir Kabupaten Labuhan Batu

0 57 124

Efektifitas Pelaksanaan Program Pinjaman Bergulir (PNPM Mandiri Perkotaan) di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat Kota Medan

0 27 245

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri Pedesaan terhadap Pembangunan Desa di desa Suka Damai.

12 108 132

Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Nasional (PNPM) Mandiri Perdesaan (Studi Deskriftif di Kelurahan Aek Simotung, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara)

0 62 148

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP)Di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

4 84 264

Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) (Studi Kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 46 125

PERANAN KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA (KPMD) DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) DI KECAMATAN WONOSOBO KABUPATEN TANGGAMUS

0 17 83

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) DAN PARTISIPASI MASYARAKAT Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) dan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Sooka, Kecamatan

0 0 16

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) DAN PARTISIPASI MASYARAKAT Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) dan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Sooka, Kecamatan

0 1 17