HUKUM INTERNASIONAL 015

1. Sengketa Internasional antara Jepang Dan Korea
Penyebab :
Perebutan kepemilikan Pulau Daioyu/Senkaku antara China-Jepang telah
berlangsung sejak tahun 1969. Sengketa ini diawali ketika ECAFE menyatakan
bahwa diperairan sekitar Pulau Daioyu/Senkaku terkandung hidrokarbon dalam
jumlah besar. Kemudian pada tahun 1970, Jepang dan Amerika Serikat
menandatangani

perjanjian

pengembalian

Okinawa,

termasuk

pulau

Daioyu/Senkaku kepada Jepang. Hal inilah yang kemudian diprotes China, karena
China merasa bahwa pulau tersebut adalah miliknya.Sengketa ini semakin
berkembang pada tahun 1978, ketika Jepang membangun mercusuar di Pulau

Daioyu untuk melegitimasi pulau tersebut.
Ketegangan ini berlanjut ketika Jepang mengusir kapal Taiwan dari perairan
Daioyu. Meskipun protes yang terus menerus dari China maupun Taiwan, namun
tahun 1990an Jepang kembali memperbaiki mercusuar yang telah dibangun oleh
kelompok kanan Jepang di Daiyou. Secara resmi
Penyelesaian :
China memprotes tindakan Jepang atas Pulau tersebut. Sampai saat ini
permasalahan ini belum dapat diselesaikan. Kedua negara telah mengadakan
pertemuan untuk membicarakan dan menyelesaikan sengketa. Namun dari
beberapa kali pertemuan yang telah dilakukan belum ada penyelesaian, karena
kedua negara bersikeras bahwa pulau tersebut merupakan bagian kedaulatan dari
negara mereka, akibat overlapping antara ZEE Jepang dan landas kontinen China.
Hal inilah yang belum terjawab oleh Hukum laut 1982. Meskipun saat ini banyak
yang menggunakan pendekatan median/equidistance line untuk pembagian wilayah
yang saling tumpang tindih, namun belum dapat menyelesaikan perebutan antara
kedua negara, karena adanya perbedaan interpretasi terhadap definisi equidistance
line.
Alternatif lain juga telah ditawarkan untuk penyelesaian konflik, yaitu melalui
pengelolaan bersama (JDA, Joint Development Agreement). Sebenarnya dengan
pengelolaan bersama tidak hanya akan menyelesaikan sengketa perbatasan laut

kedua negara, tetapi memiliki unsur politis. Hal ini akan memperbaiki hubungan
China-Jepang, karena menyangkut kepentingan kedua negara, sehingga kedua
negara harus selalu menjaga hubungan baik agar kesepakatan dapat berjalan
dengan baik. Namun sayangnya tawaran ini ditolak China, padahal sebenarnya

kesepakatan ini dapat digunakan untuk membangun masa depan yang cerah
bersama Jepang.Melihat sulitnya dicapai kesepakatan China-Jepang, alternatif
penyelesaian akhir yang harus ditempuh adalah melalui Mahkamah Internasional.
Namun penyelesaian tersebut cukup beresiko, karena hasilnya akan take all or
nothing.
2. Sengketa Internasional antar Irak dan Kuwait
Penyebab :
Invasi Irak ke Kuwait disebabkan oleh kemerosotan ekonomi Irak setelah
Perang Delapan Tahun dengan Iran dalam perang Iran-Irak. Irak sangat
membutuhkan petro dolar sebagai pemasukan ekonominya sementara rendahnya
harga petro dolar akibat kelebihan produksi minyak oleh Kuwait serta Uni Emirat
Arab yang dianggap Saddam Hussein sebagai perang ekonomi serta perselisihan
atas Ladang Minyak Rumeyla sekalipun pada pasca-perang melawan Iran, Kuwait
membantu Irak dengan mengirimkan suplai minyak secara gratis. Selain itu, Irak
mengangkat masalah perselisihan perbatasan akibat warisan Inggris dalam

pembagian kekuasaan setelah jatuhnya pemerintahan Usmaniyah Turki.
Penyelesaian:
Dewan Keamanan PBB mengambil hak veto. Israel diminta Amerika Serikat
untuk tidak mengambil serangan balasan atas Irak untuk menghindari berbaliknya
kekuatan militer Negara Negara Arab yang dikhawatirkan akan mengubah jalannya
peperangan. Pada tanggal 27 Februari 1991 pasukan Koalisi berhasil membebaskan
Kuwait dan Presiden Bush menyatakan perang selesai.
3. Sengketa Internasional antara Indonesia dan Timor Leste
Penyebab :
Klaim wilayah Indonesia, ternyata bukan hanya dilakukan oleh Malaysia,
tetapi juga oleh Timor Leste, negara yang baru berdiri sejak lepas dari Negara
KesatuanRepublik Indonesia pada tahun 1999. Klaim wilayah Indonesia ini dilakukan
oleh sebagian warga Timor Leste tepatnya di perbatasan wilayah Timor Leste
dengan wilayah Indonesia, yaitu perbatasan antara Kabupaten Timor Tengah Utara
(RI) dengan Timor Leste.
Penyelesaian :

Permasalahan perbatasan antara RI dan Timor Leste itu kini sedang dalam
rencana untuk dikoordinasikan antara Pemerintah RI dengan Pemerintah Timor
Leste dan kemungkinan akan dibawa ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk

mendapatkan penyelesaian.Masalah perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste,
khususnya di lima titik yang hingga kini belum diselesaikan akan dibawa ke
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Lima titik tersebut adalah Imbate, Sumkaem, Haumeniana, Nimlat, dan Tubu
Banat, yang memiliki luas 1.301 hektare (ha) dan sedang dikuasai warga Timor
Leste. Tiga titik diantaranya terdapat di perbatasan Kabupaten Belu dan dua di
perbatasan Timor Leste dengan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).Berlarutnya
penyelesaian lima titik di perbatasan tersebut mengakibatkan penetapan batas laut
kedua negara belum bisa dilakukan. Di lima titik tersebut, ada dua hal yang belum
disepakati warga dari kedua negara yakni:
Penetapan batas apakah mengikuti alur sungai terdalam, dan persoalan
pembagian tanah. Semula, pemerintah Indonesia dan Timor Leste sepakat batas
kedua negara adalah alur sungai terdalam, tetapi tidak disepakati warga, karena alur
sungai selalu berubah-ubahSelain itu, ternak milik warga di perbatasan tersebut
minum air di sungai yang berada di tapal batas kedua negara.
Jika sapi melewati batas sungai terdalam, warga tidak bisa menghalaunya
kembali, karena melanggar batas negara.warga kedua negara yang bermukim di
perbatasan harus rela membagi tanah ulayat mereka, karena menyangkut persoalan
batas Negara.
4. Sengketa Internasional antara Thailand dan Kamboja

Penyebab :
Sengketa Sengketa Kuil Preah Vihear sejak 1962 telah memicu konflik
berdarah antara Thailand dan Kamboja. Konflik akibat sengketa kuil tersebut
kembali pecah pada 22 April lalu. Pemerintah Kamboja dan Thailand mengklaim
bahwa kuil tersebut milik kedua negara. Pada tahun 1962, Mahkamah Internasional
di Den Haag memutuskan bahwa candi dari abad ke-11 itu milik Kamboja. Namun
gerbang utama candi tersebut berada di wilayah Thailand. Hingga kini, masih tetap
terjadi baku tembak di perbatasan dekat candi antara kedua belah pihak, sampa
saat ini 18 Prajurit kedua belah pihak dinyatakan tewas dan memicu lebih dari 50
ribu warga dievakuasi ke pusat-pusat pengungsian.

Thailand dan Kamboja juga saling tuding mengenai siapa yang pertama kali
menarik pelatuk senjata. Menurut Pemerintah Thailand, insiden dimulai ketika
pasukan Kamboja menembaki pihak Thailand. Sedangkan menurut Pemerintah
Kamboja, Militer Thailand melanggar garis perbatasan dan menyerang pos militer
kami di sepanjang perbatasan dari Ta Krabey hingga wilayah Chub Koki yang
berada jauh di tengah wilayah Kamboja. Tujuannya untuk mengambil alih kedua
candi yang diklaim milik Kamboja.
Penyelesaian :
Pemerintah Kamboja memilih jalan meminta bantuan pengadilan tertinggi

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Negara itu meminta pengadilan internasional
memerintahkan Thailand menarik tentaranya dan menghentikan aktivitas militer
mereka di sekitar kuil yang menjadi lokasi sengketa. Thailand dan Kamboja
selanjutnya meminta kesediaan Indonesia berperan sebagai penengah konflik yang
terjadi di antara keduanya. Permintaan ini disambut baik Pemerintah Indonesia dan
diwujudkan dengan cara membentuk tim peninjau. Komposisi tim peninjau terdiri dari
unsur sipil dan militer, yakni dari staf Kementerian Luar Negeri bekerja sama dengan
staf dari Kementerian Pertahanan serta perwira militer TNI.
Indonesia sebagai ketua ASEAN sejak awal terjadinya bentrokan telah turut
andil dalam upaya mendamaikan kedua negara. Peran serta Indonesia didukung
penuh oleh Kamboja yang menyetujui rencana pengiriman tim peninjau dari
Indonesia untuk mengawasi gencatan senjata. Namun pada akhirnya pihak Thailand
menentang yang mengatakan bahwa permasalahan perbatasan seharusnya adalah
masalah bilateral dan tidak melibatkan pihak ketiga.
Konflik Kamboja-Thailand ini juga menjadi pembahasan dalam pertemuan
KTT ASEAN ke-18 di Jakarta. Pada tanggal 7-8 di Istana Bogor. Perundingan
tersebut tidak menghasilkan kesepakatan apapun. Hal ini dikarenakan Thailand
menolak tiga permintaan Kamboja terkait usaha demokrasi perbatasan.
Salah satu tuntutan Kamboja untuk Thailand adalah diadakannya kembali
pertemuan pembahasan perbatasan atau pertemuan Joint Border Commission

(JBC) di Indonesia. Indonesia dipilih sebagai tempat pertemuan JBC karena
Indonesia sebagai ketua ASEAN telah diberi mandat oleh Dewan Keamanan PBB
untuk menengahi perselisihan kedua Negara. Pihak Thailand menolak hal ini.
Mereka menginginkan JBC hanya dilakukan oleh kedua negara (Kamboja dan
Thailand), tanpa peran Indonesia.

Tuntutan lain yang ditolak Thailand adalah dikirimkannya tim teknis dari
Kamboja ke 23 titik perbatasan yang dipersengketakan kedua negara, dan
dilakukannya foto pemetaan wilayah untuk mengidentifikasi pilar perbatasan.
Thailand menolak memenuhi tuntutan tersebut ialah karena mereka harus terlebih
dahulu mengajukan hal itu kepada parlemen Thailand untuk diratifikasi. Thailand
berprinsip, tuntutan baru dapat dipenuhi apabila ratifikasi telah dilakukan. Di sisi lain,
Kamboja menilai permintaan izin kepada parlemen Thailand adalah prosedur yang
terlalu lama dan bertele-tele.

Menurut Kamboja, itulah sebabnya hingga kini

perundingan perbatasan antarkedua negara tidak pernah rampung. Kamboja pun
menuduh Thailand tidak serius menerapkan diplomasi damai dalam berunding.
5. Sengketa Internasional antara Israel dan Palestina

Penyebab :
Dimulai setelah perang dunia kedua. ketika masyarakat israel (yahudi)
berpikir untuk memiliki negara sendiri. (menurut sejarah mereka keluar dari tanah
israel setelah perang salib karena dituduh pro-kristen oleh tentara islam, yang
kemudian ditinggali oleh orang-orang filistin atau palestine).Pikiran berbentuk
zionisme yang didorong oleh genosida oleh NAZI pada perang dunia kedua. pilihan
letak negara itu tentu saja adalah tanah leluhur mereka yang pada saat itu
merupakan tanah jajahan inggris. karena secara leluhur mereka memilikinya tapi
juga secara religius beberapa tempat keagamaan Yahudi ada disana.Meskipun tidak
secara terbuka, negara-negara barat setuju dan mendukung(alasannya karena
sebelum orang palestina tinggal disana, tanah itu adalah milik israel). sebaliknya
negara-negara arab berargumen bahwa adalah karena jerman yang melakukan
genosida maka tanah jermanlah yang harus disisihkan untuk dijadikan negara
yahudi. Dibalik semua intrik politik dan keuntungan dan kerugian politik, strategis ,
dll. inggris secara sukarela mundur dari negara dan memberikan siapa saja untuk
mengklaimnya.

berhubung

israel


lebih

siap

maka

mereka

lebih

dahulu

memproklamasikan negara.
Sebaliknya orang-orang palestina yang telah tinggal dan besar disana tidak
mau terima mejadi bagian negara Yahudi (dalam literatur doktrin Islam pemimpin
negara harus seorang Muslim), sehingga bangsa Israel kemudian melihat orang
palestina sebagai ancaman dalam negeri, begitu juga dengan bangsa palestina yang
menganggap Israel sebagai penjajah baru. Hasilnya perang dan konflik yang telah


berbelit-belit. yang sebenarnya adalah urusan antara dua negara/bangsa menjadi
konflik antara agama (Yahudi vs. Islam) belum lagi stabilitas kawasan timur tengah
dan ikut campur Amerika dengan kebijakan MINYAK mereka. Sampai saat ini belum
ada penyelesaiannya.
6. Sengketa Internasional antara Georgia , Republik Abkhazia dan Republik
Ossetia Selatan
Abkhazia dan Ossetia Selatan adalah dua negara republik pecahan Georgia
di Kaukasus. Keduanya telah berupaya melepaskan diri dari Georgia sejak tahun
1920-an. Setelah Revolusi Rusia tahun 1917, Abkhazia dan Ossetia Selatan
ditetapkan sebagai dua republik otonom yang merupakan bagian dari Georgia dan
termasuk di dalam wilayah Uni Soviet. Namun setelah perang tahun 1920-an,
Abkhazia dan Ossetia Selatan mendeklarasikan kemerdekaannya pada 1923 dan
1922. Masalah kedaulatan keduanya semakin kompleks di masa keruntuhan Uni
Soviet dan Georgia mendeklarasikan independensinya yang akhirnya berujung pada
perang di tahun 1992 dan 2008. Rusia pada akhirnya mengakui kedua republik
tersebut sebagai negara yang terpisah dan berdiri sendiri. Namun PBB, Uni Eropa
dan NATO menolak mengakui kedaulatan Abkhazia dan Ossetia Selatan.
7. Sengketa Internasional antara Republik Serbia dan Republik Kosovo
Keruntuhan negara sosialis di tahun 1990-an juga berpengaruh pada
Yugoslavia. Pada masa keruntuhan Yugoslavia, terbentuk lima negara baru; BosniaHerzegovina, Kroasia, Makedonia, Slovenia, dan Republik Federasi Yugoslavia yang

menaungi daerah otonomi Kosovo. Pada tahun 1998-1999 pecah perang ketika
"Kosovo Liberation Army" menuntut kemerdekaan dari RF Yugoslavia. Setelah
perang berakhir, RF Yugoslavia melepas semua klaimnya atas Kosovo dan
menerimanya sebagai wilayah yang diawasi PBB. Pada tahun 2006, RF Yugoslavia
pecah menjadi Serbia dan Montenegro, sementara Kosovo mendeklarasikan
kemerdekaannya dari Serbia pada 17 Februari 2008 dengan memilih Pristina
sebagai ibukota. Kosovo diakui secara resmi sebagai sebuah negara oleh 80 negara
anggota PBB plus Taiwan. Meski telah menjadi anggota IMF dan Bank Dunia, status
Kosovo sampai saat ini masih belum diakui sebagai negara berdaulat secara
sepenuhnya.

8. Sengketa Internasional antara

Maroko dan Republik Demokratik Arab

Sahrawi
Sahara Barat berada di wilayah Afrika yang dikelilingi Maroko, Algeria, dan
Mauritania. Wilayahnya sebagian besar terdiri atas padang pasir sehingga
populasinya pun hanya sekitar 500 ribu penduduk yang sebagian besar tinggal di
kota. Pada awalnya, Sahara Barat berada di bawah kekuasaan Imperium Spanyol.
Namun setelah Kesepakatan Madrid pada tahun 1975, ketika Spanyol sepakat untuk
mengakhiri keberadaannya di wilayah itu, Sahara Barat diklaim oleh Maroko dan
Republik Demokratik Arab Sahrawi (RDAS). Sebanyak 20-25% wilayah Sahara
Barat berada di bawah kekuasaan RDAS sementara Maroko mengontrol selebihnya.
Kekuasaan RDAS diakui oleh 58 provinsi sedangkan 22 provinsi lain menarik
dukungan meerka dan 12 lainnya baru akan menentukan sikap setelah referendum
PBB. Namun hingga saat ini, PBB tidak mengakui Sahara Barat sebagai negara
berdaulat di bawah pemerintahan RDAS.
9. Sengketa Internasional antara Spanyol dan Inggris
Wilayah Gibraltar telah jadi sengketa sejak bertahun-tahun lalu. Posisinya
yang strategis di Selat Gibraltar memungkinkan akses ke Laut Tengah dan Suez,
yang merupakan jalur penting pelayaran dan perdagangan internasional. Saat ini,
kendali militer selat itu dipegang oleh Inggris dan Maroko meskipun Spanyol memiliki
pangkalan militer yang cukup besar di area yang sama. Awalnya, Gibraltar dikuasai
oleh kekuatan Anglo-Belanda pada tahun 1704. Kemudian pada tahun 1713 Spanyol
menyerahkannya pada Inggris melalui Perjanjian Utrecht. Sejak itu, Spanyol tiga kali
berusaha mengambil alih kembali Gibraltar namun tidak berhasil. Referendum yang
diadakan pada 1967 dan 2002 yang bertujuan untuk mengembalikan wilayah itu ke
Spanyol, justru menghasilkan sebaliknya, 99% penduduk memilih untuk tetap
berada di bawah kekuasaan Inggris. Memang tidak ada ketegangan berarti antara
Spanyol dan Inggris terkait klaim wilayah ini, namun Spanyol tetap tidak mau
melepaskan kekuasaan politiknya atas Gibraltar.
10. Sengketa Internasional antara Argentina dan Inggris Raya
Kepulauan ini terkait erat dengan Kepualaun Falkland yang juga menjadi
sumber keretakan hubungan Argentina dan Inggris. Sejak James Cook mendarat di
Georgia Selatan pada tahun 1775 dan Kepulauan Sandwich pada tahun 1908,

Inggris menganeksasi keduanya pada 1908. Sedangkan Argentina mengklaim
kekuasaannya berdasarkan keberadaan perusahaan penangkapan paus yang mulai
beroperasi tahun 1908 di Georgia Selatan, namun telah menandatangani perjanjian
sewa kepada pemerintah Kepulauan Falkland sejak tahun 1906. Pada tahun 1985,
Georgia Selatan dan Kepualauan Sandwich Selatan resmi menjadi wilayah luar
negeri Inggris. Namun Argentina tetap melanjutkan klaim kedaulatannya atas kedua
wilayah kepualauan itu. Perkembangan terbaru pada tahun 2010, Presiden
Venezuela, Hugo Chavez, menelpon Ratu Elizabeth II untuk menyerahkan Georgia
Selatan dan Kepulauan Falkland kepada Argentina.