tetap membawa anaknya imunisasi walaupun anaknya akan demam setelah imunisasi DPT-HB.
Menurut Khotimah dan Rusnelly 2008, faktor sikap merupakan faktor
yang timbul dari dalam diri individu sendiri. Tidak membawa anak ketempat pelayanan kesehatan untuk diimunisasi dikarenakan sikap ibu yang tidak
memahami pentingnya imunisasi. Sebaliknya ibu yang membawa anaknya untuk diimunisasi didorong oleh sikap ibu yang memahami pentingnya imunisasi
untuk mencegah penyakit, mengetahui efek samping badan anak panas setelah diimunisasi merupakan hal yang wajar, memiliki keyakinan vaksin yang
disuntikan aman bagi anak dan mendukung program imunisasi yang diberikan petugas kesehatan.
3. Faktor Pendorong
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat toma, tokoh agama toga, sikap perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan.
Untuk berlaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan
perilaku contoh acuan dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para petugas kesehatan Notoatmodjo, 2012.
Menurut Paridawati 2013, salah satu yang melatarbelakangi sikap ibu
yang positif terhadap imunisasi dasar karena selain petugas imunisasi yang aktif dan secara rutin memberikan pelayanan imunisasi di puskesmas juga tersedianya
sarana dan prasarana. Sedangkan yang melatarbelakangi sikap ibu yang negatif terhadap imunisasi dasar adalah kurangnya sosialisasi atau penyuluhan kepada
Universitas Sumatera Utara
masyarakat tentang penyakit yang timbul akibat imunisasi yang tidak lengkap dan jadwal pemberian imunisasi sesuai jenis imunisasi masing-masing.
Menurut Talu 2013, pendekatan budaya dapat dilakukan melalui tokoh masyarakat dan tokoh agama. Tokoh masyarakat setempat juga memiliki
peranan yang penting dalam mendukung tugas tenaga kesehatan. Tokoh masyarakat memiliki kedekatan secara psikologis dan budaya dengan
masyarakat setempat. Tenaga kesehatan juga perlu bekerja sama dengan tokoh agama karena tokoh agama dipandang oleh masyarakat sebagai orang yang
dapat dipercaya sehingga masyarakat lebih mudah mengikuti arahan tokoh agama. Pesan-pesan kesehatan dapat disisipkan dalam ceramah yang dilakukan
oleh tokoh agama. Menurut Wardan 2013, peran keluarga sangat penting dalam pencapaian
kelengkapan imunisasi bagi seorang balita, dengan demikian pentingnya saling pengertian dari seluruh keluarga untuk memberikan dukungan dan dorongan
bagi terlaksananya pemberian imunisasi bagi seorang balita. Sedangkan menurut Albertina, dkk 2008, alasan ketidaklengkapan
terbanyak ialah ketidaktahuan akan jadwal imunisasi. Sebaiknya Dinas Kesehatan, Puskesmas, Posyandu maupun tenaga kesehatan mempublikasikan
mengenai jadwal imunisasi secara lebih luas kepada para orang tua sehingga tidak ada lagi anak yang tidak mendapatkan imunisasi hanya karena orang tua
tidak tahu jadwal. Untuk tokoh-tokoh tersebut di atas, perubahan perilaku yang diharapkan
mereka ini berperilaku sehat di tengah-tegah masyarakat. Dengan adanya tokoh- tokoh tersebut berprilaku sehat di tengah-tengah masyarakat ini merupakan role
model atau perilaku contoh bagi masyarakat sekitar. Masyarakat selalu
Universitas Sumatera Utara
memandang tokoh masyarakat formal dan informal sebagai panutannya atau acuannya. Artinya apapun yang dilakukan tokoh masyarakat sekitarnya.
Misalnya ibu-ibu akan mengimunisasikan anaknya apabila ibu-ibu tokoh atau istri-istri tokoh masyarakat telah mengimunisasikan anaknya Notoatmodjo,
2012. Pendidikan juga dapat menjadi faktor pendorong untuk pencapaian target
cakupan imunisasi. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.
Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu
obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu.
Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut Notoatmojo, 2012.
Pekerjaan juga dapat menjadi faktor pendorong untuk pencapaian target cakupan imunisasi. Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan sehari-hari, jenis
pekerjaan yang dilakukan dapat dikategorikan adalah tidak bekerja, wiraswata, pegawai negeri, dan pegawai swasta dalam semua bidang pekerjaan pada
umumnya diperlukan adanya hubungan sosial yang baik. Pekerjaan dimiliki peranan penting dalam menentukan kwalitas manusia, pekerjaan membatasi
kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktek yang memotifasi seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu untuk menghindari masalah
kesehatan Notoatmojo, 2012.
Universitas Sumatera Utara
Faktor predisposisi : o
Pengetahuan o
Sikap o
Kepercayaan dan keyakinan nilai-nilai
Faktor Pendukung : o
Lingkungan sekitar rumah o
Ketersedianan fasilitas dan sumber yang ada.
BAB III KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Teori
Dari tinjauan pustaka yang telah diuraikan terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku itu sendiri Teori Lawrence Green , dapat dilihat pada
bagan berikut :
Sumber : Notoatmodjo, 2012
Skema 3.1. Kerangka Teori Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilyah
Kerja Puskesmas Helvetia Medan
B. Kerangka Konsep
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pencapaian target cakupan imunisasi dasar, sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah
pendidikan, sikap, pengetahuan, dan faktor pendorong. Adapun kerangka konsep Faktor Pendorong :
o Keluarga
o Teman
o Guru
o Petugas Kesehatan
Perilaku Kesehatan
17
Universitas Sumatera Utara