19
2.3 Manajemen Mutu Terpadu MMT
2.3.1 Pengertian Manajemen Mutu Terpadu MMT
Pemikiran tentang model peningkatan mutu pada awalnya berasal dari dunia industri. Kebangkitan
Jepang setelah mengalami kekalahan pada Perang Dunia II, dipicu oleh gagasan W. Edward Deming
tentang pembangunan sistem kualitas atau mutu sekitar tahun 1950. Keberhasilan itu menarik
negara-negara industri untuk menyelidiki strategi Jepang dalam membangun mutu. Dari sinil lahirlah
Manajemen Mutu Terpadu MMT Gasperz, 2002: 4. Jepang menggunakan istilah sendiri dalam manaje-
men mutu dengan istilah Kaizen yaitu penyempurnaan berkesinambungan yang melibatkan semua orang,
baik manajemen puncak, manajer maupun karyawan Masaaki, 1996: 16.
Pokok dari Kaizen ialah menyadari bahwa mana- jemen untuk memuaskan pelanggan dan memenuhi
kebutuhan pelanggan, bila ingin tetap hidup dan memperoleh laba Masaaki, 1996: 19. Dengan demi-
kian, produk suatu negara harus memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan pemerintah. Jika standar
mutu telah terpenuhi barulah produk suatu industri dapat dipasarkan, baik di dalam negeri maupun di
luar negeri. Ada beberapa standar mutu intenasional seperti: SII Standar Industri Indonesia, SNI Standar
Nasional Indonesia, BS 5750 British Standar 5750 dan ISO 9000 International Standardization for
20 Organization 9000 Husaini, 2006: 438.
Standar mutu international merupakan bagian dari peningkatan Manajemen Mutu Terpadu MMT.
MMT adalah suatu manajemen kualitas terpadu yang didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan perfor-
mansi secara terus-menerus continuous performance improvement pada setiap level operasi atau proses
dalam setiap arus fungsional dari organisasi, dengan menggunakan semua sumberdaya manusia dan modal
yang tersedia Gasperz, 2002: 6-7. MMT pada prinsip- nya adalah suatu standar mutu yang fokusnya mem-
berikan kepuasan pada pelanggan. Penerapan ISO dalam bidang pendidikan adalah
sebagai berikut Husaini, 2006: 432:
1 komitmen pimpinan puncak lembaga atas mutu; 2 sistem mutu; 3 penentuan hak-hak dan
kewajiban pelanggan stakeholders pendidikan; 4 dokumen pengendalian; 5 pembelian; 6 ke-
bijakan penerimaan calon; kebijakan pembelian sarana prasarana; 7 pelayanan prima terhadap
stakeholders terutama peserta didik; 8 arsip induk peserta didik; 9 sistem penilaian hasil
belajar; 10 pengembangan staf edukatif dan administratif.
MMT adalah pengawasan menyeluruh dari anggota organisasi warga sekolah terhadap kegiatan
sekolah. Dalam penerapannya, MMT berarti semua warga sekolah bertanggung jawab atas kualitas pendi-
dikan, sehingga membutuhkan partisipasi dari selu- ruh anggota sekolah untuk dapat mewujudkan mana-
jemen sekolah agar berjalan dengan baik, sehingga
21 menghasilkan kualitas sekolah yang bermutu.
Manajemen mutu dalam pendidikan dapat dise- but mengutamakan peserta didik atau program per-
baikan sekolah, yang mungkin dilakukan secara lebih kreatif dan konstruktif. Hal ini mendukung pengertian
manajemen itu sendiri, yaitu sebagai suatu alat bagi organisasi untuk mencapai tujuan. Penekanan yang
paling penting bahwa mutu terpadu dalam program- nya dapat mengubah kultur sekolah. MMT adalah
upaya menciptakan budaya mutu, yang mendorong semua anggota staf untuk memuaskan para pelang-
gan. Bila di sekolah dikembangkan MMT, diharapkan para orang tua dan stakeholder dapat terpuaskan dan
kembali lagi untuk menggunakan sekolah tersebut sebagai lembaga pendidikan anak-anak mereka.
West Burnham
dalam Bush
Coleman 2012:190 mengklaim bahwa, kemajuan melalui
hirarkhi terhadap MMT menghantarkan pada empat perubahan kultural penting, yaitu:
1 adanya kesadaran dan keterlibatan yang me- ningkat pada klien dan supplier; 2 tanggung-
jawab personal terhadap kemajuan tenaga kerja; 3 terdapat penekanan yang kuat terhadap proses
dan produk; 4 harus menuju perubahan terus- menerus.
Cohen dalam Hamid 2010:131 mendefinisikan Total Quality Management MMT sebagai berikut:
1 Total menunjukkan pengertian mutu untuk setiap aspek kerja, mulai dari mengidentifikasi
22
apakah pelanggan itu puas; 2 Quality berarti memnuhi dan melampaui harapan pelanggan; 3
Management berarti mengembangkan dan meme- lihara kemampuan organisasi untuk terus-mene-
rus meningkatkan mutu.
Pengertian tersebut menjelaskan bahwa manaje- men mutu terpadu dalam pendidikan sebagai suatu
proses yang melibatkan pemusatan pada pencapaian kepuasan harapan pelanggan pendidikan, perbaikan
terus menerus, pembagian tanggung jawab dengan para pegawai, pengurangan pekerjaan tersisa, serta
pengerjaan kembali. Berdasarkan penjelasan di atas menunjukkan
bahwa karakteristik dalam MMT, yaitu: 1 fokus pada pelanggan baik eksternal maupun internal; 2 adanya
keterlibatan total; 3 adanya ukuran baku mutu lulusan sekolah; 4 adanya komitmen; dan 5 adanya
perbaikan yang berkelanjutan. Ditambahkan oleh Mulyasa 2006: 224 bahwa MMT merupakan pende-
katan sistem secara menyeluruh bukan suatu bidang atau program terpisah dan merupakan bagian terpa-
du strategi tingkat tinggi. Sistem ini bekerja secara horizontal menembus fungsi dan departemen, melibat-
kan semua karyawan dari atas sampai bawah, meluas ke hulu dan ke hilir, mencakup mata rantai pemasok
dan customer. MMT dalam pendidikan adalah aplikasi konsep
manajemen mutu yang disesuaikan dengan sifat dasar sekolah sebagai organisasi jasa kemanusian pembina-
23 an potensi peserta didik melalui pengembangan
pendidikan berkualitas, agar melahirkan lulusan yang sesuai dengan harapan orang tua, masyarakat, dan
pelanggan pendidikan lainnya. Empat hal yang perlu diperhatikan guna mengetahui lebih jauh mengenai
hakikat MMT pendidikan, yaitu: pencapaian dan pemuasan harapan pelanggan, perbaikan terus-mene-
rus, pembagian tanggung jawab dengan para pegawai, dan pengurangan sisa pekerjaan dan pengerjaan
ulang. Dengan demikian, yang dimaksud dengan penerapan MMT dalam pendidikan adalah suatu pola
manajemen yang berorientasi pada mutu atau output pendidikan dan dilaksanakan secara terpadu dengan
melibatkan semua anggota dalam proses pendidikan. Hal ini ditandai dengan adanya proses perbaikan
secara berkelanjutan, peningkatan produktivitas, efisi- ensi dan efektivitas, yang diharapkan dapat memenuhi
harapan pihak-pihak yang terlibat dalam pendidikan. Ada lima aspek yang menjadi tolok ukur pene-
rapan manajemen mutu terpadu dalam pendidikan, yaitu: 1 fokus pada pelanggan baik secara eksternal
maupun internal; 2 adanya keterlibatan total; 3 adanya ukuran baku mutu lulusan sekolah;
4 adanya komitmen; dan 5 adanya perbaikan yang berkelanjutan.
24
2.4 Penerapan Manajemen Mutu Terpadu