Belanja tidak langsung Kelompok Belanja

18 - Belanja Modal Pengadaan HewanTernak dan Tanaman - Belanja Modal Pengadaan Alat-alat PersenjataanKeamanan

3.4.2. Belanja tidak langsung

Belanja tidak langsung atau belanja non publik yang cukup dominan untuk biaya rutin seperti gaji PNS, listrik, air, jasa komunikasi, perwatan kantor atau gedung, pengadaan perlengkapan, biaya rapat, dinas luar kota, dan konsumsi. Pengalokasian belanja tidak langsung idealnya adalah 30 untuk belanja rutin dan gaji pegawai. Seperti yang dikemukakan oleh Humas Kukar bahwa: “Adapun penggunaan belanja tidak langsung sebesar 30 terdiri dari belanja aparatur desa, belanja non aparatur desa, belanja bunga, belanja hibah, belanja bantuan sosial dan belanja bantuan keuangan, serta belanja tak terduga.” Pengalokasian belanja tidak langsung tersebut sering lebih besar dari pada pengalokasian belanja langsung yang terkait secara langsung dengan pembangunan. Hal ini terjadi akibat program dalam penuyusunan APBD yang tidak tepat sasaran dan juga merupakan akibat dari kebijakan pemerintah pusat yang terus menambah jumlah PNS serta kenaikan gaji PNS namun tidak di imbangi dengan kenaikan Dana Alokasi Umum DAU, sementara selama ini asumsi belanja gaji pegawai sumber dananya berasal dari DAU. Menurut Mahmudi: “Belanja tidak langsung, yaitu belanja yang tidak terkait langsung dengan program dan kegiatan.” Belanja tidak langsung meliputi : 19 a Belanja pegawai, yaitu belanja kompensasi baik dalam bentuk uang maupun barang yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang- undangan yang diberikan kepada Pejabat Negara, PNS, dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan kecuali yang berkaitan dengan pembentukan modal. Belanja pegawai meliputi: - Gaji dan Tunjangan - Tambahan Penghasilan PNS - Belanja Penerimaan Lainnya Pimpinan dan Anggota DPRD - Biaya Pemungutan Pajak Daerah b Belanja bunga, yaitu pengeluaran pemerintah untuk pembayaran bunga interest atas kewajiban penggunaan pokok utang principal outstanding yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman jangka pendek atau jangka panjang. c Belanja subsidi, yaitu alokasi anggran yang diberikan kepada perusahaanlembaga yang meproduksi, menjual, atau mengimport barang dan jasa untuk memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa sehingga harga jualnya dapat dijangkau masyarakat. d Belanja hibah, yaitu digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang, barang danatau jasa kepada Pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, dan kelompok masyarakatperorangan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya. 20 e Belanja bantuan social, yaitu transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. f Belanja bagi hasil, yaitu digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupatenkota atau pendapatan kabupatenkota kepada pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. g Bantuan keuangan, yaitu digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupatenkota, pemerintah desa dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah kabupatenkota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan danatau peningkatan kemampuan keuangan. h Belanja tidak terduga, yaitu pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang bersifat tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana social, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusatdaerah. Perubahanpengelompokan belanja daerah dari Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 menjadi Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 dapat ditransformasikan pada table berikut ini 21 Tabel 2.1 Struktur APBD Belanja Kepmendagri No.29 Tahun 2002 Permendagri No.59 Tahun 2007 Revisi atas Permendagri No.13 Tahun 2007 Klasifikasi belanja menurut bidang kewenangan pemerintah daerah, organisasi, kelompok, jenis, objek, dan rincian objek belanja. Klasifikasi belanja menurut urusan pemerintah daerah, organsasi, program, kegiatan kelompok, jenis, objek dan rincian objek belanja. Pemisahan secara tegas antara belanja aparatur dan pelayanan public. Pemisahan kebutuhan belanja antara aparatur dan pelayanan public tercermin dalam program dan kegiatan. Pengelompokan Belanja Administrasi Umum BAU, Belanja Operasi dan PemeliharaanBOP, Belanja Modal BM, Belanja Tidak Tersangka, dan Belanja Bantuan Keuangan cenderung menimbulkan terjadinya tumpang tindih penganggaran. Belanja dikelompokan dalam Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung sehingga tercipta efisiensi mulai saat penganggaran. Menggabungkan antara jenis belanja sebagai input dan kegiatan dijadikan sebagai jenis biaya. Restrukturasi jenis-jenis belanja. Sumber : Diolah penulis dari Kepmendagri No.29 Tahun 2002 dan Permendagri No.59 Tahun 2007 22 Tabel 2.2 Jenis dan Kelompok Belanja Kepmendagri No.29 Tahun 2002 Permendagri No.59 Tahun 2007 Revisi atas Permendagri No 13 Tahun 2006 Belanja Administrasi dan Umum : Belanja Tidak Langsung : - Belanja Pegawai - Belanja Pegawai - Belanja Barang dan Jasa - Belanja Bunga - Belanja Perjalanan Dinas - Belanja Subsidi - Belanja Pemeliharaan - Belanja Hibah Belanja Operasi dan Pemeliharaan : - Belanja Bantuan Sosial - Belanja Pegawai - Belanja Bagi Hasil - Belanja Barang dan Jasa - Belanja Bantuan Keuangan - Belanja Perjalanan Dinas - Belanja Tak Terduga - Belanja Pemeliharaan Belanja Langsung : Belanja Modal - Belanja Pegawai Belanja Bantuan Keuangan - Belanja Barang dan Jasa Belanja Tidak Tersangka - Belanja Modal Sumber :Diolah Penulis dari Kepmendagri No.29 Tahun 2002 dan Permendagri No.59 Tahun 2007 23 BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain penelitian