76
kadang melakukan pengelolaan arsip yang sesuai dengan prosedur. Hal ini diperkuat dengan hasil pengambilan data menggunakan angket dan hasil observasi
yang menunjukkan bahwa sebagian kegiatan yang harus dilakukan dalam pengelolaan arsip tidak dilakukan seperti membuat kartu tunjuk silang, arsip
inaktif yang seharusnya diletakkan dalam box arsip hanya diikat menggunakan tali rafia dan diletakkan di dalam gudang, tidak digunakannya lembar peminjaman
arsip saat kegiatan peminjaman, tidak dilakukannya penyemprotan anti jamur fumigasi, tidak dibuatnya papan larangan di sekitar tempat disimpannya arsip,
serta tidak dilakukannya seluruh kegiatan penyusutan dengan prosedur yang ada.
D. Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini berfokus pada tingkat pengelolaan arsip surat secara
keseluruhan sehingga tidak mengupas secara mendalam bagaimana pengelolaan arsip surat dari setiap butir pertanyaan pada setiap komponen
yang diteliti. 2.
Jumlah data dari setiap kategori tidak sama sehingga mempengaruhi perolehan rata-rata keseluruhan, oleh karena itu penelitian ini tidak dapat
digeneralisasikan untuk pengelolaan arsip bila ditinjau dari masa kerja, pendidikan terakhir, jumlah pembinaandiklat, dan status kepegawaian
pengelola arsip dengan objektempat penelitian yang berlainan.
77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengelolaan arsip SMA Negeri di Kota Yogyakarta dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengelolaan arsip dilihat dari masa kerja, perolehan rata-rata pengelola arsip
dengan masa kerja 7 tahun ke atas memperoleh rata-rata skor tertinggi 2,600 dan pengelola dengan masa kerja 5-6 tahun memperoleh rata-rata skor
terendah 1,600. Artinya, masa kerja tidak selalu berpengaruh positif pada pengelolaan arsip.
2. Pengelolaan arsip dilihat dari pendidikan terakhir, perolehan rata-rata
pengelola arsip dengan pendidikan terakhir Strata 1 S1 memperoleh rata-rata skor tertinggi 2,950 dan pengelola arsip dengan pendidikan terakhir Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas SLTA memperoleh rata-rata skor terendah 2,255. Sekolah hendaknya merekrut atau menugaskan personel untuk pengelolaan
arsip sesuai dengan standar kualifikasi arsiparis. 3.
Pengelolaan arsip dilihat dari pembinaandiklat, perolehan rata-rata pengelola arsip dengan pembinaandiklat 4-5 kali memperoleh rata-rata skor tertinggi
2,713 dan pengelola arsip dengan pembinaandiklat 0-1 kali memperoleh rata-rata skor terendah 1,900. Artinya, banyaknya pembinaandiklat tidak
selalu berpengaruh positif pada pengelolaan arsip. Materi pembinaan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan atau permasalahan personel
sehingga dapat lebih efektif meningkatkan pengelolaan arsip.