7
kepentingan atau stake holders para pembuat keputusan di Indonesia belum terintegrasi dalam sebuah kesatuan sistem yang holistik dan terintegrasi.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka diperlukan suatu kajian yang komprehensif tentang sistem hukum dan kebijakan dalam melindungi hutan dari
pembalakan liar atau illegal logging di Indonesia, khususnya di Provinsi Riau yang berdampak terhadap aspek ekologi, ekonomi, dan sosial.
1.2 Rumusan Permasalahan
Penegakan hukum terhadap praktek pembalakan liar atau illegal logging atau tindak pidana terhadap kehutanan hingga kini belum menunjukkan hasil sesuai dengan
yang diharapkan. Belum maksimalnya upaya memberantas praktek pembalakan liar atau illegal logging oleh instansi penegak hukum, diduga karena telah terjadi perbedaan
penafsiran dalam proses penegakannya selama ini. Fakta di lapangan di wilayah Propinsi Riau menunjukkan, bahwa ketika operasi pemberantasan pembalakan liar atau
illegal logging dilakukan oleh Polda Riau pada tahun 2005 lalu, kegiatan penebangan kayu secara ilegal juga secara paralel juga terus berjalan secara berkelanjutan hingga
saat penelitian ini selesai dilaksanakan Walhi Riau, 2007. Di samping kegiatan pembalakan liar atau illegal logging yang merupakan salah
satu pemicu utama degradasi hutan di Indonesia, alih fungsi menjadi perkebunan sawit dan kebakaran hutan juga turut memperparah kondisi lingkungan hidupnya. Dampak
negatif yang terjadi bukan hanya terhadap elemen ekologis saja, namun juga berpengaruh terhadap elemen lainnya: bio-fisik lingkungan, ekonomi atau pendapatan
negara, pembangunan berkelanjutan, perdagangan, sosial serta politik. Dari aspek bio-fisik Lingkungan, kegiatan pembalakan liar atau illegal logging
meningkatkan keterbukaan lahan hutan, merusak habitat sehingga kehidupan spesies tumbuhan dan satwa terancam, mengurangi kemampuan lahan untuk mengabsorbsi
emisi karbondioksida yang berkaitan dengan dampak dari perubahan iklim. Pengurangan penutupan lahan hutan berdampak terhadap terjadinya bencana banjir,
kekeringan, dan longsor. Dari aspek ekonomi atau pendapatan negara, praktek pembalakan liar atau illegal logging diperkirakan dapat mengurangi pendapatan
masyarakat di sekitar hutan, pendapatan daerah dari sektor kehutanan, dan pada
8
akhirnya merugikan negara. Pada tahun 2003, negara kehilangan pendapatan dari sektor kehutanan hampir US1 milyar Poernama, 2006. Hasil studi Bank Dunia pada tahun
1997 menunjukkan bahwa kerugian akibat kegiatan pembalakan liar atau illegal logging di Kamboja dengan nilai US 0,5-1 milyar dengan perkiraan 4 juta m
3
setidaknya 10 kali dari volume penebangan kayu legal. Untuk aspek pembangunan berkelanjutan, kegiatan pembalakan liar atau illegal logging membuat generasi
mendatang diperkirakan akan menanggung resiko kerusakan lingkungan yang lebih berat daripada generasi saat ini. Kesempatan generasi mendatang untuk mendapatkan
kehidupan lebih baik, berkurang akibat ekosistem hutan yang memberikan produk dan jasa lingkungan menurun. Dari aspek perdagangan, harga kayu yang diperoleh dari
illegal logging lebih murah daripada produk legal, sehingga mendistorsi pasar global dan merusak insentif bagi pengelolaan hutan berkelanjutan. Tacconi et al. 2004
menunjukkan bahwa biaya eksploitasi kayu illegal adalah US 32m
3
, jauh lebih murah daripada biaya eksploitasi HPH yang legal sebesar US 85m
3.
Untuk aspek sosial, kegiatan pembalakan liar atau illegal logging membuat jurang kesenjangan sosial
semakin besar. Kondisi masyarakat sekitar hutan yang relatif miskin membuat mereka terlibat dalam praktik pembalakan liar atau illegal logging.
Sebenarnya, praktik pembalakan liar atau illegal loging yang dilakukan masyarakat miskin di sekitar hutan berbeda dengan yang dilakukan para pengusaha
kayu yang melakukannya secara by design. Masyarakat miskin melakukannya semata- mata hanya untuk mempertahankan hidupnya, Mereka ini disebut illegal logger by
need, yang kontradiktif dengan para pemodal padat yang menjadi illegal logger by greed. Namun dalam kenyataannya, para pelaku delik pidana pembalakan liar atau
illegal logging yang tertangkap tangan serta langsung dapat dihukum adalah mereka yang termasuk dalam kategori illegal logger by need yaitu mereka yang miskin. Aspek
terakhir adalah aspek politik, di mana di beberapa negara pendapatan dari pembalakan liar atau illegal logging digunakan untuk membiayai konflik nasional dan regional.
Aktifitas pembangunan dengan orientasi ekonomi yang memaksimumkan keuntungan finansial menjadi pendorong utama terjadinya kegiatan pembalakan liar atau illegal
logging di Indonesia. Selama ini diduga terjadi kesenjangan atau gap antara seluruh peraturan per-
Undang-Undang-an dengan implementasi pemberantasan pembalakan liar atau illegal