Kerangka Pikir Konseptual Efektivitas dan Implementasi Kebijakan terkait dengan Bencana Ekologis

14

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangunan Berkelanjutan Sustainable Development

Konsep pembangunan yang mengintegrasikan masalah ekologi, ekonomi, dan sosial disebut dengan pembangunan berkelanjutan atau sustainable development , telah disepakati secara global sejak diselenggarakannya United Nation Conference On The Human Environment UNCHE di Stockholm pada tahun 1972. WCED 1987 menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan atau sustainable development didefinisikan sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhannya. Komisi Burtland menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan atau sustainable development bukanlah suatu kondisi yang kaku berkaitan dengan keselarasan, tetapi lebih merupakan suatu proses perubahan di mana eksploitasi sumberdaya, arah investasi, orientasi perkembangan teknologi, dan perubahan institusi dibuat konsisten dengan masa depan seperti halnya kebutuhan saat ini. Gambar 2.1 di bawah ini menjelaskan operasionalisasi paradigma pembangunan berkelanjutan atau sustainable development ini sesuai dengan penjabaran World Bank terhadap konsep pembangunan berkelanjutan atau sustainable development yang berbentuk kerangka segitiga. Gambar 2.1. Segitiga Konsep Pembangunan Berkelanjutan Munasinghe, 1993 Sumber: http:www.eoearth.org 15 Menurut kerangka tersebut, suatu kegiatan pembangunan termasuk pengelolaan sumberdaya alam dan berbagai dimensinya dinyatakan berkelanjutan jika kegiatan tersebut secara ekonomi, ekologi, dan sosial bersifat berkelanjutan Serageldin, 2004. Berkelanjutan secara ekonomi berarti bahwa suatu kegiatan pembangunan harus dapat membuat pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan kapital, dan penggunaan sumberdaya serta investasi secara efisien. Berkelanjutan secara ekologi mengandung arti bahwa kegiatan tersebut harus dapat mempertahankan integritas ekosistem, memelihara daya dukung lingkungan, dan konservasi sumberdaya alam termasuk keanekaragaman hayati. Berkelanjutan secara sosial mensyaratkan bahwa suatu kegiatan pembangunan hendaknya dapat menciptakan pemerataan hasil-hasil pembangunan, mobilitas sosial, kohesi sosial, partisipasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat, identitas sosial, dan pengembangan kelembagaan. Implementasi konsep pembangunan berkelanjutan atau sustainable development telah diterapkan pada banyak negara dan oleh berbagai lembaga dengan mengembangkan indikator keberlanjutan. CIFOR mengembangkan SFM sustainable forest management dengan mengintegrasikan aspek ekologi, ekonomi, sosial, serta kelembagaan. Charles 2001 mengembangkan sistem pembangunan perikanan berkelanjutan dengan memadukan keberlanjutan ekologi, keberlanjutan ekonomi, keberlanjutan sosial, dan keberlanjutan kelembagan, FAO mengembangkan indikator keberlanjutan untuk pembangunan wilayah berdasarkan aspek ekologi, ekonomi, sosial, kelembagaan, teknologi, dan pertahanan keamanan. Secara operasional, pembangunan berkelanjutan atau sustainable development bersifat sinergi dengan pengelolaan lingkungan. Pengelolaan lingkungan didefinisikan sebagai upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup sesuai dengan rujukan UU No. 23 Tahun 1997. Definisi ini menegaskan bahwa pengertian pengelolaan lingkungan mempunyai cakupan yang luas, karena tidak saja meliputi upaya-upaya pelestarian lingkungan melainkan juga mencegah proses terjadinya degradasi lingkungan, khususnya melalui proses penataan lingkungan.Untuk Indonesia, upaya-upaya pengelolaan lingkungan perlu dilakukan secara kuratif dan preventif. Di masa depan, upaya-upaya yang lebih bersifat preventif perlu lebih diprioritaskan, dan hal ini menuntut dikembangkannya berbagai opsi pengelolaan lingkungan, baik melalui opsi ekonomi maupun melalui beberapa proses peraturan dan penataan penggunaan lahan Setiawan, 2003. 16

2.2 Hutan dan Pengelolaan Hutan

Kata hutan dimaknai dengan sebuah wilayah yang penuh pohon-pohonan yang tumbuh tak beraturan atau suatu areal tertentu yang ditumbuhi pepohonan dan didiami berbagai jenis binatang Sukardi, 2005. Menurut Salim 2003 hutan adalah sejumlah pepohonan yang tumbuh pada lapangan yang cukup luas, sehingga suhu, kelembaban, cahaya, angin, dan sebagainya yang tidak lagi menentukan lingkungannya, akan tetapi dipengaruhi oleh tumbuh- tumbuhan atau pepohonan baru asalkan tumbuh pada tempat yang cukup luas dan tumbuhnya cukup rapat horizontal dan vertikal. Menurut UU No. 41 Tahun 1999 Pasal 1 butir 2 hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan Khakim, 2004. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dipahami bahwa terdapat dua kepentingan yang terkandung dalam hakekat hutan, yaitu: 1 hutan yang berisi sumberdaya alam hayati adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia, merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya dan dapat dimanfaatkan sebagai modal pembangunan nasional penjelasan umum UU No. 41 Tahun 1999; 2 hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem dalam persekutuan alam dan lingkungannya yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hutan juga mempunyai fungsi-fungsi pokok lainnya yaitu fungsi ekologis, ekonomis dan sosial sehingga fungsi hutan itu perlu dilindungi Sukardi, 2005.

2.2.1 Manfaat Hutan

Hutan adalah the Mother of Land, karenanya jika hutan tidak ada, maka tidak akan ada kehidupan. Lebih jelasnya bagi sebuah negara berdaulat, hutan merupakan kekayaan yang memberi manfaat multiguna antara lain sebagaisumber pendapatan, perlindungan tata air, produsen jasa lingkungan. Hutan wajib dikelola dan dimanfaatkan secara optimal, dijaga kelestariannya untuk sebesar-besar kemakmuran masyarakat, bagi generasi sekarang maupun generasi mendatang Santoso, 2008. Hutan memiliki tiga fungsi pokok yang saling terkait dan tidak dapat terpisahkan, yaitu: 1 fungsi ekologis; hutan sebagai suatu sistem penyangga kehidupan antara lain untuk mengatur tata air, menjaga kesuburan tanah, mencegah erosi, menjaga keseimbangan iklim mikro, menjadi penghasil udara bersih, menjaga siklus makanan serta sebagai tempat pengawetan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya, 2 fungsi ekonomis, yaitu hutan sebagai sumber yang menghasilkan barang dan jasa baik yang terukur seperti hasil hutan