37 25 49 Analisis Perbandingan Manajemen Sumberdaya Dan Kesejahteraan Keluarga Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin

Tabel 13 Sebaran contoh dan statistik pengeluaran per kapita Pengeluaran per kapita KM n=31 KTM n=37 Total n=68 n n n Sangat miskin ≤Rp 105 863 9 30.0 0.0 9 13.4 Miskin Rp 105 864-Rp 211 727 11 35.5 0.0 10 14.9 Hampir miskin Rp 211 728-317 590 10 32.3 1 2.7 11 16.4 Tidak miskin 317 590 1 3.2 36

97.3 37

55.2 Min-max dalam ribu 44.41-349.66 261-3 941.37 44.412-3 941.37 Rataan ± SD dalam ribu 160±87.39 1 400±827.16 837±871.93 Nilai uji p 0.000 nyata pada p0.01 Rasio Utang Aset adalah salah satu sumberdaya atau kekayaan yang dimiliki oleh keluarga. Aset akan berperan sebagai alat pemuas kebutuhan. Oleh karena itu, keluarga yang memiliki aset lebih banyak cenderung lebih sejahtera jika dibandingkan dengan keluarga yang memiliki aset yang terbatas. Rasio utang terhadap aset digunakan untuk mengetahui kemampuan keluarga membayar utang dengan aset yang dimiliki. Kepemilikan utang dan kemampuan keluarga membayar utang berkaitan dengan kepuasan keluarga Dew 2008. Tabel 14 Sebaran contoh dan statistik kepemilikan utang, rasio utang-aset, dan rasio utang-pendapatan Kepemilikan Utang KM n=31 KTM n=37 Total n=68 n n n Ya 25

80.6 25

67.6 49

73.1 Tidak 6 19.4 12 32.4 18 26.9 Min-max dalam ribu 0-3 000 0-300 000 0-300 000 Rataan ± SD dalam ribu 630±929.72 74 000±79 200 40 500±68 760 Nilai uji p 0.000 Rasio Utang terhadap Aset ≤ 50 24 77.4 30 81.1 54 79.4 50 7 22.6 7 18.9 14 20.6 Rasio Utang a terhadap Pendapatan b ≤ 50 21 67.7 12 32.4 33 48.5 50 10 32.3 25 67.6 35 51.5 nyata pada p0.01 Ket: a. total utang; b. pendapatan per bulan Merujuk pada Tabel 14, secara keseluruhan sebesar 73.1 persen keluarga memiliki utang. Pada keluarga miskin, hampir seluruh utang yang dimiliki adalah utang untuk memenuhi kebutuhan pangan karena mereka memiliki prioritas pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari. Adapun pada keluarga tidak miskin, utang yang dimiliki adalah utang untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup, seperti kredit kendaraan dan utang kartu kredit. Contoh pada keluarga miskin 77.4 maupun keluarga tidak miskin 81.1 memiliki rasio utang terhadap aset kurang dari dan sama dengan 50 persen, artinya contoh memiliki jumlah aset yang lebih banyak dibandingkan dengan utang, sehingga, mampu melunasi utang dengan aset yang dimiliki. Jika berdasarkan pendekatan rasio utang terhadap pendapatan ditemukan bahwa lebih dari separuh keluarga miskin mampu melunasi utang dengan pendapatan yang diterima per bulan. Hal yang menarik adalah, lebih dari separuh keluarga tidak miskin memiliki rasio utang terhadap pendapatan lebih dari 50 persen, artinya utang keluarga tidak miskin lebih banyak dibandingkan dengan pendapatan per bulan. Dengan demikian, keluarga tidak miskin tidak mampu melunasi utang dengan pendapatan yang diterima per bulan. Masalah Keluarga Suatu masalah timbul karena terdapat kesenjangan antara apa yang diharapkandiinginkan dengan fakta yang terjadi. Pada tingkat tertentu masalah dapat menimbulkan stres yang mempengaruhi kesejahteraan seseorang. Masalah yang dirasakan contoh meliputi masalah pangan, pakaian, perumahan, kesehatan, pendidikan, dan pengembangan diri Tabel 15. Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan jenis masalah keluarga Jenis Masalah Keluarga KM n=31 KTM n=37 n n Pangan 24 77.4 12 32.4 Pakaian 18 58.1 0.0 Perumahan 27 87.1 20 54.1 Kesehatan 18 58.1 6 16.2 Pendidikan 14 45.2 5 13.5 Pengembangan Diri 21 67.7 26 70.3 Pada keluarga miskin, masalah perumahan memiliki persentase terbesar. Masalah perumahan yang dirasakan meliputi luas rumah, kelayakan rumah, kepemilikan kamar mandi, sanitasi, dan kemudahan akses sarana publik. Berdasarkan pengamatan ditemukan adanya contoh yang tinggal di rumah seluas 35 m 2 dengan jumlah anggota keluarga sebanyak 9 orang. Jika mengacu pada indikator kesejahteraan BKKBN bahwa ukuran rumah yang ideal adalah 8 m 2 per anggota keluarga, maka kondisi contoh tersebut sangat tidak layak. Selain itu, masih ada contoh yang memiliki rumah berdinding bilik dan tinggal di pinggir kali yang sering hanyut terbawa air kali ketika debit air tinggi. Pangan merupakan masalah terbesar kedua setelah perumahan. Contoh mengaku kesulitan memenuhi kebutuhan pangan baik dari sisi keragaman maupun jumlah pangan. Mereka kesulitan memenuhi kebutuhan empat sehat lima sempurna, bahkan ada contoh yang jarang sekali makan sayur karena keterbatasan dana. Beras dan lauk yang dimasak terkadang tidak mencukupi padahal sebagian besar pekerjaan keluarga miskin adalah pekerjaan berat sehingga memerlukan asupan protein dan karbohidrat yang banyak. Keluarga miskin merasa kesulitan memenuhi kebutuhan pakaian, terutama ketika hari raya menjelang. Mereka cenderung menggunakan pakaian yang sama dalam berbagai aktivitas. Masalah pendidikan mencakup pemenuhan keperluan sekolah dan kualitas sekolah. Hal yang menarik adalah meskipun memiliki sumberdaya materi yang terbatas namun pendidikan merupakan masalah dengan persentase terkecil. Hal ini disebabkan pada keluarga miskin, sebagian besar hanya bersekolah sampai tingkat sekolah dasar sehingga ketika wawancara dilakukan ada keluarga yang memiliki anak usia sekolah namun sudah tidak sekolah. Terdapat beberapa keluarga miskin yang memiliki masalah kesehatan serius, misalnya memiliki anak yang mengalami gangguan jiwa, memiliki masalah syaraf sehingga sering pingsan, penyakit kulit di sekujur tubuh, atau epilepsi. Aspek pengembangan diri merupakan dukungan suami dan upaya yang dilakukan contoh untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan diri. Secara umum masalah utama contoh dalam aspek ini adalah waktu, yaitu contoh sulit membagi waktu antara bekerja, urusan keluarga, dan aktivitas pengembangan diri. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka masalah yang dirasakan oleh keluarga miskin merupakan masalah fisik yang akan mempengaruhi kesejahteraan fisik jika tidak ditanggulangi Sunarti 2001. Bila ditelaah lebih lanjut, akar masalah keluarga miskin yaitu faktor ekonomi yang datang dari luar sistem keluarga eksternal. Hal ini sesuai dengan pendapat Blood 1972 yang menyebutkan bahwa masalah dalam keluarga bisa disebabkan oleh gangguan eksternal atau pergesekan internal keluarga. Hal ini sejalan dengan teori ekologi keluarga Bronfrenbrenner yang menyebutkan bahwa kehidupan keluarga dipengaruhi oleh sistem yang lebih luas. Berdasarkan wawancara mendalam dengan salah seorang contoh, peneliti menemukan fakta bahwa meskipun masalah keluarga muncul dari faktor eksternal, namun dapat memicu munculnya konflik internal keluarga. Salah seorang contoh bercerita bahwa anak sulungnya yang berprofesi sebagai supir angkot kerap memukul adik perempuannya hingga memar ketika uang setorannya kurang. Selain itu, anak bungsunya pernah mencoba membunuh dirinya dengan pisau karena dia tidak memberikan tambahan uang jajan. Kedua fenomena ini menjelaskan akan pentingnya internalisasi nilai-nilai agama, sosial, dan budaya sejak kecil. Nilai-nilai yang ditanamkan sejak kecil akan mempengaruhi kematangan emosi seseorang ketika dewasa yang akan mempengaruhi kesejahteraan psikologisnya Sunarti 2001. Internalisasi nilai- nilai melalui proses sosialisasi sangat berkaitan dengan proses komunikasi dalam keluarga. Bagi keluarga tidak miskin pengembangan diri merupakan masalah yang paling banyak dirasakan contoh Tabel 15. Sama halnya dengan keluarga miskin, waktu menjadi kendala utama. Meskipun seluruh contoh keluarga tidak miskin tinggal di rumah dengan luas lebih dari 8 m 2 , namun mereka merasa rumah yang ditempati kurang luas. Masalah keragaman pangan dialami oleh sepertiga contoh keluarga tidak miskin. Jika pada keluarga miskin masalah keragaman pangan disebabkan karena rendahnya daya beli, namun pada keluarga tidak miskin keragaman pangan menjadi masalah karena ada anggota keluarga yang tidak suka dengan jenis makanan tertentu, seperti seafood atau jenis sayuran tertentu. Dengan demikian, mereka memiliki alternatif pilihan pangan yang lebih sedikit karena menyesuaikan dengan anggota keluarga lainnya. Pendidikan anak-anak menjadi masalah bagi sebagian kecil contoh karena mereka merasa tidak puas dengan kualitas dan pelayanan sekolah yang diberikan padahal mereka sudah membayar SPP cukup tinggi. Tabel 16 Sebaran contoh dan statistik tingkat masalah keluarga Tingkat Masalah Keluarga KM n=31 KTM n=37 Total n=68 n n n Rendah 0-33.3 13 41.9 37 100.0