13 Analisis Perbandingan Manajemen Sumberdaya Dan Kesejahteraan Keluarga Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin

tidak miskin, suami berprofesi sebagai pegawai swasta, PNS, dan wiraswasta. Proporsi terbesar pekerjaan suami adalah pegawai swasta 62.2 Tabel 9. Berdasarkan data di atas jelas telihat bahwa baik contoh maupun suami pada keluarga miskin, sebagian besar memiliki pekerjaan yang lebih membutuhkan keterampilan fisik dibandingkan dengan kemampuan intelektual. Hal ini terjadi karena tingkat pendidikan contoh yang tergolong rendah sehingga kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik sulit dicapai. Menurut Lee dan Hanna dalam Iskandar 2007 terdapat hubungan positif antara pekerjaan dengan kesejahteraan keluarga karena pekerjaan berkaitan dengan akumulasi kekayaan. Besar Keluarga Besar keluarga menunjukkan jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan hidup dari pengelolaan sumberdaya yang sama. Hurlock 1980 membagi besar keluarga menjadi 3 kategori, yaitu keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga kurang dari dan sama dengan 4, keluarga sedang dengan jumlah anggota 5 sampai 7 orang, dan keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga lebih dari 8 orang. Pada Tabel 10 terlihat bahwa jumlah anggota keluarga berkisar antara 2 sampai 17 orang. Pada keluarga miskin jumlah anggota keluarga dengan persentase terbesar adalah 5 sampai 7 orang keluarga sedang. Adapun pada keluarga tidak miskin lebih dari separuh contoh memiliki jumlah anggota keluarga kurang dari dan sama dengan 4 orang keluarga kecil. Tabel 10 Sebaran contoh dan statistik besar keluarga Besar Keluarga KM n=31 KTM n=37 Total n=68 n n n Keluarga kecil ≤ 4 orang 7 22.6 22 59.5 29 42.6 Keluarga sedang 5-7 orang 14

45.2 13

35.1 27 39.7 Keluarga besar ≥ 8 orang 10 32.3 2 5.4 12 17.6 Min-max 2-17 3-8 2-17 Rataan ± SD 7.23±3.739 4.59±1.142 5.79±2.95 Nilai uji p 0.001 nyata pada p0.01 Rataan besar keluarga keluarga tidak miskin lebih rendah dibandingkan rataan keluarga miskin. Hal tersebut berarti besar keluarga tidak miskin lebih kecil dibandingkan keluarga miskin. Besar keluarga berkaitan dengan jumlah pengeluaran keluarga. Semakin besar ukuran keluarga, maka semakin besar alokasi pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Pendapatan Pendapatan merupakan jumlah uang yang diterima oleh keluarga, baik dari semua anggota keluarga yang bekerja atau pemberian rutin. Pendapatan dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan keluarga. Semakin besar pendapatan yang diperoleh keluarga, maka semakin sejahtera kehidupan keluarga tersebut. Berdasarkan UMR Bogor 2010, kategori pendapatan keluarga dibagi menjadi tiga, yaitu rendah Rp 971 200, sedang Rp 971 201- Rp 1 942 401, dan tinggi Rp 1 942 402. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa tiga perempat 74.2 keluarga miskin memiliki pendapatan yang rendah Tabel 11. Adapun seluruh contoh keluarga tidak miskin memiliki tingkat pendapatan yang tinggi. Hasil uji beda rataan t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata antara pendapatan keluarga miskin dengan keluarga tidak miskin. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan yang diterima keluarga miskin dengan keluarga tidak miskin. Tabel 11 Sebaran contoh dan statistik pendapatan Pendapatan KM n=31 KTM n=37 Total n=68 n n n Rendah ≤971 200 23 74.2 0.0 23 33.8 Sedang 971 201-1 942 401 7 22.6 0.0 7 10.3 Tinggi 1 942 402 1 3.2 37 100 38 55.9 Min-max dalam ribu 180-2 560 3 900-50 000 180-80000 Rataan ± SD dalam ribu 831±452 238.34 10 500±8 334 978.21 6 070±7 795 838.06 Nilai uji p 0.000 nyata pada p0.01 Semakin banyak anggota keluarga yang berkontribusi terhadap pendapatan keluarga, maka cenderung semakin baik kesejahteraan fisiknya Sunarti 2001. Menurut Nurulfirdausi 2010, pendapatan keluarga bergantung pada kualitas dan kuantitas sumberdaya yang dimiliki. Berarti semakin tinggi kualitas dan semakin banyak anggota keluarga yang bekerja maka semakin besar pendapatan yang diperoleh. Kualitas sumberdaya yang dimiliki dapat diukur berdasarkan jenjang pendidikan anggota keluarga. Pada keluarga miskin lebih dari separuh contoh dan suaminya tidak tamat SD, sedangkan pada keluarga tidak miskin persentase terbesar pendidikan contoh adalah lulusan diploma dan suami lulusan S1-S3. Dengan demikian dapat dipahami jika pendapatan pada keluarga tidak miskin lebih baik dibandingkan dengan pendapatan pada keluarga miskin. Selain itu, usia kepala keluarga pada keluarga miskin secara umum lebih tua sehingga kemampuan dalam mencari nafkah cenderung menurun. Hal ini sesuai dengan penelitian Saleha 2003 yang menyebutkan bahwa tingkat pendapatan dipengaruhi oleh besar anggota keluarga dan usia kepala keluarga. Pengeluaran Menurut Mangkuprawira dalam Nurulfirdausi 2010, pengeluaran total keluarga secara umum dialokasikan untuk kebutuhan pangan, non pangan, dan investasi. Porsi pengeluaran tersebut akan mencerminkan tingkat kesejahteraan suatu keluarga. Tabel 12 menunjukkan bahwa persentase pengeluaran untuk pangan pada keluarga miskin 2.5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan persentase pengeluaran pangan pada keluarga tidak miskin. Dengan demikian, keluarga miskin hanya mengalokasikan seperlima dari pengeluaran total bagi keperluan non pangan, seperti kesehatan, pendidikan, tabungan, dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan hukum Engel bahwa semakin rendah penghasilan seseorang, semakin besar biaya yang dikeluarkan untuk pangan Sumarwan 2004. Tabel 12 Persentase pengeluaran pangan dan non pangan Pengeluaran KM KTM Pangan 76.1 29.8 Non Pangan 23.9 70.2 Garis Kemiskinan Jawa Barat tahun 2009 BPS 2009 berada pada angka Rp. 211 726. Dengan mengacu pada Garis Kemiskinan Jawa Barat 2009, contoh dibagi ke dalam empat kategori, yaitu sangat miskin Rp 105 863, miskin Rp 105 864-Rp 211 727, hampir miskin Rp 211 728-317 590, dan tidak miskin 317 590. Tabel 13 menunjukkan bahwa sebaran contoh keluarga miskin berdasarkan pengeluaran lebih beragam dibandingkan keluarga tidak miskin. Hal yang menarik adalah terdapat 3.2 persen contoh keluarga miskin yang masuk dalam kategori tidak miskin. Adapun pada keluarga tidak miskin hanya 2.7 persen yang masuk dalam kategori hampir miskin dan sisanya 97.3 masuk dalam kategori tidak miskin. Hasil uji beda rataan t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata antara pengeluaran keluarga miskin dengan tidak miskin. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah pengeluaran keluarga miskin dengan tidak miskin. Tabel 13 Sebaran contoh dan statistik pengeluaran per kapita Pengeluaran per kapita KM n=31 KTM n=37 Total n=68