pendidikan selama ≤ 9 tahun. Adapun, pada keluarga tidak miskin hampir seluruh
contoh 94.6 menempuh pendidikan selama 9 tahun Tabel 6. Hanya 3.2 persen suami pada keluarga miskin yang menempuh pendidikan
lebih 9 tahun Tabel 7, sedangkan pada keluarga tidak miskin hampir seluruh contoh  97.3  menempuh  pendidikan  9  tahun.  Oleh  karena  itu,  dapat
dikatakan  bahwa  partisipasi  pendidikan  pada  keluarga  miskin  masih  terbilang rendah.  Hal  ini  disebabkan  mindset  keluarga  yang  bersifat  present  oriented
sehingga menganggap kurang perlu investasi dalam bidang pendidikan Saleha 2003.
Tabel 7  Sebaran lama pendidikan suami contoh dan statistiknya
Lama pendidikan KM n=31
KTM n=37 Total n=68
n n
n
≤9 tahun 30
96.8 1
2.7 31
45.6 9 tahun
1 3.2
36 97.3
37 54.4
Min-max 0-12
6-21 0-21
Rataan ± SD 4.68±2.29
15.03±2.59 10.31±5.73
NIlai uji p 0.000
nyata pada p0.01
Lee  dan  Hanna  dalam  Iskandar  2007  menyebutkan  bahwa  terdapat hubungan  positif antara  pendidikan dengan jumlah kekayaan  pada  semua usia.
Semakin  tinggi  pendidikan  maka  semakin  besar  peluang  pekerjaan  yang didapatkan sehingga semakin besar pula jumlah kekayaan yang dimiliki. Adapun
Sunarti 2001 menyebutkan bahwa pendidikan merupakan sumberdaya non fisik yang akan mempengaruhi kesejahteraan fisik, sosial, dan psikologis seseorang.
Pekerjaan
Pada  keluarga  miskin,  secara  umum  pekerjaan  contoh  terbagi  ke  dalam tiga jenis pekerjaan, yaitu buruh, pembantu rumahtangga PRT, dan wiraswasta
Tabel  8.  Jenis  pekerjaan  dengan  persentase  terbesar adalah  PRT,  yaitu  45.2 persen,  diikuti  dengan  buruh  6.5,  dan  wiraswasta  6.5.  Hampir  seluruh
contoh  bekerja  sebagai  PRT  di  komplek  perumahan  yang  banyak  terdapat  di sekitar tempat tinggal mereka. Mereka bekerja sebagai PRT paruh  waktu tidak
menginap sehingga mereka tetap bisa mengurus suami dan keluarga.
Tabel 8  Sebaran jenis pekerjaan contoh
Pekerjaan KM n=31
KTM n=37 Total n=68
n n
n
Tidak bekerja 12
38.7 17
45.9 29
42.6
Buruh 2
6.5 0.0
2 2.9
PRT 14
45.2 0.0
14 20.6
Wiraswasta 2
6.5 6
16.2 8
11.8 PNS
0.0 4
10.8 4
5.9 Pegawai swasta
0.0 7
18.9 7
10.3 Lain-lain
1 3.2
3 8.1
4 5.9
ket: tukang kredit, guru, tukang urut, pegawai BUMN Pada  keluarga  tidak  miskin  jenis  pekerjaan  contoh  meliputi  wiraswasta,
PNS, dan pegawai swasta. Dengan presentase wiraswasta sebesar 16.2 persen, PNS sebesar 10.8 persen, dan pegawai swasta sebesar 18.9 persen. Meskipun
sebagian  besar  contoh  memiliki  jenjang  pendidikan  tinggi  diploma  dan  S1, namun  hampir  separuh  contoh  keluarga  tidak  miskin,  tidak  bekerja  45.9.
Berdasarkan  pengamatan,  setidaknya  ada  dua  alasan  yang  menjelaskan fenomena  ini,  yaitu  1  contoh  merasa  keperluan  hidupnya  sudah  tercukupi  dari
penghasilan  suami;  dan  2  reponden  memilih  untuk  mengalokasikan  waktunya untuk keluarga dibandingkan untuk bekerja.
Tabel 9  Sebaran jenis pekerjaan suami contoh
Pekerjaan KM n=31
KTM n=37 Total n=68
n n
n
Tidak bekerja 4
12.9 0.0
4 5.9
Buruh 18
58.1 0.0
18 26.5
Satpam 3
9.7 0.0
3 4.4
Wiraswasta 1
3.2 4
10.8 5
7.4 PNS
0.0 7
18.9 7
10.3 Pegawai swasta
0.0 23
62.2
23
33.8
Lain-lain 5
16.1 3
8.1 8
11.8
ket: pemulung, petani, penambang, tukang ojeg, supir angkot, pegawai BUMN, serabutan
Jenis pekerjaan  suami pada keluarga  miskin  yaitu  buruh  58.1,  satpam 9.7, dan wiraswasta 3.2. Umumnya suami bekerja sebagai buruh tani atau
buruh  bangunan.  Buruh  tani  biasanya  mendapatkan  upah  harian,  sedangkan buruh  bangunan  mendapatkan  upah  harian  atau  gaji  bulanan  bergantung  dari
kontrak. Ketika kontrak pekerjaan bangunan habis, maka suami akan kembali ke rumah  dan  menjadi  pengangguran  hingga  ada  pekerjaan  lagi.  Pada  kondisi
seperti  ini,  contoh  mengaku  makin  sulit  memenuhi  kebutuhan  hidup  karena suami  terkadang  menganggur  dalam  waktu  yang  cukup  lama.  Pada  keluarga
tidak  miskin,  suami  berprofesi  sebagai  pegawai  swasta,  PNS,  dan  wiraswasta. Proporsi terbesar pekerjaan suami adalah pegawai swasta 62.2 Tabel 9.
Berdasarkan  data  di  atas  jelas  telihat  bahwa  baik  contoh  maupun  suami pada  keluarga  miskin,  sebagian  besar  memiliki  pekerjaan  yang  lebih
membutuhkan  keterampilan  fisik  dibandingkan  dengan  kemampuan  intelektual. Hal ini terjadi karena tingkat pendidikan contoh yang tergolong rendah sehingga
kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik sulit dicapai. Menurut Lee  dan  Hanna  dalam  Iskandar  2007  terdapat  hubungan  positif  antara
pekerjaan  dengan  kesejahteraan  keluarga  karena  pekerjaan  berkaitan  dengan akumulasi kekayaan.
Besar Keluarga
Besar keluarga menunjukkan jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan hidup dari pengelolaan sumberdaya yang sama. Hurlock 1980
membagi besar keluarga menjadi 3 kategori, yaitu keluarga kecil dengan jumlah anggota  keluarga  kurang  dari  dan  sama  dengan  4,  keluarga  sedang  dengan
jumlah anggota 5  sampai  7  orang,  dan  keluarga  besar  dengan  jumlah anggota keluarga lebih dari 8 orang.
Pada  Tabel  10  terlihat  bahwa  jumlah  anggota  keluarga  berkisar  antara  2 sampai  17  orang.  Pada  keluarga  miskin  jumlah  anggota  keluarga  dengan
persentase  terbesar  adalah  5  sampai 7 orang  keluarga  sedang.  Adapun  pada keluarga tidak miskin lebih dari separuh contoh memiliki jumlah anggota keluarga
kurang dari dan sama dengan 4 orang keluarga kecil. Tabel 10  Sebaran contoh dan statistik besar keluarga
Besar Keluarga KM n=31
KTM n=37 Total n=68
n n
n
Keluarga kecil ≤ 4 orang
7 22.6
22 59.5
29 42.6
Keluarga sedang 5-7 orang 14
45.2 13