59 Analisis Perbandingan Manajemen Sumberdaya Dan Kesejahteraan Keluarga Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin

Tabel 25 Sebaran contoh dan statistik kategori manajemen waktu Kategori Manajemen Waktu KM n=31 KTM n=37 Total n=68 n n n Rendah 0-33.3 31 100 28

75.7 59

86.8 Sedang 33.4-66.6 9 24.3 9 13.2 Tinggi 66.7-100 Min-max 3.95-28.95 3.95-65.79 3.95-65.79 Rataan ± SD 13.32±6.81 23.93±14.06 19.09±12.46 Nilai uji p 0.000 nyata pada p0.01 Rendahnya skor manajemen waktu diduga karena contoh memiliki persepsi yang menganggap waktu sebagai suatu sistem yang berputar dimana kejadian yang sama akan berulang menurut pola sirkulasi. Hal ini terbukti dari adanya pengakuan contoh yang tidak suka melakukan perencanaan karena setiap hari melakukan rutinitas yang sama. Salah seorang contoh dari keluarga miskin mengaku bahwa dirinya tidak pernah membuat perencanaan waktu karena aktivitas sehari-hari yang dilakukan tidak pernah berubah. Begitu pula yang diungkapkan salah seorang contoh dari keluarga tidak miskin, contoh menyebutkan bahwa dirinya sudah memiliki pola waktu tertentu dalam menjalani aktivitas sehari-hari sehingga merasa tidak perlu membuat perencanaan dalam menggunakan waktu. Hal ini berdampak pada sangat mudahnya contoh mengubah perencanaan waktu ketika ada hal-hal yang tidak terduga. Dalam penelitian ini, penggunaan waktu dibagi menjadi lima jenis, yaitu waktu produktif untuk bekerja, waktu subsisten untuk kegiatan pribadi, waktu antara waktu yang digunakan selama perjalanan ke tempat kerja, waktu luang, dan waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas rumahtangga domestik. Berdasarkan pembagian waktu tersebut, ditemukan bahwa terdapat proporsi yang sama antara waktu produktif keluarga miskin dengan tidak miskin. Meskipun demikian keluarga tidak miskin mengalokasikan waktu lebih banyak 29.1 untuk kegiatan domestik dibandingkan dengan keluarga miskin 20.5. Jika melihat pada pekerjaan keluarga, hampir separuh contoh pada keluarga tidak miskin, tidak bekerja ibu rumah tangga, sehingga persentase aktivitas domestik lebih besar. Bagi contoh yang bekerja, mereka memiliki peran ganda, yaitu sebagai pencari nafkah dan pengelola rumahtangga, sehingga meskipun bekerja mereka tetap mengupayakan untuk menyelesaikan kegiatan rumah tangga, seperti menyiapkan sarapan keluarga, mengasuh anak, membereskan rumah, dan lain-lain. Contoh keluarga tidak miskin menghabiskan waktu untuk perjalanan ke tempat kerja 8 kali lebih banyak dibandingkan keluarga miskin. Hal ini terjadi karena jarak tempuh antara rumah dan kantor keluarga miskin lebih dekat dibandingkan keluarga tidak miskin. Keluarga miskin mengalokasikan waktu lebih banyak untuk kegiatan pribadi 42 dibandingkan dengan keluarga tidak miskin 38.9. Dengan demikian, waktu luang keluarga miskin lebih banyak 22.9 dibandingkan dengan keluarga tidak miskin 13.9. Manajemen Keuangan Raines dalam Simanjuntak 2010 menyebutkan bahwa manajemen keuangan meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Dalam penelitian ini tahap merencanakan meliputi membuat dan menuliskan perencanaan penggunaan uang setiap bulan. Tahap implementasi meliputi menghitung perkiraan biaya hidup sehari-hari, merujuk pada rencana sebelum membeli sesuatu, mencatat biaya pengeluaran, berusaha menabung, dan memasukkan uang ke dalam amplop-amplop yang sudah dikategorikan. Adapun, tahap evaluasi mencakup evaluasi rutin dan menyeluruh serta membandingkan antara penerimaan dan pengeluaran. Tabel 26 Sebaran contoh dan koefisien uji beda indikator manajemen keuangan No Indikator Manajemen Keuangan KM n=31 KTM n=37 Uji Beda p 1 Membuat perencanaan keuangan setiap bulannya 41.9 64.9 0.060 2 Menuliskan perencanaan keuangan setiap bulan 0.0 29.7 0.000 3 Menghitung perkiraan biaya hidup sehari-hari 71.0 73.0 0.857 4 Merujuk pada rencana sebelum membeli sesuatu 54.8 86.5 0.005 5 Mencatat biaya pengeluaran 0.0 35.1 0.000 6 Berusaha menabung 19.4 91.9 0.000 7 Memasukkan uang ke dalam amplop-amplop yang sudah dikategorikan 77.4 78.4 0.926 8 Mengevaluasi pengeluaran secara rutin menyeluruh 9.7 64.9 0.000 9 Membandingkan penerimaan pengeluaran 87.1 86.5 0.942 nyata pada p0.01 Kurang dari separuh 41.9 keluarga miskin membuat perencanaan keuangan, namun tidak ada yang menuliskan perencanaan tersebut Tabel 26. Berbeda halnya dengan keluarga tidak miskin, lebih dari separuh 64.8 membuat perencanaan keuangan dan 29.7 persen menuliskannya. Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa keluarga tidak miskin melakukan tahap perencanaan yang lebih baik dibandingkan keluarga miskin. Persentase keluarga miskin dengan tidak miskin yang menghitung perkiraan biaya hidup sehari-hari tidak berbeda jauh, yaitu 71.0 persen keluarga miskin dan 73.0 persen keluarga tidak miskin. Sebagian besar 86.5 keluarga tidak miskin merujuk pada rencana sebelum membeli sesuatu, sedangkan persentase keluarga miskin yang melakukan hal tersebut lebih rendah yaitu 54.8 persen. Lebih dari sepertiga 35.1 keluarga tidak miskin mencatat biaya pengeluaran, sedangkan tidak ada keluarga miskin yang melakukan hal tersebut. Persentase jumlah contoh keluarga miskin dengan keluarga tidak miskn yang berusaha menabung, berbeda jauh. Hampir seluruh 91.9 keluarga tidak miskin berusaha menabung, sedangkan hanya 19.4 persen yang melakukan hal tersebut. Oleh karena itu, tahap pelaksanaan manajemen keuangan keluarga tidak miskin lebih baik dibandingkan keluarga tidak miskin. Lebih dari separuh 64.9 keluarga tidak miskin mengevaluasi pengeluaran secara rutin dan menyeluruh, sedangkan hanya sebagian kecil 9.7 keluarga miskin yang melakukan hal tersebut. Meskipun demikian sebagian besar 87.1 keluarga miskin membandingkan penerimaan dan pengeluaran. Begitu pula dengan keluarga tidak miskin, sebagian besar 86.5 membandingkan penerimaan dan pengeluaran. Berdasarkan hasil uji beda pada setiap indikator manajemen keuangan, diperoleh 5 indikator yang berbeda nyata antara kedua kelompok contoh. Kelima indikator tersebut adalah: 1 menuliskan perencanaan keuangan setiap bulan, 2 merujuk pada rencana sebelum membeli sesuatu, 3 mencatat biaya pengeluaran, 4 berusaha menabung, dan 5 mengevaluasi pengeluaran secara rutin dan menyeluruh. Tabel 27 Sebaran contoh dan statistik kategori manajemen keuangan Kategori Manajemen Keuangan KM n=31 KTM n=37 KM n=31 N n n Rendah 0-33.3 28 90.3 17 45.9 45 66.2 Sedang 33.4-66.6 3 9.7 16 43.2 19 27.9 Tinggi 66.7-100 0.0 4 10.8 4 5.9 Min-max 0.0-41.7 5.6-88.9 0.0-88.9 Rataan ± SD 21.1±10.6 41.7±21.0 32.3±19.8 Nilai uji p 0.000 nyata pada p0.01 Berdasarkan Tabel 27 dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan sebanyak 66.2 persen contoh memiliki skor manajemen keuangan yang rendah. Hampir seluruh keluarga miskin dan hampir separuh keluarga tidak miskin memiliki skor manajemen keungan yang rendah. Meskipun demikian, hasil uji beda rataan t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata antara manajemen keuangan keluarga miskin dan tidak miskin. Nilai rataan keluarga tidak miskin lebih besar dibandingkan keluarga miskin. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun keluarga tidak miskin memiliki skor manajemen keuangan yang rendah, namun manajemen keuangan keluarga tidak miskin lebih baik dibandingkan dengan keluarga miskin. Keterbatasan sumberdaya uang yang dimiliki dan orientasi masa kini yang dianut reponden keluarga miskin diduga menyebabkan contoh kurang melakukan pengelolaan keuangan. Secara umum pekerjaan contoh adalah pembantu rumahtangga yang memiliki pendapatan per bulan berkisar antara Rp 150 000 sampai Rp 400 000. Dengan penghasilan yang minim mereka memiliki pilihan yang terbatas dalam menggunakan uang sehingga mereka merasa tidak perlu melakukan manajemen keuangan. Orientasi masa kini yang dianut contoh menyebabkan contoh menganggap kurang perlu melakukan manajemen keuangan. Adapun, pada keluarga tidak miskin, kurangnya pengelolaan sumberdaya keuangan diduga karena contoh merasa memiliki sumberdaya yang melimpah sehingga merasa ‘aman’ dan ‘mudah’ dalam memenuhi keinginan meskipun tidak melakukan manajemen keuangan. Jika merujuk pada hasil-hasil penelitian sebelumnya, cukup banyak penelitian yang menyebutkan bahwa tingkat manajemen keuangan keluarga tergolong rendah. Misalnya hasil penelitian Samon 2005, Firdaus dan Sunarti 2009, dan Simanjuntak 2010. Manajemen Sumberdaya Keluarga Skor manajemen sumberdaya keluarga diperoleh dari total skor komposit manajemen sumberdaya manusia, manajemen waktu, dan manajemen keuangan. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa hampir seluruh keluarga miskin memiliki skor manajemen sumberdaya keluarga yang rendah, sedangkan lebih dari separuh keluarga tidak miskin memiliki skor manajemen sumberdaya keluarga dengan kategori sedang Tabel 28. Tabel 28 Sebaran contoh dan statistik kategori manajemen sumberdaya keluarga Kategori Manajemen Sumberdaya Keluarga KM n=31 KTM n=37 Total n=68 N n n Rendah 0-33.3 30

96.8 14