Tugas Pokok Penjaga Lintasan Kereta Api

Penyelenggaran perkeretaapian umum dan khusus di Indonesia termaktub dalam Pasal 17 sampai dengan Pasal 34 UU No.23 Tahun 2007 yang mengatur tentang Penyelenggaraan kereta api. Dalam menjaga pintu lintasan kereta api tidak semua dapat melakukannya, kita terbiasa menyebut orang yang menjaga lintasan dengan sebutan penjaga lintasan. Penjaga lintasan adalah orang yang terlatih dan memliki kecakapan khusus untuk menjaga pintu kereta api dan telah memahami semua tanggung jawab dalam menjaga pintu lintasan kereta api, hal ini dibuktikan melalui sertifikat yang diberikan oleh pemerintah.

2.6.3 Tugas Pokok Penjaga Lintasan Kereta Api

Tugas pokok penjaga jalan perlintasan PJL diatur dalam Reglemen 12 bab II tentang overwegwachter penjaga pintu lintasan ada 14 yaitu : 1 PJL harus sudah datang 15 menit sebelum waktu serah terima dari dinas pertama ke dinas berikutnya; 2 Sewaktu serah terima harus memperhatikan situasi dan kondisi saat itu dan mengisi buku serah terima dan menandatanganinya; 3 Memperhatikan grafikdaftar perjalanan kereta api yang terpasang di gardu dan jam yang ada; 4 15 menit sebelum kereta api lewat PJL harus sudah siap-siap menutup pintu, dengan memperhatikan situasikeadaan jalan raya sehingga tidak terjadi kemacetan; 5 Bila perlintasan tersebut dilengkapi dengan genta, PJL harus memperhatikan betul-betul bunyi genta tersebut, sehingga PJL yakin darimana kereta api akan lewat; 6 PJL harus memperhatikan semboyan-semboyan yang diperhatikan oleh kereta api sewaktu kereta api lewat; 7 PJL harus memeliharamenjaga kebersihan gardu, alat-alat yang ada, alur-alur rel, maupun aspalan jalan raya yang diperlintasan tersebut sehingga sewaktu kereta api atau kendaraan umum lewat tidak terganggu; 8 Selama tidak ada kereta api lewat PJL harus membersihkan badan kanankiri PJL sejauh 100-200 meter; 9 Bila ada kekurangan sesuatu atau kerusakan-kerusakan alat perlintasan tersebut, PJL harus segera lapor kepada atasan langsung Jrj, Adk, atau Dk agar segera diteruskan diselesaikan oleh yang berwenang; 10 Laporan yang diteruskan oleh AdkDk supaya dilengkapi dengan bukti yang menyatakan kapan laporan tersebut dibuat dilaporkan ke dinas lain; 11 PJL dilarang keras membuka pintu sebelum kereta api lewat atas permintaan perintah siapapun, kecuali ada atasan langsung yang bertanggung jawab; 12 Pada waktu dinas malam, lampu-lampu handsein maupun lampu senter betul-betul terang nyalanya, agar sinar putih hijau, maupun merah yang mengarah kereta api dapat dilihat jelas oleh masinis; 13 PJL tidak dibenarkan meninggalkan tempat mewakilkan kepada orang lain tanpa ada ijin dari atasan langsung; 14 Berusaha memberhentikan kereta api dengan memasang semboyan 3500 m sebelum perlintasan, bila terjadi kemacetan lalu lintas di perlintasan pada waktu KA akan lewat. 44

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 1990:3. Penelitian ini menyusun desain secara terus-menerus disesuaikan dengan kenyataan lapangan. Penelitian kualitatif tidak bertujuan utuk mengkaji atau membuktikan kebenaran suatu teori tetapi teori yang sudah ada dikembangkan dengan menggunakan data yang dikumpulkan. Dengan dasar tersebut, maka penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran tentang Pertanggungjawaban Pidana Penjaga Lintasan Kereta Api Dalam Kecelakaan Kereta Api di Pengadilan Negeri Slawi. Sehingga dari data primer maupun data sekunder diharapkan dapat memaparkan secara lebih jelas dan berkualitas.

3.2 Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian dalam skripsi ini adalah yuridis-sosiologis yaitu menekankan pada langkah-langkah spekulatif-teoritis dan analisis normatif- kualitatif dengan menguji peraturan perundang-undangan yang mengatur hal- hal yang menjadi pokok permasalahan, kemudian meneliti dan menganalisa