Pengertian Perkeretaapian di Indonesia

undang pembangunan jalan rel oleh pemerintah Hindia Belanda tanggal 6 April 1875. http:sipilugm.wordpress.com20080808sejarah- transportasi-keretaapi.html Perkembangan dalam dunia kereta api di Indonesia terus berlangsung, begitu pula dengan teknologinya. Tanggal 31 Juli 1995 diluncurkan KA Argo Bromo dikenal juga sebagai KA JS 950 Jakarta-Surabaya dan KA Argo Gede JB 250 Jakarta-Bandung. Peluncuran kedua kereta api tersebut menandai apresiasi perkembangan teknologi kereta api di Indonesia dan sekaligus banyak dikenal sebagai embrio teknologi nasional. Saat ini selain kedua KA “Argo” tersebut di atas, telah beroperasi pula KA Argo Lawu, KA Argo Dwipangga, KA Argo Willis, KA Argo Muria. Kemampuan dalam teknologi perkereta-apian di Indonesia juga terus berkembang baik dalam prasarana jalan rel maupun sarana kereta apinya. Dalam rancang bangun, peningkatan dan perawatan kereta api, perkembangan kemampuan tersebut dapat dilihat di PT. INKA Industri kereta Api di Madiun, dan balai Yasa yang terdapat di beberapa daerah.

2.6.2 Pengertian Perkeretaapian di Indonesia

Manusia membutuhkan suatu sarana atau alat yang dapat menunjang semua kegiatan mereka yang bergerak cepat dan sangat dinamis, sarana tersebut telah kita kenal dengan sebutan sarana transportasi. Seperti telah diuraikan bahwa sarana transportasi diperuntukkan bagi manusia atau orang yang memiliki mobilitas yang tinggi, maka perkembangan teknologi sarana transportasi harus mengikuti kepentingan manusia tersebut. Kini banyak terdapat sarana transportasi yang dapat digunakan oleh manusia untuk menunjang kegiatannya.. Indonesia sebagai suatu Negara pun telah memikirkan permasalahan transportasi dan menjadikannya sebagai proyek nasional, salah satu dari transportasi nasional tersebut adalah kereta api. Sebagaimana yang termaktub dalam UU No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian dalam ketentuannya yang berbunyi : Pasal 2 Perkeretaapian sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem transportasi nasional diselenggarakan berdasarkan: 1 asas manfaat; 2 asas keadilan; 3 asas keseimbangan; 4 asas kepentingan umum; 5 asas keterpaduan; 6 asas kemandirian; 7 asas transparansi; 8 asas akuntabilitas; dan 9 asas berkelanjutan. Pasal 3 Perkeretaapian diselenggarakan dengan tujuan untuk memperlancar perpindahan orang danatau barang, secara massal dengan selamat, aman, nyaman, cepat dan lancar, tepat, tertib dan teratur, efisien, serta menunjang pemerataan, pertumbuhan, stabilitas, pendorong, dan penggerak pembangunan nasional. Dengan ketentuan yang terdapat dalam UU No. 23 Tahun 2007 dapat dinyatakan bahwa kereta api adalah bagian dari sistem transportasi nasional guna menunjang pembangunan nasional yang mengutamakan kepentingan umum. Di Indonesia perkeretaapian dibagi menjadi dua bagian, yaitu perkeretaapian umum dan perkeretaapian khusus. Perkeretaapian umum meliputi perkeretaapian antarkota dan perkeretaapian perkotaan, sedangkan perkeretaapian khusus meliputi perkeretapiaan khusus untuk kepentingan industri, perkeretaapian khusus untuk kepentingan pertanianperkebunan, perkeretaapian khusus untuk keperluan pertambangan. Perkeretaapian dikuasai oleh negara sehingga memungkinkan bagi negara menggunakan wewenangnya melakukan pembinaan pada perkeretaapian yang meliputi, perencanaan, pengaturan, pembangunan, pemberdayaan dan pengawasan. Guna memudahkan pembinaan dalam perkeretaapian maka perkeretaapian dibagi menjadi tiga, yaitu perkeretaapian tataran nasional, perkeretaapian tataran wilayah, perkeretaapian tataran lokal. Perkeretaapian tataran nasional sebagaimana dimaksud adalah perkeretaapian yang menghubungkan secara menerus antar pusat kegiatan nasional, antara pusat kegiatan nasional dengan simpul transportasi tataran nasional dan antara pusat kegiatan nasional dan wilayah. Perkeretaapian tataran wilayah adalah yang menghubungkan secara menerus antar pusat kegiatan wilayah dan antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal. Sedangkan perkeretaapian tataran lokal adalah perkeretaapian yang melayani perkotaan. Penyelenggaran perkeretaapian umum dan khusus di Indonesia termaktub dalam Pasal 17 sampai dengan Pasal 34 UU No.23 Tahun 2007 yang mengatur tentang Penyelenggaraan kereta api. Dalam menjaga pintu lintasan kereta api tidak semua dapat melakukannya, kita terbiasa menyebut orang yang menjaga lintasan dengan sebutan penjaga lintasan. Penjaga lintasan adalah orang yang terlatih dan memliki kecakapan khusus untuk menjaga pintu kereta api dan telah memahami semua tanggung jawab dalam menjaga pintu lintasan kereta api, hal ini dibuktikan melalui sertifikat yang diberikan oleh pemerintah.

2.6.3 Tugas Pokok Penjaga Lintasan Kereta Api