VI. GAMBARAN APKI SECARA UMUM
Gambaran APKI secara umum menjelaskan bagaimana sejarah, maksud, tujuan, dan peranan APKI guna memberdayakan petani kelapa yang selama ini selalu
diposisikan sebagai pemasok bahan baku kepada pengusaha pengolah produksi kelapa. Pengusaha kelapa belum mempunyai keinginan untuk berlaku adil kepada
petani mengingat pengusaha hanya berorientasi semata-mata mencari keuntungan untuk itu diperlukan kelembagaan yang dapat memposisikan petani tidak hanya
sebagai pemasok bahan baku saja, tetapi juga dapat menjadi pengusaha, untuk itu lahirlah APKI.
Sejarah APKI
Sejarah berdirinya Asosiasi Petani Kelapa Indonesia. APKI berdiri pada tanggal 28 Oktober 2000 di Palembang, Sumatera Selatan, dan dikukuhkan 30 Juli
2002 di Manado, Sulawesi Utara. Organisasi ini, organisasi tingkat nasional berkedudukan di Ibukota Provinsi dimana ketua dan seketaris APKI berdomisili di
Propinsi. APKI unit terkecil berkedudukan di ibu kota kecamatan. APKI di Kecamatan Kahayan Kuala lahir ketika kecamatan ini masih
bergabung dengan kabupaten lama yaitu Kuala Kapuas tahun 2002 sebelum pemekaran wilayah dimana Kecamatan Kahayan Kuala sekarang menjadi wilayah
kabupaten baru dengan nama Pulang Pisau. Bagaimana kecamatan ini bisa tergabung dalam Asosiasi Petani Kelapa Indonesia hal ini karena latar belakang penduduk di
kecamatan ini 90 penduduknya bemata pencaharian sebagai petani perkebunan kelapa dan memerlukan wadah yang dapat mengorganisir kepentingan petani untuk
dapat lebih produktif dalam pengembangan usaha petani dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan petani.Sesuai dengan ADART dalam APKI yang
berusaha meningkatkan posisi tawar petani kelapa maka lahirlah Asosiasi Petani Kelapa di Kecamatan ini.
44
Tujuan
Adapun tujuan penyusunan pedoman penumbuhan dan pengembangan Kelembagaan Asosiasi petani perkebunan kelapa adalah:
1. Memberdayakan Petani Kelapa melalui suatu wadah organisasi 2. Meningkatkan harkat, martabat dan kesejahteraan petani kelapa
3. Membentuk pola kemitraan bisnis yang sinergis dan berkualitas
Fungsi
Asosiasi Petani Kelapa Indonesia APKI berfungsi sebagai berikut: 1. Sebagai wadah berhimpun seluruh petani kelapa.
2. Wahana perjuangan penyalur aspirasi dan kominikasi timbal balik antara sesama petani kelapa dan organisasi seprofesi yang lain.
3. Wadah penggerak dan pengarah peran serta petani kelapa. 4. Wadah pembina an dan pengembangan kegiatan-kegiatan petani kelapa.
Tugas pokok
Dalam rangka pencapai tujuan dan fungsi yang dimaksud, Asosiasi Petani Kelapa Indonesia APKI tugas pokoknya adalah:
1. Mengembangkan, meningkatkan serta memperkokoh organisasi. 2. Memperjuangkan perlindungan hak dan kepentingan petani kelapa.
3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani kelapa. 4. Menggerakan semangat kewirausahaan dan gotong- royong petani kelapa.
5. Meningkatkan kerjasama kemitraan dengan pihak lain yang menguntungkan.
Peranan APKI
Peranan APKI adalah sebgai wadah berhimpun petani untuk menyalurkan aspirasi petani, memahami persoalan yang mengganggu pengembangan usahanya
dan mencari upaya pemecahanya serta untuk memperkuat posisi tawar petani terhadap stakeholder perkebunan lainya.
45
Sasaran dan Manfaat
Sasaran dari kegiatan penumbuhan dan pengembangan asosiasi petani kelapa adalah :
1. Terwujudnya asosiasi petani perkebunan yang tangguh sehingga mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
2. Menjadi mitra pemerintah dalam stra tegi yang berkaitan dengan produksi, mutu dan pemasaran.
Adapun manfaat yang diharapkan dari kegiatan penumbuhan dan pengembangan APKI :
1. Dapat mendukung pembangunan perkebunan kelapa. 2. Mempertangguh daya saing melalui produksi yang bermutu dan efisiensi.
Tugas Pengurus Kelompok APKI
1. Mengidentifikasi kebutuhan masalah lapangan dan kebutuhan latihan guna menentukan materi pelatihan teknis kewirausahaan agar dapat mmencapai
sasaran yang dibutuhkan dilapangan. Hal ini tidak terlaksana di desa ini karena kepengurusan hanya bersifat semu hanya ketua yang aktif mengingat pengalaman
anggota dalam kepengurusan yang dipilih bersifat tidak terbuka tidak melibatkan anggota lain yang lebih berpotensi dalam kepengurusan APKI, hal ini terjadi
karena dominasi ketua APKI dalam segala bidang usaha tersebut diatas. 2. Membuat proposal kelayakan usaha. Penyusunan proposal di desa ini juga hanya
dikerjakan oleh ketua sehingga ketika FGD petani sebagai anggota menanyakan tentang proposal yang hanya dibuat oleh ketua, hal ini mendapat jawaban dari
ketua ”kalau ingin mendapat bantuan silahkan bagi anggota petani untuk membuat proposal“
hal ini terjadi karena keterbatasan SDM dalam kepengurusan APKI di kecamatan ini.
3. Membuat Rencana Usaha bagi anggota, pengurus APKI di kecamatan ini sudah mendapat bantuan sesuai dengan proposal bantuan yang dibuat oleh ketua, tetapi
rencana usaha tidak dapat berjalan dengan baik karena belum adanya kerjasama yang partisipatif dari seluruh stakeholder yang ada hal ini terjadi kurang adanya
kontrol dari instansi terkait untuk mendampingi petani sampai program benar-
46 benar berkelanjutan, petani belum bisa mandiri karena faktor,lemahnya SDM,
Pemanfaatan Teknologi Modern dan kerjasama diantara mereka yang sangat tidak adil karena usaha yang dijalankan hanya memposisikan petani sebagai
buruh oleh ketua APKI.
Ruang Lingkup
Pada dasarnya asosiasi tumbuh dari hasil kesepakatan petani yang dilakukan melalui musyawarah, bukan atas tekanan pihak tertentu. Penekanan dalam bentuk
apapun harus dihindari karena akan berdampak pada tidak adanya rasa kebersamaan sense of togetherness. Di sisi lain, kebersamaan dan keterlibatan anggota secara
penuh dalam setiap langkah dan pengambilan keputusan, sangat mendukung keberhasilan asosiasi.
Asosiasi harus dibentuk karena petani memang merasa perlu mendirikan asosiasi komoditi perkebunan serta menginginkan perubahan dan kemajuan yang
nyata dibidang yang selama ini ditekuni. Selanjutnya asosiasi dikembangkan dan diberdayakan sesuai kondisi sosial, ekonomi dan budaya setempat.
Asosiasi harus didasari oleh kemandirian sedangkan dukungan sifatnya hanya pelengkappenyempurna. Oleh karena itu, posisi Pemerintah sebagai fasilitator,
dinamisator adalah tepat dalam pengembangan organisasi asosiasi petani.
Kriteria
Agar asosiasi petani mampu menjawab permasalahan yang dihadapi anggotanya dan mampu hidup pada masa mendatang, maka kriteria yang diperlukan
antara lain : 1. Bersifat fleksibel
2. Membangun networking dan sharing. 3. Mendukung perubahan perilaku dalam hal ketrampilan, pengetahuan dan sikap.
4. Orientasi pada peningkatan kapabilitas. 5. Memiliki kewenangan otonomi yang memadai.
47
Langkah – langkah Pembentukan dan Pengembangan Asosiasi Petani Komoditi Perkebunan
Untuk penumbuhan asosiasi petani komoditi, langkah yang ditempuh adalah : 1. Sosialisasi tentang peranan dan manfaat asosiasi komoditi perkebunan.
2. Musyawarah petani untuk menyepakati pembentukan asosiasi petani. 3. Menyusun struktur organisasi dan penetapan personil kepengurusan asosiasi.
4. Pengukuran aosiasi petani komoditi perkebunan oleh pejabat yang berwenang. Sesuai dengan pendekatan bottom up, maka penumbuhan perlu dilaksanakan
dari tingkat Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan Pusat. Asosiasi dapat berkembang dan berhasil bila para petani sebagai anggota
memiliki keyakinan yang kuat untuk mewujudkan tujuan organisasi serta kebersamaan dan tekad yang bulat untuk mengubah nasib dan citra diri.
VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah
Kecamatan Kahayan Kuala merupakan salah satu wilayah Kecamatan di Kabupaten Pulang Pisau yang sangat potensial untuk pembangunan usaha produksi
kelapa guna meningkatkan pendapatan petani kelapa di Kecamatan ini. Faktor pendukung sumber daya alam perkebunan kelapa yang mendominasi mata
pencaharian petani adalah 90 persen penduduk memiliki lahan perkebunan kelapa yang diusahakan secara turun temurun. Lahirnya kelompok petani kelapa dalam
APKI dilatar belakangi oleh kebutuhan yang dirasakan petani kelapa dalam menyalurkan dan memperjuangkan aspirasi mereka dengan kondisi yang masih
terbatas baik Sumber Daya Manusia, teknologi, kerjasama dalam pemasaran. APKI berorientasi pada sektor pertanian perkebunan kelapa bagi seluruh petani
kelapa di Indonesia. Anggotanya terdiri dari kumpulan petani kelapa yang mewakili kelompoknya dengan seorang yang menjadi wakil dari petani sebagai ketua
kelompok yang diandalkan. Dia mempunyai keahlian pada bidang perkebunan kelapa serta mempunyai jiwa semangat dalam memajukan pembangunan perkebunan
kelapa. Tujuan APKI adalah memberdayakan petani kelapa melalui pola hubungan yang partisipatif dari anggotanya untuk mengembangkan kewirausahaan,
kemandirian dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan Petani. ADART APKI
Pola hubungan dalam lembaga APKI dibagi dalam tiga hal, antara lain : 1. Hubungan anggota dengan anggota lain yang tergabung dalam APKI
2. Hubungan anggota dengan pengurus dalam Organisasi APKI 3. Hubungan Pengurus APKI dengan stakeholder di Kecamatan Kahayan Kuala
Kabupaten Pulang Pisau.
49
Pola Hubungan Keanggotaan Dalam APKI ADART Bab V Pasal 9 Tentang Keanggotaan APKI Tahun 2002 :
Keanggotaan APKI terdiri dari : 1. Anggota Biasa
a. Anggota Biasa Asosiasi Petani Kelapa Indonesia APKI adalah perorangan Petani Kelapa Warga Negara Indonesia dan atau anggota koperasi yang
bergerak di bidang usaha tani kelapa. b. Setiap anggota biasa memiliki hak bicara dan hak memberikan suara, hak
memilih dan hak dipilih menjadi pengurus organisasi ditiap tingkatan. 2. Anggota Kehormatan
a. Anggota kehormatan adalah tokoh masyarakat atau cendikiawan yang berjasa kepada petani kelapa.
b. Setiap anggota kehormatan memiliki hak bicara dan mengikuti kegiatan organisasi atas undangan APKI.
Struktur atau Pola Hubungan anggota dengan sesama anggota dalam APKI bisa dilihat dalam gambar dibawah ini:
Gambar 4 : Pola Hubungan Anggota dengan Sesama Anggota dalam APKI Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa anggota dalam lembaga APKI
diketuai oleh seorang ketua kelompok yang dibentuk oleh pengurus dalam musyawarah anggota. Ketua yang terpilih adalah benar-benar pilihan dari suara
anggota dan mempunyai tugas untuk mewakili anggota dalam setiap pertemuan musyawarah yang diadakan oleh pengurus APKI di Kecamatan.
Ketua kelompok dapat mengambil keputusan guna meningkatkan posisi tawar petani, anggota dengan anggota lain dalam kelompok mempunyai kewajiban untuk
ANGGOTA Petani Kelapa
ANGGOTA Petani Kelapa
ANGGOTA Petani Kelapa
KETUA APKI Kelompok Petani
Kelapa Hubungan kuat
50 melaksanakan keputusan kelompok dan saling membantu guna mewujudkan tujuan
kelompok . Di Kecamatan Kahayan Kuala belum semua petani kelapa menjadi anggota
kelompok, hal ini dikarenakan beberapa faktor antara lain: 1. Luas wilayah perkebunan kelapa milik petani yang tidak mudah dijangkau oleh
alat transportasi atau dalam kawasan desa terpencil sehingga sulit untuk mensosialisasikan program dari APKI.
2. Jumlah pengurus yang tidak sebanding dengan jumlah petani mengakibatkan layanan penyuluhan bagi petani tidak menjangkau keseluruh petani kelapa.
3. Kelompok disetiap desa guna mewakili anggota tidak dapat aktip mengikuti program dalam APKI dikarenakan program APKI di Kecamatan Kahayan Kuala
dirasakan petani kurang menguntungkan. Program yang ada baru sebatas informasi belum pernah berkelanjutan.
Bila digambarkan maka pola hubungan anggota dengan anggota petani yang lain dalam APKI di Kecamatan Kahayan Kuala sebagai berikut:
Gambar 5 : Pola Hubungan Anggota dengan Anggota Petani yang lain dalam APKI Dapat dijelaskan kelompok yang dibentuk oleh APKI di Kecamatan Kahayan
Kuala sampai akhir tahun 2006 tidak dapat aktip menjalankan program yang pernah diberikan pemerintah. melalui APKI. Program yang pernah ada kurang
menguntungkan petani. Anggota petani belum dapat mewujudkan program yang disalurkan oleh APKI di Kecamatan Kahayan Kuala dikarenakan anggota hanya
diposisikan oleh pengurus APKI sebagai pemasok bahan baku saja. Untuk pengolahan atau produksi dan pemasaran pengurus tidak melibatkan
petani sehingga petani merasa tidak atau kurang diperhatikan dalam program. ANGGOTA
Petani Kelapa ANGGOTA
Petani Kelapa ANGGOTA
Petani Kelapa KETUA
Kelompok Petani Kelapa
Hubungan lemah
51 Akibatnya ketua kelompok tidak mampu merubah posisi petani yang seharusnya
dengan adanya kelompok APKI mampu berkeadilan dalam menjalankan program sehingga posisi petani tidak hanya sebagai obyek saja dalam mewujudkan program.
Kelompok tidak dapat aktip salah satu faktor yang mempengaruhinya karena keterbatasan SDM dalam kepengurusan APKI. Pengurus yang kurang menguasai
menejemen organisasi mengakibatkan pengurus APKI tidak mampu memajukan kelompok yang telah dibentuk.
Pengurus bekerja tidak sesuai dengan ADART APKI pusat karena dalam”pasal 9 tentang Keanggotaan sudah dijelaskan bahwa anggota APKI
mempunyai hak yang sama dalam memberikan suara demi kemajuan usaha yang dijalankan dalam APKI” tetapi kenyataan ini tidak terjadi di Kecamatan Kahayan
Kuala.
Struktur Organisasi dan Pola hubungan Kepengurusan Dalam APKI ADART BAB VI Pasal 11 Tahun 2002
Struktur Organisasi terdiri dari: a. Tingkat Nasional
b. Tingkat Propinsi c. Tingkat Kabupaten
d. Tingkat Kecamatan Susunan pengurus terdiri dari:
a. Dewan pengurus cabang APKI Kecamatan terdiri dari seorang ketua dan sekurang-kurangnya seorang wakil ketua, seorang sekretaris, seorang wakil
sekretaris, satu orang bendahara serta beberapa orang anggota. b. Pimpinan disetiap tingkatan kepengurusannya bersifat kolektif. Artinya pimpinan
diharapkan mampu memajukan anggota-anggota yang ada dibawahnya . Seperti tampak dalam gambar struktur kepengurusan dibawah ini :
52
Gambar 6 : Struktur Organisasi APKI di Kecamatan Kahayan Kuala
Tugas Pengurus Kelompok APKI
1. Mengidentifikasi kebutuhan masalah lapangan dan kebutuhan latihan guna menentukan materi pelatihan teknis kewirausahaan agar dapat mmencapai
sasaran yang dibutuhkan dilapangan. Hal ini tidak terlaksana di desa ini karena kepengurusan hanya bersifat semu hanya ketua yang aktif mengingat pengalaman
anggota dalam kepengurusan yang dipilih bersifat tidak terbuka tidak melibatkan anggota lain yang lebih berpotensi dalam kepengurusan APKI, hal ini terjadi
karena dominasi ketua APKI dalam segala bidang usaha tersebut diatas. 2. Membuat proposal kelayakan usaha. Penyusunan proposal di desa ini juga hanya
dikerjakan oleh ketua sehingga ketika FGD petani sebagai anggota menanyakan tentang proposal yang hanya dibuat oleh ketua, hal ini mendapat jawaban dari
ketua ”kalau ingin mendapat bantuan silahkan bagi anggota petani untuk membuat proposal“
hal ini terjadi karena keterbatasan SDM dalam kepengurusan APKI di kecamatan ini.
3. Membuat Rencana Usaha bagi anggota, pengurus APKI di kecamatan ini sudah mendapat bantuan sesuai dengan proposal bantuan yang dibuat oleh ketua, tetapi
rencana usaha tidak dapat berjalan dengan baik karena belum adanya kerjasama yang partisipatif dari seluruh stakeholder yang ada hal ini terjadi kurang adanya
kontrol dari instansi terkait untuk mendampingi petani sampai program benar- benar berkelanjutan, petani belum bisa mandiri karena faktor,lemahnya SDM,
Ketua Kelompok
Sekretaris
Seksi Budidaya Seksi Pengolahan
Hasil Bendahara
Seksi Pemasaran
53 Pemanfaatan Teknologi Modern dan kerjasama diantara mereka yang sangat
tidak adil karena usaha yang dijalankan hanya memposisikan petani sebagai buruh oleh ketua APKI.
Pola Hubungan Horizontal dalam APKI
Ketua APKI di Kecamatan Kahayan Kuala mempunyai tugas untuk melaksanakan organisasi di tingkat Kecamatan. Tetapi karena awal mula
terbentuknya APKI hanya untuk memenuhi program dari atas, sehingga ketua yang ada tidak sesuai dengan aturan organisasi yang seharusnya.
Pemilihan ketua dipilih dari suara anggota, tetapi kenyataan yang ada di Kecamatan Kahayan Kuala, Ketua dipilih tanpa melalui musyawarah seluruh petani.
Akibatnya ketua yang ada kurang mengakomodir suara anggota. Anggota tidak dapat menolak ketua yang ada sehingga posisi anggota petani dalam APKI di Kecamatan
Kahayan Kuala tidak mampu menyuarakan haknya seperti yang tercantum dalam ADART bahwa petani mempunyai hak memilih dan dipilih tetapi kenyataan yang
ada anggota hanya mempunyai hak dipilih oleh pemimpin dan belum bisa merealisasikan haknya untuk memilih siapa yang pantas memimpin APKI yang ada
di Kecamatan Kahayan Kuala. Pengkaji melalui observasi dan diskusi kelompok memfasilitasi terpilihnya
ketua baru yang mampu mengakomodir aspirasi anggota secara demokrasi. Hal ini ditolak oleh anggota mengingat ketua yang ada sudah dikenal sampai tingkat
propinsi sehingga untuk mencari program pemberdayaan mudah, tetapi kekurangannya pemimpin yang ada belum bisa terbuka dalam mempertanggung
jawabkan program yang didapat. Program yang ada sulit berkelanjutan karena program hanya dikuasai oleh
ketua tanpa melibatkan secara partisipatif anggota, hal ini terjadi juga dikarenakan dalam kepengurusan belum ada yang lebih baik dari ketua yang ada. Untuk itu
penguatan manajemen organisasi APKI perlu ditingkatkan melalui pegetahuan dan pelatihan manajemen agar semua anggota dan pengurus mampu menjalankan hak
dan kewajiban sesuai dengan ADART yang telah disepakati secara nasional demi terwujudnya APKI dalam meningkatkan posisi tawar petani.
54 Gambar Pola Hubungan Ketua APKI dan Anggota di Kecamatan Kahayan
Kuala dapat dilihat seperti dibawah ini:
Gambar 7 : Pola Hubungan Ketua APKI dan Anggota di Kecamatan Kahayan Kuala Dari gambar di atas tampak bahwa hubungan ketua dengan anggota
pengurus di Kecamatan Kahayan Kuala kurang terjalin secara sinergis. Hal ini ditandai dengan garis putus-putus yang menandakan hubungan antara ketua dengan
anggota dalam kepengurusan tidak lancar. Akibatnya kepengurusan APKI tidak dapat aktif sehingga program tidak dapat dijalankan seperti yang diharapkan seperti
yang tercantum dalam ADART APKI pusat.
Pola Hubungan Vertikal APKI dengan Pihak Terkait
Selama ini petani hanya terdaftar dalam keanggotaan APKI tetapi APKI belum mampu berperan seperti yang diharapkan oleh petani dalam mengatasi
permasalahan-permasalah yang dihadapi petani. Melalui penguatan kelembagaan APKI diharapkan mampu mengaktifkan kembali APKI dan menjadi wadah dengan
tujuan yang sebenarnya yaitu meningkatkan posisi tawar petani. Tanpa kegiatan yang didukung oleh seluruh instansi secara partisipatif mustahil APKI mampu berperan
sebagai wadah yang kuat bagi petani. Untuk itu perlu melakukan kerjasama dengan stakeholder
. Analisis ini diperlukan mengingat untuk mengembangkan usaha dalam
APKI yang mandiri bagi petani kelapa merupakan upaya pengembangan ”multi stakeholder
”. Artinya selain tergantung pada petani kelapa itu sendiri juga perlu keterlibatan pihak lain yang terkait dan berkepentingan, mengingat lemahnya aspek-
aspek yang melingkupinya. Pola hubungan tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut ini:
ANGGOTA Petani
ANGGOTA Petani
ANGGOTA Petani
Ketua APKI Kecamatan
Hubungan lemah
55
Gambar 8 : Pola Hubungan APKI dengan Instansi Terkait
Deskripsi dari gambar di atas adalah sebagai berikut : 1. Tampak bahwa masing-masing lembaga memiliki kepentingan terhadap
komoditas kelapa, bahkan kepentingan tersebut berbeda dan berdiri sendiri. 2. Manfaat komoditas kelapa yang cukup banyak memungkinkan antar pelaku
ekonomi yang menekuni salah satu atau beberapa manfaat dapat saling bekerjasama, bahkan dengan masyarakat petani walaupun cenderung merugikan.
3. APKI memang memiliki pola hubungan dengan manfaat komoditas kelapa. Tetapi perannya terhadap petani baru terbatas sebagai lembaga konsultasi.
Sementara itu antara masyarakat petani dengan pelaku ekonomi sering terjadi hubungan yang terus menerus.
APKI Kecamatan
Dinas Kecamatan
Masyarakat Tani
Kelompok Tani
Pelaku Ekonomi
Komoditi Kelapa
Minyak Arang
Aktif Bahan
Bangunan Bahan
Mebelair Gula
Merah Nata de
coco APKI
Kabupaten Dinas
Kabupaten
Masing-masing lembaga memiliki kepentingan terhadap komoditas kelapa
56 Didasari dari hasil analisis pada pola hubungan vertikal maupun horizontal,
ternyata posisi masyarakat petani di Kecamatan Kahayan Kuala sebagai anggota APKI masih sangat lemah, baik dari sisi SDM petani, produksi dan kerjasama. APKI
sebagai lembaga untuk mencapai tujuan yang diharapkan masyarakat petani yaitu meningkatkan pendapatan belum berhasil hal ini disebabkan karena APKI belum
berfungsi dengan baik. Beberapa fungsi utama APKI yang belum bekerja dengan baik dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Fungsi Pembelajaran, yang menghasilkan pengetahuan dan pengembangan SDM kepada anggotanya.
2. Fungsi Produksi, yang menghasilkan ketrampilan terutama teknologi kepada anggotanya.
3. Fungsi Kerjasama, yang menghasilkan kemampuan anggota untuk negosiasi berhubungan dengan pihak lain.
Mengingat hal di atas, kelembagaan APKI perlu diperkuat menjadi kelembagaan yang berfungsi sebagai lembaga ekonomi agar mampu melindungi
anggotanya dalam upaya mendapatkan manfaat nilai tambah yang seimbang dengan lembaga lain. Oleh karena itu, peran dan fungsi produk APKI perlu dikembangkan.
Berarti, secara internal APKI harus berbenah membangun organisasi yang memiliki kejelasan dalam aturan main, dipatuhi oleh anggota, memiliki spesialisasi
kemampuan teknis agar mampu membangun jaringan mitra kerjasama dengan pihak lain.
Tentunya, upaya ini dapat dicapai apabila daerah otonom Pulang Pisau yang memiliki kewenangan mengatur dapat berperan, sehingga pemberdayaan kelapa
dapat dimanfaatkan secara optimal. Menurut Fachry 2001 pemberdayaan petani kelapa bukanlah pekerjaan yang mudah, karena di samping berkaitan dengan
interaksi dari tiga unsur utama Pemerintah, Pengusaha dan Petani juga terkait dengan sistem sebagai spirit dari struktur interaksi, sumber-sumber ekonomi yang
dapat dimanfaatkan dan bekerjanya sistem tersebut.
57 Tanpa kegiatan yang didukung oleh seluruh instansi secara partisipatif
mustahil APKI mampu berperan sebagai wadah yang kuat bagi petani. Keterkaitan tersebut dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 8 : Hubungan antara APKI dengan Pengurus, Anggota dan Instansi Terkait dalam Memberdayakan Usaha Petani Kelapa Tahun 2006
No Peran
Kekuatan Keterbatasan Upaya Peningkatan
Hubungan
1 Anggota APKI
Adanya Pemahaman akan persoalan dan kebutuhan
yang sama Penguatan Kerjasama
2 Pengurus APKI Keterbatasan Pengurus APKI
belum optimal bekerja, Rencana Program Kerja tidak
berkelanjutan Menyusun program Kerja
yang berkelanjutan dengan bekerjasama dengan instansi
terkait secara partisipatif
Sumber : Hasil observasi, wawancara, dan pengumpulan data bulan Juli 2006
Tabel 9 : Hubungan antara APKI dengan Instansi Terkait dalam Memberdayakan Petani di Kecamatan Kahayan Kuala Tahun 2006
NO Peran Kekuatan Keterbatasan
Upaya Peningkatan Hubungan
1 Aparat Desa,
Kecamatan Memiliki power dalam
mendukung program APKI Ikut terlibat dalam kegiatan
pengembangan masyarakat. Mengadakan pertemuan
untuk membahas pemberdayaan petani dalam
APKI
Terbatasnya anggaran yang ada, kontrol terhadap program
APKI
2 Tokoh masyarakatKetua
agama, ketua Rw, Rt, tokoh
informal Dipatuhi masyarakat,
memiliki kemauan untuk berpartisipasi, suka gotong
royong. Menggerakan Partisipasi
Masyarakat
3 Penyuluh, Dinas
Perkebunan, Perdagangan,
Koperasi,Industri. Mempunyai kewajiban
menyuluh Dan program pengembangan
Petani Kerjasama
Dalam Program disesuaikan dengan kebutuhan petani
dan dapat berkelanjutan
Terbatas dana,
saranaprasarana Guna meningkatkan
Kinerja APKI
Sumber : Hasil observasi, wawancara, dan pengumpulan data bulan Juli 2006
VIII. Kinerja APKI di Kecamatan Kahayan Kuala