2.5.4. Pengaruh Komite Audit terhadap Praktik Perataan Laba Income
Smoothing
Teori keagenan agency theory menurut Subaweh 2008 merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan. Teori tersebut berasal
dari hubungan teori ekonomi, teori keputusan sosiologi dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan diadakannya hubungan kerja antara pihak
yang memberi wewenang principal dalam hal ini adalah investor dengan pihak yang menerima wewenang agent dalam hal ini adalah manajer dengan
kontrak kerjasama yang disebut “nexus of contact”. Teori keagenan keagenan mengasumsikan bahwa semua individu
bertindak sesuai kepentingansendiri. Scott 2006 menyatakan bahwa principal dalam hal ini adalah pemegang saham diasumsikan hanya tertarik pada hasil
dividen saham. Sedangkan agent dalam hal ini adalah manajer diasumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang
menyertai dalam hubungan tersebut. Konflik kepentingan tersebut mempengaruhi manajeman dalam mengambil keputusan khususnya mengenai
keputusannya mengenai pelapaoran laba. Ketidakseimbangan informasi asymmetry information merupaka akbat
yang terjadi dari pola pengelolaan perusahaan go public. Manajer memiliki akses lebih terhadap informasi dibandingkan investor. Hal tersebut yang
mendasari manajeman dalam memaksimalkan kepentingan individunya melalui praktik perataan laba. Salah satu mekanisme dalam meminimalisir praktik
peretaan laba adalah dengan dibentuknya struktur pengawas yang dapat mengakses catatan atau informasi tentang karyawan, dana aset, serta sumber
daya perusahaan lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan perusahaan. Komite audit merupakan salah satu bentuk mekanisme
pengawasan tersebut. Komite audit merupakan Komite audit adalah sub-komite dewan
komisaris yang menyediakan komunikasi formal antara dewan, sistem pemantauan internal, dan auditor eksternalnya Sanjaya, 2008. Jumlah anggota
komite audit sekurang-kurangnya terdiri dari 3 anggota, seorang diantaranya adalah komisaris independen yang bertugas sekaligus sebagai ketua komite
audit, sedangkan dua anggota lainnya merupakan pihak independen dari luar perusahaan yang memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan keuangan.
Komite audit memiliki tanggung jawab pengawasan untuk proses pelaporan keuangan perusahaan dan tujuan utamanya adalah untuk
meningkatkan kredibilitas laporan yang diaudit. Pada prinsipnya, tugas dari komite audit adalah untuk memberikan rekomendasi kepada dewan komisaris
untuk kondisi pelaksanaan peraturan perundang-undangan kegiatan perusahaan dan melakukan penelaahan untuk laporan keuangan perusahaan Putri, 2011.
Komite audit menurut Sari 2008 dalam Aji 2012 bertanggungjawab untuk mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit internal, dan mengamati sistem
pengendalian internal termasuk audit internal dapat mengurangi sifat opportunistic manajemen yang melakukan manajemen laba earning
management dengan cara mengawasi laporan keuangan dan melakukan pengawasan pada audit eksternal.
Penelitian sebelumya yang dilakukan oleh Bhakti 2008 menghasilkan bahwa komite audit berpengaruh negatif terhadap praktik perataan laba.
Menurutnya komite audit dibentuk untuk meningkatkan efektivitas, akuntabilitas, transparansi, dan objektivitas. Dengan adanya komite audit maka
kinerja manajemen akan benar-benar diawasi sehingga ruang gerak manajer dalam melakukan perataan laba akan semakin sempit.
Secara umum tujuan dibentuknya komite audit adalah melakukan pengawasan
pengelolaan perusahaan.
Hal tersebut
dilakukan guna
meminimalisir tindakan opputunistic manajeman yang dapat merugikan perusahaan khususnya investor selaku pemilik. Sehingga dapat disimpulkan
komite audit berpengaruh negatif terhadap praktik perataan laba.
2.5.5. Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Praktik Perataan Laba Income Smoothing