2.5.1 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Praktik Perataan
Laba Income Smoothing
Teori keagenan mengasumsikan bahwa setiap individu bertindak sesuai dengan kepentingannya sendiri. Pemegang saham sebagai principal
diasumsikan hanya tertarik kepada hasil keuangan yang meningkat dan hasil deviden saham. Sedang para agent diasumsikan menerima kepuasan berupa
kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut Scott, 2006. Teori ini menjelaskan adanya konflik yang terjadi antara
agent dan principal. Konflik tersebut menjadi nyata dikarenakan dua pihak yang terlibat memiliki akses informasi yang berbeda mengenai konsidi
keuangan perusahaan. Manajemen memiliki akses informasi perusahaan yang lebih baik daripada pemilik, sehingga menyebabkan perilaku opportunistic
manajeman dalam memaksimalkan nilai individunya. Struktur kepemilikan saham menunjukkan pengaruh pemegang saham
terhadap kegiatan operasional perusahaan sehingga merupakan salah satu mekanisme dalam pengendalian perilaku opportunistic manajeman. Salah satu
karakteristik struktur kepemilikan saham adalah kepemilikan terkonsentrasi dan kepemilikan menyebar. Kepemilikan saham terkonsentrasi adalah keadaan
dimana sebagian besar saham dipegang oleh kelompok atau individu tertentu. Sebaliknya kepemilikan saham menyebar adalah kondisi dimana saham
perusahaan dipegang oleh banyak kelompok atau individu sehingga kepemilikannya relatif tidak dominan.
Kepemilikan saham terkonsentrasi memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif
sehingga mengurangi tindakan manajemen melakukan perataan laba. Salah satu bentuk kepemilikan terkonsentrasi adalah kepemilikan saham institusional
dimana dalam hal ini suatu institusi memiliki sebagian besar saham suatu perusahaan dalam suatu periode waktu tertentu.
Kepemilikan saham yang besar oleh pihak institusional merupakan salah satu mekanisme untuk mengawasi kinerja manajemen. Pemegang saham
institusional dapat mengimbangi informasi yang dimiliki oleh manajemen didasarkan atas kepemilikan saham yang relatif signifikan sehingga asimetri
informasi yang terjadi antara manajemen dan pemilik rendah. Hal tersebut menyebabkan manajemen tidak leluasa untuk melakukan pengelolaan atas
labanya. Kepemilikan saham institusi yang tinggi menurut Subhan 2012 diharapkan dapat menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar sehingga
dapat menghalangi perilaku opportunistic manajer yang dapat merugikan semua pihak.
Penelitian sebelumya
yang dilakukan
oleh Bhakti
2008 mengahasilkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap
praktik perataan laba. Hal tersebut disebabkan karena melalui ekanisme kepemilikan institusional, efektivitas pengelolaan sumberdaya perusahaan oleh
manajemen dapat diketahui dari informasi yang dihasilkan melalui reaksi pasar atas pengumuman laba.
Kepemilikan saham oleh institusi merupakan salah satu mekanisme dalam meminimalkan agency conflit melalui pengurangan asymmetry
information yang terjadi. Investor institusional menurut Midiastuty dan
Machfoedz 2003 dianggap sophisticated investors yang tidak mudah “dibodohi” oleh manajer. Selain itu menurut Boediono 2005, tingkat
kepemilikan saham oleh institusi yang tinggi diharapkan dapat menimbulkan pengawasan yang lebih besar sehingga dapat menghalangi perilaku
opportunistic manajer yang dapat merugikan semua pihak. Sehingga dapat disimpulkan kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap praktik
perataan laba.
2.5.2. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Praktik Perataan Laba