Pengaruh Obesitas, Aktifitas Fisik, Merokok, Riwayat Keluarga Terhadap Kejadian Pradiabetes Pada Usia < 45 Tahun di Kota Lhokseumawe

(1)

PENGARUH OBESITAS, AKTIFITAS FISIK, MEROKOK, RIWAYAT KELUARGA TERHADAP KEJADIAN PRADIABETES PADA USIA

< 45 TAHUN DI KOTA LHOKSEUMAWE

TESIS

Oleh MUNAWAR 127032006/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THE INFLUENCE OF OBESITY, PHYSICAL, ACTIVITY, SMOKING, AND FAMILY HISTORY THE INCIDENT OF PREDIABETES AT THE AGES

OF < 45 YEARS OLD IN THE CITY OF LHOKSEUMAWE

THESIS

By MUNAWAR 127032006/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGARUH OBESITAS, AKTIFITAS FISIK, MEROKOK, RIWAYAT KELUARGA TERHADAP KEJADIAN PRADIABETES PADA USIA < 45

TAHUN DI KOTA LHOKSEUMAWE

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh MUNAWAR 127032006/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : PENGARUH OBESITAS, AKTIFITAS FISIK, MEROKOK, RIWAYAT KELUARGA

TERHADAP KEJADIAN PRADIABETES PADA USIA < 45 TAHUN DI KOTA LHOKSEUMAWE

Nama Mahasiswa : MUNAWAR

Nomor Induk Mahasiwa : 127032006

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, M.P.H) Ketua

(dr. Surya Dharma, M.P.H.) Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(5)

Telah Diuji

pada Tanggal : 14 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, M.P.H Anggota : 1. Dr. Surya Dharma, M.P.H

2. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes. 3. drh. Rasmaliah, M.Kes.


(6)

PERNYATAAN

PENGARUH OBESITAS, AKTIFITAS FISIK, MEROKOK, RIWAYAT KELUARGA TERHADAP KEJADIAN PRADIABETES PADA USIA < 45

TAHUN DI KOTA LHOKSEUMAWE

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 14 Agustus 2014

Munawar 127032006/IKM


(7)

ABSTRAK

Pradiabetes merupakan gangguan kesehatan yang terjadi jika kadar glukosa darah seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis diabetes. Di Kota Lhokseumawe prevalensi DM adalah 9,7% dan menempati penyakit urutan kedua setelah penyakit tidak menular (PTM). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh obesitas aktifitas fisik, merokok dan riwayat keluarga dengan kejadian pradiabetes pada usia <45 tahun di Kota Lhokseumawe.

Jenis penelitian adalah penelitian Case Control. Populasi adalah seluruh penderita pradiabetes umur 25–45 tahun yang bertempat tinggal di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe. Sampel berjumlah 124 yaitu 62 kasus dan 62 kontrol. Tahapan analisis data yaitu analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik berganda.

Hasil analisis bivariat diperoleh ada pengaruh obesitas, aktifitas fisik kebiasaan merokok dan riwayat keluarga dengan kejadian pradiabetes. Faktor risiko yang mempunyai pengaruh bermakna untuk kejadian pradiabetes adalah obesitas (OR=33,99; 95%CI 8,15-141,77) dan riwayat keluarga DM (OR=27,23; 95%CI 7,13-104,06). Obesitas merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi kejadian pradiabetes.

Disarankan Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe perlu meningkatkan koordinasi dengan puskesmas dan rumah sakit agar melakukan penyuluhan secara berkala tentang diabetes mellitus guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat dalam mencegah diabetes. Penderita pradiabetes lebih menjaga pola makan dan meningkatkan gaya hidup sehat agar tidak terjadi obesitas.


(8)

ABSTRACT

Prediabetes is an obstacle that occurs when the blood glucose level of somebody is higher than normal but it is high enough to be diagnosed with diabetes. The prevalence of DM in the city of Lhokseumawe was 9.7% and rank second only to PTM. The purpose of this study was to find out the influence of obesity, physical activity, smoking and family history on the incident of prediabetes at the age of <45 years old in the city of Lhokseumawe.

The population of this study with case-control design was all of the prediabetes sufferers who were 25-<45 years old living in Banda Sakti Subdistrict, the city of Lhokseumawe and 124 of them were selected to be the samples for this study consisting of 62 for case group and 62 for control group. The data obtained were analyzed through univariate analysis, biavariate analysis and multivariate analysis by using multiple logistic regression tests.

The result of bivariate analysis showed that obesity, physical activity, smoking and family history had influence on the incident of prediabetes was obesity (OR=33.99;95%CI 8.15-141.77) and family history with DM (OR=27.33; 95%CI 7.13-104.06). obesity was the most dominant wariable influencing the incident of prediabetes.

Lhokseumawe District Health Office is suggested to improve the coordination with Puskesmas (Primary Health Center) and hospitals to health promotion on Diabetes Mellitus in order to improve the knowledge, attitude and community action in preventing diabetes. The diabetes sufferers should maintain their diet (dietary pattern) and improve their healthy lifestyle to prevent obesity.


(9)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Syukur Alhamdulillah, penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah serta Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan thesis ini dengan judul “ Pengaruh Obesitas, Aktifitas Fisik, Merokok, Riwayat Keluarga Terhadap Kejadian Pradiabetes Pada Usia < 45 Tahun di Kota Lhokseumawe”.

Penyusunan thesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik untuk menyelesaikan Pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi Universitas Sumatera Utara.

Penulis dalam menyusun thesis ini, menyadari begitu banyak mendapat bimbingan, arahan, bantuan dan kemudahan dari berbagai pihak, sehingga thesis ini dapat diselesaikan. Dengan ketulusan hati, penulis menyampaikan terima kasih, semoga sehat, bahagia dan selalu dalam Lindungan Allah SWT kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, M.P.H dan dr. Surya Dharma, M.P.H selaku komisi pembimbing yang dengan sabar dan tulus telah banyak memberikan


(10)

perhatian, dukungan, pengertian dan pengarahan sejak awal hingga selesainya thesis ini.

4. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes. dan drh. Rasmaliah, M.Kes selaku komisi penguji yang telah memberi masukan sehingga dapat meningkatkan kesempurnaan thesis ini

5. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh Dosen Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/ Epidemiologi, Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, semoga ilmu dan pengetahuan yang diberikan selama penulis belajar menjadi amal ibadah dan mendapat Rahmat dari Allah SWT.

7. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara yang telah memberikan izin mengikuti Tugas Belajar kepada penulis sehingga penulis dapat melanjutkan Pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

8. Kepala Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokeumawe yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di Kecamatan Banda Sakti.

9. Para teman sejawat dan rekan-rekan mahasiswa di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, khususnya Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi.


(11)

Ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada Ayahanda Alm. Ibrahim Idris dan Ibunda Kartini atas segala jasanya sehingga penulis mendapatkan pendidikan terbaik adinda Mainiwati, Sahrial dan Rahmah Akmal

Teristimewa untuk Isteri tercinta Maisarah dan anakku tersayang Kayyisah, Khalisa dan Muhammad Martunis yang telah turut memberikan doa, karena kehilangan banyak waktu bersama dalam masa-masa menempuh pendidikan ini dan banyak sekali memberikan motivasi serta dukungan kepada penulis dalam proses penyelesaian tesis ini.

Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, September 2014

Munawar 127032006/IKM


(12)

RIWAYAT HIDUP

Munawar, lahir pada tanggal 05 Juni 1976 di Matangglumpangdua Kabupaten Bireuen, beragama Islam, anak ke Satu dari empat bersaudara dari pasangan Ayahanda Ibrahim Idris dan Kartini. Mempunyai dua orang putri dan satu orang putra, sekarang menetap di Desa Matang Sagoe Kabupaten Bireuen.

Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di MIN 1 Matangglumpang pada tahun 1984 dan diselesaikan pada tahun 1989, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 1 (SLTP) Matangglumpangdua pada tahun 1988 dan diselesaikan pada tahun 1992, Sekolah Menengah Umum Negeri (SMA) Peusangan pada tahun 192 dan diselesaikan pada tahun 1995, Akademi Penilik Kesehatan Departemen Kesehatan pada tahun 1997 dan diselesaikan pada tahun 2001, masuk Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah pada tahun 2001 dan diselesaikan pada tahun 2004, Strata Dua (S2) di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dengan Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/ Epidemiologi tahun 2012 sampai dengan tahun 2014.

Pada tahun 2006 sampai tahun sekarang menjadi pegawai di Puskesmas Langkahan Aceh Utara.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Hipotesis ... 9

1.5. Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Definisi Pradiabetes ... 10

2.1.1. Riwayat Alamiah Pradiabetes dan Diabetes ... 11

2.1.2. Epidemiologi Pradiabetes ... 13

2.1.3. Diagnosis Pradiabetes dan Diabetes Mellitus ... 14

2.1.4. Klasifikasi Diabetes Mellitus ... 17

2.1.5. Faktor Resiko Pradiabetes... 19

2.2. Landasan Teori ... 24

2.2.1. Obesitas ... 25

2.2.2. Aktifitas Fisik ... 26

2.2.3. Merokok ... 28

2.2.4. Riwayat Kelurga ... 28

2.3. Landasan Teori ... 31

2.4. Kerangka Konsep ... 32

BAB3. METODE PENELITIAN ... 33

3.1. Jenis Penelitian ... 33

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 33

3.2.2. Waktu Penelitian ... 34

3.3. Populasi dan Sampel ... 34

3.3.1. Populasi ... 34


(14)

3.4. Teknik Pengambilan Sampel... 36

3.4.1. Kriteria Inklusi ... 36

3.4.2. Metode Pengumpulan Data ... 37

3.5. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 37

3.5.1. Variabel Penelitian ... 37

3.5.2. Definisi Operasional ... 38

3.6. Teknik Pengolahan Data... 39

3.7. Metode Analisa Data ... 39

3.7.1. Analisis Univariat ... 40

3.7.2. Analisis Bivariat ... 40

3.7.3. Analisis Multivariat ... 40

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 42

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 42

4.1.1. Geografi ... 42

4.1.2. Kependudukan ... 42

4.2. Karakteritik Responden ... 43

4.3. Obesitas, Aktifitas Fisik, Kebiasaan Merokok dan Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus ... 44

4.4. Analisis Bivariat... 46

4.4.1. Pengaruh Obesitas terhadap Kejadian Pradiabetes pada Usia < 45 Tahun di Kota Lhokseumawe... 46

4.4.2. Pengaruh Aktivitas Fisik terhadap Kejadian Pradiabetes pada Usia 25-45 Tahun di Kota Lhokseumawe ... 46

4.4.3. Pengaruh Kebiasaan Merokok terhadap Kejadian Pradiabetes pada Usia 25-45 Tahun ... 47

4.4.4. Pengaruh Riwayat Keluarga DM terhadap Kejadia Pradiabetes pada Usia 25-45 Tahun ... 47

4.5. Analisis Faktor Risiko yang Paling Berpengaruh terhadap Kejadian Pradiabetes pada Usia < 45 Tahun di Kota Lhokseumawe ... 48

BAB 5. PEMBAHASAN ... 51

5.1. Pengaruh Obesitas terhadap Kejadian Pradiabetes pada Usia < 45 Tahun di Kota Lhokseumawe ... 51

5.2. Pengaruh Aktifitas Fisik terhadap Kejadian Pradiabetes pada Usia < 45 Tahun di Kota Lhokseumawe ... 54

5.3. Pengaruh Kebiasaan Merokok terhadap Kejadian Pradiabetes pada Usia < 45 Tahun di Kota Lhokseumawe ... 56

5.4. Pengaruh Riwayat Keluarga DM terhadap Kejadian Pradiabetes pada Usia < 45 Tahun di Kota Lhokseumawe ... 57


(15)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

6.1. Kesimpulan ... 60

6.2. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 63


(16)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

2.1. Kader Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa sebagai Patakon Penyaring Dan Diagnosis DM (mg/dL)... 15

2.2. Klaifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas berdasarkan Lingkar Pinggang Menurut WHO Asia Fasifik... 26 3.1. Nilai OR Penelitian Sebelumnya untuk Penghitungan Besar Sampel .. 35 3.2. Definisi Operasional ... 38 4.1. Karakteristik Responden di Kota Lhokseumawe ... 43

4.2. Distribusi Frekuensi Obesitas, Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok dan Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus ... 45 4.3. Pengaruh Obesitas terhadap Kejadian Pradiabetes pada Usia < 45 Tahun

di Kota Lhokseumawe ... 46 4.4. Pengaruh Aktivitas terhadap Kejadian Pradiabetes Usia 25-45 Tahun di

Kota Lhokseumawe... 46 4.5. Pengaruh Kebiasaan Merokok terhadap Kejadian Pradiabetes Usia

25-45 Tahun di Kota Lhokseumawe ... 47 4.6. Pengaruh Riwayat Keluarga DM terhadap Kejadian Pradiabetes pada

Usia 25-45 Tahun di Kota Lhokseumawe ... 47 4.7. Hasil Analisis yang Memenuhi Asumsi Multivariat (Kandidat)... 48 4.8. Hasil Analisis Multiple Logistic Regression dengan Memasukkan


(17)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1. Kerangka Teori Modifikasi ... 31 2.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 32 3.1. Desain Case Control ... 33


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Permohonan Menjadi Responden ... 68

2. Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden... 69

3. Kuesioner ... 70

4. Master Data ... 75

5. Hasil Statistik ... 79

6. Surat Izin Penelitan ... 89


(19)

ABSTRAK

Pradiabetes merupakan gangguan kesehatan yang terjadi jika kadar glukosa darah seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis diabetes. Di Kota Lhokseumawe prevalensi DM adalah 9,7% dan menempati penyakit urutan kedua setelah penyakit tidak menular (PTM). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh obesitas aktifitas fisik, merokok dan riwayat keluarga dengan kejadian pradiabetes pada usia <45 tahun di Kota Lhokseumawe.

Jenis penelitian adalah penelitian Case Control. Populasi adalah seluruh penderita pradiabetes umur 25–45 tahun yang bertempat tinggal di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe. Sampel berjumlah 124 yaitu 62 kasus dan 62 kontrol. Tahapan analisis data yaitu analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik berganda.

Hasil analisis bivariat diperoleh ada pengaruh obesitas, aktifitas fisik kebiasaan merokok dan riwayat keluarga dengan kejadian pradiabetes. Faktor risiko yang mempunyai pengaruh bermakna untuk kejadian pradiabetes adalah obesitas (OR=33,99; 95%CI 8,15-141,77) dan riwayat keluarga DM (OR=27,23; 95%CI 7,13-104,06). Obesitas merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi kejadian pradiabetes.

Disarankan Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe perlu meningkatkan koordinasi dengan puskesmas dan rumah sakit agar melakukan penyuluhan secara berkala tentang diabetes mellitus guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat dalam mencegah diabetes. Penderita pradiabetes lebih menjaga pola makan dan meningkatkan gaya hidup sehat agar tidak terjadi obesitas.


(20)

ABSTRACT

Prediabetes is an obstacle that occurs when the blood glucose level of somebody is higher than normal but it is high enough to be diagnosed with diabetes. The prevalence of DM in the city of Lhokseumawe was 9.7% and rank second only to PTM. The purpose of this study was to find out the influence of obesity, physical activity, smoking and family history on the incident of prediabetes at the age of <45 years old in the city of Lhokseumawe.

The population of this study with case-control design was all of the prediabetes sufferers who were 25-<45 years old living in Banda Sakti Subdistrict, the city of Lhokseumawe and 124 of them were selected to be the samples for this study consisting of 62 for case group and 62 for control group. The data obtained were analyzed through univariate analysis, biavariate analysis and multivariate analysis by using multiple logistic regression tests.

The result of bivariate analysis showed that obesity, physical activity, smoking and family history had influence on the incident of prediabetes was obesity (OR=33.99;95%CI 8.15-141.77) and family history with DM (OR=27.33; 95%CI 7.13-104.06). obesity was the most dominant wariable influencing the incident of prediabetes.

Lhokseumawe District Health Office is suggested to improve the coordination with Puskesmas (Primary Health Center) and hospitals to health promotion on Diabetes Mellitus in order to improve the knowledge, attitude and community action in preventing diabetes. The diabetes sufferers should maintain their diet (dietary pattern) and improve their healthy lifestyle to prevent obesity.


(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pradiabetes merupakan kendala yang terjadi jika kadar glukosa darah seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis diabetes. Orang dengan pradiabetes cenderung dapat berkembang menjadi diabetes melitus (DM) dan memiliki risiko 1,5 kali mengalami penyakit kardiovaskular dibandingkan dengan orang normal. Perjalanan penyakit DM didahului oleh pradiabetes. Hampir semua penderita DM tipe 2 sebelumnya mengalami pradiabetes yaitu kadar glukosa darah lebih tinggi dari normal. Berdasarkan pengamatan terhadap orang dengan pradiabetes dalam perkembangannya mempunyai tiga kemungkinan yaitu 1/3 akan berkembang menjadi DM tipe 2, 1/3 berikutnya akan tetap menjadi pradiabetes, sedangkan 1/3 sisanya akan menjadi normoglikemi (American Diabetes Association (ADA, 2012)). Menurut National Institut of Health (NIH) (2008) bahwa mereka yang mengalami pradiabetes lebih berpotensi mengalami diabetes dibandingkan orang yang memiliki gula darah normal.

Berbeda dengan keadaan DM yang bersifat irreversible, keadaan pradiabetes merupakan suatu titik yang dapat bergerak dua arah, yaitu kearah normal atau ke arah DM (Power, 2008).Diantara penyakit degeneratif, DM merupakan penyakit yang sangat potensial untuk dapat dicegah (Waspadji, 2011). Proses perubahan pradiabetes menjadi DM tipe 2 dapat diperlambat atau bahkan dapat dicegah melalui


(22)

penanggulangan pradiabetes sehingga dapat mengembalikan kadar glukosa darah menjadi normal. Orang dengan pradiabetes dapat mencegah atau menunda perkembangan diabetes tipe 2 melalui perubahan gaya hidup, penurunan berat badan, meningkatkan aktifitas fisik dan olah raga secara teratur serta menghentikan penggunaan rokok. (ADA, 2009). Perubahan gaya hidup yang dilakukan penderita pradiabetes menurunkan risiko penyakit jantung dan diabetes, meningkatkan aktifitas fisik dan menurunkan berat badan membantu tubuh merespon insulin secara lebih baik sehingga dapat menghindari berkembangnya pradiabetes menjadi diabetes (NIH, 2008). Pada beberapa negara yang penduduknya mengalami perubahan gaya hidup yang sangat berbeda dengan cara hidup sebelumnya, kekerapan diabetes mencapai 35% (Suyono, 2010).

Faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian pradiabetes sama dengan faktor risiko DM tipe 2 yaitu obesitas, usia 45 tahun, hipertensi, riwayat keluarga diabetes, pernah mengalami diabetes gestasional atau pernah melahirkan bayai dengan berat badan 4,1 kg atau lebih (ADA, 2009). Menurut Canadian Diabetes Assosiation (CDA) 2008, usia yang semakin tua akan meningkatkan risiko diabetes, sehingga direkomendasikan untuk melakukan periksa gula darah puasa. Kelebihan berat badan merupakan faktor risiko utama pradiabetes, faktor pendukung lainnya adalah kurangnya aktifitas fisik. Semakin sedikit aktifitas fisik yang dilakukan maka akan semakin besar risiko untuk terjadinya pradiabetes, aktifitas fisik membantu seseorang untuk mengendalikan berat badan (NIH, 2008). Menurut Yang (2010) prevalensi diabetes meningkat dengan bertambahnya umur dan berat badan,


(23)

prevalensi diabetes lebih tinggi pada laki-laki (10,6%) begitu pula pradiabetes lebih tinggi pada laki-laki (16,1%), prevalensi diabetes lebih tinggi pada penduduk perkotaan (11,4%) dari pada penduduk pedesaan (8,2%).

Jumlah penyandang diabetes terutama diabetes tipe 2 makin meningkat di seluruh dunia terutama di negara-negara berkembang karena perubahan gaya hidup yang salah menyebabkan obesitas. Cara hidup yang sangat sibuk dengan pekerjaan dari pagi sampai sore bahkan sampai malam hari duduk dibelakang meja menyebabkan tidak adanya kesempatan melakuka n aktifitas fisik.Pola hidup yang berisiko seperti ini yang menyebabkan tingginya penyakit, diabetes hipertensi. Faktor urbanisasi dan meningkatnya pelayanan kesehatan juga merupakan faktor penting karena usia menjadi lebih panjang (Suyono, 2011).

Identifikasi dini pradiabetes pada seseorang, serta penatalaksanaan secara tepat sangat potensial mengurangi atau menunda progresivitas penyakit ke arah diabetes, hal ini penting dilakukan untuk menghindari meningkatnya insidensi diabetes (Manaf, 2010). Mayoritas Individu dengan pradiabetes yang tidak segera melakukan perubahan gaya hidup, menurunkan berat badan dan meningkatkan aktifitas fisik akan menjadi diabetes dalam kurun waktu sepuluh tahun (NIH, 2008). Kecepatan progresivitas tergantung pada tingginya kadar glukosa darah pada saat terdiagnosis, semakin tinggi leveril kandungan glukosa darah semakin besar pula risiko progresifitasnya. Beberapa faktor risiko terjadinya pradiabetes adalah riwayat diabetes dalam keluarga, penyakit kardiovaskuler, obesitas, gaya hidup yang berisiko, hipertensi (Manaf, 2010). Mengingat DM


(24)

akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya manusia maka harus segera dilakukan penanggulangan khususnya dalam upaya pencegahan (PERKENI, 2011).

Peningkatan kematian akibat diabetes mellitus tentu saja didahului dengan peningkatan prevalensi diabetes mellitus diseluruh dunia. Pada tahun 2000 sekitar 171 orang menderita DM, dimana 90% diantaranya adalah DM tipe 2. Angka ini dipredeksi meningkat menjadi 366 juta orang pada tahun 2030, dimana sebagian besar peningkatan tersebut berasal dari negara-negara berkembang (WHO, 2005). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Internasional Diabetes Federattion (IDF) tahun 2003, menyatakan bahwa prevalensi diabetes mellitus di dunia adalah 5,1% atau sekitar 194 juta penduduk menderita diabetes pada kelompok umur dewasa. Angka ini diperkirakan akan meningkatkan menjadi sekitar 333 juta orang pada tahun 2025 atau prevalensi sekitar 6,3% populasi dewasa dunia (Goldstein, Muller, 2008).

Prevalensi DM di Indonesia menurut Riskesdas (2007) berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 1,1%. Prevalensi toleransi glukosa terganggu (TGT) hampir dua kali lipat prevalensi DM yaitu total DM 5,7% dan TGT 10,2%. Prevalensi TGT dan DM pada penduduk perkotaan Indonesia menurut Provinsi, menunjukkan prevalensi DM dan TGT di Propinsi Aceh yaitu 5,4% dan 8,4%. Prevalensi TGT dan DM meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Prevalensi DM dan TGT lebih tinggi pada individu yang mempunyai berat badan lebih dan obesitas, pada kelompok hipertensi dan pada kelompok yang mempunyai aktifitas


(25)

fisik kurang (Depkes, 2008). Menurut data Riskesdas Provinsi Aceh (2012) menunjukkan data penderita Diabetes terdapat di semua Kabupaten/Kota dan prevalensi diabetes tertinggi di Kota Lhokseumawe sebesar 3,3 % (Depkes, 2008).

Menurut penelitian epidemiologi yang sampai saat ini dilaksanakan di Indonesia, kekerapan diabetes di Indonesia berkisar antara 1,4%-1,6%, penelitian yang dilakukan di daerah Depok diperoleh prevalensi DM tipe 2 sebesar 14,7% demikian pula di Makasar prevalensi diabetes pada akhir tahun 2005 mencapai 12,5%, sementara pada akhir tahun 2006 dari hasil kegiatan surveilans faktor risiko penyakit tidak menular di Jakarta oleh Departemen Kesehatan ditemukan prevalensi diabetes 12,1%, diabetes yang terdeteksi 3,8 % dan diabetes tidak terdeteksi sebesar 11,2%, berdasarkan data tersebut diketahui bahwa kejadian diabetes yang belum terdeteksi adalah sekitar 3 kali lipat dari jumlah kasus diabetes yang sudah terdeteksi (Suyono, 2010).

Penelitian yang dilakukan Juleka (2005) di Cirebon diketahui pengidap DM tipe 2 sebagian besar berada pada usia 55 tahun (71,2%) dan penelitian yang dilakukan Ratnaningsih (2009) di Kota Yogyakarta diketahui bahwa responden dengan usia 40 – 59 adalah responden terbanyak yang ditemui, yaitu sebesar 52,4% disusul responden dewasa akhir sebesar 43,5%, data yang didapatkan menunjukkan bahwa diabetes melitus lebih banyak dialami oleh orang yang berusia dewasa tengah dan dewasa akhir (40 tahun ke atas).


(26)

Di Indonesia sekitar 75% penderita diabetes tidak mengetahui bahwa dirinya menderita sehingga tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang cukup. Pada umumnya penderita diabetes tidak mengetahui bahwa dirinya menderita diabetes.

Indonesia, berdasarkan peta prevalensi diabetes WHO pada tahun 2003 menempati urutan keempat terbesar dalam jumlah penderita DMdi dunia setelah India, China dan Amerika Serikat. Diprediksikan terjadi peningkatan jumlah penderita DM dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Menurut Diabetes Atlas 2000 Internasional Diabetes Federation diperkirakan penduduk Indonesia usia 20 tahun keatas sebanyak 125 juta jiwa dengan asumsi prepalensi DM sebesar 4,6% diperkirakan pada tahun 2000 sebanyak 5,6 juta penduduk Indonesia menderita diabetes. Berdasarkan pola pertambahan penduduksaat ini, diperkirakan pada tahun 2020 akan ada 178 juta penduduk berusia diatas 20 tahun, dengan asumsi prevalensi diabetes mellitus sebesar 4,6% maka diperkirakan akan ada 8,2 juta penderita diabetes mellitus di Indonesia (WHO, 2010, Suyono, 2009).

Hasil penelitian epidemiologi di beberapa daerah di Indonesia membuktikan adanya peningkatan prevalensi diabetes mellitus terutama di daerah kota. Di Jakarta prevalensi diabetes mellitus tahun 1982 sebesar 1,7%, kemudian menjadi 5,7% di tahun 1962, disusul Depok pada tahun 2001 menjadi 12,8%. Peningkatan diabetes mellitus juga terjadi di Ujung Pandang (daerah kota), meningkat dari 1,5% pada tahun 1981 menjadi 2,9% di tahun 1998 dan 12,5% pada tahun 2005. Sedangkan didaerah rural yang dilakukan oleh Arifindi suatu kota kecil di Jawa Barat prevalensi


(27)

DM hanya 1,1 dan di suatu daerah terpencil di Tanah Toraja didapatkan prevalensi DM 0,8%.Terakhir adalah hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2007) yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Balitbangkes Depkes RI) melaporkan bahwa prevalensi diabetes mellitus didaerah-daerah kota adalah 5,7% (Suyono, 2010).

Meningkatnya prevalensi DM di wilayah Indonesia tentu saja harus dicegah. Salah salah cara mencegahnya adalah dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit diabetes mellitus di masyarakat.

Propinsi Aceh menempati urutan ke 8 prevalensi DM dari seluruh propinsi di Indonesia sebesar 2,6 dan prevalensi nasional sebesar 2,1 % (Depkes, 2013).

Berdasarkan rekap Surveilans Terpadu Penyakit (STP) berbasis Puskesmas (2013), prevalensi DM di Aceh adalah 1,6% (Dinas Kesehatan Aceh, 2013) Sementara di Kota Lhokseumawe prevalensi DM 9,7%. Data 10 penyakit terbanyak pasien rawat jalan DM menempati urutan kedua setelah hipertensi (Dinkes Kota Lhokseumawe)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti bermaksud mengkaji pengaruhantara obesitas, kurangnya aktifitas fisik, perilaku merokok dan riwayat DM dalam keluarga terhadap kejadian pradiabetes pada usia<45 tahun di Kota Lhokseumawe Kecamatan Banda Sakti tahun 2014.


(28)

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian diatas maka, permasalahan penelitianadalahbelum diketahuinya pengaruh obesitas, kurangnya aktifitas fisik, merokok dan riwayat DM dalam keluarga terhadap kejadian pradiabetes pada usia<45 tahun di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe tahun 2014.

1.3. Tujuan 1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh obesitas, aktifitas fisik, merokok dan riwayat keluarga terhadap kejadian pradiabetes pada usia<45 tahun di Kota Lhokseumawe.

2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengaruh obesitasterhadapkejadian pradiabetes padausia<45 tahun di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe.

2. Mengetahui pengaruh aktifitas fisik terhadap kejadian pradiabetes pada usia<45 tahun di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe.

3. Mengetahui pengaruh merokok terhadap kejadian pradiabetes pada usia<45 tahun di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe.

4. Mengetahui pengaruh riwayat keluarga terhadap kejadian pradiabetes pada usia<45 tahun di Kota Lhokseumawe.


(29)

1.4. Hipotesis

1. Ada pengaruh obesitas terhadapkejadian pradiabetes pada usia<45 tahun di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe.

2. Ada pengaruh aktifitas fisik terhadap kejadian pradiabetes pada usia<45 tahun di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe.

3. Ada pengaruh merokok terhadap kejadian pradiabetes pada usia<45 tahun di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe.

4. Ada pengaruh riwayat terhadap kejadian pradiabetes pada usia<45 tahun di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dan landasan kebijakan dalam melakukan upaya pencegahan terhadap masalah pradiabetes. 1.5.2. Bagi Peneliti

Penelitian diharapkan dapat meningkatkan pengalaman dan mengembangkan wawasan peneliti dalam melakukan suatu penelitian ilmiah mengenai pradiabetes.

1.5.3. Bagi Peneliti Lain


(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pradiabetes

Istilah pradiabetes diperkenalkan pertama kali pada tahun 2002 oleh Depertement of Health and Human Services (DHHS) dan the American Diabetes Association (ADA). Sebelumnya istilah untuk menggambarkan keadaan prediabetes adalah toleransi glukosa terganggu (TGT) dan Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) yaitu kondisi seseorang dengan kadar glukosa darah lebih tinggi dari rentang normal tetapi belum mencapai kondisi diabetes, dalam kurun waktu 10 tahun akan berkembang menjadi DM tipe 2 (Hardiman, 2009). Menurut Garber et al. (2008) pradiabetes adalah orang yang mengalami IFG (Impaired Fasting Glucose) atau IGT (Impaired Glucose Tolerance) dan atau keduanya. Pradiabetes terjadi karena kondisi abnormalitas metabolisme glukosa yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah puasa (yang disebut dengan GDPT) dan atau peningkatan gula darah post prandial (yang disebut TGT) (Harbuwono, 2010).

Pradiabetes merupakan kondisi dimana kadar glukosa darah yang tinggi teta pi tidak cukup tinggi untuk dapat dikatakan diabetes (Twig et al., 2007). Pradiabetes ditandai oleh peningkatan kadar gula darah pada kisaran jika kadarGDP mencapai 100 - 125 mg/dl atau basil glukosa darah 2 jam setelah muatan glukosa (TTGO) 140 - 199 mg/dl dengan prevalensi yang Iebih tinggi dibanding dengan DM (PERKENI, 2011).


(31)

2.1.1. Riwayat Alamiah Pradiabetes

Pradiabetes merupakan salah satu manisfestasi sindrom metabolik yang dapat menjadi awal kejadian diabetes mellitus (Soegondo & Purnamasari, 2010). Riwayat alamiah pradiabetes diawali dengan faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya pradiabetes, bertambahnya usia, obesitas, distribusi lemak tubuh, kurang aktifitas jasmani dan hiperinsulinemia merupakan faktor risiko yang berinteraksi dengan beberapa faktor genetik yang berhubungan dengan terjadinya DM tipe 2. Pradiabetes berhubungan dengan sindrom metabolik. Orang yang mengalami diabetes tipe 2 sebelumnya selalu mengalami perkembangan progresif kondisi intoleransi glukosa dari waktu ke waktu, dimulai dengan glikemia normal, kemudian menjadi toleransi glukosa, dan akhirnya menjadi diabetes (Codario, 2005). Pradiabetes menyebabkan naiknya risiko bagi seseorang untuk menderita DM tipe 2 dan penyakit kardiovaskuler lainnya.

Secara fisiologis insulin disekresikan sesuai dengan kebutuhan tubuh normal oleh sel beta dalam dua fase. Sekresi insulin akan terjadi setelah adanya rangsangan yaitu glukosa yang berasal dari makanan atau minuman. Insulin yang dihasilkan berfungsi mengatur regulasi glukosa darah agar selalu dalam batas normal.Sekresi fase 1 adalah sekresi insulin yang terjadi segera setelah ada rangsangan terhadap sel beta. Sekresi fase 1 diperlukan untuk mengantisipasi kadar glukosa darah yang biasanya meningkat tajam, segera setelah makan. Fase I yang berlangsung normal, bermanfaat dalam mencegah terjadinya hiperglikemia akut setelah makan atau lonjakan glukosa darah postprandial.Setelah berakhirnya fase 1, tugas pengaturan


(32)

glukosa darah selanjutnya diambil alih oleh sekresi fase 2.Apabila sekresi fase 1 tidak adekuat, terjadi mekanisme kompensasi dalam bentuk peningkatan sekresi insulin pada fase 2. Peningkatan produksi insulin tersebut pada hakikatnya dimaksudkan memenuhi kebutuhan tubuh agar kadar glukosa darah (postprandial) tetap dalam batas normal. Dalam prospektif perjalanan penyakit, sekresi insulin fase 2 akan banyak dipengaruhi oleh fase I (Manaf, 2010).

Gangguan metabolisme glukosa yang terjadi, diawali oleh kelainan pada dinamika sekresi insulin berupa gangguan pada fase 1 sekresi insulin yang tidak sesuai kebutuhan (defisiensi insulin) dan kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin (resisitensi insulin), kejadian ini disertai oleh faktor lingkungan yang dinyatakan sebagai faktor pencetusnya. Defisiensi insulin ini secara langsung menimbulkan dampak buruk terhadap homeostasis glukosa darah.Kelainan berupa disfungsi sel (3 dan resistensi insulin merupakan faktor etiologi yang bersifat bawaan.Secara klinis perjalanan penyakit ini bersifat progresif. Tidak adekuatnya fase 1, kemudian diikuti meningkatnya kinerja fase 2 sekresi insulin, pada tahap awal belum akan menimbulkan gangguan terhadap kadar glukosa darah. Secara klinis barulah pada dekompensasi, dapat terdeteksi keadaan yang disebut toleransi glukosa terganggu yang disebut juga sebagai prediabetic state (Manaf, 2010).

Patogenesis pradiabetes terkait dengan defisiensi insulin relatif dan resistensi insulin yang menyebabkan terjadinya tingkat glukosa darah abnormal (Ghani et al., 2006).Resistensi insulin merupakan timbulnya pradiabetes yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara faktor keturunan, pola makan yang tidak sehat seperti


(33)

tinggi lemak atau tinggi karbohidrat maupun kurang serat, pola hidup yang kurang aktivitas fisik atau olahraga, obesitas, bertambahnya umur, penggunaan obat tertentu. Resistensi insulin menyebabkan hiperinsulinemia, kondisi ini akan menyebabkan terjadinya hipertensi, yang dapat mempercepat timbulnya aterosklerosis atau penyakit kardiovaskuler (Hardiman, 2009).

2.1.2. Epidemiologi Pradiabetes

The US Department of Health and Human Services (DHHS) memperkirakan bahwa sekitar satu dari empat orang dewasa Amerika berusia 20 tahun atau lebih tua memiliki pradiabetes di tahun 2007. Kebanyakan orang dengan pradiabetes berkembang menjadi diabetes tipe 2 dalam waktu 10 tahun, kecuali jika mereka kehilangan 5% - 7% dari berat badan mereka dengan melakukan perubahan pola makan dan meningkatkan aktivitas fisik. Orang dengan pradiabetes juga berada pada peningkatan risiko penyakit kardiovaskular (NIH, 2008). Fajrinayanti dan Ayubi (2008) menemukan prevalensi pradiabetes sebesar 57,5%, penelitian dilakukan di Kota Padang Panjang pada kelompok umur 40-59 tahun pada responden sebanyak 174 orang.

Secara epidemiologis diabetes sering tidak terdeteksi dan dikatakan onset atau mulai terjadinya diabetes adalah 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga morbiditas dan mortalitas dini terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi dini (Purnamasari, 2010). Sekitar 3% sampai 10% pradiabetes setiap tahun akan berkembang ke arah diabetes. Insidensi pradiabetes dari tahun ke tahun meningkat dengan pesat dan risiko pradiabetes untuk mendapatkan penyakit kardiovaskuler


(34)

sama dengan diabetes mellitus, sehingga dapat dikatakan bahwa pradiabetes merupakan ancaman yang tersembunyi karena pradiabetes dapat menimbulkan gangguan kesehatan tanpa gejala, jika kondisi ini tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan timbulnya penyakit berbahaya dikemudian hari (Hardiman, 2009).

DM tipe 2 merupakan penyakit yang secara umum mewakili sekitar 85% kasus DM di negara maju, dengan prevalensi sangat tinggi pada orang dewasa yaitu sekita 35% terutama pada masyarakat yang mengubah gaya hidup tradisional menjadi gaya hidup modern (Arisman, 2010). Mustafa et al. (2011) menyatakan bahwa perubahan gaya hidup pada masyarakat balk di pedesaan maupun di kota merupakan faktor risiko naiknya prevalensi penyakit kardiovaskuler seperti obesitas, hipertensi dan diabetes.

2.1.3. Diagnosis Pradiabetes dan Diabetes Melitus

Diagnosis DM ditegakkan berdasarkan anmnesis, pemeriksaan fisik dan penilaian laboratoris. Ada dua macam pemeriksaan untuk menilai ada atau tidaknya masalah pada glukosa darah seseorang. Pertama, pemeriksaan darah secara langsung setelah berpuasa sepanjang malam yang disebut sebagai kadar glukosa darah puasa yang merupakan pemeriksaan baku emas untuk diagnosisDM. Kedua penilaian kemampuan tubuh dalam menangani kelebihan glukosa darah seusai minum cairan berkadar glukosa tinggi /yang diperiksa dengan tes toleransi glukosa oral (Arisman, 2008). Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah, dalam menentukan diagnosis DM dan pradiabetes harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai, untuk diagnosis DM dan pradiabetes


(35)

pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma vena (Soegondo, 2011). Berdasarkan konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia tahun 2011, ditetapkan kriteria diagnosis DM dan pradiabetes sebagai berikut.

Tabel 2.1. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa sebagai Patokan Penyaring dan Diagnosis DM (mg/dL)

Pemeriksaan Bukan DM Pra

DM

DM Kadar glukosa darah sewaktu:

- Plasma vena - Darah kapiler Kadar glukosa darah puasa:

- Plasma vena - Darah kapiler

< 100 < 90 < 100 < 90

100 – 125 90 –199 100 – 125 90 – 125

≥ 200 ≥ 200 ≥ 126 ≥ 100 Sumber : PERKENI (2011)

Gejala klinis DM bersifat progresif, akan menimbulkan penyulit serius jika tidak segera terkendali. Keluhan klasik DM yaitu peningkatan rasa haus (polidipsia) dan lapar (polifagia) serta pertambahan volume/frekuensi berkemih (poliuria). Pengeluaran urin secara berlebihan menyebabkan dehidrasi karena kadar glukosa yang tinggi memerlukan air sebagai pelarut, sehingga menimbulkan gejala rasa haus yang berlebihan. Sementara tidak adanya atau kurangnya insulin menyebabkan glukosa tidak dapat diserap oleh sel-sel tubuh, sehingga menyebabkan sel-sel tubuh kelaparan (Arisman, 2008).Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Keluhan lain DM dapatberupa lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur dan


(36)

disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita (PERKENI, 2011). Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara, yaitu:

1. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu>200 mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Keluhan klasikDM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yangtidak dapat dijelaskan sebabnya.

2. Pemeriksaan glukosa plasma puasa≥126 mg/dL dengan adanya keluhan klasik.

3. Tes toleransi glukosa oral (TTGO) Meskipun TTGO dengan beban 75 glukosa lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosaplasma puasa, namun pemeriksaan ini memiliki keterbatasan. TTGO sulituntuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan.

Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa puasa terganggu (GDPT).

1. TGT: Diagnosis TGT ditegakkan apabila setelah pemeriksaan TTGO didapatkan glukosa plasma 2 jam setelah beban antara 140-199 mg/dL.

2. GDPT: Diagnosis GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan antara 100-125 mg/dL dan pemeriksaan TTGO gula darah 2 jam < 140 mg/dL (PERKENI, 2011).


(37)

2.1.4 Klasifikasi Diabetes Melitus

Klasifikasi DM Berdasarkan PERKENI (2011) terdapat beberapa tipe yang didasarkan atas penyebab dan proses patogenik penyakit, yaitu:

2.1.4.1. DM Tipe 1

DM tipe 1 sering disebut dengan Insulin Dependent Diabetes Mellitus(IDDM).Diabetes tipe I disebabkan oleh destruksi sel beta pankreas yang memproduksi insulin. Penyakit DM tipe I berkembang cepat dan cenderung lebih berat dibandingkan tipe lainnya tergantung pada kecepatan kerusakan sel (β pankreas (lebih cepat pada anak-anak dan remaja dan lebih lambat pada orang dewasa), seluruh penderita akhirnya akan bergantung pada insulin untuk mengontrol glukosa, penderita biasanya cenderung mengalami ketoasidosis. Diabetes tipe ini disebabkan oleh pankreas sebagai pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu memproduksi insulin, sehingga insulin tubuh menjadi kurang atau tidak ada sama sekali, yang mengakibatkan glukosa menjadi menumpuk dalam peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke dalam sel (Tandra, 2008). Menurut ADA (2010) Diabetes mellitus tipe ini disebabkan adanya kerusakan sel β pankreas yang disebabkan oleh proses autoimun yang dapat dideteksi dengan adanya autoantibody terhadap sel β pankreas dan autoantibody terhadap insulin.

2.1.4.2. DM Tipe 2

DM tipe 2 merupakan bentuk paling umum dari DM, dengan karakteristik adanya gangguan pada kerja insulin dan sekresi insulin (ADA, 2010).DM tipe 2 juga disebut dengan Non Independent Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM).Bentuk DM


(38)

tipe 2 ditandai dengan resistensi insulin dengan akibat kegagalan tubuh dalam merespon aktivitas insulin yang diproduksi oleh pankreas.Penyakit DM tipe 2 lebih banyak terjadi pada orang dewasa.Faktor yang paling berpangaruh terhadap terjadinya DM tipe 2 adalah faktor genetik, obesitas, pola makan dan aktivitas fisik individu.Prevalensi tipe ini naiksecara dramatis pada populasi obesitas.Banyak penderita diabetes tipe 2 adalah orang yang mengalami obesitas.

2.1.4.3. DM Tipe Spesifik

DM tipe spesifik merupakan tipe DM yang jarang terjadi, penyebab DM tipe spesifik adalah kerusakan dari fungsi sel (β pankreas, adanya penyakit pada pankreas, induksi obat atau bahan kimia dan terjadinya infeksi pada tubuh atau sindrom genetik lainnya (ADA, 2010). Penyakit DM tipe spesifik kemungkinan disebabkan oleh sejumlah kondisi diantaranya berbagai kelainan genetik spesifik (kerusakan genetik sel beta pankreas dan kerja insulin), penyakit pada pankreas, gangguan endokrin lain, infeksi, obat-obatan dan beberapa bentuk lain yang jarang terjadi (Tandra, 2008). Menurut Arisman (2010) etiologi diabetes jenis ini meliputi penyakit pada pankreas yang merusak sel (β, adanya sindrom hormonal yang mengganggu sekresi dan atau menghambat kerja insulin, penggunaan obat-obatan yang menghambat kerja insulin, serta kondisi tertentu yang jarang terjadi seperti kelainan pada reseptor insulin dan sindrom genetik.

2.1.4.4. DM Gestasional (DMG)

Diabetes tipe ini merupakan gangguan toleransi glukosa berbagai derajat yang ditemukan pertama kali saat hamil, Insiden DMG berada pada kisaran 2%-14% dari


(39)

ibu hamil di dunia. Setiap intoleransi glukosa yang timbul atau terdeteksi pada kehamilan pertama, tanpa memandang derajat intoleransi disefinisikan sebagai DM gestasional, diabetes jenis ini biasanya timbul pada kehamilan trimester kedua atau ketiga. Kategori ini mencakup DM yang terdiagnosis ketika hamil (sebelumnya tidak diketahui).Wanita yang sebelumnya diketahui telah mengidap DM, kemudian hamil tidak termasuk kedalam kategori ini (Arisman, 2010).

2.1.5. Faktor Risiko Pradiabetes

Menurut Canadian Diabetes Association (CDA) pradiabetes dan DM tipe 2 mempunyai faktor risiko yang sama, yaitu usia 40 tahun, riwayat keluarga DM, obesitas, hipertensi dan wanita yang memiliki riwayat diabetes gestasional.Sementara menurut NIH(2008) obesitas, usia 45 tahun atau lebih, kurang aktifitas fisik, memiliki orang tua atau saudara dengan diabetes, pernah mengalami kelahiran bayi dengan

berat 9 pon atau lebih (≥ 4,1 kg) dan hipertensi mempengaruhi kejadian pradiabetes dan DM tipe 2. Suyono (2010) menyatakan bahwa individu-individu yang berisiko terhadap kejadian diabetes adalah usia> 40 tahun, gemuk, hipertensi, riwayat keluarga DM, riwayat melahirkan bayi >4 kg, riwayat DM pada saat kehamilan dan dislipidemia.

Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik yang dicetuskan oleh interaksi berbagai faktor genetik, imunologik, lingkungan dan gaya hidup (Arisman, 2010). Menurut Soegondo (2011) faktor risiko pradiabetes yang tidak dapat dimodifikasi yaitu riwayat keluarga dengan diabetes, peningkatan usia, riwayat pernah menderita diabetes melitus pada saat hamil, riwayat lahir dengan berat badan


(40)

rendah, kurang dari 2,5 kg. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi yaitu kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia serta diet yang tidak sehat, berat badan lebih.

Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adipose sehingga dapat mengganggu kesehatan.Keadaan obesitas, terutama obesitas sentral meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular karena terkait dengan resistensi insulin yang terdiri dari resistensi insulin, intoleransi glukosa, diabetes mellitus, dislipidemia dan hipertensi (Soegondo, 2010).Kelebihan berat badan meningkatkan risiko dua kali lipat menderita pradiabetes, prevalensi obesitas dan diabetes berkorelasi positif, terutama obesitas sentral. Keberhasilan mengurangi berat badan hingga 10 kg selain sukses memperbaiki, hal ini juga dapat menormalkan kadar glukosa darah, menurunkan trigliserida dan kolesterol total sekaligus meningkatkan konsentrasi HDL, kondisi ini tentu akan menurunkan dampak glikolisasi dan oksidasi terhadap partikel LDL serta terjadi perlambatan perkembangan dini dan perluasan pembentukan plak pada pembuluh darah (Arisman, 2010).

Kemungkinan untuk mengidap DM tipe 2 akan berlipat dua jika berat badan bertambah sebanyak 20% diatas berat badan ideal dan usia bertambah 10 tahun (diatas 40 tahun), hal ini sesuai dengan Sasai et al. (2010) dalam penelitiannyamenyatakan terdapat hubungan yang kuat antara obesitas dengan tejadinya diabetes pada laki-laki usia 40-59 tahun dibanding usia 79 tahun (p-value=0,002).DM tipe 2 mempunyai onset pada usia > 40 tahun (Arisman, 2010). Kelebihan berat badan adalah faktor risiko utama untuk pradiabetes (NIH,


(41)

2008).Obesitas sentral mempunyai hubungan yang kuat dengan sindrom metabolik dibandingkan dengan komponen lainnya.Sindrom metabolik merupakan kumpulan gejala yang keberadaannya menunjukkan peningkatan risiko kejadian penyakit kardiovaskuler dan diabetes melitus (Soegondo & Purnamasari, 2010).

Obesitas terjadi akibat akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesehatan.Obesitas terjadi bila besar dan jumlah sel lemak bertambah pada tubuh seseorang. Bila seseorang bertambah berat badannya, maka ukuran sel lemak akan bertambah besar dan kemudian jumlahnya bertambah banyak. Keadaan obesitas terutama obesitas sentral meningkatkan risiko terjadinya resistensi insulin, hiperinsulinernia clan intoleransi glukosa/diabetes mellitus.Resistensi pada obesitas sentral diduga merupakan penyebab sindrom metabolik.Insulin mempunyai peranan penting karena berpengaruh baik pada penyimpanan lemak maupun sintesis lemak dalam jaringan adiposa. Pengurangan berat badan pada orang yang mengalami obesitas akan menurunkan perkembangan diabetes mellitus serta penyakit kardiovaskular (Soegondo, 2010).

Aktivitas fisik dan penurunan berat badan membantu tubuh merespon lebih baik terhadap insulin.Dengan kehilangan berat badan dan menjadi lebih aktif secara fisik, orang dengan resistensi insulin atau pradiabetes mungkin menghindari diabetes tipe 2 (Soegondo & Purnamasari, 2010).Penurunan berat badan cenderung dapat menghambat perkembangan diabetes, terjadi melalui perbaikan dalam sensitivitas insulin.Peningkatan aktivitas fisik dapat bekerja melalui mekanisme yang melibatkan perbaikan sensitivitas insulin dan pemeliharaan berat badan (Twig et al, 2007). Makin


(42)

kurang gerak badan seseorang, maka akan semakin mudah terkena diabetes. Kurang gerak badan menyebabkan pemakaian glukosa berkurang sehingga glukosa darah meningkat. Olahraga atau aktifitas fisik membantu untuk mengontrol berat badan karenaglukosa akan dibakar menjadi energi, sel-sel tubuh menjadi lebih sensitive terhadap insulin dan risiko terjadinya diabetes tipe 2 akan turun sampai 50% (Tandra, 2008). Modifikasi gaya hidup harus menjadi landasan pengobatan, Gaya hidup adalah pendekatan manajemen yang mendasar sehingga efektif mencegah atau menunda perkembangan pradiabetes menjadi diabetes, serta mengurangi baik mikrovaskuler dan macrovascular penyakit risiko (Codario, 2005).

Usia merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi prevalensi diabetes maupun gangguan toleransi glukosa (Rochmah, 2010). Risiko mengalami pradiabetes bertambah sejalan dengan usia, dimana jumlah sel (3 yang produktif berkurang seiring pertambahan usia, sehingga dianjurkan untuk memeriksakan glukosa darah puasa pada usia > 45 tahun (Arisman, 2010). Risiko pradiabetes meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah usia 45 tahun karena orang cenderung kurang berolahraga dan menurunkan berat badan dengan bertambahnya usia mereka. Namun, orang tua bukan satu-satunya yang berisiko mengalami pradiabetes dan diabetes tipe 2. Insiden gangguan ini juga meningkat di kelompok usia yang lebih muda (NIH, 2008).

Kelompok etnis tertentu yaitu orang Asia, Kepulauan Pasifik, Hispanik, Amerika Afrika, dan Amerika asli memiliki risiko yang lebih besar terkena diabetes (Codario, 2005). Kebanyakan orang dari ras tersebut dahulu adalah pemburu dan


(43)

petani biasanya kurus, kemudian mengalami perubahan gaya hidup sedikit beraktifitas dan meniadi gemuk sehingga banyak yang menderita diabetes dan hipertensi (Tandra, 2008).

Riwayat keluarga juga memiliki peranan penting sebagai pencetus timbulnya pradiabetes, sekitar 40% penderita diabetes terbukti terlahir dari keluarga yang juga mengidap diabetes dan 60% sampai 90% kembar identik merupakan penyandang diabetes (Arisman, 2010). Menurut Codario (2005) jika seseorang memiliki saudara yang menderita diabetes maka akan mempunyai risiko sebesar 40% untuk mengalami pradiabetes dan diabetes. Dengan demikian, faktor warisan adalah faktor risiko penting yang berkontribusi terhadap patogenesis penyakit. Pradiabetes dan diabetes akan meningkat pada seseorang yang memiliki saudara yang menderita diabetes, disamping itu gaya hidup dan obesitasjuga merupakan faktor pendukung terjadinya pradiabetes. Lebih dari sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes (Tandra, 2008). Diabetes merupakan penyakit keturunan, artinya bila orang tuanya menderita diabetes, maka anaknya akan mengalami diabetes juga. Namun faktor keturunan saja tidak cukup, diperlukan faktor pencetus lainnya seperti kegemukan, pola makan salah, proses menua dan stres (Suyono, 2011).

Adanya riwayat DM dalam kehamilan atau pemah melahirkan bayi dengan BB lebih dari 4 kg, kehamilan, trauma fisik dan stres psikologis dapat menurunkan sekresi serta kepekaan insulin (Arisman, 2010). Diabetes pada kehamilan dapat terjadi 2-5% ibu hamil, Ibu hamil dengan diabetes akan melahirkan bayi besar dengan


(44)

berat badan 4 kg. Diabetes akan hilang setelah anak lahir, namun lebih dari setengahnya akan terkena diabetes dikemudian hari (Tandra, 2008).

Schienkiewitz (2011) dalam penelitiannya menyatakan ada hubungan yang bermakna antara merokok dengan kejadian DM tipe 2 pada laki-laki dan perempuan. Menurut Gale Encyclopedia of public health (2005) merokok adalah menghirup asap pembakaran tembakau dalam rokok baik secara langsung ataupun menggunakan pipa, kebiasaan merokok diartikan sebagai kecanduan fisik meghisap tembakau. Puspita (2009) kebiasaan merokok, riwayat obesitas dan riwayat hipertensi merupakan faktor risiko terhadap kejadian diabetes mellitus tipe 2. Nasution (2009) ada hubungan yang bermakna antara orang miskin yang merokok dengan kejadian DM tipe 2 (p-value = 0,001).

2.2. Landasan Teori

Pradiabetes merupakan kondisi dimana kadar glukosa darah lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis diabetes. Kondisi ini disebut toleransi glukosa terganggu dan glukosa darah puasa terganggu, Orang dengan pradiabetes mengalami peningkatan risiko terkena diabetes tipe 2. Hampir semua penderita DM tipe 2, mengalami kondisi pradiabetes sebelum akhirnya terdiagnosis diabetes, dimana kadar glukosa darah sudah tinggi namun belum memenuhi syarat untuk masuk dalam kategori DM (Codario, 2005).

Faktor risiko diabetes sama dengan faktor risiko pradiabetes yang dapat dibagi menjadi faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat


(45)

dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi terdiri dari ras dan etnik, riwayat keluarga dengan diabetes serta usia. Risiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat seiring dengan meningkatnya usia, pada usia <45 tahun harus dilakukan pemeriksaan DM. Riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi lebih dari 4 kg atau riwayat pernah menderita DM gestasional.

Menurut Soegondo (2011) beberapa faktor risiko yang berubah secara epidemiologis adalah bertambahnya usia, lebih banyak dan Iebih lamanya obesitas kurangnya aktifitas jasmani dan kondisi hiperinsulinemia, dimana faktor-faktor tersebut akan berinteraksi dengan beberapa faktor genetik yang berhubungan dengan terjadinya diabetes.

2.2.1. Obesitas

Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan komplek pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan beberapa faktor biologik spesifik dan secara fisiologis terjadi akumulasi jaringan lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adipose sehingga dapat mengganggu kesehatan (Soegondo, 2007).


(46)

Tabel 2.2. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT Menurut WHO Asia Fasifik

Klasifikasi IMT (kg/m2)

Resiko Ko-Morbiditas Lingkar pinggang < 90 cm (laki-laki) < 80 cm (perempuan)

> 90 cm (laki-laki) >80 cm (perempuan) Berat badan kurang

Kisaran normal Berat badan lebih

- Berisiko - Obes I - Obes II

<18,5 <18,5 – 22,9 > 23,0 23,0 – 24,9 25,0 – 29,9 > 30,0

Rendah (resiko meningkat pada masalah klinis lain) Sedang Meningkat Moderat Berat Sedang Meningkat Moderat Berat Sangat berat Sumber WHO WRP/IASO/IOTF dalam Soegando, 2007

2.2.2. Aktifitas Fisik

Aktiftas fisik yang dilakukan secara teratur sangat penting selain untuk menghindari kegemukan, juga dapat menolong mencegah terjadinya penyakit akibat pola hidup seperti diabaetes, serangan jantung dan stroke (Johnson, 1998).

Pada waktu melakukan aktifitas fisik, otot-otot akan memakai lebih banyak glukosa daripada waktu tidak melakukan aktifitas fisik, dengan demikian konsentrasi glukosa daran akan turun. Melalui aktifitas fisik, insulin akan bekerja lebih baik sehingga dapat masuk ke dalam sel untuk dibakar menjadi tenaga (Soegondo, 2008).

WHO merekomendasikan untuk melakukan aktifitas fisik dengan intensitas selama 30 menit perhari dalam seminggu atau 20 menit perhari selama 5 hari dalam seminggu dengan intensitas berat untuk mendapatkan hasil yang optimal dari aktifitas fisik atau olah raga (Rumiyati, 2008). Hal ini terbukti dari studi yang dilakukan di Amerika terhadap 21.000 orang dokter menyatakan bahwa berolahraga 5 kali


(47)

seminggu akan menurunkan 42% kasus yang diperkirakan akan menderita diabetes tipe 2 (Johnson, 1998)

Penelitian yang dilakukan terhadap lebih dari 10.000 lulusan Universitas Harvard yang dilakukan dalam waktu panjang, menunjukkan bahwa olahraga yang kuat dapat menambah kira-kira 10 bulan kehidup seseorang dan lebih lama lagi jika berolah raga sejak muda, kurang jika dilakukan pada usia lanjut (Johnson, 1998). Penelitian lain yang dilakukan selama 8 tahun kepada 87, 353 perawat wanita yang melakukan olah raga ditemukan penurunan resiko penyakit diabetes tipe 2 sebesar 33% atau RR 0,87 (Goldstein, Muller, 2008: Ilyas, 2009).

Rikesdas 2007, melaporkan 48,2% penduduk Indonesia kurang melakukan aktivitas fisik (< 5 hari dan < 150 menit perhati). Kurang aktivitas fisik tertinggi terdapat pada kelompok umur 75 tahun keatas (76,0%) dan umur 10 – 14 tahun (66,9%), dilihat dari jenis kelamin, kurang aktivitas fisik lebih tinggi pada perempuan (54, 5%) dibanding laki-laki (41,4%) (Balibangkes, 2008). Sebelumnya menurut SKRT tahun 2004 mendapatkan aktivitas tidak cukup gerak pada usia > 15 tahun 68,7% dengan aktivitas tidak cukup gerak tinggi disemua propinsi (Herminta, 2006). Menurut Rahajeng, aktivitas fisik yang dilakukan selam 120 menit/hari mampu mencengah terjadinya diabetes mellitus dengan hazard ratio (HR) 0,56 pada kelompok yang telah mengalami TGT (Rahajeng, 2004)

Penelitian kasus kontrol yang dilakukan oleh Purnawati terhadap 240 orang pasien rawat jalan di RSCM tahun 1998, menyatakan bahwa orang yang memiliki aktivitas fisik kurang berisiko untuk terkena diabetes mellitus 2 kali lebih mudah


(48)

dibandingkan dengan orang memiliki aktifitas fisik cukup. Hasil penelitian di RS M. Jamil Padang juga menemukan hal yang sama, bahwa orang yang memiliki aktifitas fisik kurang berisiko 3,2 kali lebih mudah untuk menderita diabetes mellitus tipe 2 dibanding dengan orang yang memiliki aktifitas fisik cukup (Yusmawati, 2008). 2.2.3. Merokok

Merokok berhubungan dengan sensitivitas insulin dalam menarik glukosa di dalam darah dan menghambat produksi insulin sehingga kadar gula didalam darah meningkat (Joshu , 1999). Menurut Smet . (1999) seseorang dikatakan sebagai perokok ringan apabila merokok ≥ I batang dalam satu minggu. Sementara menurut Shiffman (1994) menyatakan bahwa seorang dikatakan merokok apabila mengkonsumsi rokok 1-5 batang per hari, sedangkan yang dikatakan perokok berat apabila mengkonsumsi rokok 20-40 batang per hari. Aktif merokok dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2, risiko diabetes lebih besar bagi perokok berat (RR 1,61; 95% CI 1,43-1,80) dibandingkan perokok ringan (RR 1.29; 95% CI, 1,13-1,48) dan lebih rendah untuk mantan perokok (RR 1.23; 95% CI 1,14 -1,33) dibandingkan dengan perokok aktif (Carole et al. 2007).

2.2. 4. Riwayat Keluarga

Seseorang yang menderita diabetes mellitus diduga mempunyai gen diabetes. Riwayat keluarga juga memiliki peranan penting sebagai pencetus timbulnya pradiabetes, sekitar 40% penderita diabetes terbukti terlahir dari keluarga yang juga mengidap diabetes dan 60% sampai 90% kembar identik merupakan penyandang diabetes (Arisman, 2010). Menurut Codario (2005) jika seseorang memiliki saudara


(49)

yang menderita diabetes maka akan mempunyai risiko sebesar 40% untuk mengalami pradiabetes dan diabetes.

Prevalensi obesitas berkorelasi positif dengan kejadian diabetes, Timbunan lemak yang tergambar sebagai penambahan ukuran Iingkar pinggang akan mendorong perkembangan degenerativ seperti hipertensi, peningkatan kadar insulin plasma dan sindrom resistensi insulin. Keberhasilan mengurangi berat badan hingga 10 kg kemungkinan besar dapat menormalkan kadar glukosa darah, selain itu penurunan berat badan juga dapat memperlambat perkembangan dini dan perluasan pembentukan plak pada pembuluh darah (Arisman, 2008).

Aktifitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan system penunjang. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi diluar metabolism untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantar zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh (Supariasa, 2001).

Berbagai penelitian menyebutkan bahwa berolahraga secara teratur merupakan intervensi pertama untuk mengendalikan berbagai penyakit degenerative (tidak menular).Hasilnya secara teratur terbukti bermanfaat untuk mencegah terjadinya diabetes, hipertensi, stroke dan serangan jantung.

Aktifitas fisik mempunyai peranan penting dalam mengurangi cadangan energi yang tertimbun di dalam tubuh sebagai sumber tenaga. Semakin lama dan semakin berat seseorang melakukan aktifitas fisik maka jumlah kalori yang digunakan akan semakin bertambah banyak. Sebaliknya semakin ringan dan semakin


(50)

sedikit waktu yang digunakan untuk melakukan aktifitas fisik maka semakin kecil pengaruhnya terhadap penurunan berat badan..Dampak aktifitas fisik berhubungan dengan kejadian diabetes.

Menurut penelitian yang dilakukan Fajrinayanti dan Ayubi (2008) di Kota Padang Panjang faktor risiko perilaku yang berhubungan dengan kejadain pradiabetes adalah konsumsi lemak, konsumsi serat, dan aktivitas fisik. Menurut Tandra (2008) semakin sedikit aktifitas fisik seseorang maka risiko terkena diabetes akan semakin tinggi, hal ini terkait dengan pemakaian glukosa sebagai energi.


(51)

2.3 Landasan Teori

Gambar 2.1. Kerangka Teori Faktor Resiko Pradiabetes (berdasarkan PERKENI, 2011; Suyono, 2011 dan Arisman, 2008) Ras dan Etnik

Merokok

Umur

Pola Makan

Aktifitas Fisik

Riwayat DM Dalam Keluarga

Riwayat DM Gestasional

Obesitas


(52)

2.4 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Obesitas

Aktifitas Fisik Perilaku Merokok Riwayat Keluarga

Kejadian Pradiabetes


(53)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian Case Controldimana pengumpulan data dimulai dari efek atau akibat yang telah terjadi, kemudian dari efek tersebut ditelusuri penyebabnya atau variabel-variabel yang mempengaruhi akibat tersebut. Kelompok kasus adalah pradiabetes, sedangkan kelompok kontrol adalah yang gula darahnya normal (tidak pradiabetes).

Rancangan penelitian Case Control yang diajukan sebagai berikut:

Gambar 3.1. Desain Case Control

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe. Faktor risiko (+)

Faktor risiko (-)

Faktor risiko (+)

Faktor risiko (-)

Retrospektif

Retrospektif

Kasus: Responden yang

pradiabetes

Kontrol: Responden yang tidak pradiabetes


(54)

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan dari Januari sampai Agustus2014.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah semua penduduk yang berusia 25-45 tahun bertempat tinggal di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe.

3.3.1. Populasi

3.3.1.1. Populasi kasus

Populasi kasusdalam penelitian ini adalah seluruh penderita pradiabetes umur 25-45 tahun yangbertempat tinggal di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe.

3.3.1.2. Populasi kontrol

Populasi kontrol dalam penelitian ini adalah seluruhpenduduk25-45tahun yang bertempat tinggal di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe.

3.3.2. Sampel

3.3.2.1. Sampel Kasus

Sampel kasus adalah seluruh penderita pradiabetes yang berumur 25–45 tahun yang langsung dilakukan pemeriksaan kepada pasien di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe.

3.3.2.2. Sampel Kontrol

Sampel kontrol adalahusia 25-45 tahun yang kadar gula darahnya normal hasil pemeriksaan langsung kepada pasienyang ada di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe.


(55)

Penentuan besarnya sampel penelitian dengan memperhatikan Odds Ratio(OR)hasil beberapa penelitian terdahulu tentang beberapa faktor risiko pradiabetes sebagai berikut:

Tabel 3.1. Nilai OR Penelitian Sebelumnya untuk Penghitungan Besar Sampel

No Peneliti Variabel Odds ratio

1 2 3 4

Herawati R Manik (2009) Ratnaningsih (2009) Dedy Irawan (2010) Dian Retno (2012)

Aktifitas fisik Riwayat keluarga

Obesitas, Merokok

3,1 2,9 2,8 3,0

Untuk memenuhi jumlah sampel minimal maka, dengan menggunakan OR terkecil dari penelitian tersebut yaitu kebiasaan merokok 2 dilakukan penghitungan besar sampel dengan rumus sebagai berikut (Lameshow et.al. 1997):

� ={Z − α/ √[ − ] + � − �√[P − P ² − + − ]}

P = +� P

P = , , +, ,− , , = ,

� ={ , √[ � , � , ] + , √[ , � , + , � , ]} , − , ²

�= 62 Keterangan:

OR = Odds ratio


(56)

P2 = Perkiraan proporsi faktor risiko pada kontrol (0,40) n = Jumlah sampel

Z1-α/2 = 1,96 (untuk α = 0,05) Z1-β = 0,842 (untuk β = 80%)

Setelah dilakukan penghitungan maka diperoleh jumlah sampel kasus 62 responden dan sampel kontrol 62 responden sehingga total sampel 124 responden.

3.4. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel diperoleh dengan tekniknonprobability sampling secara purposive sampling (Murti, 2003).Sampel dalam penelitian ini adalah usia25–45 tahun yang berasal dari desa yang ada di Kecamatan Banda Sakti,denganmengikut sertakan semua usia 25-<45 tahun dari populasi yang ada pada setiap desa yaitu diawali dari desa yang paling banyak jumlah penduduknya dan dilanjutkan ke desa berikutnya hingga mencukupi sebanyak 62 sampel kasus dan 62 kontrol dengan kadar gula darah140-199 mg/dl dijadikan sampel kasus dan kadar gula darahnya normal dijadikan sampel kontrol.

Banyaknya perbandingan sampel kasus dan sampel kontrol adalah 1:1 dengan matching jenis kelamin, tempat tinggal dan group umur: 25–30 tahun, 31–35 tahun, 36–40 tahun, 41-45 tahun.

3.4.1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 1. Kriteria Inklusi Untuk Kasus


(57)

pemeriksaan kadar gula darah. - Bersedia menjadi responden. 2. Kriteria Inklusi Untuk Kontrol

- Usia25-45 tahun yang kadar gula darahnya normal setelah dilakukan pemeriksaan.

- Bersedia menjadi responden. 3.4.2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

1. Data primer yaitu dengan wawancara menggunakan kuisioner, pemeriksaan kadar gula darah pada responden.

2. Data Sekunder pengumpulan data dilakukan dengan pengambilan data di Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe dan Puskesmas Banda Sakti.

3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel terikat adalah pradiabetes.

2. Variabel bebas adalah obesitas, aktivitas fisik, perilaku merokok dan riwayat DM dalam keluarga.


(58)

3.5.2. Definisi Operasional

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional Instrumen

Penelitian

Kategori Skala Pengukuran 1. Pradiabetes Penderita yang didiagnosis

pradiabetes dengankonfirmasi yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah kapiler. Kadar glukosa darah puasa yaitu 90-125 mg/dL dan kadar glukosa sewaktu yaitu90-199mg/dL Pemeriksaan Glukosa dengan Glukocek 1. Pradiabetes 2. Tidak Pradiabetes Ordinal

2. Obesitas Berat Badan responden melebihi IMT (BB/TB2) yang dikur pada saat penelitian

Timbangan berat badan dan microtoise

1. Obesitas : IMT

≥25 kg/m2

2. Tidak obesitas : IMT <25 kg/m2

Ordinal

3. Aktifitas Fisik

Intensitas kegiatan jasmani yang dilakukan sehari-hari, meliputi bidang kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan, perjalanan dan aktifitas diwaktu senggang yang dihitung berdasarkan lama waktu yang digunakan untuk melakukan jenis aktifitas dan dilakukan pembobotan 4 kali untuk aktifitas berat, 2 kali untuk aktifitas sedang dan 1 kali untuk aktifitas ringan yang diukur dalam satuan menit perhari . Dikategorikan menjadi 2 kelompok yaitu cukup jika > 150menit/hari, dan aktifitas fisik kurang < 150 menit/hari

Kuesioner 1. Kurang : <150 menit/hari 2. Cukup : >150

menit/hari

Ordinal

4. Merokok 1. Perokok berat (lebih 20 batang perhari.

2. Perokok sedang (10 – 20 batang perhari)

3. Bukan perokok (tidak memiliki kebiasaan merokok.

Kuesioner 1. Merokok 2. Tidak

merokok

Ordinal

3. Riwayat DM dalam keluarga

Responden mempunyai orang tua dan keluarga dekat yang

menderita DM

Kuesioner 1. Ya 2. Tidak


(59)

3.6. Teknik Pengolahan Data

Data dalam penelitaian ini meliputi data primer dan data skunder yang telah dikumpulkan selanjudnya diolah dengan tahapan sebagai berikut

1. Editing (Pemeriksaan Data)

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan, apabila terdapat jawaban yang belum lengkap atau terdapat kesalahan dalam mengisi maka harus dilengkapi dengan cara wawancara kembali terhadap responden.

2. Coding (Pemberian Kode)

Data yang sudah dikumpulkan dan dikoreksi kebenaranya dan kelengkapanya untuk diberi kode oleh peneliti secara manual diolah dengan memakai perangkat software komputer.

3. Entry (Pemasukan Data ke Komputer)

Data yang sudah dibersihkan kemudian dimasukan ke program komputer untuk diolah.

3. Cleaning Data Entry

Pemeriksaan semua data yang telah dimasukan kedalam program komputer guna menghindari terjadinya kesalahan pemasukan data.

3.7. Metode Analisis Data

Penyajian data dengan distribusi frekuensi dan analisis data dengan uji statistik antara lain :


(60)

3.7.1. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk melihat frekuensi karakteristik variabel-variabel pada kejadian pradiabetes.

3.7.2. Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh obesitas, aktifitas fisik, perilaku merokok dan riwayat keluarga dengan kejadian pradiabetes dan menghitung besarnya faktor risiko dinyatakan dalam nilai OddRatio (OR).Analisis dilakukan menggunakan uji chi square (X2) dengan tingkat kemaknaan 95%.

3.7.3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruhvariabel independen terhadap variabel dependen yang diteliti, sehingga diketahui variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian pradiabetes pada usia<45 tahun dengan menggunakan uji regresi logistik berganda dengan metode Backward LR. Variabel yang dimasukkan ke dalam analisis multivariat adalah variabel dengan hasil uji chi square p<0,25.

Model yang diasumsikan dari regresi logistik berganda untuk probabilitas kejadian suatu penyakit menggunakan rumus:

f(Z) =

+e− + X + X + X ……….+ iXi Dimana:

f(Z) = probabilitas kejadian pradiabetes


(61)

β1-βi = koefsien regresi X1,X2,… = Variabel independen e = Bilangan natural (2,718)

Untuk mengetahui seberapa besar kasus dengan pradiabetes dapat diperbaiki faktor risiko yang dominan, maka dilakukan perhitungan Population Attributable Risk (PAR):

�� = p r −

p r − +

Dimana:

p = proporsi variabel yang mempunyai faktor terpajan r = Rasio odds variabel yang paling dominan


(62)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi

Lhokseumawe merupakan kota yang terletak pada garis 960 20’ – 970 21’ Bujur Timur dan 040 54’ – 050 18’ Lintang Utara dengan luas wilayah 181.06 Km2. Secara geografis Kota Lhokseumawe berbatasan sebagai berikut : sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kuta Makmur (Kabupaten Aceh Utara), sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Syamtalira Bayu (Kabupaten Aceh Utara), sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Dewantara (Kabupaten Aceh Utara). Kota Lhokseumawe terdiri dari 68 (enam puluh delapan) desa dan 4 (empat) kecamatan.

4.1.2 Kependudukan

a. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk Kota Lhokseumawe tahun 2012 sebesar 179.807 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki 89.601 dan perempuan 90.206 dengan sex rasio 99,33. b. Kepadatan dan Penyebaran Penduduk

Kepadatan penduduk tahun 2012 di Kota Lhokseumawe adalah 993/Km2 sedangkan tahun 2011 adalah 942/Km2, bila kepadatan penduduk dilihat untuk setiap Kecamatan Banda sakti merupakan Kecamatan dengan tingkat kepadatan tertinggi yaitu : 6880/Km2, sedangkan yang paling jarang yaitu Kecamatan Blang Mangat


(1)

Aktivitas Fisik * Pradiabetes

Crosstab

Pradiabetes

Total

tidak ya

Aktivitas Fisik Tidak berat Count 34 21 55

% within Aktivitas Fisik 61.8% 38.2% 100.0%

% within Pradiabetes 54.8% 33.9% 44.4%

% of Total 27.4% 16.9% 44.4%

Berat Count 28 41 69

% within Aktivitas Fisik 40.6% 59.4% 100.0%

% within Pradiabetes 45.2% 66.1% 55.6%

% of Total 22.6% 33.1% 55.6%

Total Count 62 62 124

% within Aktivitas Fisik 50.0% 50.0% 100.0%

% within Pradiabetes 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 5.522a 1 .019

Continuity Correctionb 4.705 1 .030

Likelihood Ratio 5.566 1 .018

Fisher's Exact Test .030 .015

Linear-by-Linear Association 5.477 1 .019

N of Valid Casesb 124

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 27.50. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Aktivitas Fisik (Tidak berat /

Berat) 2.371 1.147 4.899

For cohort Pradiabetes = tidak 1.523 1.070 2.168

For cohort Pradiabetes = ya .643 .436 .948


(2)

kebiasaan merokok * Pradiabetes

Crosstab

Pradiabetes

Total

tidak ya

kebiasaan merokok tidak merokok Count 44 30 74

% within kebiasaan merokok 59.5% 40.5% 100.0%

% within Pradiabetes 71.0% 48.4% 59.7%

% of Total 35.5% 24.2% 59.7%

merokok Count 18 32 50

% within kebiasaan merokok 36.0% 64.0% 100.0%

% within Pradiabetes 29.0% 51.6% 40.3%

% of Total 14.5% 25.8% 40.3%

Total Count 62 62 124

% within kebiasaan merokok 50.0% 50.0% 100.0%

% within Pradiabetes 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 6.569a 1 .010

Continuity Correctionb 5.664 1 .017

Likelihood Ratio 6.638 1 .010

Fisher's Exact Test .017 .008

Linear-by-Linear Association 6.516 1 .011

N of Valid Casesb 124

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 25.00. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for kebiasaan merokok (tidak

merokok / merokok) 2.607 1.243 5.469

For cohort Pradiabetes = tidak 1.652 1.091 2.500

For cohort Pradiabetes = ya .633 .448 .895


(3)

Riwayat Keluarga DM * Pradiabetes

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Riwayat Keluarga DM (Tidak

ada / Ada) 48.533 16.478 142.946

For cohort Pradiabetes = tidak 8.202 3.819 17.617

For cohort Pradiabetes = ya .169 .095 .301

N of Valid Cases 124

Multivariat

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 124 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 124 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 124 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

tidak 0

ya 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted Pradiabetes

Percentage Correct

tidak ya

Step 0 Pradiabetes tidak 0 62 .0


(4)

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .000 .180 .000 1 1.000 1.000

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables IMT 69.414 1 .000

Fisik 5.522 1 .019

K_merokok 6.569 1 .010

R_DM 68.543 1 .000

Overall Statistics 86.360 4 .000

Block 1: Method = Backward Stepwise (Likelihood Ratio)

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 110.405 4 .000

Block 110.405 4 .000

Model 110.405 4 .000

Step 2a Step -.525 1 .469

Block 109.879 3 .000

Model 109.879 3 .000

Step 3a Step -1.520 1 .218

Block 108.359 2 .000

Model 108.359 2 .000

a. A negative Chi-squares value indicates that the Chi-squares value has decreased from the previous step.

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

1 61.496a .589 .786

2 62.021a .588 .784

3 63.542a .583 .777


(5)

Classification Tablea

Observed

Predicted Pradiabetes

Percentage Correct

tidak ya

Step 1 Pradiabetes tidak 55 7 88.7

ya 6 56 90.3

Overall Percentage 89.5

Step 2 Pradiabetes tidak 54 8 87.1

ya 4 58 93.5

Overall Percentage 90.3

Step 3 Pradiabetes tidak 52 10 83.9

ya 4 58 93.5

Overall Percentage 88.7

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95.0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a IMT 3.525 .746 22.338 1 .000 33.941 7.869 146.392

Fisik .496 .684 .525 1 .469 1.642 .429 6.279

K_merokok -.885 .817 1.174 1 .279 .413 .083 2.046

R_DM 3.696 .817 20.483 1 .000 40.281 8.128 199.628

Constant -2.907 .679 18.339 1 .000 .055

Step 2a IMT 3.596 .743 23.434 1 .000 36.451 8.500 156.320

K_merokok -.959 .810 1.399 1 .237 .383 .078 1.878

R_DM 3.737 .817 20.946 1 .000 41.973 8.471 207.974

Constant -2.638 .542 23.675 1 .000 .072

Step 3a IMT 3.526 .729 23.423 1 .000 33.994 8.151 141.768

R_DM 3.304 .684 23.345 1 .000 27.235 7.128 104.059

Constant -2.790 .532 27.472 1 .000 .061


(6)

Model if Term Removed

Variable

Model Log Likelihood

Change in -2 Log

Likelihood df Sig. of the Change

Step 1 IMT -45.656 29.816 1 .000

Fisik -31.011 .525 1 .469

K_merokok -31.380 1.264 1 .261

R_DM -45.255 29.015 1 .000

Step 2 IMT -46.835 31.649 1 .000

K_merokok -31.771 1.520 1 .218

R_DM -45.941 29.861 1 .000

Step 3 IMT -47.362 31.182 1 .000

R_DM -46.329 29.116 1 .000

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 2a Variables Fisik .530 1 .466

Overall Statistics .530 1 .466

Step 3b Variables Fisik .789 1 .374

K_merokok 1.439 1 .230

Overall Statistics 1.969 2 .374

a. Variable(s) removed on step 2: Fisik. b. Variable(s) removed on step 3: K_merokok.