dibandingkan dengan orang memiliki aktifitas fisik cukup. Hasil penelitian di RS M. Jamil Padang juga menemukan hal yang sama, bahwa orang yang memiliki aktifitas
fisik kurang berisiko 3,2 kali lebih mudah untuk menderita diabetes mellitus tipe 2 dibanding dengan orang yang memiliki aktifitas fisik cukup Yusmawati, 2008.
2.2.3. Merokok
Merokok berhubungan dengan sensitivitas insulin dalam menarik glukosa di dalam darah dan menghambat produksi insulin sehingga kadar gula didalam darah
meningkat Joshu , 1999. Menurut Smet . 1999 seseorang dikatakan sebagai perokok ringan apabila merokok
≥ I batang dalam satu minggu. Sementara menurut Shiffman 1994 menyatakan bahwa seorang dikatakan merokok apabila
mengkonsumsi rokok 1-5 batang per hari, sedangkan yang dikatakan perokok berat apabila mengkonsumsi rokok 20-40 batang per hari. Aktif merokok dikaitkan dengan
peningkatan risiko diabetes tipe 2, risiko diabetes lebih besar bagi perokok berat RR 1,61; 95 CI 1,43-1,80 dibandingkan perokok ringan RR 1.29; 95 CI, 1,13-1,48
dan lebih rendah untuk mantan perokok RR 1.23; 95 CI 1,14 -1,33 dibandingkan dengan perokok aktif Carole et al. 2007.
2.2. 4. Riwayat Keluarga
Seseorang yang menderita diabetes mellitus diduga mempunyai gen diabetes. Riwayat keluarga juga memiliki peranan penting sebagai pencetus timbulnya
pradiabetes, sekitar 40 penderita diabetes terbukti terlahir dari keluarga yang juga mengidap diabetes dan 60 sampai 90 kembar identik merupakan penyandang
diabetes Arisman, 2010. Menurut Codario 2005 jika seseorang memiliki saudara
Universitas Sumatera Utara
yang menderita diabetes maka akan mempunyai risiko sebesar 40 untuk mengalami pradiabetes dan diabetes.
Prevalensi obesitas berkorelasi positif dengan kejadian diabetes, Timbunan lemak yang tergambar sebagai penambahan ukuran Iingkar pinggang akan
mendorong perkembangan degenerativ seperti hipertensi, peningkatan kadar insulin plasma dan sindrom resistensi insulin. Keberhasilan mengurangi berat badan hingga
10 kg kemungkinan besar dapat menormalkan kadar glukosa darah, selain itu penurunan berat badan juga dapat memperlambat perkembangan dini dan perluasan
pembentukan plak pada pembuluh darah Arisman, 2008. Aktifitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan system
penunjang. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi diluar metabolism untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan
energi untuk mengantar zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh Supariasa, 2001.
Berbagai penelitian menyebutkan bahwa berolahraga secara teratur merupakan intervensi pertama untuk mengendalikan berbagai penyakit degenerative
tidak menular.Hasilnya secara teratur terbukti bermanfaat untuk mencegah terjadinya diabetes, hipertensi, stroke dan serangan jantung.
Aktifitas fisik mempunyai peranan penting dalam mengurangi cadangan energi yang tertimbun di dalam tubuh sebagai sumber tenaga. Semakin lama dan
semakin berat seseorang melakukan aktifitas fisik maka jumlah kalori yang digunakan akan semakin bertambah banyak. Sebaliknya semakin ringan dan semakin
Universitas Sumatera Utara
sedikit waktu yang digunakan untuk melakukan aktifitas fisik maka semakin kecil pengaruhnya terhadap penurunan berat badan..Dampak aktifitas fisik berhubungan
dengan kejadian diabetes. Menurut penelitian yang dilakukan Fajrinayanti dan Ayubi 2008 di Kota
Padang Panjang faktor risiko perilaku yang berhubungan dengan kejadain pradiabetes adalah konsumsi lemak, konsumsi serat, dan aktivitas fisik. Menurut Tandra 2008
semakin sedikit aktifitas fisik seseorang maka risiko terkena diabetes akan semakin tinggi, hal ini terkait dengan pemakaian glukosa sebagai energi.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Landasan Teori