dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi terdiri dari ras dan etnik, riwayat keluarga dengan diabetes serta usia. Risiko untuk menderita intoleransi
glukosa meningkat seiring dengan meningkatnya usia, pada usia 45 tahun harus dilakukan pemeriksaan DM. Riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi
lebih dari 4 kg atau riwayat pernah menderita DM gestasional. Menurut Soegondo 2011 beberapa faktor risiko yang berubah secara
epidemiologis adalah bertambahnya usia, lebih banyak dan Iebih lamanya obesitas kurangnya aktifitas jasmani dan kondisi hiperinsulinemia, dimana faktor-faktor
tersebut akan berinteraksi dengan beberapa faktor genetik yang berhubungan dengan terjadinya diabetes.
2.2.1. Obesitas
Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan komplek pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan beberapa faktor biologik spesifik
dan secara fisiologis terjadi akumulasi jaringan lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adipose sehingga dapat mengganggu kesehatan Soegondo,
2007.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT Menurut WHO Asia Fasifik
Klasifikasi IMT kgm2
Resiko Ko-Morbiditas Lingkar pinggang
90 cm laki-laki 80 cm perempuan
90 cm laki- laki
80 cm perempuan
Berat badan kurang Kisaran normal
Berat badan lebih
- Berisiko
- Obes I
-
Obes II
18,5 18,5
– 22,9 23,0
23,0 – 24,9
25,0 – 29,9
30,0 Rendah
resiko meningkat
pada masalah klinis lain
Sedang Meningkat
Moderat Berat
Sedang Meningkat
Moderat Berat
Sangat berat
Sumber WHO WRPIASOIOTF dalam Soegando, 2007
2.2.2. Aktifitas Fisik
Aktiftas fisik yang dilakukan secara teratur sangat penting selain untuk menghindari kegemukan, juga dapat menolong mencegah terjadinya penyakit akibat
pola hidup seperti diabaetes, serangan jantung dan stroke Johnson, 1998. Pada waktu melakukan aktifitas fisik, otot-otot akan memakai lebih banyak
glukosa daripada waktu tidak melakukan aktifitas fisik, dengan demikian konsentrasi glukosa daran akan turun. Melalui aktifitas fisik, insulin akan bekerja lebih baik
sehingga dapat masuk ke dalam sel untuk dibakar menjadi tenaga Soegondo, 2008. WHO merekomendasikan untuk melakukan aktifitas fisik dengan intensitas
selama 30 menit perhari dalam seminggu atau 20 menit perhari selama 5 hari dalam seminggu dengan intensitas berat untuk mendapatkan hasil yang optimal dari aktifitas
fisik atau olah raga Rumiyati, 2008. Hal ini terbukti dari studi yang dilakukan di Amerika terhadap 21.000 orang dokter menyatakan bahwa berolahraga 5 kali
Universitas Sumatera Utara
seminggu akan menurunkan 42 kasus yang diperkirakan akan menderita diabetes tipe 2 Johnson, 1998
Penelitian yang dilakukan terhadap lebih dari 10.000 lulusan Universitas Harvard yang dilakukan dalam waktu panjang, menunjukkan bahwa olahraga yang
kuat dapat menambah kira-kira 10 bulan kehidup seseorang dan lebih lama lagi jika berolah raga sejak muda, kurang jika dilakukan pada usia lanjut Johnson, 1998.
Penelitian lain yang dilakukan selama 8 tahun kepada 87, 353 perawat wanita yang melakukan olah raga ditemukan penurunan resiko penyakit diabetes tipe 2 sebesar
33 atau RR 0,87 Goldstein, Muller, 2008: Ilyas, 2009. Rikesdas 2007, melaporkan 48,2 penduduk Indonesia kurang melakukan
aktivitas fisik 5 hari dan 150 menit perhati. Kurang aktivitas fisik tertinggi terdapat pada kelompok umur 75 tahun keatas 76,0 dan umur 10
– 14 tahun 66,9, dilihat dari jenis kelamin, kurang aktivitas fisik lebih tinggi pada perempuan
54, 5 dibanding laki-laki 41,4 Balibangkes, 2008. Sebelumnya menurut SKRT tahun 2004 mendapatkan aktivitas tidak cukup gerak pada usia 15 tahun
68,7 dengan aktivitas tidak cukup gerak tinggi disemua propinsi Herminta, 2006. Menurut Rahajeng, aktivitas fisik yang dilakukan selam 120 menithari mampu
mencengah terjadinya diabetes mellitus dengan hazard ratio HR 0,56 pada kelompok yang telah mengalami TGT Rahajeng, 2004
Penelitian kasus kontrol yang dilakukan oleh Purnawati terhadap 240 orang pasien rawat jalan di RSCM tahun 1998, menyatakan bahwa orang yang memiliki
aktivitas fisik kurang berisiko untuk terkena diabetes mellitus 2 kali lebih mudah
Universitas Sumatera Utara
dibandingkan dengan orang memiliki aktifitas fisik cukup. Hasil penelitian di RS M. Jamil Padang juga menemukan hal yang sama, bahwa orang yang memiliki aktifitas
fisik kurang berisiko 3,2 kali lebih mudah untuk menderita diabetes mellitus tipe 2 dibanding dengan orang yang memiliki aktifitas fisik cukup Yusmawati, 2008.
2.2.3. Merokok