39
Sedangkan angka kematian bayi memiliki rata-rata 11,19 per 1000 kelahiran hidup, standar deviasinya 12,31 dengan nilai minimum 0,69 dan maksimum 71,94
dan mortalitas untuk angka kematian balita memiliki rata-rata 12,80 per 1000 jumlah balita, standar deviasinya 14,28 dengan nilai minimum 0,69 dan
maksimum 81,53. Sedangkan Untuk morbiditas terbesar ada pada angka diare, pneumonia dan terendah ada pada angka TBparu. Rata-rata angka diare sebesar
21,40, standar deviasinya 0,00 dengan nilai minimum 21,36 dan maksimum 21,40. Rata-rata angka pneumonia sebesar 12,19, standar deviasinya 1,84 dengan
nilai minimum 6,31 dan maksimum 15,16. Rata-rata angka TBparu sebesar 1,15 standar deviasinya 0,43 dengan nilai minimum 0,23 dan maksimum 2,27. Untuk
status gizinya terdapat rata-rata bayi berat lahir rendah sebesar 0,69, standar deviasinya 1,03 dengan nilai minimum 0,00 dan maksimum 4,58 sedangkan untuk
rata-rata gizi buruk sebesar 0,11, standar deviasinya 0,08 dengan nilai minimum 0,00 dan maksimum 0,31.
4.3 Analisis Gerombol
Analisis gerombol bertujuan untuk mengelompokkan objek pada suatu gerombol yang memiliki kemiripan sangat besar dengan objek lain dalam
gerombol yang sama, tetapi sangat tidak mirip dengan objek lain pada gerombol yang berbeda. Metode analisis gerombol yang digunakan adalah metode hirarki
yang bertujuan untuk mengelompokkan dimana metode dimulai pengelompokkan dengan dua atau lebih objek yang mempunyai kesamaan paling dekat, demikian
seterusnya hinggan gerombol akan membentuk seperti pohon yang dikenal dengan dendogram. Dendogram digunakan untuk membantu menjelaskan proses
Universitas Sumatera Utara
40
hirarki tersebut. Pembuatan analisis gerombol dengan metode hirarki dalam penelitian ini menggunakan metode average linkage. Metode average linkage ini
mengelompokkan objek berdasarkan jarak rata-rata yang didapat dengan melakukan rata-rata semua jarak antar objek terlebih dahulu Santoso, 2010
Universitas Sumatera Utara
41
Tabel 4.2 Hasil Proses Gerombol dengan Metode Average Linkage
Tahap Kombinasi Gerombol
Koefisien Tahap Gerombol
Pertama Kali Muncul Tahap
Selanjutnya Gerombol 1 Gerombol 2
Gerombol 1 Gerombol 2 1
18 26
,414 11
2
9 12
,497 9
3
20 21
,503 10
4
11 23
,540 12
5
3 6
,652 8
6
5 15
,698 8
7
30 31
,895 9
8
3 5
,964 5
6 11
9
9 30
1,081 2
7 14
10
20 24
1,512 3
19
11
3 18
1,581 8
1 18
12
7 11
1,606 4
22
13
8 29
1,765 18
14
9 32
1,807 9
17
15
17 22
1,876 21
16
2 4
2,182 23
17
9 13
2,303 14
25
18
3 8
2,771 11
13 21
19
1 20
2,961 10
24
20
19 33
3,025 29
21
3 17
3,399 18
15 22
22
3 7
3,415 21
12 25
23
2 16
3,936 16
27
24
1 10
4,667 19
26
25
3 9
5,230 22
17 26
26
1 3
6,823 24
25 28
27
2 28
7,164 23
28
28
1 2
9,979 26
27 29
29
1 19
16,728 28
20 30
30
1 14
19,408 29
31
31
1 25
70,243 30
32
32
1 27
75,982 31
Universitas Sumatera Utara
42
Dilihat dari Tabel 4.2 di atas, merupakan hasil proses gerombol dengan metode Average Linkage atau Between Group Linkage. Setelah hasil jarak antara
variabel diukur dengan jarak euclidean, maka dilakukan pengelompokkan, yang dilakukan secara bertingkat.
Tahap 1 : terbentuk 1 gerombol yang beranggotakan objek 18 Serdang Bedagai dan objek 26 Sibolga dengan jarak 0,414. Karena proses
aglomerasi dimulai dari 2 objek yang terdekat, maka jarak tersebut adalah yang terdekat dari sekian kombinasi jarak 33 objek Kabupatenkota yang
ada. Selanjutnya dapat dilihat di kolom tahap selanjutnya, terlihat angka 11. Hal ini berarti gerombol selanjutnya dilakukan dengan melihat tahap 11.
Baris ke-11 tahap 11 terlihat objek 3 Tapanuli Selatan dengan objek 18 Serdang Bedagai. Dengan demikian, sekarang gerombol terdiri dari 3 objek
yaitu Serdang Bedagai, Sibolga dan Tapanuli Selatan. Sedangkan jarak sebesar 1,581 merupakan jarak rata-rata objek terakhir Tapanuli Selatan
yang bergabung dengan 2 objek sebelumnya Serdang Bedagai dan Sibolga. Tahap 2 : terjadi pembentukan gerombol objek 9 Simalungun dan objek 12
Deli Serdang berjarak 0,497, yang kemudian lanjut ke tahap 9. Demikian seterusnya dari tahap 3 dilanjutkan ke tahap 4, sampai ke tahap
terakhir. Proses aglomerasi ini bersifat kompleks, khususnya perhitungan koefisien
yang melibatkan sekian banyak objek dan terus bertambah. Proses aglomerasi pada akhirnya akan menyatukan semua objek menjadi satu gerombol. Hanya saja
dalam prosesnya dihasilkan beberapa gerombol dengan masing-masing
Universitas Sumatera Utara
43
anggotanya, tergantung jumlah gerombol yang dibentuk. Perincian jumlah gerombol dengan anggota yang terbentuk dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3 Hasil Proses Pembentukan Gerombol Berdasarkan Jumlah Gerombol yang Dibentuk
KabupatenKota 4 Gerombol
3 Gerombol 2 Gerombol
1:Nias
1 1
1
2:Mandailing Natal
1 1
1
3:Tapanuli Selatan
1 1
1
4:Tapanuli Tengah
1 1
1
5:Tapanuli Utara
1 1
1
6:Toba Samosir
1 1
1
7:Labuhan Batu
1 1
1
8:Asahan
1 1
1
9:Simalungun
1 1
1
10:Dairi
1 1
1
11:Karo
1 1
1
12:Deli Serdang
1 1
1
13:Langkat
1 1
1
14:Nias Selatan
2 1
1
15:Humbang Hasudutan
1 1
1
16:Pakpak Bharat
1 1
1
17:Samosir
1 1
1
18:Serdang Bedagai
1 1
1
19:Batu Bara
1 1
1
20:Padang Lawas
1 1
1
21:Padang Lawas Utara
1 1
1
22:Labuhan Batu Selatan
1 1
1
23:Labuhan Batu Utara
1 1
1
24:Nias Utara
1 1
1
25:Nias Barat
3 2
1
26:Sibolga
1 1
1
27:Tanjungbalai
4 3
2
28:Pematang Siantar
1 1
1
29:Tebing Tinggi
1 1
1
30:Medan
1 1
1
Universitas Sumatera Utara
44
Tabel 4.3 Lanjutan KabupatenKota
4 Gerombol 3 Gerombol
2 Gerombol
31:Binjai
1 1
1
32:Padangsidempuan
1 1
1
33:Gunungsitoli
1 1
1
Terlihat pada Tabel 4.3 diatas, proses penggerombollan berdasarkan gerombol yang ingin dibentuk. Pada pembentukan 3 gerombol, gerombol ke 2
terdiri dari Kabupaten Nias Barat dan gerombol ke 3 terdiri dari Kota Tanjung Balai. Sedangkan pada pembentukan 2 gerombol Kabupaten Nias Barat Masuk
kedalam gerombol 1 dan Kota Tanjung Balai masuk kedalam gerombol 2, namun pada pembentukan 4 gerombol Kota Tanjung Balai menjadi anggota gerombol 4,
Kabupaten Nias Barat masuk kedalam gerombol 3 dan Kabupaten Nias Selatan menjadi gerombol 2.
Universitas Sumatera Utara
45
Tabel 4.4 Hasil Penggerombolan Analisis Gerombol Hirarki 33 Kabupatenkota Berdasarkan Mortalitas, Morbiditas dan Status Gizi untuk
Melihat Derajat Kesehatan Gerombol
Kode KabupatenKota
1 1
Nias 2
Mandailing Natal 3
Tapanuli Selatan 4
Tapanuli Tengah 5
Tapanuli Utara 6
Toba Samosir 7
8 Labuhan Batu
Asahan 9
Simalungun 10
Dairi 11
12 13
Karo Deli Serdang
Langkat
14 Nias Selatan
15 Humbang Hasudutan
16 Pakpak Bharat
17 Samosir
18 19
Serdang Bedagai Batu Bara
20 Padang Lawas
21 Padang Lawas Utara
22 Labuhan Batu Selatan
23 Labuhan Batu Utara
24 Nias Utara
26 Sibolga
28 Pematang Siantar
29 30
Tebing Tinggi Medan
31 Binjai
32 Padang Sidempuan
33 Gunung Sitoli
2 25
Nias Barat 3
27 Tanjung Balai
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa anggota KabupatenKota untuk setiap gerombol dengan jumlah 3 gerombol antara lain:
Universitas Sumatera Utara
46
1. Gerombol 1 terdiri dari Kabupaten Nias, Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Labuhan
Batu, Asahan, Simalungun, Dairi, Karo, Deli Serdang, Langkat, Nias Selatan, Humbang Hasudutan, Pakpak Bharat, Samosir, Serdang
Bedagai, Batu Bara, Padang Lawas, Padang Lawas Utara, Labuhan Batu Selatan, Labuhan Batu Utara, Nias Utara, sibolga, Pematang Siantar,
Tebing Tinggi, Medan, Binjai, Padangsidempuan, Gunung Sitoli. 2. Gerombol 2 terdiri dari Kabupaten Nias Barat
3. Gerombol 3 terdiri dari Kota Tanjung Balai.
Universitas Sumatera Utara
47
Gambar 4.1 Hasil Analisis Gerombol dengan Metode Average linkage
berdasarkan 33 Kabupatenkota
Berdasarkan Gambar 4.1 diatas dapat dilihat anggota gerombol yang ada berdasarkan berapa gerombol yang seharusnya dibentuk. Terlihat dalam
dendogram, apabila dibentuk 3 gerombol, maka gerombol 1 beranggotakan
Universitas Sumatera Utara
48
Kabupaten Serdang Bedagai sampai dengan Kabupaten Nias Selatan Sesuai urutan dalam dendogram. Gerombol 2 beranggotakan Kabupaten Nias Barat
sedangkan gerombol 3 beranggotakan Kota Tanjung Balai.
Universitas Sumatera Utara
49
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Indikator Derajat Kesehatan 5.1.1 Mortalitas
Angka kematian bayi memiliki nilai rata-rata sebesar 11,19 per 1000 kelahiran hidup dengan angka tertinggi 71,94 kematian bayi dan angka kematian
bayi terendah adalah 0,69. Sedangkan angka kematian bayi di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2012 memiliki rata-rata 12,49 per 1000 kelahiran hidup Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, 2013 dan untuk Provinsi DKI Jakarta memiliki rata-rata 10,59 per 1000 kelahiran hidup Dinas Kesehatan Provinsi DKI
Jakarta, 2013. Itu berarti angka kematian bayi di Provinsi Sumatera Utara lebih tinggi jika dibandingkan dengan Provinsi DKI Jakarta tetapi masih lebih rendah
jika dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Barat. Berdasarkan hasil Riskesdas yang dilaksanakan Departemen Kesehatan
pada tahun 2007 menunjukkan bahwa penyebab kematian terbanyak pada kelompok bayi 0-6 hari didominasi oleh gangguankelainan pernafasan 35,9,
prematuritas 32,4 dan sepsis 12. Untuk penyebab umum kematian utama kematian bayi pada kelompok 7-28 hari yaitu sepsis 20,5, malformasi
kongenital 18,1 dan pnemonia 15,4. Dan penyebab utama kematian bayi pada kelompok 29 hari-11bulan yaitu diare 31,4, pneumonia 23,8 dan
meningitisensefalitas 9,3. Dilain pihak faktor utama ibu yang berkontribusi terhadap lahir mati dan kematian bayi 0-6 hari adalah hipertensi maternal 23,6,
Universitas Sumatera Utara